Analisis Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

(1)

ANALISIS TATANIAGA KEPITING DI DESA PANTAI GADING,

KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH:

MAYA ANGGRAINI S 110304008

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS TATANIAGA KEPITING DI DESA PANTAI GADING,

KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH:

MAYA ANGGRAINI S 110304008

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D) (Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si) NIP. 196703031998022001 NIP. 196309281998031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

MAYA ANGGRAINI S (110304008)

dengan judul skripsi Analisis Tataniaga Kepiting Di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga, fungsi tataniaga,

price spread dan share margin, serta efisiensi setiap saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading. Penentuan sampel dengan metode penelusuran dengan sampel produsen sebanyak 15 sampel, Agen sebanyak 5 sampel, Pedagang Pengecer sebanyak 4 sampel. Data yang digunakan adalah data primer data skunder. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Shepherd, Metode Acharya dan Aggarwal, Composite Index Methode, Marketing Efficiency Index Methode dan Metode Soekartawi.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat tiga saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu I) Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen, II) Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen, III) Produsen – Konsumen. (2) Lembaga tataniaga melakukan fungsi pemasaran yang berbeda -beda. (3) Marjin pemasaran terendah terdapat pada saluran III yaitu Rp0/kg. (4) saluran III merupakan saluran pemasaran yang paling efisien.


(4)

MAYA ANGGRAINI S lahir di Desa Aek Bange Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan pada tanggal 11 Februari 1994. Anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Usman dan Ibu Sutriani.

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 016553 Aek Bange dan lulus pada tahun 2005

2. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Aek Kuasan dan lulus pada tahun 2008

3. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Telekomunikasi Ssandhy Putra Medan dan lulus pada tahun 2011

4. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN Undangan.

5. Pada bulan Agustus 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Kelurahan Pangkalan Batu Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. 6. Pada bulan Mei 2015 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Pantai Gading


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat

ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada:

1. Kedua orangtua tercinta Bapak Usman dan Ibu Sutriani yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu memberikan segala ilmu pengetahuan untuk membimbing, memberikan masukan dan arahan, serta bantuan dalam menyusun skripsi ini.

3. Ibu Dr. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU.

4. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian USU, khususnya Dosen Program Studi Agribisnis yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh Pegawai dan Staff Fakultas Pertanian USU yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.


(6)

selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, dukungan, dan motivasi kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman tersayang Ade Rezkika Nst, Ade Silvana Sari, Annisa Azzahra, Denti Juli Irawati, Dwi Uteri, Lathifah Khairani, M. Sidik Pramono, Mutiara Sani, Risa Januarti, Syari Syafrina, Yuli Hariani, serta teman seperjuangan mahasiswa Agribisnis FP USU stambuk 2011 yang banyak membantu penulis dalam masa perkuliahan ini.

8. Teman-teman Pers Mahasiswa Suara USU khususnya angkatan 27, 28, adik-adik bagian perusahaan serta teman-teman di Gang. Keluarga Febry H. Putri, Lestifah, Rizki Syahwani Hsb, Tya Sundari Tamba, Widari Putri yang selalu memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan skripsi.

9. Bapak Alvian selaku penyuluh pertanian di Desa Pantai Gading dan para produsen, agen, pedagang pengecer kepiting yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian.

Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak di atas. Semoga ALLAH SWT membalas dengan sesuatu yang lebih baik lagi. Amin.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Tataniaga dan Pemasaran ... 8

2.2.2 Saluran Tataniaga ... 10

2.2.3 Biaya Tataniaga ... 12

2.2.4 Efisiensi Tataniaga ... 13

2.3 Penelitian Terdahulu ... 13

2.4 Kerangka Pemikiran ... 16

2.5 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Metode Lokasi Penelitian ... 18

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 24

3.5.1 Definisi ... 24

3.5.2 Batasan Operasional ... 26

BAB IV DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN ... 27

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian ... 27


(8)

4.3.2 Pedagang Perantara ... 32

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Saluran Tataniaga ... 34

5.1.1 Saluran I ... 35

5.1.2 Saluran II ... 36

5.1.3 Saluran III ... 36

5.2 Fungsi-Fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga ... 37

5.2.1 Produsen ... 37

5.2.2 Agen ... 38

5.2.3 Pedagang Pengecer ... 38

5.3 Price Spread dan Share Margin ... 39

5.3.1 Saluran I ... 39

5.3.2 Saluran II ... 41

5.3.3 Saluran III ... 43

5.4 Efisiensi Pemasaran ... 43

5.4.1 Metode Shepherd ... 44

5.4.2 Metode Acharya dan Aggarwal ... 44

5.4.3 Composite Index Methode ... 45

5.4.4 Marketing Efficiency Index Method ... 46

5.4.5 Metode Soekartawi ... 47

5.4.6 Efisiensi Pemasaran Semua Metode ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Luas Areal Usaha Tambak Kabupaten Langkat 2013 2 2 Produksi dan Harga Pembeli Kepiting di Kabupaten

Langkat

3 3 Keragaan Produksi Budidaya Kepiting di Provinsi

Sumatera Utara 2014

18 4 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Air Payau

menurut Jenis Ikan Utama yang Diusahakan

18

5 Data Luas Desa Pantai Gading 2013 27

6 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Pantai Gading Tahun 2013

28 7 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Formal di Desa Pantai Gading Tahun 2013

29 8 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di

Desa Pantai Gading Tahun 2013

29 9 Sarana dan Prasarana di desa Pantai Gading Tahun 2013 30

10 Karakteristik Produsen 31

11 Karakteristik Agen 32

12 Karakteristik Pedagang Pengecer 33

13 Fungsi-fungsi tataniaga yang Dilakukan Lembaga Tataniaga

37 14 Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran

Pada Saluran I (Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen)

39

15 Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran II (Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen)

41

16 Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran II (Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen)

43

17 Efisensi Saluran Pemasaran dengan Metode Shepherd 44 18 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Acharya

dan Aggarwal

45

19 Indikator dalam Composite Index Methode 45

20 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Composite Index Methode

46 21 Efisiensi Pemasaran dengan Marketing Efficiency Index

Method

46 22 Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Soekartawi 47


(10)

Gambar Judul Halaman

1 Skema Kerangka Penelitian 17

2 Skema Saluran Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

34

3 Skema Saluran I Tataniaga Kepiting 35

4 Skema Saluran II Tataniaga Kepiting 35


(11)

ABSTRAK

MAYA ANGGRAINI S (110304008)

dengan judul skripsi Analisis Tataniaga Kepiting Di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga, fungsi tataniaga,

price spread dan share margin, serta efisiensi setiap saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading. Penentuan sampel dengan metode penelusuran dengan sampel produsen sebanyak 15 sampel, Agen sebanyak 5 sampel, Pedagang Pengecer sebanyak 4 sampel. Data yang digunakan adalah data primer data skunder. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Shepherd, Metode Acharya dan Aggarwal, Composite Index Methode, Marketing Efficiency Index Methode dan Metode Soekartawi.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat tiga saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu I) Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen, II) Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen, III) Produsen – Konsumen. (2) Lembaga tataniaga melakukan fungsi pemasaran yang berbeda -beda. (3) Marjin pemasaran terendah terdapat pada saluran III yaitu Rp0/kg. (4) saluran III merupakan saluran pemasaran yang paling efisien.


(12)

1.1 Latar Belakang

Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang dunia setelah Kanada. Disepanjang pantai tersebut kurang lebih 1,2 juta Ha memiliki potensi sebagai lahan tambak yang digunakan untuk mengelola tambak udang baru 300.000 Ha, sisanya masih belum dikelola. Maka dari itu peluang untuk membangun budidaya kepiting masih terbuka lebar (Rosmaniar, 2008).

Kepiting Bakau (Scylla Sp.) atau dikenal dengan Kepiting Soka merupakan salah satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai, khususnya di hutan-hutan bakau (Mangrove). Dengan sumber daya hutan bakau yang luas, maka Indonesia dikenal sebagai pengekspor kepiting yang cukup besar dibandingkan dengan negara-negara lainnya (Irmawati, 2005).

Untuk semester I tahun 2013, dari Indonesia ekspor kepiting dan produk olahannya mencapai 19.786 ton. Volume ekspor ini meningkat 25,76% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yaitu 15.733 ton. Adapun nilai ekspor kepiting tercatat pada tahun 2012 lalu US$ 183,7 juta pada semester I atau setara dengan Rp 2,09 triliun, menjadi US$ 198,0 juta (Rp 2,25 triliun) naik 7,82% pada semester I tahun 2013. Amerika Serikat menjadi pasar ekspor kepiting terbesar dengan volume ekspor 5.711 ton senilai US$ 104,7 juta atau Rp 1.193 triliun (Dinas Perikanan dan Kelautan, 2014).


