Analisis Tataniaga Rambutan di Kota Binjai” (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)

(1)

ANALISIS TATA NIAGA RAMBUTAN DI KOTA BINJAI

(Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Oleh :

MEINA SAFITRI SIREGAR 060304003

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 1 5


(2)

ABSTRAK

MEINA SAFITRI SIREGAR (060304003), dengan judul skripsi“Analisis Tata Niaga Rambutan Di Kota Binjai (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)” dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, MS dan Ir. Iskandarini,

Mm, Ph.D.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rantai tata niaga rambutan, mengetahui volume rambutan yang dipasarkan masing-masing di daerah penelitian, mengetahui fungsi-fungsi tata niaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga tata niaga dalam proses tata niaga rambutan didaerah penelitian. Penelitian menggunakan metode Stratified Random Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis tabulasi sederhana dengan menghitung

marketing margin (margin pemasaran), price spread (sebaran harga),share margin, share profit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Didaerah penelitian terdapat satu saluran pemasaran rambutan yaitu saluran I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi secara langsung; 2) Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi pemasaran pada pedagang besar dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran pada pedagang pengumpul; 3)Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran dari harga beli konsumen untuksaluranpemasaran adalahmargin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%, biaya tataniaga 7,86.


(3)

RIWAYAT HIDUP

MEINA SAFITRI SIREGAR dilahirkan di Medan 19 Mei 1988, sebagai

pertama dari keluarga Bapak Syahruddin Siregar dan Ibu Usniah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1994 masuk ke Sekolah Dasar Negeri 060908 Medan Denai , tamat

tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Medan, tamat

tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk ke Sekolah Menengah Atas Swasta Eria Medan, tamat

tahun 2006.

4. Tahun 2006 diterima di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Tahun 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae

Hole II, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

6. Tahun 2013 melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Pahlawan,


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tataniaga Rambutan di Kota Binjai” (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat).

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, teristimewa ayahanda Syahruddin Siregar dan ibunda Usniah, kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat dan do’a dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing.

2. Ibu Ir. Iskandarini, Mm, P.hD selaku anggota komisi pembimbing..

3. Seluruh dosen pengajar dan pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman stambuk 2006 dan adik-adik stambuk atas segala doa dan perhatiannya.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Desember 2013


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Kegunaan Penelitian... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... .3

2.2 Landasan Teori ... .4

2.3 Kerangka Pemikiran ... .8

2.4 Hipotesis Penelitian ... 11

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian... 12

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 13

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 13

3.4 Metode Analisis Data ... 14

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi Operasional ... 16


(6)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 17 4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 18 4.3 Karakteristik Pedagang Sampel ... 20

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran Tataniaga dan Persentase Barang yang Disalurkan

Untuk Masing- masing Saluran Tataniaga... 22 5.2 Fungsi- fungsi Tataniaga ... . 23 5.3 Volume Rambutan yang Dipasarkan Dalam

Masing- masing Tataniaga ... . 25

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... ..29 6.2 Saran ... ..30

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Luas Lahan, Produksi dan Tanaman Menghasilkan Tanaman

Rambutan di Kabupaten Langkat ... 12

2. Jumlah Sampel di Kelurahan Pahlawan Tahun 2012 ... 13

3. Penggunaan Lahan di Kelurahan Pahlawan Tahun 2012 ... 17

4. Jumlah Penduduk di Kelurahan Pahlawan Tahun 2012 ... 18

5. Karakteristik Petani Sampel ... 18

6. Jumlah Pohon dan Produksi Rata- rata Petani Sampel ... 20

7. Macam Pedagang, Jumlah dan Domisili Daerah Penelitian Tahun 2012 ... 21

8. Fungsi- fungsi Tataniaga yang Dilakukan Pedagang Pengumpul ... 23

9. Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Pemasaran dan Profit (Jasa Pedagang Pengumpul) ... 25

10. Volume Pembelian dan Penjualan Rambutan, Biaya Tataniaga dan Profit (Jasa Pedagang Besar) ... 26

11. Price Spread (Rp) dan Share Margin (%) Saluran Pemasaran Utama ... 27

12. Rekapitulasi Volume Pembelian, Harga Beli, Biaya Tataniaga Dan Profit Margin Saluran Utama ... 28


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Karakteristik Petani Sampel Tahun 2012... ...32 2. Karakteristik Pedagang Besar...33 3. Biaya Pemasaran Rambutan Pada Saluran Pemasaran Utama ... 34


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Tanaman Rambutan ... 3 2. Skema Kerangka Pemikiran ... 10 3. Skema Saluran Pemasaran Rambutan ... 22


(10)

ABSTRAK

MEINA SAFITRI SIREGAR (060304003), dengan judul skripsi“Analisis Tata Niaga Rambutan Di Kota Binjai (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)” dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, MS dan Ir. Iskandarini,

Mm, Ph.D.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rantai tata niaga rambutan, mengetahui volume rambutan yang dipasarkan masing-masing di daerah penelitian, mengetahui fungsi-fungsi tata niaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga tata niaga dalam proses tata niaga rambutan didaerah penelitian. Penelitian menggunakan metode Stratified Random Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis tabulasi sederhana dengan menghitung

marketing margin (margin pemasaran), price spread (sebaran harga),share margin, share profit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Didaerah penelitian terdapat satu saluran pemasaran rambutan yaitu saluran I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi secara langsung; 2) Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi pemasaran pada pedagang besar dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran pada pedagang pengumpul; 3)Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran dari harga beli konsumen untuksaluranpemasaran adalahmargin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%, biaya tataniaga 7,86.


(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan peningkatan kesehatan yang dilakukan pemerintah, pengetahuan masyarakat pun kini semakin meningkat.Salah satu perhatian masyarakat sehubungan tentang meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan ini adalah, usaha untuk memanfaatkan lebih banyak lagi sayuran dan buah-buahan.Kedua jenis makanan ini mengandung berbagai vitamin, mineral, dan zat lainnya yang sangat diperlukan untuk tubuh manusia (Mahisworo, dkk, 1998).

Rambutan (Nephelium lappaceum L.) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae.Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia.Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis (Mahisworo, dkk, 1998).

Pada saat ini adanya pasar global menyebabkan terjadinya persaingan bebas, baik mutu maupun harga.Tuntutan masyarakat (konsumen buah-buahan) cederung bergeser kearah mutu yang tinggi. Untuk mengantisipasi pasar global dan permintaan konsumen (pasar) di dalam negeri yang terus meningkat ,harus dilakukan usaha peningkatan mutu buah-buahan hal ini berarti pemilihan varietas dan jenis buah-buahan yang akan dikembangkan dengan sekala komersial harus dikajisecara seksama di sesuaikan dengan selera konsumen .

Pengembangan tanaman buah-buahan dengan pola agribisnis antara lain berbentuk perkebunan besar dan perkebunan inti rakyat, yang secara profesional membangun pola kemitraan. Perkebunan memberi bibit tanaman buah- buaha yang bermutu kepada petani (anggota PIR pemegang sahan dan plasma) dan sekaligus membina para petani tersebut, sehingga kualitas buah-buahan yang dihasikan oleh petani sama dengan kualitas buah-buahan yang dihasikan oleh


(12)

petani sama dengan kualitas buah-buahan yang dihasikan oleh perkebuan inti (Rukmana, 2002).

Berbagai langkah strategi yang telah dicanangkan untuk mengantisipasi era perdagangan bebas antara lain adalah perubahan strategi dasar pembangunan pertanian kita, yaitu pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis terpadu. Dengan strategi dasar ini keterkaitan dan keterpaduan dalam pelaksanaan pembangunan pertanian merupakan hal yang mutlak. Dengan pengembangan sistem agribisnis terpadu ini akan dihasilkan produk – produk pertanian dan produk agroindustri berdaya saing tinggi di pasar domestik dan internasional

Komoditas hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah – buahan, tanaman hias dan tanaman obat – obatan sangat prospektif untuk dikembangkan, mengingat potensi serapan pasar dalam negri yang sangat besar di samping potensi pasar luar negri yang terus berkembang

Adapun komoditi buah – buahan unggulan Sumatera Utara adalah : jeruk, rambutan, markisa, pisang, manggis, dan durian.

Salah satu yang mempunyai prospek cerah saat ini adalah rambutan, dimana pada umunnya buah rambutan telah dikenal dan digemari setiap orang. Namun hampir bisa dipastikan bahwa tidak setiap orang mengetahui seluk beluk mengenai tanaman rambutan, seperti budidayanya, jenis – jenisnya, juga pemasarannya ( mahisworo, 1989 ).

Rambutan adalah buah yang barangkali hampir setiap orang telah mengenalnya, atau malahan merasakan buahnya.Seperti tanaman buah – buahan pada umumnya, rambutan nampaknya memang belum mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunan sektor pertanian yang tengah dilakukan. Walaupun demikian, sebenarnya rambutan telah mampu menyumbangkan devisa bagi negara demikian, sebenarnya rambutan telah mampu menyumbangkan devisa bagi negara melalui ekspor ke luar negri berupa buah rambutan yang segar dan yang dikalengkan.


(13)

Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen akhir. Dalam perekonomian dewasa ini, sebagian besar produsen tidak menjual langsung barang barang mereka pada konsumen akhir, begitu juga konsumen tidak akan langsung membeli barang kebutuhan langsung kepada produsen. Olehkarena itu sangat dibutuhkan adanya saluran pemasaran yang akan menyamoaikan barang dari produsen kekonsumen dan akan melibatkan lembaga – lembaga tataniaga seperti agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan sebagainya. Saluran pemasaran yang panjang dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak efisiensinya sistem pemasaran, sedangkan faktor lain yang dapat menyebabkan efisiensi atau tidaknya sistem pemasaran yaitu keuntungan pemasarn, harga yang diterima konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan kompetisi pasar.