(13)

2

Menurut Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara (2014) Kabupaten Langkat adalah salah satu daerah sentra produksi Kepiting Bakau. Jumlah tambak yang ada di Kabupaten Langkat meliputi 8 kecamatan yaitu Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang dan Pangkalan Susu, dengan luas sekitar 2.010 Ha (2014) yang berpotensi sebagai pengembangan tambak udang dan kepiting. Adapun luas areal usaha yang berpotensi sebagai tambak terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Luas area usaha tambak kabupaten langkat 2013

Kecamatan Budidaya

Tambak (Ha) Kolam (Ha) Sawah (Ha)

Secanggang 453,00 12,00 -

Tanjung Pura 376,00 4,50 -

Gebang 347,00 2,40 -

Babalan 138,40 1,00 -

Sei Lepan 47,30 1,70 -

Brandan Barat 68,00 1,60 -

Besitang 41,80 6,00 -

Pangkalan Susu 452,00 3,00 -

Pematang Jaya - 0,50 -

Langkat 1.923,50 118,80 3,25

2011 1.863,00 163,36 0,00

2010 2.071,27 116,06 3,33

2009 1.865,04 113,20 3,25

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat

Semua jenis Kepiting Bakau berpotensi dikembangkan menjadi Kepiting Soka maupun Kepiting Gendong Telur. Namun, kepiting berbadan besar sangat berpotensi untuk dijadikan Kepiting Cangkang Lunak. Di pasaran, harga Kepiting Soka dan Kepiting Gendong Telur berkali lipat dari harga kepiting biasa, mencapai 3-4 kali lipat (Nurdin dan Armanda, 2010).


(14)

Secara rinci perkembangan jumlah produksi dan harga kepiting di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi dan Harga Pembeli Kepiting di Kabupaten Langkat Tahun Produksi (Ton) Harga Pembeli (Rp/Kg)

2013 356,4 25.000

2012 356,4 30.000

2011 392.0 40.000

2010 356,4 25.000

2009 320,1 20.000

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2014

Berdasarkan data diatas produksi kepiting di Kabupaten Langkat relatif stabil, namun sejak tahun 2012 harga kepiting terus menurun, hal tersebut terjadi akibat saluran pemasaran yang ada di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat kurang memahami fungsi disetiap saluran pemasaran tersebut. Dengan penjelasan yang telah diutarakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana saluran tataniaga kepiting dan tingkat efisiensi tataniaga kepiting.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana saluran tataniaga kepiting yang terjadi di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat?

2. Bagaimana fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat?


(15)

4

3. Bagaimana marjin tataniaga, price spread dan share margin yang diterima oleh masing-masing saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat?

4. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis saluran tataniaga kepiting yang terjadi di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

2. Menganalisis fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan pada setiap saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

3. Menganalisis marjin tataniaga, price spread dan share margin yang diterima oleh masing-masing saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

4. Menganalisis tingkat efisiensi tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan penelitian yang berkelanjutan.


(16)

2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian mengenai tataniaga kepiting

3. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Kepiting adalah binatang crustacea. Hewan yang dikelompokkan ke dalam Filum

Athropoda, Sub Filum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder

Pleocyemata dan Infraorder Brachyura (Linneaeus, 1758).

Kepiting merupakan fauna yang habitat dan penyebarannya terdapat di air tawar, payau dan laut. Jenis-jenisnya sangat beragam dan dapat hidup di berbagai setiap perairan. Sebagaian besar kepiting yang kita kenal banyak hidup di perairan payau terutama di dalam ekosistem mangrove. Beberapa jenis yang hidup dalam ekosistem ini adalah Hermit Crab, Uca sp, Mud Lobster dan kepiting bakau (Prianto, 2007).

Kepiting berbeda dengan produk perikanan lainnya seperti ikan. Ikan dapat diolah menjadi ikan olahan dengan cara penggaraman dan pengeringan melalui metode yang sederhana dan alami. Namun usaha pengolahan pada kepiting bakau tidak dapat dilakukan seperti ikan. Hal ini dikarenakan kepiting memiliki struktur kulit yang keras. Beberapa pengolahan kepiting seperti pasteurisasi dalam pengalengan daging ranjungan yaitu menggunakan kaleng plat timah (Julianti, 2007).

Saluran pemasaran hasil perikanan dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian adil dari seluruh yang dibayarkan konsumen kepada pihak yang ikut serta di dalam kegiatan pemasaran (Rahardi et al, 2001).


(18)

Saluran pemasaran kepiting dapat berupa hubungan langsung antara produsen dan konsumen dapat pula melalui beberapa saluran. Fungsi penunjang yang meliputi keperluan pembelanjaan dan stok kepiting produsen untuk penjualan, penanggungan resiko terhadap kerusakan kepiting selama distribusi dan penyimpanan, standar kualitas mutu dan ukuran kepiting, serta informasi kebutuhan pasar maupun konsumen terhadap kepiting. Nelayan penangkap dan petani tambak kepiting pada umumnya hanya memproduksi, sedangkan lembaga-lembaga dalam saluran pemasaran kepiting bertugas untuk melaksanakan aktivitas pemindahan sehingga dapat meningkatkan kegunaan. Peningkatan kegunaan ini yang memungkinkan penjualan menjadi produktif (Winardi, 1980).

Pendek atau panjangnya saluran pemasaran akan menyebabkan perbedaan dalam harga jual. Pada saluran yang lebih panjang, harga jual akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga jual komoditi yang sama pada saluran pemasaran yang lebih pendek. Kondisi inilah yang menyebabkan masih rendahnya efisiensi pemasaran kepiting (Mubyarto, 1995).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Tataniaga Dan Pemasaran

Tataniaga adalah suatu sistem yang meliputi cara, model strategi penyampaian barang dan jasa dari sektor produsen ke konsumen. Rangkaian proses penyampaian ini banyak variasinya yang mempengaruhi keadaan sosial budaya dalam perekonomian masyarakat (Srigandono, 1998).


(19)

8

Di dalam pemasaran, pemasar tidak boleh mengabaikan daya biaya yang terkait dengan berbagai macam saluran distribusi. Banyak konsumen percaya bahwa makin pendek saluran, makin rendah biaya distribusi, tetapi bahwa sebaliknyalah yang benar. Perantara adalah spesialis yang menyelenggarakan fungsi-fungsi distribusi secara efisien dan efektif daripada yang bisa dilakukan produsen. Jadi, biaya distribusi bagi produsen akan lebih rendah jika saluran yang digunakan lebih panjang. Saluran langsung dan pendek menuntut investasi besar dipihak produsen, yang harus memperkerjakan armada penjualan dan staff administrasi yang besar untuk hal ini (Kotler, 1993)

Menurut Kohls dan Uhl (1985), fungsi fungsi tataniaga diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama yaitu:

1) Fungsi Pertukaran, merupakan kegiatan yang melibatkan pertukaran kepemilikan melalui proses penjualan dan pembelian antara penjual dan pembeli. Fungsi pertukaran terdiri atas:

a. Pembelian; merupakan kegiatan menentukan jenis barang dan jasa yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan mengalihkan kepemilikan.

b. Penjualan; merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan permintaan melalui strategi promosi dan periklanan untuk dapat menarik minat pembeli serta terciptanya kepuasaan konsumen dari jumlah, bentuk, mutu.

2) Fungsi Fisik; merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan barang atau jasa berupa penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik atas


(20)

produk guna menimbulkan nilai guna, tempat, bentuk, waktu, dan kepemilikan. Fungsi fisik terdiri atas:

a. Pengangkutan; bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa pada tempat yang tepat sesuai dengan jumlah, waktu, dan mutu.

b. Penyimpanan; bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa tersedia pada waktu yang diinginkan.

c. Pengolahan; merupakan kegiatan mengubah bentuk produk untuk memperpanjang daya tahan produk serta meningkatkan nilai tambah produk tersebut.

3) Fungsi Fasilitas merupakan kegiatan memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas terdiri atas:

a. Standarisasi dan grading. Standarisasi adalah ukuran yang menjadi standar ukuran yang menjadi standar penentuan mutu terhadap suatu barang dapat berupa warna, bentuk, ukuran, kadar air, dan tingkat kematangan. Grading adalah tindakan menggolongkan atau mengklarifikasi barang agar menjadi seragam.

b. Pembiayaan; merupakan kegiatan mengelola keuangan yang diperlukan selama proses pemasaran.

c. Penganggungan resiko; merupakan kegiatan yang menghitung tingkat kehilangan atau kerugian selama proses pemasaran.

d. Informasi pasar; merupakan kegiatan mengumpulkan, menginterpretasikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan untuk kelancaran proses pemasaran.


(21)

10

2.2.2 Saluran Tataniaga

Menurut Angipora (1999), ada beberapa bentuk saluran tataniaga yang ada dan digunakan yaitu:

1. Produsen – Konsumen

Bentuk saluran ini adalah bentuk saluran yang paling pendek dan sederhana sebab tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen.

2. Produsen – Pengecer – Konsumen

Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen, dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kembali kepada konsumen.

3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Jenis saluran ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara langsung tetapi menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja. Kemudian pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer hingga akhirnya sampai ditangan konsumen.

4. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen didalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama.


(22)

5. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjual kepada konsumen.

2.2.3 Biaya Tataniaga

Biaya tataniaga terbentuk atau terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga dari barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu, biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek pada harga beli konsumen. Disamping itu biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga kurang atau tidak efisien (Gultom, 1996).

Biaya tataniaga suatu produk diukur secara kasar dengan margin dan spread

(Soekartawi, 1984).

Komponen biaya tataniaga terdiri atas semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang, dan keuntungan (profit margin)

yang diambil oleh middleman atau lembaga tataniaga atas modalnya dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktivitas pemasaran tersebut. Setelah dikelompokkan menurut jenis biaya yang sama, maka marketing margin ini disebut price spread. Dan jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin (Gultom, 1996).


(23)

12

Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan price spread

dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang didua tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir atau antara grosir dan eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

2.2.4 Efisiensi Tataniaga

Didalam rangka perbaikan tataniaga tujuan yang ingin dicapai adalah keuntungan maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Penurunan ongkos tataniaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tataniaga, oleh karena tinggi rendahnya ongkos tataniaga tidak selalu mempengaruhi efisiensi tataniaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tataniaga suatu komoditi serta menaikkan kualitas komoditi (hal ini berarti meningkatkan kepuasan konsumen) merupakan salah satu faktor penting didalam meningkatkan efisiensi tataniaga (Sihombing, 2010).

Efisiensi pemasaran untuk komoditas pertanian dalam suatu sistem pemasaran dianggap efisien apabila: 1) Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, 2) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran (Mubyarto, 1986).

Pengukuran efisiensi pemasaran yang menggunakan perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran dan mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2004).


(24)

2.3 Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Luhut Sihombing (2005) yang berjudul analisis tataniaga kentang di propinsi Sumatera Utara. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistika. Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rantai pemasaran kentang. Pertama, petani – pedagang pengumpul – pedagang besar/agen eksportir - eksportir belawan. Kedua, petani – pusat pasar – pusat pasar propinsi (Medan) – pengecer – konsumen akhir. Ketiga, petani – pedagang pengumpul desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran kentang di daerah penelitian belum efisien. Hal ini dicirikan oleh harga yang diterima petani produsen masih rendah yaitu sebesar 34,95%, rendahnya profit share yaitu 13,21%, tingginya marketing margin, nisbah margin keuntungan yang kurang merata di antara middleman, rendahnya nilai koefisien korelasi dan elastisitas transmisi harga. Upaya penyempurnaan sistem tataniaga dapat ditempuh dengan penguatan kelembagaan yang ada (kelompok tani dan KUD), sehingga fungsi-fungsi tataniaga seperti informasi pasar, risk manajemen dapat bekerja secara optimal.

Berdasarkan penelitian Putra Bisuk (2009) yang berjudul analisis tataniaga dan elastisitas transmisi harga CPO internasional terhadap harga TBS kelapa sawit di desa Menanti kecamatan Sosa kabupaten Padang Lawas, metode analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dan tabulasi sederhana dengan perhitungan

price spread, share margin, perhitungan efisiensi dan elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua saluran pemasaran kelapa sawit di


(25)

14

desa mananti yaitu petani - pedagang pengumpul/agen – PKS (saluran pemasaran I) dan petani – KUD – PKS (saluran pemasaran II). Saluran pemasaran pemasaran kelapa sawit di daerah penelitian diperoleh share profit yang berbeda antara pedagang pengumpul/agen dan KUD dan share profit KUD. Nilai efisien yang terdapat pada saluran pada saluran pemasaran I dan II kelapa sawit didaerah penelitian adalah lebih kecil daripada 50%, sehingga saluran pemasaran kelapa sawit didaerah penelitian efisien. Koefisien harga CPO internasional bernilai 0,983, artinya dengan persentase perubahan peningkatan harga CPO internasional 1% maka persentase perubahan harga TBS naik sebesar 0,983%.

Dalam penelitian Hirorimus Limbong (2013) yang berjudul Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Hasil penelitian menunjukkan pada tingkatan petani, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share marginnya sebesar 0,94%. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share marginnya sebesar 4,09%. Sedangkan untuk pedagang pengecer,

price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 212,- dengan share marginnya sebesar 3,85%. 2. Biaya tataniaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi margin (share margin) pedagang yang menyalurkan sayuran sawi, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan yang paling besar di banding lembaga tataniaga yang lain yang terlibat dalam saluran pemasaran. Saluran tataniaga sayuran sawi yang ada di daerah penelitian efisien.

Berdasarkan penelitian Afthri Sutrati Ulya (2015) yang berjudul Analisis Pemasaran Pancake Durian di Kota Medan. Metode analisis yang digunakan


(26)

adalah analisis deskriptif untuk menganalisis saluran pancake durian mulai dari produsen hingga konsumen dan fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran

pancake durian. Penelitian tersebut menyimpulkan terdapat empat saluran pemasaran. Pertama, produsen – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen. Kedua, produsen – pedagang besar – konsumen. Ketiga, produsen – pedagang pengecer – konsumen. Keempat, produsen – konsumen. Saluran pemasaran pancake durian di kota Medan sudah tergolong efisien dan dari keempat saluran pemasaran tersebut share produsen diatas 70%.

2.4 Kerangka Pemikiran

Pemasaran kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat melibatkan beberapa pihak yaitu produsen, agen, pengecer, konsumen akhir. Pola penyampaian kepiting ini disebut saluran tataniaga. Di dalam tataniaga suatu produk biasanya terdapat lebih dari satu saluran tataniaga.

Pihak yang terlibat dalam penyampaian kepiting disebut dengan lembaga tataniaga. Setiap lembaga tataniaga tersebut akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga seperti fungsi penjualan, fungsi pembelian, fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, fungsi pengambilan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Masing-masing lembaga tataniaga tidak selalu melakukan fungsi yang sama.

Semakin panjang saluran tataniaga yang terjadi maka semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat. Lembaga yang terlibat akan melakukan fungsi tataniaga yang mengakibatkan penambahan biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga tataniaga.


(27)

16

Biaya tataniaga suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan share margin.

Marjin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh pembeli terakhir (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Jika nilai share margin telah diketahui maka akan diperoleh pula besar nilai efisiensi tataniaga kepiting. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Ada Hubungan

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang disebutkan maka diambil hipotesis bahwa tataniaga kepiting di daerah penelitian termasuk efisien.

TATANIAGA KEPITING

Saluran Tataniaga

Fungsi-fungsi Tataniaga

Harga

Marjin Pemasaran

Share Margin


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Pantai Gading kecamatan Secanggang kabupaten Langkat. Daerah ini ditentukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah sentra produksi tambak kepiting terbesar di Sumatera Utara. Berikut Tabel keragaan produksi budidaya kepiting di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.

Tabel 3. Keragaan Produksi Budidaya Kepiting di Provinsi Sumatera Utara 2014

No. Kabupaten/Kota Tahun (ton) Jumlah Petani Budidaya (KK)

1. Langkat 870,6 985,0

2. Serdang Bedagai 647,5

Total 1.581,1 985,0

Sumber: Dinas Perikanan Budidaya Sumatera Utara (2014)

Tabel 3 menunjukkan bahwa di Sumatera Utara hanya terdapat dua kabupaten yang melakukan kegiatan budidaya kepiting. Kabupaten Serdang Berdagai memproduksi 647,5 ton/tahun dengan jumlah petani budidaya yang tidak diketahui. Sedangkan pada Kabupaten Langkat memproduksi 870,6 ton pertahun dengan 985 petani budidaya.

Jumlah rumah tangga usaha budidaya air payau menurut jenis ikan utama yang diusahakan di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.


(29)

18

Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Air Payau menurut Jenis Ikan Utama yang Diusahakan

Budidaya Air Payau

No. Jenis ikan utama Jumlah Rumah Tangga

1. Kepiting 274

2. Udang vaname 189

3. Nila 121

4. Udang Windu 90

5. Bandeng 64

6. Kerapu Lumpur 36

7. Mujair 17

8. Udang Putih 14

9. Belanak 8

10. Kerapu Karng 2

Jumlah 801

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat (2013)

Apabila ditinjau menurut kecamatan, hasil Sensus Pertanian (ST) 2013 menunjukkan bahwa kecamatan Secanggang merupakan kecamatan yang memiliki jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan terbanyak (657 rumah tangga), diikuti oleh Kecamatan Pangkalan Susu yang tercatat memiliki sebanyak 373 rumah tangga usaha budidaya ikan.

Kecamatan Secanggang ini terdiri atas 4 desa yang melakukan usaha tambak kepiting sebagai mata pencaharian utama masyarakat antara lain: Desa Secanggang, Desa Selotong, Desa Tanjung Ibus, dan Desa Pantai Gading. Di antara desa tersebut, Desa Pantai Gading merupakan salah satu desa dengan penduduknya mayoritas melakukan usaha tambak pembesaran kepiting (Kantor Camat Secanggang, 2014).

3.2 Metode Pengambilan Sampel 3.2.1 Produsen

Pengambilan sampel produsen kepiting dengan menggunakan tekhnik


(30)

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiono, 2010). Metode ini digunakan karena tidak diketahuinya jumlah populasi produsen kepiting di Desa Pantai Gading.

Metode nonprobability sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data (Hasan, 2002). Banyaknya sampel produsen kepiting diambil 15 orang.

3.2.2 Pedagang

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel agen dan pedagang pengecer yang digunakan adalah metode penelusuran (tracer study). To trace artinya mengikuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Arti kata menelusuri dapat diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu (Arikunto, 2002).