Kecamatan Binjai merupakan kecamatan sentral produksi rambutan di Kabupaten langkat yang mempunyai luas lahan untuk usahatani rambutan.

Dimana petani rambutan menjual buah rambutannya ke pada pengumpul dengan cara menjual perpohan,dan petani rambutan menghargai perpohan dengan sehargaRp. 500.000. Dan mereka pun menjual dengan perbuah, 1 buah seharga Rp. 250 dan mereka juga menjual perikat, dimana perikat isi nya sebanyak 20 buah dengan harga Rp. 5000.

Oleh karna itu peneliti tertarik untuk mengetahui atau menganalisi tataniaga rambutan di kota Binjai Kabupaten Langkat.


(14)

Identfikasi Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara lain: 1. Bagaimana jenissaluran tataniaga rambutan didaerah penelitian? 2. Bagaimana pendapatan petani rambutan di daerah penelitian?

3. Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga

tataniaga dalam proses tataniaga rambutan di daerah penelitian?

Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui saluran tataniaga rambutan di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis berapa besar pendapatan petani rambutan didaerah

penelitian.

3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga dalam proses tataniaga rambutan di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk :

1. Mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambilan keputusan untuk

perkembangan agribisnis komoditas rambutan


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa inggrisnya disebut hairy fruit berasal dari indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar didaerah yang beriklim tropis seperti filipina dan negara – negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman rambutan diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Sapindales

Famili : Sapindaceae

Genus : Nephellium

Spesies : Nephellium lappaceum Linn.

(Rukmana, 2002).

Secara umum tanaman rambutan mampu mencapai ketinggian antara 15-25 meter dengan bentuk batang lurus dan memiliki cabang yang banyak. Pada pangkal batang berdiameter antara 40-60 cm, kulit batang berwarna abu-abu kecokelatan. Bentuk percabangan tidak teratru dan rapat.


(16)

Bentuk tajuk bulat atau tidak beraturan sama sekali. Ranting atau cabang ujung mempunyai warna cokelat kusam dengan permukaan kulit berkerut-kerut (Rukmana, 2002).

Daerah yang ideal untuk penanaman tanaman rambutan adalah daerah dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl, dengan kondisi curah hujan berkisar antara 1.500 mm – 2.500 mm / tahun yang merata sepanjang tahun, memiliki bulan basah lebih dari 7 bulan/tahun, suhu udara antara 25 0 C – 32 0 C, dan intensitas cahaya matahari antara 45 % -50 % (Rukmana, 2004).

Di tanah air tanaman rambutan umumnya tumbuh menyebar pada lahan jenis latosol, lahan utama usaha tani di Indonesia. Lahan jenis ini memang memiliki sifat fisik baik. Remah strukturnya, gembur konsistensinya, mudah merembeskan air dan dapat menahan air dengan cukup baik. Solum lahan cukup dalam, antara 1,5-10 meter. Kandungan haranya rendah sampai sedang, bereaksi asam sampai agak asam dengan kandungan pH 4,5-6,5. Pemberian pupuk yang baik akan menghasilkan produksi yang baik dan berkesinambungan (Kalie, 1994).

Landasan Teori

Ditinjau dari sudut ekonomi, pemasaran merupakan kegiatan yang bersifat produktif karena dapat menambah nilai guna dari suatu barang yaitu kegunaan tempat, waktu, bentuk dan pemikiran.Dengan demikian pemasaran dapat mempertinggi nilai guna dari suatu komoditi yang diinginkan konsumen.

Tata niaga adalah suatu kegiatan uasaha yang menggerakkan arus barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen.Pemasaran adalah suatu proses sosial dengan mana individu dan kelompoknya mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya ( Kotler, 1992 ).


(17)

Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang – barang dan jasa dari sektor produsen kesektor konsumen akan melakukan fungsi – fungsi tataniaga yang berbeda – beda tiap tataniaga. Ada beberapa pendapat tentang apa saja yang termasuk fungsi tataniaga, menurut Richard L. Khols memberikan sembilan fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, pengolahan), fungsi pendukung ( standarisasi dan grading, penanggung resiko, informasi pasar, dan permodalan. ( soekartawi )

Tata niaga adalah produktif, dimana kegiatan produktif selalu berkaitan dengan efisiensi ekonomi.Dalam rangka perbaikan tata niaga, tujuan yang ingin dicapai adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Penurunan ongkos tata niaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tata niaga, oleh karena itu tinggi rendahnya ongkos tata niaga tidak selalu mempengaruhi efisiensi tata niaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tata niaga suatu komoditi serta menaikkan kwalitas komoditi ( nasution, 1993 )

Dalam kegiatan tataniaga, besarnya pendapatan atau keuntungan yang dapat diperoleh dari usahatani selain dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya, juga sangat ditentukan oleh cara pemasaran. Pemasaran dikatakan berhasil jika dapat memperoleh harga jual yang tinggi. Untuk mendapatkan harga jual yang tinggi, diperlukan adanya suatu penyusunan strategi pemasaran dengan memperhatikan lembaga pemasaran yang berperan di dalamnya dan standar harga dasar untuk menentukan harga jual (Lamb,dkk 2001).

Proses pemasaran meliputi pemahaman misi organisasi dan peran pemasaran dalam memenuhi isi tersebut, menyusun sasaran pemasaran, analisis lingkungan, pengembangan strategi pemasaran melalui pemilihan strategi target pasar, pengembangan dan implementasi bauran pemasaran, implementasi strategi, mendesain pengukuran kinerja dan evaluasi upaya pemasaran serta membuat perubahan jika diperlukan. Bauran pemasaran mengkombinasikan strategi produk, distribusi (tempat), promosi, dan harga dalam upaya menciptakan suatu pertukaran untuk mencapai sasaran individu dan organisasi (Lamb,dkk 2001).


(18)

Badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi – fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran.Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan bentuk usahanya (Soekartawi, 1993).

Pemasaran terdiri dari berbagai macam saluran pemasaran (MarketingChannel) dimana setiap saluran pemasaran melibatkan berbagai lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, pedagang perantara (distributor, agen komisi, pedagang antar daerah, eksportir, importir) dan pedagang eceran. Banyaknya jumlah pedagang saluran pemasaran ini berpengaruh kepada biaya pemasaran dan efisiensi pemasaran (Lamb,dkk 2001).

Penanganan hasil ini bertujuan untuk mempertahankan mutu buah mulai ketika di panen sampai kepada konsumen dalam keadaan segar. Penanganan hasil ini, pada umumnya dilakukan dalam satu hari yang sama pada saat panen atau maksimal dua hari sampai di retailer untuk menjaga kualitas buah. Untuk memperlancar pengembangan kegiatan usaha perkebunan rambutan ini maka prasarana distribusi hasil panen, memegang peranan penting yaitu berupa lembaga pemasaran hasil-hasil perikanan.

Biaya tataniaga terbentuk / terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga.Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang – barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek kepada harga beli konsumen. Disamping itu, biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga kurang / tidak efisien. ( Gultom, 1996 )


(19)

Fungsi pengangkutan begitu penting karena negara kita merupakan negara kepulauan.Itulah sebabnya mengapa pemasaran hasil peternakan berbeda untuk tiap propinsi dinegara kita.Bahkan fungsi ini dominan pada suatu sistem pemasaran yang masih tradisional.Namun, apapun fungsi ini memang berhubungan erat dengan biaya transportasi dan ketahan hasil peternakan.

Sistem pemasaran dianggap efisien bila memenuhi syarat yaitu:

1. Mampu menyampaikan hasil produsen ( petani ) kepada konsumen dengan

biaya semurah murahnya.

2. Mampu mengadakan pembangian yang adil daripada keseluruhan harga

yang di bayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.

Tata niaga dianggap efisien apabila memenuhi 2 syarat yaitu mampu menyampaikan hasil produksi dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah – murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari pada keseluruhan biaya yang dibayar konsumen ( mubyarto, 1984 ).


(20)

Kerangka Pemikiran

Setiap barang ekonomi mempunyai kegunaan atau manfaat bagi manusia.Manusia memerlukan suatu barang tertentu pada tempat, waktu, bentuk dan harga tertentu. Kalau antara penjual dan pembeli tidak ada kecocokan dalam salah satu syarat tersebut diatas mka transaksi jual beli tidak akan terjadi. Disinilah terletak fungsi dan peranan tataniaga yaitu: mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang akan diinginkan pada tempat, bentuk dan harga yang tepat.

Lembaga pemasaran ini penting, sebab lembaga pemasaran inilah yang melakukan proses pengambilan keputusan dalam proses pemasaran komoditi pertanian. Tanpa lembaga pemasaran ini tidak ada perubahan dan proses penyesuaian. Suatu lembaga pemasaran mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran, oleh karena itu, diperlukan penelaahan lembaga pemasaran dari bentuk usahanya.

Mekanisme pemasaran rambutan melibatkan beberapa pihak yang meliputi, produsen, distributor dan konsumen. Distributor melakasanakan pemindahan barang dari pedagang yang satu ketangan pedagang yang lain sehingga terjadi perbedaan harga produksi mulai dari petani hingga ke konsumen.

Tataniaga rambutan untuk konsumsi dalam negri maupun eksport akan melibatkan lembaga – lembaga tataniaga, tiap lembaga tataniaga berperan dalam penjualan rambutan sampai ke konsumen. Atas jasa lemaga – lembaga tataniaga dalam pemasaran rambutan akan mengambil profit atas jasa mereka. Berarti semakin banyak lembaga tataniaga yang berperan dalam pemasaran rambutan maka sistem tataniaga rambutan semakin efisien.