Penelusuran yang dilakukan berdasarkan informasi dari petani, maka diperoleh sampel adalah sebagai berikut:

 Sampel agen pengumpul sebanyak 5 orang

 Sampel pedagang pengecer sebanyak 4 orang

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui secara langsung dari produsen dan pedagang perantara melalui pengamatan, wawancara, dan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data yang


(31)

20

diambil meliputi identitas sampel, harga pembelian dan penjualan, volume pembelian dan penjualan, serta biaya pemasaran. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara untuk memperoleh data produksi dan harga kepiting di Langkat.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis untuk identifikasi masalah pertama dilakukan dengan metode analisis deskriptif yaitu dengan menganalisis saluran pemasaran kepiting mulai dari produsen hingga konsumen.

Untuk identifikasi masalah kedua juga menggunakan analisis deskriptif dengan menganalisis fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga kepiting.

Model perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah ketiga adalah sebagai berikut:

1) Menghitung Marjin Tataniaga (Sudiyono, 2004)

Mji = Psi – Pbi atau Mji = bti + i

Dimana:

Mji = Margin pada lembaga tataniaga tingkat ke –i (Rp/Kg) Psi = Harga jual pada pemasaran tingkat ke –i (Rp/Kg) Pbi = Harga beli pada pemasaran tingkat ke –i (Rp/Kg) bti = Biaya pemasaran tingkat ke –i (Rp/Kg)

i = Keuntungan pemasaran tingkat ke –i (Rp/Kg)


(32)

Sm =

��

��

%

Dimana:

Sm = Share margin (%)

Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang perantara (Rp) Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen (Rp)

3) Menghitung nisbah marjin keuntungan adalah sebagai berikut: �

�� Dimana:

I = Keuntungan lembaga tataniaga (Rp/kg) Bti = Biaya tataniaga (Rp/kg)

Menurut Thamizhselvan dan Murugan (2012), untuk menghitung efisiensi tataniaga kepiting pada masalah ke-4 dapat dianalisis dengan menggunakan empat metode.

Maksud digunakannya empat metode ini adalah melihat efisiensi tataniaga secara menyeluruh jika dilihat dari komponen yang berbeda. Baik dilihat dari segi harga produsen maupun harga konsumen. Empat metode tersebut, yaitu:

1) Metode Shepherd

� = (� �) − Dimana:

ME = Efisiensi Pemasaran V = Harga Konsumen (Rp/kg)


(33)

22

I = Biaya Pemasaran (Rp/kg)

Nilai ME yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi tataniaga yang tinggi dan sebaliknya. Sehingga semakin besar harga yang dibayarkan oleh konsumen maka saluran tataniaga tersebut semakin efisien.

2) Metode Acharya dan Aggarul

ME = MC + MMFP Dimana:

ME = Efisiensi Pemasara FP = Harga Produsen (Rp/kg) MC = Biaya Pemasaran (Rp/kg) MM = Marjin Pemasaran (Rp/kg)

Nilai ME yang tinggi menunjukkan efisiensi tataniaga yang tinggi dan sebaliknya. Di dalam metode ini efisiensi tataniaga dilihat dari perbandingan harga yang diterima produsen dengan biaya tataniaga ditambah marjin keuntungan. Sehingga jika harga yang diterima produsen besar maka semakin efisien saluran tataniaga tersebut.

3) Composite index Method

Pada metode ini digunakan tiga indikator yaitu share produsen, biaya tataniaga, dan marjin keuntungan. Ketiga indikator untuk setiap saluran tataniaga tersebut akan diberi skor. Misal untuk share produsen, semakin besar share produsen maka semakin baik suatu saluran tataniaga. Karena terdapat tiga saluran tataniaga maka skor mulai 1,2,3 sehingga saluran dengan share produsen tertinggi diberi skor 1 dan saluran seterusnya dengan skor 2 dan 3. Total nilai composite index


(34)

method diperoleh dengan menjumlahkan nilai skor di setiap saluran kemudian dibagikan jumlah indikator yang digunakan. Indeks efisiensi tataniaga yang rendah menunjukkan saluran yang lebih efisien. Adapun rumusnya sebagai berikut:

�� =� Dimana:

MEI = Indeks efisiensi tataniaga

Rj = Total skor indikator setiap saluran Nj = Jumlah indikator

4) Marketing Efficiency Index Method

Pada metode ini efisiensi tataniaga dihitung dengan rumus: ME = +Marjin Pemasaran Rp/kg

Biaya Pemasaran Rp/kg

Efisiensi tataniaga yang tinggi ditunjukkan oleh nilai ME yang tinggi dan sebaliknya. Pada metode ini efisiensi tataniaga terjadi jika biaya tataniaga yang dikeluarkan lebih kecil dari marjin keuntungan lembaga tataniaga.

Menurut Soekartawi (2002), efisiensi tataniaga juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Ep =Biaya pemasaran Rp/kg

Harga Konsumen Rp/kg x %

Dimana jika nilai Ep semakin kecil, maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi saluran pemasaran.

Maka pasar yang tidak efisien akan terjadi kalau: 1. Biaya pemasaran semakin besar, dan


(35)

24

2. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi kalau:

1. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi.

2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian istilah dalam penelitian ini maka diberikan beberapa definisi dan batasan operasional.

3.5.1 Definisi

1) Produsen kepiting adalah pelaku yang melakukan budidaya kepiting sebagai pekerjaan utamanya, dan menjual hasil usahanya kepada agen. 2) Konsumen adalah orang yang membeli kepiting.

3) Distributor/agen adalah pedagang pembeli kepiting dari produsen kepiting kemudian menjual kembali kepada pedagang pengecer.

4) Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual kepiting kepada konsumen.

5) Saluran tataniaga adalah kumpulan lembaga-lembaga yang secara langsung atau tidak langsung terlibat di dalam kegiatan tataniaga barang/jasa yang saling mempengaruhi, dengan tujuan mengalokasikan seumber daya alam secara efisien guna memenuhi kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya.


(36)

6) Fungsi tataniaga adalah aktivitas, usaha atau jasa-jasa yang dilaksanakan dalam proses penyebaran barang (pasca panen, penjualan, pembelian, transportasi)

7) Biaya tataniaga adalah semua komponen harga yang dikerluarkan selama menjalankan fungsi-fungsi tataniaga.

8) Price spread adalah semua ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan penyampaian barang dari produsen ke konsumen.

9) Share margin adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen akhir.

10)Marjin keuntungan adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani perodusen.

11)Nisbah marjin keuntungan adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga dengan biaya tataniaga yang dikeluarkan. 12)Efisiensi tataniaga adalah nisbah antara biaya yang dikeluarkan untuk

memasarkan tiap unit produk dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen.

3.5.2 Batasan Operasional

1) Penelitian ini dilakukan di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

2) Sampel penelitian adalah produsen kepiting, agen, dan pedagang pengecer di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. 3) Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2015.


(37)

BAB IV

DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian

Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Sebelum tahun 2005 wilayah desa Pantai Gading merupakan bagian dari desa Karang Gading, kemudian pada tahun 2005 desa Karang Gading melakukan pemekaran yang merupakan awal dari terbentuknya desa Pantai Gading. Desa ini awalnya dibagi atas delapan dusun, namun pada 2010 lalu menjadi sepuluh dusun dan terakhir pada 2013 lalu ditambah menjadi tiga belas dusun. Desa ini memiliki luas 3527,2 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Desa Selotong

 Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

 Sebelah Barat : Desa Karang Gading

 Sebelah Timur : Desa Kuala Besar Tabel 5. Data Luas Desa Pantai Gading 2013

No Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sawah 350,12 10

2 Perkebunan (bukan Sawah) 606,48 17,2

3 Perumahan dan non pertanian 442,59 12,54

4 Hutan Suaka 2000 56,8

5 Hutan Mangrove 128 3,42

Jumlah 3527,2 100

Sumber: Arsip Desa Pantai Gading Kec. Secanggang Kab. Langkat

Desa Pantai Gading terletak pada ketinggian 3 mdpl. Desa ini memiliki temperatur 240C - 360C dengan curah hujan rata-rata dari 100mm – 200mm/tahun. Memiliki jarak kira-kira 15 Km dari pusat pemerintahan kecamatan dan memiliki


(38)

jarak kira-kira 36 Km dari ibu kota kabupaten, serta memiliki jarak kira-kira 58 Km dari ibukota provinsi.

4.1.1 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa Pantai Gading tahun 2013 berjumlah 4.203 jiwa yang tersebar disetiap tiga belas dusun. Dengan jumlah penduduk laki-laki 2259 jiwa dan jumlah perempuan 1944 jiwa. Adapun perhitungan berdasarkan jumlah Kepala keluarga (KK) dihuni oleh 1179 jiwa. Sehingga kepadatan penduduk dapat dihitung sebagai berikut 4203/1179 adalah 3,56.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Pantai Gading Tahun 2013

No Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1 0-4 267 6,3

2 5-9 464 11

3 10-14 435 10,3

4 15-19 382 9

5 20-24 369 9

6 25-30 485 11,5

7 31-40 706 16,7

8 41-60 876 21

9 ≥ 61 219 5,2

Jumlah 4.203 100

Sumber: Arsip Desa Pantai Gading Kec. Secanggang Kab. Langkat

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada kelompok umur 41-60 tahun sebanyak 876 jiwa sebesar 21%, sedangkan penduduk yang terendah terdapat pada kelompok umur ≥ 61 tahun sebanyak 219 jiwa sebesar 5,2%. Kelompok umur produktif (15-60 tahun) sebanyak 2.818 jiwa (67,2%) yang berarti hanya 1.385 jiwa (32,8%) penduduk yang kurang produktif.