(21)

Dalama teori ekonomi faktor jumlah pembeli dan penjual dalam tataniaga dianggap memegang peranan sangat penting dalam menentukan bentuk dan sifat – sifat pasar.Bentuk yang ekstrim adalah persaingan sempurna dimana terdapat banyak pembelian dan penjual yang saling bersaingan.Pembeli bersaing mendapat barang dan penjual bersaing untuk mencari pembeli.Karena jumlah penjual dan petani yang banyak maka masing – masing tidak mampu mempengaruhi dan menentukan harga yang terjadi.

Setiap lembaga tataniaga yang telibat akan menganbil profit atau keuntungan untuk jasa yang mereka berikan. Kegiatan fungsi pemasaran oleh lembaga – lembaga tataniaga akan mengakibatkan timbulnya biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan berpengaruh terhadap harga beli konsumen. Hal ini disebabkan biaya tataniaga yang timbul akan menjadi tambahan harga pada barang yang harus ditanggung oleh petani. Sehingga semakin banyak lembaga – lembaga tataniaga yang berperan dalam pemasaran rambutan maka akan semakin besar biaya pemasaran.


(22)

Gambar I : Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Ada Hubungan

Hipotesis penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Tataniaga rambutan di daerah penelitian belum efisien.

2. Biaya pemasaran untuk masing – masing saluran tataniaga berbeda disetiap saluran pemasaran di daerah penelitian

PETANI PRODUSEN

PEDAGANG PENGUMPUL

PEDAGANG BESAR

PENGECER


(23)

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Daerah penelitian

Penelitian dilakukan di Binjai. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja) karena kota tersebut merupakan salah satu sentra produksi rambutan yang cukup besar. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3014’ dan 4013’ lintang utara, serta 93051’ dan 98045’ Bujur Timur.Penentuan daerah dilakukan dengan alasan bahwa binjai memiliki potensi yang begitu besar dalam melakukan pemasaran rambutan dilihat dari keadaan strategis keadaan buat memasarkan rambutan tersebut.

Tabel 1. Luas lahan, produksi dan tanaman menghasilkan tanaman rambutan di kabupaten langkat

No Kecamatan/ Kotamadya Luas (Ha) Tanaman ( pohon) Produksi (ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Bahorok Salapian Sei bingai Kuala Selesai Binjai Stabat Pdg. Tualang Hinai Secanggang Tj. Pura Gebang Babalan Br. Barat Sei Lepan Besitang p. susu 8,1 6,8 25,2 4,0 171,5 320,5 40,0 1,0 7,1 26,9 59,8 0,3 3,0 2,0 3,5 3,0 2,5 400,0 350,0 1240,0 200,0 8500,0 15950,0 2000,0 50,0 342,0 1345,0 2750,0 15,0 150,0 100.0 172,0 150,0 130,0 27,0 24,2 83,0 13,5 572,9 1077,0 132,0 3,0 23,0 90,1 184,5 1,0 9,9 6,5 11,6 10,0 8,8


(24)

Metode pengambilan sampel

Penelitian ini dilakukan dengan survey menelusuri komoditas mulai dari petani produsen sampai ke konsumen akhir.Sampel penelitian dilakukan di kecamatan Binjai kabupaten Langkat sebagai daerah petani produsen dan pedagang pengumpul dan pengecer.

Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified random sampling atas dasar strata jumlah pohon dengan jumlah petani sampel sebesar 30 kk dari populasi sebesar 155 kk.

Tabel .2. Distribusi Populasi dan Petani Sampel

Strata Jumlah Pohon (Batang) Populasi (KK) Sampel (KK)

I <50 80 15

II 50 – 100 51 10

III > 100 24 5

Jumlah 155 30

Untuk pedagang sampel yang menjadi responden adalah pedagang yang terlibat pada setiap mata rantai masing-masing saluran pemasaran. Adapun jumlah pedagang yang diambil dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3. Jumlah Sampel yang diambil Untuk Tiap Jenis Pedagang

No. Jenis Pedagang Jumlah Sampel

1. 2. 3.

Pedagang Pengecer Pedagang Besar Pedagang Pengumpul

15 3 10


(25)

Metode Pengumpul Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari Biro pusat statistik ( BPS ), dinas pertanian, kantor Dinas pertanian langkat, instansi terkait lainnya, buku serta literatur – literatur yang mendukung penelitian ini.

Metode Analisis Data

Analisis margin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut :

mji = Psi - Pbi, atau

mji = bti + I

I = mji - bti

Total margin pemasaran adalah :

MJ = Σ mji, atau Pr – Pf

Keterangan :

mji = margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i

Psi = harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-i

Pbi = harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i

bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i


(26)

MJ = total margin pemasaran

Pr = harga pada tingkat eksportir

Pf = harga pada tingkat petani produsen

Untuk nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut : i

bt I

Analisis korelasi harga digunakan untuk mengetahui hubungan antar tingkat pasar dan antar tingkat petani dengan tingkat eksportir. Untuk analisis ini dapat digunakan regresi linear sederhana, yaitu :

Y = bo + b1 + e

Dimana :

i i i x

y x


(27)

Sehingga hubungan harga pada tingkat petani ( Pf ) dan harga pada tingkat eksportir ( Pr ), seperti halnya persamaan :

Pf = a + b Pr

Dimana :

a = titik potong

b = koefisien regresi

Dari persamaan tersebut, akan didapatkan koefisien korelasi antara Pf dan Pr. Koefisien korelasi (r), antara Pf dan Pr dapat diduga dengan menggunakan formula :

2 2

i i

i i

y x

y x

r =

Keterangan :

Xi = harga di tingkat petani

Yi = harga di tingkat konsumen / eksportir

Koefisien korelasi yang tinggi merupakan indikator keeratan hubungan harga kedua tingkat pasar (kedua pasar terintegrasi sempurna).Sebaliknya koefisien korelasi yang rendah atau mendekati nol menunjukkan hubungan pasar tidak terintegrasi.


(28)

Elastisitas transmisi harga merupakan persentase perubahan harga di tingkat petani produsen akibat persentase perubahan harga di tingkat konsumen akhir.Analisis elastisitas transmisi harga digunakan untuk menggambarkan respons harga rambutan di tingkat petani produsen karena perubahan harga di tingkat eksportir melalui informasi harga. Untuk menghitung elastisitas transmisi harga digunakan formula :

r f j

P P x b

N = 1

Keterangan :

Nj = elastisitas transmisi harga

B = koefisien regresi

Pr = harga di tingkat petani produsen


(29)

Definisi dan Batas Operasional

Definisi

1. Petani rambutan adalah Petani yang mengusahakan tanaman rambutan dan

menerima hasil dari penjualan rambutan tersebut

2. Tataniaga adalah mata rantai saluran barang dari petani / produsen sampai ke konsumen akhir.

3. Pedagang pegumpul adalah pedagang yang membeli rambutan langsung

dari petani dan menjualnya kepada pengecer ataupun ke pedagang besar setelah melakukan penyortiran.

4. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli rambutan dari pedagang

pengumpulan dan menjual kepada pedagang pengecer

5. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil produksi

rambutan dari pedagang pengumpul ataupun dari pedagang besar untuk dijual langsung ke konsumen.

6. Share marjin petani adalah bagian yang diterima petani yaitu rasio antara harga jual akhir pada tingkat petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir.

7. Lembaga tataniaga adalah badan – badan usaha yang ikut berperan dalam proses pemasaran.

8. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan sebagai konsuensi logis dari pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga mulai dari produsen hingga diterima oleh konsumen.

9. Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh

konsumen dengan harga jual produsen.

10.Efisiensi tataniaga adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian prestasi kerja proses pemasaran bagi semua lembaga yang terkait dalam pemasaran.

Batas Operasional

1. Sampel dalam penelitian ini adalah petani rambutan di Binjai. 2. Waktu penelitian dilaksanakan 2012.


(30)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Binjai, Kecamatan Binjai Barat. Daerah ini dipilih karena daerah ini memiliki potensi sebagai daerah penghasilan rambutan . Selain dikenal sebagai kota dagang, Binjai juga dikenal sebagai kota penghasilan ramnutan.

Secara geografis wilayah Kota Binjai berada antara 3° 31’ 40” - 3° 40’ 2” Lintang Utara dan 98° 27’ 3” – 98° 32’ 32” Lintang Selatan dengan luas wilayah 90,23 km dengan batas – batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Binjai Utara

- Sebelah Selatan : Kabupaten Langkat

- Sebelah Barat : Kabupaten Langkat

- Sebelah Timur : Kecamatan Binjai Kota

Pola penggunaan lahan

Untuk mengetahui penggunaan lahan kota Binjai dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Penggunaan lahan Kelurahan Binjai, Tahun 2012

No Penggunaan Luas (Ha)

1. 2. 3.

Sawah Perumahan Lahan pertanian

147,00 640,00 299,00

Jumlah 1.086,00


(31)

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa lahan di Kelurahan Binjai banyak digunakan untuk pemukim yaitu 640 Ha dari 1.086 Ha luas kelurahan.Hanya sebagian kecil digunakan untuk sawah yaitu 147 Ha.Untuk lahan pertanian dipergunakan sekitar 299 Ha.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Jumlah penduduk Kelurahan Binjai, Tahun 2012

Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki – laki 22.297 0,51

Perempuan 21.330 0,49

Total 43.627 100

Sumber :kelurahan Binjai Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dikelurahan Binjai sejumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 0,51% dibandingkan dengan perempuan hanya 0,495 dari jumlah penduduk.

Tabel 3. Distribusi penduduk Menurut Umur di Kelurahan Binjai, tahun 2012

No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Perentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44

4.177 4.181 4.119 4.145 4.126 3.927 3.562 3.310 2.956 9,57 9,58 9,44 9,50 9,45 9,0 8,16 7,58 6,77


(32)

10 11 12 13 14

45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 Lebih dari 65

2.639 2.215 1.613 960 1.696 6,04 5,07 3,69 2,20 3,88

Jumlah 43.627 100

Sumber :Kelurahan Binjai tahun 2012

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan Binjai paling banyak berada pada kelompok umur 5 – 9 tahun yaitu 4.181 jiwa atau 9,58%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berada pada kelompok umur 60 – 64 tahun yaitu 2,20%.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kualitas Angkatan Kerja di Kelurahan Binjai, tahun 2012

No Kualitas angkatan kerja Jumlah Persentase (%)

1 2 3 4

D1 – D3 SLTA SLTP SD 652 775 322 145 16,72 19,87 8,25 3,72

JUMLAH 1,894 48,56

Sumber : Kecamatan Binjai Dalam Angka 2012

Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai tingkat pendidikan tamat SLTA umum/kejuruan/lainnya yaitu 775 atau 19,87 %, SLTP umum/sederajat 322 Orang atau 8,25 % dan sisanya tamat DII/DIII 652 orang atau 16,72 % dan tamat SD 145 orang atau 3,72 %.


(33)

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Karakteristik Petani Sampel

Uraian Range Rata - rata

Umur 32 – 59 48.03 Lama pendidikan 6 – 12 11.27 Pengalaman bertani rambutan 7 – 15 9.97 Jumlah tanggugan 1 – 6 3.17 Luas lahan 0.2 – 1.35 0.56 Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 5. Diatas dapat dilihat bahwa rata – rata umur petani adalah 48,03 tahun dengan range 32 – 59 tahun. Ini berarti bawha petani pada desa penelitian masih tergolong dalam usia produktif, sehingga memiliki tenaga kerja keluarga petani yang masih mampu untuk mengusahakan uasahataninya.

Untuk tingkat pendidikan di Binjai rata – rata lama pendidikan 11,27 tahun dengan range 6 – 12 dimana yang berpendidikan rendah (SD) ada 19 orang dan yang berpendidikan SMP ada 5 orang dan yang berpendidikan SMA ada 9 0rang dengan demikian petani sampel di Binjai mempunyai tingkat pendidikan rendah.

Pengalaman bertani rambutan rata – rata adalah 9.97 tahun dengan range 7 – 15 tahun.Dari rata – rata ini dapat dilihat bahwa pengalaman bertani dari masing – masing petani responden adalah bervariasi.


(34)

Jumlah anak yang merupakan tanggunggan dan setiap kepala keluarga petani rata – rata adalah 3 orang dengan range 1 – 6 orang.Hal ini memperlihatkan bahwa tanggungan setiap kepala keluarga termasuk besar. Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap distribusi pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja. Semakin banyak jumlah tanggunggan maka semakin besar pula pengeluaran keluarga.

Luas lahan yang dikelola petani rata – rata 0,56 Ha dengan range 0.2 – 1.35 Ha. Luas lahan petani akan berpengaruh terhadap jumlah populasi tanaman dan produksi rambutan. Hal tersebut akan mempengaruhin pendapatan yang diperoleh petani.

Dari desa sampel penelitian diambil 30 petani sampel secara purposive berdasarkan strata jumlah pohon rambutan. Dari sampel 30 sampel petani terdapat jumlah tanaman rambutan rata – rata 65,4 pohon dan produksi rata – rata 5238,9 ikat. Jumlah pohon dan produksi rata – rata petani sampel pada desa tersebut terlihat pada tabel berkut ini:

Tabel 6. Jumlah Pohon dan Produksi rata – rata Petani sampel, 2012

Srata Jumlah pohon Produksi

Range Rata - rata Range Rata – rata

15 – 40 50 – 80 100 – 120

24,1 63 109

1000 – 4000 4500 – 6500 8000 – 9000

1866,7 5450 8400

Over all 1537 65,4 124000 5238,9

Sumber : Data Primer Diolah, 2012

Karakteristik Pedagang Sampel

Penentuanpedagang sampel dilakukan dengan cara menanyakan kepada petani sampel kepada siapa mereka menjual rambutan dan dengan secara kebetulan dikenal di desa sampel dan pasar. Dengan cara tersebut maka diperoleh jenis jenis pedagang sampel mulai dari desa sampel sampai ke


(35)

komsumen. Jenis macam dan jumlah pedagang tersebut terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 7. Macam pedagang, jumlah dan domisili daerah operasional, 2012

No Macam pedagang Jumlah ( orang) Domisili dan daerah operasional

1 2 3

Pedagang pengumpul Pedagang Besar Peagang pengecer

10 3 15

Desa – Desa

Binjai – Pantai gemi Binjai, pusat pasar medan Sumber : Data Primer diolah : 2012

Jumlah pedagang pengumpul ada sebanyak 10 orang.Mereka adalah penduduk desa yang juga petani dengan status ekonomi yang tinggi di desanya.Pedagang pengumpul menyalurkan rambutan kepada pedagang besar yang berdomisili di binjai.Pedagang besar kemudian membeli rambutan dari pedagang pengumpul setelah terlebih dahulu mengadakan kesepakatan untuk transaksi jual – beli rambutan.

Pedagang besar kemudian menjual kepada pedagang pengecer yang ada di medan. Ada beberapa pedagang pengecer yang membeli rambutan langsusng kepada petani.Hal ini dilakukan pedagang pengecer karena harga yang mereka beli dari petani lebih murah dari pada mereka membeli dari pedagang besar. Sedangkan untuk pedagang pengecer yang berdomisili di medan, mereka membelinya dari pedagang besar karena petani memborongkan rambutannya langsung kepada pedagang pengumpul seminggu sebelum panen dengan alasan bahwa petani rambutan tidak mempunyai waktu dan tenaga yang cukup untuk mengawasi dan memanen rambutannya.


(36)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada daerah penelitian terdapat dua saluran pemasaran rambutan dimana pada saluran pertama ada 10 (33.33 %) orang petani menjual rambutan kepada pedagang pengumpul dengan sistem borongan.Hal ini disebabkan karena para petani tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menjaga, memanen dan memasarkan rambutannya.Kemudian pedagang pengumpul menjual kepada pedagang besar setelah terlebih dahulu terjadi kesepakatan.Kemudian pedagang besar menjual rambutan kepada pedagang pengecer yang berada di Medan. Pada saluran kedua ada 20 (66,67 %) orang petani yang menjual rambutannya langsung kepada pedagang pengecer. Hal ini disebabkan karena para petani mempunyai waktu yang cukup untuk menjaga dan memanen rambutan tersebut.Harga rambutan yang dijual petani pada saluran kedua lebih tinggi daripada harga yang dijual petani kepada pedagang pengumpul pada saluran pertama.

Saluran Tataniaga dan Persentase Barang yang Disalurkan untuk Masing-Masing Saluran Tataniaga

Dari gambaran umum penelitian di atas, dapat digambarkan dengan ringkas skema saluran tataniaga rambutan di daerah penelitian.Skema saluran tataniaga ini adalah skema saluran pemasaran rambutan yang berasal dari desa sampel.Data yang diambil adalah dari petani yang menanam rambutan dengan produksi berupa buah rambutan pada tahun 2012.


(37)

Adapun skema dan volume saluran pemasaran itu dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran Rambutan

Dari hasil penelitian diperoleh total produksi petani sampel sebesar 124000 ikat. Rambutan dari daerah penelitian terdistribusi dalam dua saluran pemasaran yaitu :

Petani

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen

Saluran I

69,05 % 85625 ikat

68,32 % 85000 ikat

67,97 % 84700 ikat

67,38 % 84200 ikat 29,65 %

37875 ikat 30,95 %

38375 ikat Saluran II


(38)

1. Saluran pemasaran I melalui pedagang pengumpul desa sebesar 85625 ikat atau sekitar 69,05 %.

2. Saluran pemasaran II melalui pedagang pengecer di Binjai sebesar 38375 ikat atau sebesar 30,95 %.

Volume rambutan terbesar disalurkan melalui pedagang pengumpul desa, dengan demikian saluran ini menjadi saluran utama dalam pemasaran rambutan di daerah penelitian.

Dari pedagang pengumpul desa, rambutan disalurkan kepada pedagang besar 85000 ikat (68,32 %) setelah menyusut 625 ikat. Dari pedagang besar rambutan disalurkan kepada pedagang pengecer di Medan sebesar 84700 ikat (67.97 %) setelah menyusut 300 ikat. Setelah pedagang pengecer Medan menjual ke konsumen sebesar 84200 ikat (67,38 %) setelah menyusut 500 ikat.

Sedangkan untuk saluran pemasaran kedua yaitu melalui pedagang pengecer di Binjai yang langsung menjual kepada konsumen sebesar 37875 ikat (29,78 %).

Fungsi-Fungsi Tataniaga

Dalam proses pemasaran terdapat fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh pihak produsen dan lembaga pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran merupakan unsur penting di dalam proses pemasaran rambutan terutama dalam hal kelancaran arus barang dari produsen ke konsumen. Tetapi sekaligus dapat membuat biaya pemasaran berfluktuasi.


(39)

Dari hasil penelitian diperoleh fungsi-fungsi yang diperankan oleh setiap lembaga pemasaran yang berperan di dalam proses pemasaran.