(39)

28

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Pantai Gading Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan USIA Jumlah Persentase (%)

1 Belum TK 3-6 21 0,5

2 Sedang TK 3-6 142 3,37

3 Sedang sekolah 7-18 1.003 23,8

4 Tidak pernah sekolah 18-56 20 0,47

5 Tidak tamat SD 18-56 232 5,51

SD - 407 9,7

6 Tidak tamat SLTP 12-56 73 1,8

7 Tidak tamat SLTA 18-56 396 9,42

8 SMP - 1.680 40

9 SMA - 198 4,71

10 Diploma 1 - 6 0,14

11 Diploma 2 - 2 0,04

12 Diploma 3 - 2 0,04

13 Strata 1 - 21 0,5

Jumlah 4203 100

Sumber: Arsip Desa Pantai Gading Kec. Secanggang Kab. Langkat

Tabel 7 menunjukkan tingkat pendidikan paling besar jumlahnya adalah pada SMP yaitu sebanyak 1.680 orang (40%). Kemudian diikuti oleh Sedang Sekolah sebanyak 1.003 orang (23,8%), SD sebanyak 407 orang (9,7%). Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah Diploma 1 sebanyak 2 orang (0,04%) dan Diploma 2 yaitu sebanyak 2 orang (0,04%).

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Pantai Gading Tahun 2013

No Uraian Jumlah Persentase (%)

1 Petani 528 35,2

2 Nelayan 534 35,6

3 Pegawai Negri Sipil 14 1

4 Buruh 19 1,26

5 TNI 1 0,06

6 Polri 2 0,19

7 Bidan 2 0,19

8 Peternak 18 1,2

9 Pengusaha Kecil dan Menengah 289 19,2

10 Lainnya 92 6

Jumlah 1.499 100


(40)

Tabel 4 menunjukkan penduduk desa Pantai Gading memiliki beragam mata pencaharian/pekerjaan. Sebagian besar penduduk desa Pantai Gading adalah berprofesi nelayan dan petani. Penduduk yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak 534 jiwa dengan persentase sebesar 35,6%, sedangkan penduduk yang berprofesi sebagai petani sebanyak 528 jiwa dengan persentase sebesar 35,2%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan antara penduduk dengan berprofesi sebagai nelayan dan petani adalah sebesar 0,4% atau 6 jiwa.

4.2Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di desa Pantai Gading terdiri dari sekolah, tempat peribadatan, transportasi, air bersih dan sanitasi dan kesehatan. Kelima jenis sarana dan prasarana ini tersedia dengan kondisi baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di desa Pantai Gading Tahun 2013 No Fasilitas Sarana dan

Prasarana

Jumlah

1 Pendidikan TK

SD

3 4

2 Transportasi Jembatan Beton

Pelabuhan

2 2 3 Tempat Peribadatan Masjid

Musholla

4 4

4 Kesehatan Posyandu 4

5 Perkantoran Kantor Desa 1

Sumber: Arsip Desa Pantai Gading Kec. Secanggang Kab. Langkat

Tabel 9 menunjukkan sarana dan prasarana di desa Pantai Gading masih sangat minim, dimana fasilitas kesehatan seperti puskesmas tidak ada didaerah tersebut. Sarana dan prasarana untuk sekolah di desa Pantai Gading hanya TK sebanyak 3


(41)

30

unit dan SD sebanyak 4 unit. Sekolah SMP berada di desa karang Gading yang langsung berbatasan dengan desa pantai Gading.

4.3 Karakteristik Sampel 4.3.1 Produsen

Produsen dalam penelitian ini adalah orang yang membudidayakan kepiting di desa Pantai Gading. Pelaku budidaya kepiting cukup tersebar di desa Pantai Gading. Untuk tujuan penjualan produsen dapat menjual kepiting kepada pedagang/agen maupun konsumen langsung.

Adapun karakteristik produsen yaitu meliputi umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, lama usaha, dan volume produksi perhari. Karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini:

Tabel 10. Karakteristik Produsen

No Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1 Umur Tahun 22 - 52 40,4

2 Pendidikan Tahun 12 - 18 13,6

3 Jumlah tanggungan Jiwa 1 - 6 3,3

4 Lama usaha Tahun 1 - 15 7,6

5 Volume produksi Kg/panen 18 - 300 114

Sumber: Lampiran 1

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata umur produsen kepiting di Desa Pantai Gading adalah 40 tahun dengan lama pendidikan rata-rata selama 13 tahun dan memiliki rata-rata jumlah tanggungan sebanyak 3 orang. Untuk rata-rata lama usaha produsen kepiting yaitu 7 tahun dengan rata-rata volume produksi sebanyak 114 Kg/panen.


(42)

4.3.2 Pedagang Perantara 1. Agen

Agen adalah orang yang menjadi perantara yang mengusahakan penjualan bagi perusahaan lain atau pedagang lain. Para agen yang membeli kepiting langsung dari produsen dalam jumlah yang besar kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer. Agen yang tersebar di Desa Pantai Gading terdapat di tiga dusun yaitu di dusun II, dusun III dan dusun X. Selain dijual langsung kepada para pengecer, kepiting tersebut juga dijual kepada konsumen. Tak jarang juga para agen menjualnya kepada para eksportir yang ada di Medan. Adapun karakteristik agen dalam penelitian ini yaitu umur, lama pendidikan, lama pengalaman, dan volume pembelian kepiting.

Tabel 11. Karakteristik Agen

No Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1 Umur Tahun 28 – 45 35

2 Pendidikan Tahun 12 – 18 16,2

3 Pengalaman Tahun 5 – 15 8

4 Volume Pembelian Kg/minggu 35 - 92 70,6

Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 11 diatas rata-rata umur agen yaitu 35 tahun dengan rata-rata lama pendidikan 16,2 tahun. Para agen ini memiliki rata-rata pengalaman selama 8 tahun dengan rata-rata volume pembelian sebanyak 70,6 kg/minggu.

2. Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli kepiting dari produsen langsung atau melalui pedagang besar. Penyebaran pedagang pengecer di Desa Pantai Gading tersebar di beberapa pasar dan tak jarang mereka menjualnya ke pedagang pengecer di Medan. Pedagang pengecer kemudian menjualnya langsung


(43)

32

kepada konsumen dengan menjajakan langsung kepiting di pasar ataupun melalui pesanan konsumen langsung. Kepiting yang dibeli dijual kepada konsumen tidak jauh berbeda dengan di pasar Kabupaten Langkat. Selisih harga penjual mencapai Rp 5.000/kg. Adapun karakteristik sampel pedagang pengecer adalah:

Tabel 12. Karakteristik Pedagang Pengecer

No Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1 Umur Tahun 40 – 54 47,25

2 Pendidikan Tahun 12 – 15 12,75

3 Pengalaman Tahun 1 – 8 5,25

4 Volume Pembelian Kg/minggu 20 - 40 33,75

Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 12 rata-rata umur pedagang pengecer yaitu 47,25 tahun dengan rata-rata lama pendidikan 13 tahun. Para pedagang pengecer ini memiliki rata-rata pengalaman selama 5 tahun. Rentang volume pembelian tiap minggunya yaitu mulai 20 kg sampai 40 kg dengan rata-rata volume pembelian sebanyak 33,75 kg/minggu. Penjualan kepiting di Desa Pantai Gading tergantung dengan permintaan. Pada saat imlek penjualan kepiting melebihi 30 kg sedangkan pada saat hari biasa penjualan kepiting tidak lebih dari 20 kg.


(44)

5.1 Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat diketahui melalui cara penelusuran langsung ke lokasi penelitian yaitu mulai dari produsen kepiting sampai kepada konsumen.

Dalam tataniaga kepiting ini terdapat beberapa lembaga tataniaga yang dilibatkan dalam saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu produsen, agen, dan pedagang pengecer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Saluran Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

I

II I

III

II I

PRODUSEN

KONSUMEN

AGEN


(45)

34

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu:

1. Saluran I (Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen) 2. Saluran II (Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen)

3. Saluran III (Produsen – Konsumen)

5.1.1 Saluran I

Gambar 3. Skema Saluran I Tataniaga Kepiting

Saluran I dalam tataniaga kepiting di Desa Secanggang yaitu produsen menjual kepiting kepada agen. Pedagang pengecer lalu membeli kepiting kepada agen lalu menjual kembali kepada konsumen.

Volume produksi produsen mulai dari 20 kg sampai 300 kg setiap panennya. Para produsen menjual kepiting dengan mendatangi langsung rumah agen kepiting. Untuk pedagang pengecer membeli kepiting langsung dari agen untuk menjual kembali kepada konsumen.

Saluran ini merupakan saluran terpanjang dalam tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading. Harga kepiting yang diterima konsumen pada saluran inipun lebih mahal dibandingkan harga dari saluran lain. Rata-rata harga yang diterima konsumen yaitu Rp 55.000/kg.

Produsen Agen Pedagang


(46)

5.1.2 Saluran II

Gambar 4. Skema Saluran II Tataniaga Kepiting

Pada saluran II, yaitu produsen menjual kepiting kepada pedagang pengecer. Kemudian pedagang pengecer dapat menjual langsung kepiting tersebut kepada konsumen. Para pedagang pengecer biasanya berjualan di pasar Secanggang dan sebagian konsumen datang kerumah pedagang pengecer tersebut.

Harga kepiting yang diterima konsumen pada saluran ini lebih murah dibandingkan pada saluran I. Rata-rata harga kepiting yang diterima konsumen yaitu sebesar Rp 56.000/kg.

5.1.3 Saluran III

Gambar 5. Skema Saluran III Tataniaga Kepiting

Pada Gambar 5, produsen menjual langsung kepiting kepada konsumen. Konsumen dapat mendatangi langsung rumah produsen kepiting atau dapat diantarkan ke rumah konsumen. Konsumen yang membeli langsung dari produsen biasanya mendapatkan harga lebih murah dibandingkan jika membeli dari pedagang pengecer. Rata-rata harga kepiting yang diterima konsumen pada saluran ini adalah Rp 52.000/kg.

Produsen Pedagang Pengecer Konsumen


(47)

36

5.2 Fungsi-fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga

Dalam kegiatan tataniaga kepiting, terdapat lembaga tataniaga yang terlibat yaitu produsen, agen, pedagang pengecer. Masing-masing lembaga tersebut melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang bertujuan untuk memperlancar penyampaian kepiting dari produsen sampai ke konsumen akhir. Namun fungsi tataniaga yang dilakukan setiap lembaga tataniaga tidak selalu sama. Semakin banyak fungsi yang dilakukan oleh lembaga tataniaga maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan dan sebaliknya.

Tabel 13. Fungsi-fungsi tataniaga yang Dilakukan Lembaga Tataniaga No Fungsi Tataniaga Produsen Agen Pedagang Pengecer

1 Pembelian x √ √

2 Penjualan √ √ √

3 Pengangkutan √ √ √

4 Penyimpanan √ √ √

5 Pengolahan x x x

6 Standarisasi √ √ √

7 Pembiayaan √ √ √

8 Penanggungan Resiko √ √ √

9 Informasi Pasar √ √ √

Sumber: Lampiran 4

Keterangan:

x : Tidak melaksanakan fungsi tersebut

√ : Melaksanakan fungsi tersebut

5.2.1 Produsen

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa produsen melakukan hampir seluruh fungsi tataniaga kecuali fungsi pembelian. Untuk menghasilkan kepiting, produsen melakukan fungsi standarisasi ukuran. Kepiting yang akan dijual sebelumnya akan dilakukan pemilihan ukuran. Ukuran yang lebih dari 300 ons


(48)

inilah yang akan dijual kepasar dan diekspor. Kepiting yang diproduksi produsen kemudian dikemas, lalu disimpan dan dijual ke Agen. Pengemasan berupa plastik atau jaring. Untuk mengantar kepiting ini, produsen juga mengeluarkan biaya transportasi. Fungsi penanggungan resiko juga dialami produsen mulai dari pembibitan, pengelolaan kolam sampai proses panen dan menjualnya ke agen. Agen dan pedagang pengecer juga melakukan penanggungan resiko seperti penyimpanan dan menjualnya ke konsumen atau eksportir. Tidak hanya produsen yang perlu mengetahui informasi pasar mengenai harga. Agen dan pedagang pengecer juga melakukan fungsi informasi pasar. Informasi pasar yang dilakukan adalah informasi harga bahan baku maupun harga jual kepiting agar tetap dapat melakukan usahanya.

5.2.2 Agen

Agen melakukan beberapa fungsi yaitu pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Agen membeli kepiting dari produsen setiap hari dalam seminggu. Agen juga melakukan penyimpanan dirumahnya karena biasanya agen membeli kepiting tersebut dalam jumlah yang tidak sedikit. Lalu menjual kepiting kepada pedagang pengecer Pantai Gading dan eksportir di Medan. Agen juga menyediakan jasa antar jika pedagang pengecer tidak ingin datang langsung ke rumah agen. Untuk pengemasan agen cukup menggunakan wadah kotak yang terbuat dari sterofoam putih untuk mengangkut kepiting dari Desa Pantai Gading ke eksportir Medan.


(49)

38

5.2.3 Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer melakukan fungsi yang sama dengan agen. Pedagang pengecer dapat mengecerkan langsung kepiting di pasar Pantai Gading, pasar Medan. Pedagang pengecer juga menyediakan jasa antar jika konsumen membeli dalam jumlah banyak. Rata-rata volume pembelian kepiting pedagang pengecer yaitu 33,75 kg setiap minggunya. Pembelian kepiting oleh pedagang pengecer terjadi setiap hari dalam seminggu. Didalam menjual kepiting ke pasar, pedagang pengecer hampir setiap minggu ada 1 kg kepiting yang tidak layak dijual dan sebagian berukuran kecil sehingga mereka melakukan fungsi penyimpanan sehari hingga tiga hari. Dengan adanya fungsi penyimpanan maka pedagang pengecer otomatis melakukan fungsi penanggungan resiko untuk tetap menjual ke pasar kembali. Untuk fungsi pengemasan biasanya pedagang pengecer hanya perlu menyediakan kantong plastik bagi konsumen dan kotak sterofoam bila ada pedagang pengecer yang ingin membeli kepiting dalam skala 30-50kg.

5.3 Price Spread dan Share Margin

Marjin pemasaran yang dikelompokkan menurut jenis biaya yang sama disebut juga price spread atau absolut margin. Jika angka-angka price spread

dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin

(Gultom, 1996).

Untuk melakukan price spread dan share margin setiap lembaga pemasaran maka perlu dihitung biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran.


(50)

Di dalam saluran I, II, III terdapat fungsi pembiayaan yaitu dalam hal ini pembiayaan. Pengemasan yang dilakukan pada masing-masing saluran berbeda dimasing-masing lembaga tataniaga. Pada produsen biaya pengemasan merupakan terendah dibandingkan agen dan pedagang perantara. Karena pada produsen hanya menggunakan plastik atau jaring untuk menjual ke padagang perantara atau konsumen. Pada fungsi transportasi lebih tinggi dibandingkan biaya pengemasan karena biaya antar untuk skala desa membutuhkan beberapa liter bensin. Untuk fungsi transportasi pada agen dan pedagang perantara lebih besar dibandingkan pengemasan. Hal ini para pedagang perantara menjual kepiting ke eksportir Medan serta pedagang perantara di Medan.

5.3.1 Saluran I

Tabel 14. Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran I (Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen)

No Uraian Price Spread

(Rp/Kg)

Share Margin (%) 1 Produsen

a. Harga Jual b. Biaya

- Produksi - Pengemasan - Transportasi Total Biaya c. Marjin Keuntungan

d. Nisbah Marjin Keuntungan

38867 23181 13,03 130,4 23324,4 15542,5 108,3 70,67 42,14 0,027 0,23 42,4 28,2 2 Agen

a. Harga Beli b. Harga Jual c. Biaya

- Penyimpanan - Pengemasan - Transportasi Total Biaya d. Marjin Keuntungan

e. Nisbah Marjin Keuntungan

38867 43200 594,9 696,8 1218 2509,8 1823,3 0,72 1,08 1,26 2,214 4,56 3,31 3 Pedagang Pengecer


(51)

40

a. Harga Beli b. Harga Jual c. Biaya

- Penyimpanan - Pengemasan - Transportasi Total Biaya e. Marjin Keuntungan

f. Nisbah Marjin Keuntungan

43200 55000 459,2 148,14 1333 1940,3 9859,6 5,081 0,83 0,26 2,42 3,52 17,9 4 Konsumen

Harga beli

55000 100

Sumber: Lampiran 5 dan 6 (diolah)

Pada saluran I, harga 1 kg kepiting yang diterima produsen mulai dari Rp38.000 – Rp40.000, sehingga rata-rata harga produsen adalah Rp38.867, sedangkan untuk 1 kg kepiting konsumen akhir membayar Rp55.000.

Dari tabel 14 dapat dilihat komponen biaya yang terbesar dikeluarkan oleh produsen yaitu biaya produksi sebesar Rp28.181/kg (42,14%). Kemudian pengemasan yaitu sebesar Rp13,03/kg (0,023%) dan transportasi sebesar Rp130,4/kg (0,23%). Marjin keuntungan produsen sebesar sebesar Rp15.542/kg (28,25%). Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp108,3/kg artinya keuntungan yang dimiliki produsen 108,3 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.

Harga jual Agen yaitu Rp43.200/kg dengan biaya pemasaran sebesar Rp2.509,7/kg (4,5%). Marjin keuntungan yang diperoleh agen yaitu Rp1823,3/kg (3,31%). Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp0,72/kg artinya keuntungan yang dimiliki agen 0,72 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.