Tabel V.1. Fungsi-fungsi Tataniaga yang Dilakukan Pedagang Pengumpul

Fungsi-fungsi Pemasaran Yang Diemban Jenis Lembaga Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer

Di Binjai Di Medan

Penjualan Pembelian Penyimpanan Transportasi Pemilihan Pembungkusan Pengolahan Penyusutan Informasi Pasar Pembiayaan X X - - X X - X X X X X - X - - - X X X X X X X - X - X X X X X X - - - - X X X Sumber : Analisis data primer, 2012

Keterangan : X = Melakukan fungsi tersebut - = Tidak melakukan

Dari data-data dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit 6 fungsi. Dimana pedagang pengumpul melakukan 7 fungsi pemasaran, pedagang besar melakukan 6 fungsi pemasaran, pedagang pengecer Binjai melakukan 8 fungsi pemasaran dan pedagang pengecer Medan melakukan 6 fungsi pemasaran. Satu-satunya lembaga yang hampir melaksanakan semua fungsi pemasaran adalah pedagang pengecer rambutan Binjai.Oleh sebab itu wajar saja bila beban tataniaga itu lebih besar pada pedagang pengecer rambutan yang di Binjai.


(40)

Pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan dan transportasi karena untuk penyediaan transportasi itu dilakukan oleh pedagang besar.Pedagang besar tidak melakukan fungsi penyimpanan, pemilihan, pembungkusan karena untuk pemilihan sudah dilakukan oleh pedagang pengumpul sedangkan untuk fungsi penyimpanan dan pembungkusan dilakukan oleh pedagang pengecer Binjai.Hal ini disebabkan karena setelah dari pedagang pengumpul, rambutan tersebut langsung diambil oleh pedagang besar untuk kemudian disebarkan kepada pedagang pengecer yang ada di Binjai dan juga pedagang pengecer yang ada di Medan.

Pada tingkat petani (produsen), rambutan dijual kepada pedagang pengumpul seminggu sebelum panen dengan sistem borongan, dimana pemanenan dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan menggunakan beberapa orang tenaga kerja sehingga upah pemanenan ditanggung oleh pedagang pengumpul.Pedagang pengumpul selain melakukan fungsi penjualan dan pembelian juga melakukan fungsi sortasi.Fungsi sortasi (pemilihan) pada tingkat pedagang pengumpul adalah dengan melakukan tindakan memilih dan membeda-bedakan rambutan sesuai dengan besar kecilnya ukuran rambutan.Biaya sortir disatukan bersama dengan upah panjat dan upah mengikat.Pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan dan transportasi karena rambutan setelah selesai dipanen dan diikat langsung diambil dan diangkut oleh pedagang besar pada saat itu juga. Pedagang besar melakukan fungsi penyusutan karena ada beberapa ikat rambutan yang rusak akibat tertimpa rambutan lain pada waktu berada di dalam keranjang.


(41)

Pedagang pengecer untuk Binjai berbeda dengan pedagang pengecer Medan dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran, dimana pedagang pengecer.Binjai melakukan hampir semua fungsi pemasaran, selain melakukan fungsi penjualan dan pembelian juga melakukan fungsi penyimpanan dan transportasi dimana fungsi penyimpanan yang dilakukan disini apabila rambutan tidak habis laku dijual maka rambutan tersebut disimpan untuk dijual keesokan harinya. Pedagang pengecer Binjai membeli langsung rambutan kepada petani yang secara praktis melakukan kegiatan pemanjatan rambutan, memilih buah rambutan, mengikat rambutan dan memasukkan buah rambutan ke dalam keranjang kemudian mengangkut buah rambutan tersebut.Informasi pasar yang sangat sederhana mengenai harga rambutan sampai kepada petani diterima melalui pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan pedagang besar.

Struktur Pasar pada Saluran Tataniaga Rambutan

Dalam hal ini struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran pemasaran ditinjau berdasarkan jumlah pedagang maupun pembelinya pada saat proses jual beli rambutan tersebut. Ada beberapa struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran pemasaran yaitu pasar Oligopoli adalah struktur pasar dimana ada terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli, pasar Oligopsoni adalah struktur pasar dimana terdapat banyak penjual dan hanya beberapa pembeli. Selengkapnya struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(42)

Tabel V.2. Struktur Pasar yang terjadi pada Setiap Saluran Pemasaran Rambutan

Uraian Struktur pasar

yang dihadapi

Petani Pedagang Pengecer Binjai

Petani Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengumpul Pedagang Besar

Pedagang Besar Pedagang Pengecer Medan

Oligopsoni Oligopsoni Oligopsoni Oligopoli

Pada tingkat desa dimana petani menjual rambutannya kepada pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dimana struktur pasar yang terjadi adalah Oligopsoni.

Untuk memperkuat bargaining position, petani dapat merubah struktur pasar.Dengan merubah posisi dari price taker menjadi price maker.Hal ini dapat dilakukan dengan memberdayakan kelompok tani.Karena dengan adanya kelompok tani, maka para petani dapat bersatu untuk dapat mempertahankan posisinya sebagai price maker.Sehingga struktur pasar berubah menjadi satu penjual menghadapi beberapa pembeli (pasar oligopoly).Pada tingkat kecamatan/ kabupaten, hanya ada beberapa pedagang besar. Pada pasar Binjai terdapat lima pedagang pengecer. Sedangkan pada pusat pasar Medan terdapat sepuluh pedagang pengecer.


(43)

Upaya-Upaya yang dapat dilakukan untuk Meningkatkan Efisiensi Pasar Rambutan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik oleh petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar maupun pedagang pengecer untuk meningkatkan efisiensi dan kelancaran pemasaran rambutan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pedagang / lembaga pemasaran untuk meningkatkan efisiensi pemasaran rambutan dengan cara mengetahui informasi pasar tentang perkembangan harga rambutan di pasaran dan dengan menggunakan biaya pemasaran seefisien mungkin.

Upaya lain yang dapat dilakukan oleh petani rambutan adalah dengan cara merubah struktur pasar pemasaran rambutan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penjualan hasil panen mereka melalui wadah kelompok tani yang telah ada (memberdayakan kelompok tani), sehingga dengan demikian akan terbentuk suatu pasar dimana satu penjual menghadapi beberapa pembeli (pasar oligopoli). Dan ini juga merupakan salah satu cara untuk memperpendek mata rantai tataniaga, karena petani dapat langsung menjual hasil panennya melalui kelompok-kelompok tani tersebut tanpa melalui lembaga pemasaran lainnya. Dengan demikian semakin pendek saluran pemasaran tersebut maka biaya pemasaran pun dapat ditekan lebih kecil lagi dan semakin efisienlah pemasaran rambutan tersebut.


(44)

Pembahasan

Skema pembahasan dilakukan menurut aturan mulai dari mata rantai terbesar ke mata rantai yang lebih kecil.

Saluran Utama (1)

Skema arus pemasaran rambutan dalam saluran ini dengan singkat dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4. Saluran Pemasaran Utama (I)

Jika dilihat dari skema hasil penelitian, maka volume rambutan yang mengalir melalui saluran utama ialah sebesar 85625 ikat (69,05 %). Volume ini lebih besar jika dibandingkan dengan saluran lain.

Pedagang pengumpul menjual rambutan kepada pedagang besar sebesar 85000 ikat (68,32 %). Kemudian pedagang besar menjual rambutan kepada pedagang pengecer di pusat pasar Medan sebesar 84700 ikat (67,97 %).

Volume pembelian pedagang pengumpul berkisar 7.500 ikat hingga 9.750 ikat dengan jumlah total pembelian 85625 ikat.Pedagang pengumpul membeli rambutan dari petani berkisar Rp. 1.000 / ikat.

Petani Pedagang

Pengumpul

Pedagang Besar

Pedagang

Pengecer Konsumen


(45)

Biaya rata-rata tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel V.3. Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Pemasaran dan Profit (Jasa Pedagang) Pengumpul, 2012

No. Komponen Biaya Nilai (Rp.)

A. Harga beli rambutan dari petani Rp. 1000 x 85625 ikat

85.625.000

B. Biaya-biaya pemasaran :

1. Keranjang 2. Tali

3. Upah panjat + ikat + sortir 4. Marketing loss

5. Profit pedagang pengumpul

380.000 250.000 6.750.000 625.000 16.870.000

C. Harga jual ke pedagang besar 110.500.000

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Dari tabel V.3 dapat dilihat bahwa total biaya keranjang adalah Rp. 380.000. Dimana keranjang digunakan untuk sekali musim panen saja. Untuk mengetahui biaya keranjang perikatnya adalah dengan membagi jumlah total biaya keranjang dengan jumlah rambutan yang dibeli dari petani (ikat), yaitu Rp. 380.000 : 85625 ikat = Rp. 4,44 / ikat.

Besarnya biaya tali adalah Rp. 250.000 dengan biaya tali perikatnya adalah Rp. 250.00 : 85625 ikat = Rp. 2,92 / ikat.

Untuk upah panjat + ikat + sortir ini dilakukan dengan sistem borongan dimana total biaya upah panjat + ikat + sortir adalah Rp. 6.750.000 dengan biaya perikatnya adalah Rp. 6.750.000 : 85625 ikat = Rp. 78,83 / ikat.

Besarnya marketing loss dihitung dari penyusutan dikalikan dengan harga beli rambutan.Dari 85625 ikat rambutan yang dibeli terdapat 625 ikat rambutan yang tidak layak jual. Sehingga marketing loss perikat adalah Rp. 625.000 : 85625 ikat = Rp. 7,3 ikat. Sehingga total biaya pemasaran adalah Rp. 93,49 / ikat.