(52)

Harga jual pedagang pengecer yaitu Rp55.000/kg dengan biaya pemasaran sebesar Rp1940,3/kg (3,52%). Marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp9859,6/kg (17,9%). Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp5,08/kg artinya keuntungan yang dimiliki pedagang pengecer 5,08 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.

Pada saluran ini share produsen sebesar 70,66% itu artinya 70,66% dari harga yang dibayarkan konsumen diterima oleh produsen. Marjin pemasaran pada saluran ini Rp16.133/kg.

5.3.2 Saluran II

Tabel 15. Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran II (Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen)

No Uraian Price Spread

(Rp/Kg)

Share Margin (%) 1 Produsen

a. Harga Jual b. Biaya

- Produksi - Pengemasan - Transportasi Total Biaya c. Marjin Keuntungan

d. Nisbah Marjin Keuntungan

38867 23181 13,03 130,4 23324,4 15542,6 108,4 69,4 41,3 0,023 0,23 41,6 27,75 2 Pedagang Pengecer

a. Harga Beli b. Harga Jual c. Biaya

- Penyimpanan - Pengemasan - Transportasi Total Biaya d. Marjin Keuntungan

e. Nisbah Marjin Keuntungan

38867 56000 459,2 148,1 1333 1940,7 15192,3 7,82 0,82 0,26 2,4 3,46 27,12 3 Konsumen

Harga beli

56000 100


(53)

42

Pada saluran II, untuk 1 kg kepiting rata-rata harga yang diterima produsen Rp38.867, sedangkan rata-rata harga dikonsumen Rp56.000. Marjin keuntungan produsen Rp15.542,67/kg (27,7%). Nisbah marjin keuntungan sebesar Rp108,4/kg artinya keuntungan yang dimiliki produsen 108,4 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.

Adapun total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu Rp1.940,7/kg (3,46%). Marjin keuntungan yang diperoleh sebesar Rp15.192,3/kg (27,1%). Nisbah margin keuntungan yang didapat sebesar Rp7,82/kg artinya keuntungan yang dimiliki pedagang pengecer 7,82 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.

Pada saluran ini share produsen sebesar 69,4% itu artinya 69,4% dari harga yang dibayarkan konsumen diterima oleh produsen. Marjin pemasaran pada saluran ini sebesar Rp17.133/kg.

5.3.3 Saluran III

Tabel 16. Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran II (Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen)

No Uraian Price Spread

(Rp/Kg)

Share Margin (%) 1 Produsen

a. Harga Jual b. Biaya

- Produksi - Pengemasan - Transportasi Total Biaya c. Marjin Keuntungan

d. Nisbah Marjin Keuntungan

52000 23181 13,03 130,4 25414,7 28675,5 199,92 100 44,5 0,025 0,25 44,8 55,14 2 Konsumen

Harga Beli

52000 100


(54)

Pada saluran ini produsen menjual langsung kepiting kepada konsumen sehingga marjin pemasaran sebesar Rp0/kg atau share produsen sebesar 100% artinya bahwa seluruh harga yang dibayar oleh konsumen akhir diterima oleh produsen. Marjin keuntungan yang diterima produsen pada saluran ini merupakan yang tertinggi yaitu Rp28.675,5/kg (55,14%). Nisbah marjin keuntungan produsen yaitu Rp199,92/kg artinya keuntungan yang diperoleh produsen 199,92 kali lipat lebih besar dibandingkan biaya pemasarannya.

5.4 Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran perlu diketahui untuk mengidentifikasi apakah saluran pemasaran suatu produk sudah tergolong efisien atau tidak. Untuk menghitung efisiensi saluran pemasaran kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dapat menggunakan empat metode. Empat metode tersebut bertujuan agar dapat mengidentifikasi efisiensi pemasaran secara menyeluruh jika dilihat dari setiap metode komponen berbeda.

5.4.1 Metode Shepherd

Pada metode ini efisiensi pemasaran di tinjau dari perbandingan yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran kemudian dikurang satu. Saluran pemasaran dengan nilai efisiensi tertinggi merupakan saluran pemasaran yang paling efisien dan sebaliknya.

Tabel 17. Efisensi Saluran Pemasaran dengan Metode Shepherd

Uraian Saluran I Saluran II Saluran III

Harga Konsumen 55.000 56.000 52.000

Biaya Pemasaran 4593,4 2084,03 143,43

Efisiensi 10,97 25,8 361,5


(55)

44

Dapat dilihat bahwa nilai efisiensi tertinggi diperoleh pada saluran III yaitu 361,5 ini berarti bahwa saluran III merupakan saluran yang paling efektif. Kemudian saluran II dengan nilai efisiensi sebesar 25,8 dan disusul oleh saluran I dengan nilai efisiensi sebesar 10,97. Hal ini disebabkan karena saluran II, harga kepiting yang dibayarkan merupakan yang terbesar yaitu Rp56.000/kg sedangkan pada saluran I biaya yang dikeluarkan merupakan paling besar diantara saluran yang lainnya.

5.4.2 Metode Acharya dan Aggarwal

Nilai efisiensi pada metode ini diperoleh dari perbandingan harga yang diterima oleh produsen dengan biaya pemasaran ditambah marjin keuntungan tiap lembaga pemasaran. Saluran dengan nilai efisiensi tertinggi merupakan saluran pemasaran yang paling efisien.

Tabel 18. Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Acharya dan Aggarwal

Uraian Saluran I Saluran II Saluran III

Harga Produsen 38867 38867 52000

Biaya Pemasaran 4593,4 2084,03 143,43

Marjin Keuntungan 27225,52 30734,9 28675,5

Efisiensi 1,3 1,26 1,94

Sumber: Lampiran 5 dan 6 (diolah)

Dalam metode ini dapat diketahui bahwa nilai efisiensi terendah terdapat pada saluran II sebesar 1,26, kemudian saluran I sebesar 1,3 dan saluran III sebesar 1,94, artinya bahwa saluran III merupakan saluran yang paling efisien dibanding saluran yang lain. Hal ini disebabkan karena pada saluran III, produsen menjual langsung kepiting kepada konsumen sehingga harga yang diterima produsen pada


(56)

saluran ini merupakan yang termurah dibanding saluran lain yaitu sebesar Rp52.000/kg.

5.4.3 Composite Index Methode

Metode ini melihat dari tiga indikator yaitu share produsen, biaya pemasaran dan marjin pemasaran lembaga pemasaran.

Tabel 19. Indikator dalam Composite Index Methode

Uraian Saluran I Saluran II Saluran III

Share Produsen 70,67 69,4 100

Biaya Pemasaran 4593,4 2084,03 143,43

Marjin Keuntungan 27225,52 30734,9 28675,5

Sumber: Lampiran 5 dan 6 (diolah)

Setelah dikelompokkan berdasarkan indikator maka setiap saluran akan diberi skor 1-3 kemudian akan ditotalkan dan dibagi dengan jumlah indikator yang digunakan. Untuk nilai share produsen diberi 1-3 mulai dari yang paling tinggi sampai yang tertinggi karena semakin rendah, biaya pemasaran dan marjin keuntungan maka semakin baik suatu pemasaran. Saluran dengan nilai index yang paling rendah merupakan saluran paling efisien.

Tabel 20. Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Composite Index Methode

Saluran Indikator Composite

Index Rj/Nj

Final Ranking

I1 I2 I3

Saluran I 3 3 3 3 3

Saluran II 2 2 1 1,6 2

Saluran III 1 1 2 1,3 1

Berdasarkan Composite Index Methode dapat dilihat bahwa nilai index yang terendah sampai tertinggi berturut-turut yaitu saluran III sebesar 1,3, saluran II sebesar 1,6, saluran III sebesar 3. Berarti bahwa saluran III merupakan saluran yang paling efisien diantara dua saluran lainnya. Pada saluran III terlihat bahwa


(57)

46

share produsen sebesar 100%, ini menunjukkan bahwa semua harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir diterima oleh produsen saja.

5.4.4 Marketing Efficiency Index Method

Metode ini efisiensi pemasaran ditunjukkan dari perbandingan biaya pemasaran yang dikeluarkan lembaga pemasaran dengan marjin keuntungan yang mereka peroleh di tambah satu. Nilai efisiensi yang tinggi menunjukkan saluran pemasaran yang efisien.

Tabel 21. Efisiensi Pemasaran dengan Marketing Efficiency Index Method

Uraian Saluran I Saluran II Saluran III

Marjin Keuntungan 27225,52 30734,9 28675,5

Biaya Pemasaran 4593,4 2084,03 143,43

Efisiensi 6,92 15,7 200

Sumber: Lampiran 5 dan 6 (diolah)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai efisiensi saluran I merupakan yang terendah 6,92, kemudian saluran II sebesar 15,7, sedangkan saluran III merupakan saluran dengan nilai efisiensi tertinggi sebesar 200.

5.4.5 Metode Soekartawi

Pada metode ini efisiensi pemasaran dilihat dari persentase perbandingan biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan atau harga konsumen. Adapun perhitungan efisiensi saluran pemasaran kepiting dapat dilihat pada tabel 22 dibawah ini.