(46)

Besarnya profit margin yang diperoleh adalah Rp. 16.870.000 atau sebesar Rp. 197,02 / ikat. Selanjutnya rambutan dijual kepada pedagang besar (67,97 %). Dari pedagang pengumpul, rambutan tersebut dijual kepada pedagang besar.Biaya tata niaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar terdiri dari biaya transportasi dari desa tempat panen ke pedagang pengecer, retribusi daerah, upah muat dan bongkar, marketing loss.Besarnya biaya pedagang besar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel V.4. Volume Pembelian dan Penjualan Rambutan, Biaya Tataniaga dan Profit Margin (Jasa Pedagang Besar), 2012

No. Komponen Biaya Nilai (Rp.)

A. Harga beli rambutan dari Pedagang Pengumpul

Rp. 1300 x 85000 ikat

110.500.000

B. Biaya-biaya pemasaran :

1. Transportasi 2. Retribusi Daerah

3. Upah muat + bongkar

4. Marketing loss

5. Profit pedagang besar

2.250.000 90.000 900.000 390.000 38.330.000

C. Harga jual ke pedagang pengecer

Rp. 1800 x 84700 ikat 152.460.000

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Dari tabel V.4 dapat dilihat bahwa biaya transportasi adalah Rp. 2.250.000 ini meliputi biaya truk, supir, bensin selama proses pengangkutan. Biaya transportasi perikatnya adalah Rp. 2.250.000 : 85.000 ikat = Rp. 26,47.

Besarnya biaya retribusi daerah Rp. 90.000 dengan biaya perikatnya adalah Rp. 1,06 / ikat.


(47)

Untuk upah muat + bongkar besarnya biaya adalah Rp. 900.000 atau sebesar Rp. 10,59 / ikat.

Dari 85000 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang besar terdapat 300 ikat rambutan yang tidak dapat dijual lagi, sehingga nilai penyusutan (Marketing loss) dari 85000 ikat rambutan adalah Rp. 1300 x 300 ikat + Rp. 390.000 atau sebesar Rp. 4,59 / ikat. Setelah dijumlahkan maka total biaya pemasaran adalah Rp. 42,91 / ikat. Dengan harga jual Rp. 1800 / ikat pedagang besar memperoleh profit margin sebesar Rp. 38.300.000 atau sebesar Rp. 450,94 / ikat.

Selanjutnya rambutan dari pedagang besar dijual kepada pedagang pengecer.Harga beli pedagang pengecer dari pedagang besar adalah Rp. 1800 / ikat.Pedagang pengecer melakukan pembelian apabila rambutan sebelumnya sudah habis terjual.Tabel berikut ini memperlihatkan besarnya biaya rata-rata tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer.

Tabel V.5. Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Tataniaga dan Profit Margin (Jasa Pedagang Pengecer), 2012

No. Komponen Biaya Nilai (Rp.)

A. Harga beli rambutan dari Pedagang Besar

Rp. 1800 x 84700 ikat 152.460.000

B. Biaya-biaya pemasaran :

1. Sewa tempat + keamanan

2. Plastik pembungkus

3. Kebersihan

4. Marketing loss 5. Profit pedagang

400.000 200.000 100.000 900.000 14.340.000

C. Harga jual ke pedagang pengecer

Rp. 2000 x 84200 ikat 168.400.000


(48)

Dari tabel V.5 dapat dilihat bahwa biaya sewa tempat + keamanan adalah Rp. 400.000 atau sebesar Rp. 4,72 / ikat, dimana sewa tempat + keamanan ini untuk biaya selama satu bulan.

Untuk plastik pembungkus besarnya biaya adalah Rp. 200.000 atau sebesar Rp. 2,36 / ikat. Sedangkan besarnya biaya kebersihan adalah Rp. 100.000 atau sebesar Rp. 1,18 / ikat.

Dari 84700 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang pengecer terdapat 500 ikat rambutan yang tidak dapat dijual, sehingga nilai penyusutan (Marketing loss) dari 84700 ikat rambutan adalah Rp. 1800 x 500 ikat = Rp. 900.000 atau sebesar 10,63 / ikat. Setelah dijumlahkan maka total biaya pemasaran adalah 18,89 / ikat.

Dengan harga jual Rp. 2000 / ikat pedagang pengecer memperoleh profit margin sebesar Rp. 14.340.000 atau sebesar Rp. 169,30 / ikat.

Setelah diketahui besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh tiap lembaga pemasaran, maka dapat diperoleh price spread dan share margin dengan membandingkan besarnya biaya tersebut terhadap besarnya harga yang harus dibayar konsumen terakhir.

Untuk lebih jelasnya, besarnya price spread dan share margin tataniaga rambutan pada saluran pemasaran 1 dapat dilihat pada tabel V.6.


(49)

Tabel V.6. Price Spread (Rp.) dan Share Margin (%) Saluran Pemasaran Utama (I)

No. Komponen Biaya

Price Spread (Rp.)

Share Margin (%)

A. Harga beli dari petani 85.625.000 50,85

B. Total biaya tata niaga 1. Keranjang

2. Tali

3. Plastik pembungkus

4. Retribusi daerah

5. Sewa tempat + keamanan

6. Upah panjat + ikat + sortir

7. Upah muat + bongkar

8. Transportasi

9. Kebersihan

10.Marketing loss 11.Profit pedagang

380.000 250.000 200.000 90.000 400.000 6.750.000 900.000 2.250.000 100.000 1.915.000 69.540.000 0,23 0,15 0,12 0,05 0,24 4,01 0,53 1,33 0,06 1,14 41,29

C. Harga beli konsumen 168.400.000 100

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Dari tabel V.6 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang adalah Rp. 13.235.000 atau sebesar Rp. 155,29 / ikat dengan share margin 7,86. Sedangkan jumlah total profit pedagang adalah Rp. 69.540.000 atau sebesar Rp. 812, 14 / ikat dengan share margin 41,29 %.


(50)

Dari Tabel V. 6 dapat dibuat rekapitulasi volume pembelian rambutan, harga beli, biaya tataniaga dan profit margin. Rekapitulasi volume pembelian, harga beli, biaya tataniaga dan profit margin perikat.

Tabel V. 7 Rekapitulasi volume pembelian, harga beli, biaya tataniaga dan profit margin saluran utama

Uraian Lembaga Pemasaran

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Volume pembeliaan ( ikat ) 85625 85000 84700

Harga beli ( Rp / ikat ) 1000 1300 1800

Harga jual ( Rp / ikat ) 1300 1800 2000

Biaya tataniaga ( Rp / ikat ) 93,49 42,71 18,89

Profit ( Rp / ikat ) 197,02 450,94 169,30

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Dari tabel V.7 dapat dilihat bahwa :

1. Biaya tataniaga yang tinggi terdapat pada pedagang pengumpul rambutan sebesar Rp. 93,49 / ikat. Hal ini disebabkan karena biaya upah panjat + ikat + sortir yang tinggi, sehingga mengakibatkan biaya tataniaga pada pedagang pengumpul rambutan lebih besar dari pada pedagang besar dan pedagang pengecer.


(51)

2. Profit margin lembaga pemasaran yang tinggi terdapat pada pedagang besar yaitu sebesar Rp. 450,94 / ikat. Hal ini disebkan karena selisih harga beli rambutan dan harga jual yang cukup tinggi.

Dari Tabel V.8 dapat pula dibuat rekapitulasi share margin tataniaga rambutan melalui saluran utama ( I ).

Tabel V.8 Rekapitulasi share margin petani rambutan, pedagang dan biaya pemasaran pada saluran pemasaran I .

Uraian Pedagang pengecer Rambutan

Share margin petani ( % ) Share margin pedagang ( % ) Share margin biaya pemasaran (% )

50,85 41,29 7,86 Sumber : Data Primer Diolah 2012

Dari tabel V.8 dapat dilihat bahwa share margin petani adalah 50,58 %, sedangkan share margin pedagang yaitu 41,29 dan share margin biaya pemasaran adalah 7,86 %.

Mata Rantai Saluran Kedua

Skema arus rambutan dalam saluran ini dengan singkat digambarkan sebagai berikut :

30,95 % 29,65 %

Gambar 5 : saluran pemasaran kedua

Petani Pedagang


(52)

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa saluran kedua ini petani menjual rambutan kepada pedagang pengecer sebesar 38375 ikat ( 30,95% ). Kemudian pedagang pengecer menjual rambutan kepada konsumen sebesar 37875 ikat (29,65%). Pedagang pengecer membeli rambutan dengan harga 1300/ ikat dan menjual dengan harga Rp. 1600/ikat. Biaya – biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer terdiri dari biaya transportasi dari desa ke pasar Binjai, upah muat ditambah bongkar, sewa ditambah keamanan, plastik pembungkus dan biaya kebersihan, biaya rata – rata tataniaga yang dikeluarkan oleh kelima pedagang pengecer dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel V.9. volume pembelian ditambah penjualan, biaya tataniaga dan profit margin ( jasa pedagang ) pengecer, 2012.

No Komponen Biaya Jumlah ( Rp )

A Harga beli dari petani Rp. 1300 x 38375

ikat

49.887.500

B Biaya Pemasaran

1. Biaya Transportasi

2. Upah muat + bongkar

3. Sewa tempat

4. Plastik pembungkus

5. Biaya kebersihan 6. Marketing loss 7. Profit pedagang

250. 000 100.000 150.000 100.000 25.000 650.000 9.437.500


(53)

Dari tabel V.9 dapat dilihat bahwa biaya transportasi Rp. 250.000 atau sebesar Rp. 6,51 / ikat, dimana biaya transportasi disini adalah biaya mengangkut rambutan dari petani ke pedagang pengecer selama satu musim panen. Upah muat + bongkar adalah RP. 100.000 atau sebesar Rp. 2,61 / ikat. Untuk biaya sewa tempat + keamanan adalah Rp. 150.000 atau sebesar Rp. 3,90 / ikat.

Biaya plastik pembungkus adalah Rp. 100.000 atau sebesar Rp. 2,61 / ikat sedangkan biaya kebersihan adalah Rp. 25.000 atau sebesar Rp. 0,65/ ikat.

Dari 38375 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang pengecer Binjai terdapat 500 ikat rambutan yang tidak dapat dijual lagi. Sehingga nilai penyusutan ( Marketing loss ) Rp. 650.000 atau sebesar Rp. 16,94 / ikat. Total biaya pemasaran Rp. 1.275.000 atau sebasar 33,22 / ikat.

Dengan harga jual Rp. 1600 / ikat pedagang pengecer memperoleh profit pedagang sebesar Rp.9.437.500 atau sebesar Rp. 245,93 / ikat.


(54)

Dari uraian diatas dapat dibuat price spread dan share margin dan saluran pemasaran kedua sebagai berikut :

Tabel V. 10. Price spread dan share margin saluran pemasaran kedua ( Pedagang Pengecer Binjai) 2013.

No Komponen Biaya Tataniaga Price Spread

( Rp )

Share Margin ( % )

A Harga beli dari petani Rp. 1300 x 38375 49.887.500 82,32

B Total biaya Tataniaga

1. Biaya Transportasi

2. Upah muat + bongkar

3. Sewa tempat + keaman

4. Plastik pembungkusan

5. Biaya kebersihan 6. Marketing loss

7. Profit margin + jasa pedagang

250.000 100.000 150.000 100.000 25.000 650.000 9.437.500

0,41 0,17 0,25 0,17 0,04 1,07 15,15

C Harga beli konsumen Rp. 1600 x 7575

ikat

60.600.000 100

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Dari tabel V. 10 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya pemasaran yang dikeluarga oleh pedagang adalah Rp. 1.275.000 atau sebesar Rp. 33,22 / ikat dengan share margin 2,11 %. Sedangkan jumlah Profit pedagang adalah Rp. 9.437.500 atau sebesar Rp. 245,93 / ikat dengan share margin 15,57 %.


(55)

Rekapitulasi Margin dan Price Spread Lembaga Pemasaran Saluran Kedua

Tabel V. 11 Rekapitulasi Margin dan Price Spread Lembaga Pemasaran Saluran Kedua.

Uraian Lembaga Pemasaran

Pedagang Pengecer

Volume pembelian ( ikat ) 36375

Harga beli ( Rp/ikat ) 1300

Harga jual ( Rp/ikat ) 1600

Biaya Tataniaga ( Rp/ikat ) 33,22

Profit ( Rp/ikat ) 245,93

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Dari tabel V.11 di atas dapat dilihat bahwa :

1. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer stabat adalah Rp. 33,22/ikat

2. Profit margin yang diperoleh pedagang pengecer Stabat adalah Rp. 245, 93/ikat.


(56)

Dari uraian diatas dapat dibuat Rekapitulasi Share margin lembaga pemasaran dan biaya pemasaran

Tabel V.12. Rekapitulasi Share margin petani, pedagang pengecer, biaya pemasaran

Uraian Pedagang pengecer

Petani ( % ) 82,32

Pedagang ( % ) 15,57

Biaya pemasaran ( % ) 2,11

Dari tabel V.12 dapat dilihat bahwa share margin petani adalah 82,32 5, sedangkan Share margin pedagang adalah 15,57 % dan share margin Biaya pemasaran adalah 2,11 %.


(57)

KESIMPULAN DA SARAN

Kesimpulan

1. Didaerah penelitian terdapat 2 saluran pemasaran Rambutan yaitu saluran I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 % dan saluran II adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengecer 30,95 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi secara langsung.

2. Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi

pemasaran dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran.

3. Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran

dari harga beli konsumen untuk masing-masing saluran pemasaran adalah sebagai berikut:

a. Saluran I, margin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%,

biaya tataniaga 7,86

b. Saluran II, margin petani adalah 82,32%, mrgin pedagang 15,57%,

biaya tataniaga 2,11%

4. Strutur pasar adalah pasar Oligopsoni yaitu di tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, meskipun masih ada yang cenderung Oligopoli yaitu di tingkat Kecamatan dan Kabupaten.

5. Besarnya margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran rambutan

adalah :

- Saluran pemasaran I margin pemasarannya adalah Rp. 972,55/ikat - Saluran pemasaran II margin pemasarannya adalah Rp. 279,15/ikat

6. Tingkat efisiensi tataniaga berada diantara yang paling rendah 2,10 % dan yang tertinggi 12,99 %. Dari segi petani tingkat efisiensi belum cukup baik, dilihat dari harga jual petani yang relatif rendah dan struktur pasar yang dihadapi.


(58)

Saran

1. Kepada petani rambutan, diharapkan untuk dapat lebih memperbaiki

mutu/kualitas rambutan yang dihasilkan agar mampu bersaing. Sehingga dengan dilakukannya uasah meningkatkan mutu rambutan diharapkan penerimaan harga jual petani lebih besar.

2. Untuk memperoleh harga yang lebih baik, sebaiknya petani membentuk

wadah bersama yang akan memasarkan rambutan hasil produksi petani, misalnya dengan lebih mengaktifkan kelompok tani atau koperasi yang telah ada, serta berusaha menjalin hubungan dagang (langganan) yang baik.

3. Kepada pengambilan kebijakan diharapkan untuk lebih memperhatikan

kesejahteraan petani rambutan dengan cara menyediakan bantuan modal kepada para petani. Pemerintah juga diharapkan untuk lebih mengaktifkan koperasi yang ada untuk menampung dan memasarkan hasil panen petani.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Gultom, H.L.T. 1996. Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Kalie, M. G. 1994. Rambutan :VaretasUnggul. Kanisius, Jakarta.

Kotler, P. 1992. ManajemenPemasaran Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga, Jakarta.

Lamb, C., Hair, J., Mc.Daniel, C. 2001. Pemasaran. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mahisworo. 1989. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.

_________. 1998. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Nasution,W.E. 1993. Metode Riset. Bumi Aksara, Jakarta.

Rukmana, R. 2002. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis. Kanisius, Jakarta.

Rukmana, R. 2004. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis. Kanisius, Jakarta.

Sihaeni.2007. Penunutun Praktis Bertanam Rambutan.

Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. PT. Radja Grafindo, Jakarta.

_________. 1995. Dasar Managemen Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.


(60)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Tahun 2012 Sampel Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Luas lahan (Ha) Jumlah Pohon (Batang) Produksi (Ikat)

1 54 6 9 2 0.20 15 1000

53 9 9 4 0.20 15 1000

3 47 6 8 3 0.24 18 1375

4 46 6 7 2 0.25 20 1625

5 49 6 9 2 0.25 20 1500

6 55 9 8 5 0.26 20 1500

7 40 6 10 4 0.30 20 1500

8 54 12 10 4 0.30 22 1500

9 57 6 12 4 0.30 22 1500

10 38 6 11 2 0.35 25 1500

11 42 6 10 4 0.38 25 2000

12 53 12 9 2 0.40 30 2000

13 55 12 7 2 0.40 30 2000

14 44 6 15 4 0.40 40 4000

15 45 6 15 1 0.45 40 4000

16 48 9 10 6 0.50 50 4500

17 41 12 15 3 0.50 50 4500

18 47 12 9 5 0.60 55 5000

19 50 6 8 2 0.60 60 5000

20 35 6 9 3 0.64 60 5000

21 32 6 7 3 0.65 65 5500

22 40 9 10 4 0.66 65 5500

23 57 6 11 4 0.70 70 6000

24 59 6 8 1 0.75 75 6500

25 55 6 15 2 0.80 80 6500

26 50 6 10 4 1.00 100 8000

27 52 6 11 4 1.00 100 8000

28 46 9 8 2 1.20 110 8500

29 48 12 15 5 1.25 115 8500

30 49 6 15 2 1.35 120 9000

Total 1441 241 290 95 16.88 1537 124000


(61)

Lampiran 2. Karakteristik Pedagang Besar

Sampel Umur

(Tahun)

Pengalaman Berdagang

(Tahun)

Volume Pembelian

(Ikat)

Harga Beli

(Rp/ikat) Sumber Pembelian

Volume penjualan

(ikat)

Harga jual

(Rp/ikat) Dijual Kepada Fungsi - Fungsi

1 55 10 26250 1300 Pedagang Pengumpul 26170 1800 Pedagang Pengecer Penjualan

2 55 15 28750 1300 Pedagang Pengumpul 28650 1800 Pedagang Pengecer Pembelian

3 58 20 30000 1300 Pedagang Pengumpul 29880 1800 Pedagang Pengecer Transfortasi

Penyusutan

Informasi pasar

Pembiayaan

Pengemasan

Pemilihan

Total 168 45 85000 3900 84700 5400


(62)

Lampiran 3. Biaya Pemasarn Rambutan Pada Saluran Pemasaran Utama No Sampel Lembaga Pemasaran Vol. Pembeli (Ikat) Harga Beli (Rp/ikat) Vol. Penjualan ( Ikat) Harga Jual

(Rp/ikat) Keranjang Tali

Upah Panjat +Ikat+Sortir Plastik Pembungkus (Rp) Restribusi (Rp) Sewa Tempat + Keamanan Upah Muat + Bongkar Transportasi (Rp) Marketing Loss (Rp) Total Biaya (Rp) Profit (Rp)

1 P. Pengumpul 7500.00 1000.00 7435.00 1300.00 30000 21000 600000 65000 716000 1449500 2 P. Pengumpul 7500.00 1000.00 7437.00 1300.00 32000 21000 625000 63000 741000 1427100 3 P. Pengumpul 8125.00 1000.00 8065.00 1300.00 38000 23000 650000 60000 771000 1588500 4 P. Pengumpul 8125.00 1000.00 8063.00 1300.00 38000 23000 675000 62000 798000 1558900 5 P. Pengumpul 8125.00 1000.00 8061.00 1300.00 38000 23000 675000 64000 800000 1554300 6 P. Pengumpul 8562.00 1000.00 8501.00 1300.00 39000 26000 685000 61000 811000 1678300 7 P. Pengumpul 8563.00 1000.00 8501.00 1300.00 40000 26000 700000 62000 828000 1660300 8 P. Pengumpul 9687.00 1000.00 9625.00 1300.00 41000 28000 712000 62000 843000 1982500 9 P. Pengumpul 9688.00 1000.00 9625.00 1300.00 41000 28000 712000 63000 844000 1980500 10 P. Pengumpul 9750.00 1000.00 9687.00 1300.00 43000 31000 716000 63000 853000 1990100

Jumlah 85625.00 10000.00 85000.00 13.000.000 380000 250000 6750000 625000 8005000 16870000

Rata - rata 8562.00 1000.00 8500.00 1300.00 38000 25000 675000 62500 800500 1687000

1 P. Besar 26250.00 1300.00 26170.00 1800.00 - 25000 275000 700000 104000 1104000 11877000 2 P. Besar 28750.00 1300.00 28650.00 1800.00 - 30000 300000 750000 130000 1210000 12985000 3 P. Besar 30000.00 1300.00 29880.00 1800.00 - 35000 325000 800000 156000 1316000 13468000

Jumlah 85000.00 3900.00 84700.00 5400.00 90000 900000 2250000 390000 3630000 36330000


(1)

KESIMPULAN DA SARAN

Kesimpulan

1. Didaerah penelitian terdapat 2 saluran pemasaran Rambutan yaitu saluran I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 % dan saluran II adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengecer 30,95 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi secara langsung.

2. Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi

pemasaran dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran.

3. Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran

dari harga beli konsumen untuk masing-masing saluran pemasaran adalah sebagai berikut:

a. Saluran I, margin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%,

biaya tataniaga 7,86

b. Saluran II, margin petani adalah 82,32%, mrgin pedagang 15,57%,

biaya tataniaga 2,11%

4. Strutur pasar adalah pasar Oligopsoni yaitu di tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, meskipun masih ada yang cenderung Oligopoli yaitu di tingkat Kecamatan dan Kabupaten.

5. Besarnya margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran rambutan

adalah :

- Saluran pemasaran I margin pemasarannya adalah Rp. 972,55/ikat - Saluran pemasaran II margin pemasarannya adalah Rp. 279,15/ikat 6. Tingkat efisiensi tataniaga berada diantara yang paling rendah 2,10 % dan

yang tertinggi 12,99 %. Dari segi petani tingkat efisiensi belum cukup baik, dilihat dari harga jual petani yang relatif rendah dan struktur pasar yang dihadapi.


(2)

Saran

1. Kepada petani rambutan, diharapkan untuk dapat lebih memperbaiki

mutu/kualitas rambutan yang dihasilkan agar mampu bersaing. Sehingga dengan dilakukannya uasah meningkatkan mutu rambutan diharapkan penerimaan harga jual petani lebih besar.

2. Untuk memperoleh harga yang lebih baik, sebaiknya petani membentuk

wadah bersama yang akan memasarkan rambutan hasil produksi petani, misalnya dengan lebih mengaktifkan kelompok tani atau koperasi yang telah ada, serta berusaha menjalin hubungan dagang (langganan) yang baik.

3. Kepada pengambilan kebijakan diharapkan untuk lebih memperhatikan

kesejahteraan petani rambutan dengan cara menyediakan bantuan modal kepada para petani. Pemerintah juga diharapkan untuk lebih mengaktifkan koperasi yang ada untuk menampung dan memasarkan hasil panen petani.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Gultom, H.L.T. 1996. Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Kalie, M. G. 1994. Rambutan :VaretasUnggul. Kanisius, Jakarta.

Kotler, P. 1992. ManajemenPemasaran Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga, Jakarta.

Lamb, C., Hair, J., Mc.Daniel, C. 2001. Pemasaran. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mahisworo. 1989. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.

_________. 1998. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Nasution,W.E. 1993. Metode Riset. Bumi Aksara, Jakarta.

Rukmana, R. 2002. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis. Kanisius, Jakarta.

Rukmana, R. 2004. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis. Kanisius, Jakarta.

Sihaeni.2007. Penunutun Praktis Bertanam Rambutan.

Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. PT. Radja Grafindo, Jakarta.

_________. 1995. Dasar Managemen Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.


(4)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Tahun 2012 Sampel Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Luas lahan (Ha) Jumlah Pohon (Batang) Produksi (Ikat)

1 54 6 9 2 0.20 15 1000

53 9 9 4 0.20 15 1000

3 47 6 8 3 0.24 18 1375

4 46 6 7 2 0.25 20 1625

5 49 6 9 2 0.25 20 1500

6 55 9 8 5 0.26 20 1500

7 40 6 10 4 0.30 20 1500

8 54 12 10 4 0.30 22 1500

9 57 6 12 4 0.30 22 1500

10 38 6 11 2 0.35 25 1500

11 42 6 10 4 0.38 25 2000

12 53 12 9 2 0.40 30 2000

13 55 12 7 2 0.40 30 2000

14 44 6 15 4 0.40 40 4000

15 45 6 15 1 0.45 40 4000

16 48 9 10 6 0.50 50 4500

17 41 12 15 3 0.50 50 4500

18 47 12 9 5 0.60 55 5000

19 50 6 8 2 0.60 60 5000

20 35 6 9 3 0.64 60 5000

21 32 6 7 3 0.65 65 5500

22 40 9 10 4 0.66 65 5500

23 57 6 11 4 0.70 70 6000

24 59 6 8 1 0.75 75 6500

25 55 6 15 2 0.80 80 6500

26 50 6 10 4 1.00 100 8000

27 52 6 11 4 1.00 100 8000

28 46 9 8 2 1.20 110 8500

29 48 12 15 5 1.25 115 8500

30 49 6 15 2 1.35 120 9000

Total 1441 241 290 95 16.88 1537 124000


(5)

Lampiran 2. Karakteristik Pedagang Besar

Sampel Umur

(Tahun)

Pengalaman Berdagang

(Tahun)

Volume Pembelian

(Ikat)

Harga Beli

(Rp/ikat) Sumber Pembelian

Volume penjualan

(ikat)

Harga jual

(Rp/ikat) Dijual Kepada Fungsi - Fungsi

1 55 10 26250 1300 Pedagang Pengumpul 26170 1800 Pedagang Pengecer Penjualan

2 55 15 28750 1300 Pedagang Pengumpul 28650 1800 Pedagang Pengecer Pembelian

3 58 20 30000 1300 Pedagang Pengumpul 29880 1800 Pedagang Pengecer Transfortasi

Penyusutan

Informasi pasar

Pembiayaan

Pengemasan

Pemilihan

Total 168 45 85000 3900 84700 5400


(6)

Lampiran 3. Biaya Pemasarn Rambutan Pada Saluran Pemasaran Utama No Sampel Lembaga Pemasaran Vol. Pembeli (Ikat) Harga Beli (Rp/ikat) Vol. Penjualan ( Ikat) Harga Jual

(Rp/ikat) Keranjang Tali

Upah Panjat +Ikat+Sortir Plastik Pembungkus (Rp) Restribusi (Rp) Sewa Tempat + Keamanan Upah Muat + Bongkar Transportasi (Rp) Marketing Loss (Rp) Total Biaya (Rp) Profit (Rp)

1 P. Pengumpul 7500.00 1000.00 7435.00 1300.00 30000 21000 600000 65000 716000 1449500

2 P. Pengumpul 7500.00 1000.00 7437.00 1300.00 32000 21000 625000 63000 741000 1427100

3 P. Pengumpul 8125.00 1000.00 8065.00 1300.00 38000 23000 650000 60000 771000 1588500

4 P. Pengumpul 8125.00 1000.00 8063.00 1300.00 38000 23000 675000 62000 798000 1558900

5 P. Pengumpul 8125.00 1000.00 8061.00 1300.00 38000 23000 675000 64000 800000 1554300

6 P. Pengumpul 8562.00 1000.00 8501.00 1300.00 39000 26000 685000 61000 811000 1678300

7 P. Pengumpul 8563.00 1000.00 8501.00 1300.00 40000 26000 700000 62000 828000 1660300

8 P. Pengumpul 9687.00 1000.00 9625.00 1300.00 41000 28000 712000 62000 843000 1982500

9 P. Pengumpul 9688.00 1000.00 9625.00 1300.00 41000 28000 712000 63000 844000 1980500

10 P. Pengumpul 9750.00 1000.00 9687.00 1300.00 43000 31000 716000 63000 853000 1990100

Jumlah 85625.00 10000.00 85000.00 13.000.000 380000 250000 6750000 625000 8005000 16870000

Rata - rata 8562.00 1000.00 8500.00 1300.00 38000 25000 675000 62500 800500 1687000

1 P. Besar 26250.00 1300.00 26170.00 1800.00 - 25000 275000 700000 104000 1104000 11877000

2 P. Besar 28750.00 1300.00 28650.00 1800.00 - 30000 300000 750000 130000 1210000 12985000

3 P. Besar 30000.00 1300.00 29880.00 1800.00 - 35000 325000 800000 156000 1316000 13468000

Jumlah 85000.00 3900.00 84700.00 5400.00 90000 900000 2250000 390000 3630000 36330000