Tabel 22. Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Soekartawi

Uraian Saluran I Saluran II Saluran III

Biaya Pemasaran 4593,4 2084,03 143,43

Harga Konsumen 55.000 56.000 52.000

Efisiensi 8,3% 3,7% 0,27%


(1)

Lampiran 1. Identitas Lembaga Tataniaga Kepiting 1. Produsen

No Nama Lokasi Umur (Tahun) Pendidikan (tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Lama usaha (tahun)

1 Adham Dusun II 46 15 4 13

2 Kamaru Dusun XI 37 12 4 4

3 Ricky Dusun II 22 15 2 5

4 Rahmat dani Dusun II 30 12 1 5

5 Syahrizal Dusun II 25 18 1 8

6 M. Husni Dusun II 48 12 4 12

7 Mukhtar Dusun XI 50 12 5 2

8 Syahmenan Dusun II 50 12 3 3

9 Rahmadsyah Dusun II 33 12 3 7

10 Tony Dusun II 28 12 1 8

11 Buyung Dusun II 52 15 5 14

12 Abdullah Dusun II 47 12 4 10

13 Baharudin Dusun II 52 12 3 1

14 Alamsyah Dusun II 35 18 4 15

15 Miswar Dusun II 51 15 6 8

606 204 50 115

40.4 13.6 3.333333333 7.666666667

2. Agen

No Nama Lokasi Umur (tahun) Pendidikan (tahun) Pengalaman (tahun)

1 Mukhlis Dusun II 45 12 5

2 Pitri Hamdani Dusun IV 34 18 5

3 Nazelan Dusun II 35 18 15

4 Juanda Dusun XI 28 18 7

5 Budi Dusun I 33 15 8

175 81 40

35 16.2 8

3. Pedagang Pengecer

No Nama Lokasi Umur (tahun) Pendidikan (tahun) Pengalaman (Bulan)/tahun

1 Nurhasanah Dusun II 47 15 8

2 Irwansyah Dusun III 40 12 6

3 Saharuddin Dusun IV 48 12 6

4 Karolina Dusun XI 54 12 1

189 51 21

47.25 12.75 5.25

Total Rata-rata

Total Rata-rata

Total Rata-rata


(2)

Lampiran 2. Skala Usaha Lembaga Tataniaga 1. Produsen

No Nama Tujuan Penjualan Volume produksi/panen (Kg)

1 Adham Agen 20

2 Kamaru Agen 18

3 Ricky Agen 20

4 Rahmat dani Agen 20

5 Syahrizal Agen dan Pengecer 300

6 M. Husni Agen 80

7 Mukhtar Agen 200

8 Syahmenan Agen dan Pengecer 100

9 Rahmadsyah Agen dan Pengecer 20

10 Tony Agen dan Konsumen 170

11 Buyung Agen dan Konsumen 100

12 Abdullah Agen 100

13 Baharudin Agen 70

14 Alamsyah Agen dan Pengecer 300

15 Miswar Agen dan Pengecer 170

1688 112.5333333

2. Agen

No Nama Tujuan Penjualan Volume Pembelian/Minggu (kg)Volume Pembelian/Hari (Kg)

1 Mukhlis Konsumen dan pengecer 80 12

2 Pitri Hamdani Pengecer 76 10

3 Nazelan Konsumen dan Pengecer 92 13

4 Juanda Pengecer 70 7

5 Budi Pengecer 35 5

353 47

70.6 9.4

3. Pedagang Pengecer

No Nama Tujuan Penjualan Volume Pembelian/Minggu (kg)Volume Pembelian/Hari (Pcs)

1 Nurhasanah Konsumen 40 7

2 Irwansyah Konsumen 35 5

3 Saharuddin Konsumen 40 5

4 Karolina Konsumen 20 3

135 20

33.75 5

Rata-rata Total Rata-rata

Total Rata-rata

Total


(3)

Lampiran 3. Harga Jual Kepiting/kg

1. Harga Jual Produsen 2. Harga Jual Agen

Agen PengecerKonsumen Pengecer Konsumen

1 Adham 38000 - - 1 Mukhlis 43000 53000

2 Kamaru 40000 - - 2 Pitri Hamdani 42000

-3 Ricky 39000 - - 3 Nazelan 44000 54000

4 Rahmat dani 38000 - - 4 Juanda 44000

-5 Syahrizal 39000 39000 - 5 Budi 43000

-6 M. Husni 40000 - - 43200 53500

7 Mukhtar 36000 -

-8 Syahmenan 39000 40000

-9 Rahmadsyah 39000 41000 - 3. Harga Jual Pengecer Beli Dari Produsen

10 Tony 38000 - 55000 No Nama Harga Konsumen/kg (Rp)

11 Buyung 40000 - 56000 1 Nurhasanah

12 Abdullah 39000 - - 2 Irwansyah

13 Baharudin 39000 -

-14 Alamsyah 40000 41000

-15 Miswar 39000 39000

-38866.6667 40000 55500 4. Harga Jual Pengecer Beli Dari Agen

No Nama

1 Saharuddin 2 Karolina

Rata-rata Rata-rata

Rata-rata

39000 40000 39500 Harga/kg (Rp)

No Nama Harga/kg (Rp) No Nama

Rata-rata

Harga Konsumen/kg (Rp) 45000 44000 44500


(4)

1. Produsen

1 x √ x x x √ √ √ √

2 x √ x x x √ √ √ √

3 x √ x x x √ √ √ √

4 x √ x x x √ √ √ √

5 x √ x x x √ √ √ √

6 x √ x x x √ √ √ √

7 x √ x x x √ √ √ √

8 x √ x x x √ √ √ √

9 x √ x x x √ √ √ √

10 x √ x x x √ √ √ √

11 x √ x x x √ √ √ √

12 x √ x x x √ √ √ √

13 x √ x x x √ √ √ √

14 x √ x x x √ √ √ √

15 x √ x x x √ √ √ √

2. Agen

1 √ √ √ √ x √ √ √ √

2 √ √ √ √ x √ √ √ √

3 √ √ √ √ x √ √ √ √

4 √ √ √ √ x √ √ √ √

5 √ √ √ √ x √ √ √ √

3. Pedagang Pengecer

1 √ √ √ √ x √ √ √ √

2 √ √ √ √ x √ √ √ √

3 √ √ √ √ x √ √ √ √

4 √ √ √ √ x √ √ √ √

No

SampelPembelian Penjualan Pengangkutan Penyimpanan

No

SampelPembelian Penjualan Pengangkutan Penyimpanan

Pengolahan

Pembiayaan Standarisasi Penanggungan Resiko

Informasi Pasar

Pengolahan Pengolahan

No

SampelPembelian Penjualan Pengangkutan Penyimpanan Pembiayaan Standarisasi

Penanggungan Resiko

Informasi Pasar Pembiayaan Standarisasi Penanggungan

Resiko

Informasi Pasar


(5)

Lampiran 5. Biaya Produsen Kepiting 1. Biaya Produksi

Bahan Baku (Rp) Peralatan (Rp) Operasional (Rp)

1 20 550000 407000 10000 967000

2 18 324000 309000 10000 643000

3 20 550000 407000 10000 967000

4 20 550000 407000 10000 967000

5 300 5400000 1035000 30000 6465000

6 80 1440000 964000 10000 2414000

7 200 3600000 441000 10000 4051000

8 100 1800000 165000 10000 1975000

9 20 550000 407000 10000 967000

10 170 3075000 630000 20000 3725000

11 100 1800000 165000 10000 1975000

12 100 1800000 165000 10000 1975000

13 70 1305000 535000 10000 1850000

14 300 5400000 1035000 30000 6465000

15 170 3075000 630000 20000 3725000

Total 1688 31219000 7702000 210000 39131000

18494.66825 4562.796209 124.4075829 23181.87204

2. Biaya Pemasaran No

sampel

Volume Produksi/Hari (Kg)

Biaya

Total (Rp) Pengemasan (Rp) Transportasi (Rp)

1 20 1000 10000 11000

2 18 1000 10000 11000

3 20 1000 10000 11000

4 20 1000 10000 11000

5 300 3000 30000 33000

6 80 1000 10000 11000

7 200 2000 20000 22000

8 100 1000 10000 11000

9 20 1000 10000 11000

10 170 2000 20000 22000

11 100 1000 10000 11000

12 100 1000 10000 11000

13 70 1000 10000 11000

14 300 3000 30000 33000

15 170 2000 20000 22000

Total 1688 22000 220000 242000

Biaya/Kg 13.03317536 130.3317536 143.3649289

Total Biaya (Rp) No

sampel

Volume Produksi/panen (Kg)

Biaya


(6)

Lampiran 6. Biaya Pedagang Perantara Kepiting 1. Biaya Agen

Penyimpanan (Rp) Pengemasan (Rp) Transportasi (Rp)

1 80 60000 70000 100000 230000

2 76 30000 35000 80000 145000

3 92 60000 70000 100000 230000

4 70 30000 35000 100000 165000

5 35 30000 36000 50000 116000

Total 353 210000 246000 430000 886000

594.9008499 696.8838527 1218.130312 2509.915

2. Biaya Pedagang Pengecer

Penyimpanan (Rp) Pengemasan (Rp) Transportasi (Rp)

1 40 15000 5000 50000 70000

2 35 20000 5000 40000 65000

3 40 15000 5000 50000 70000

4 20 12000 5000 40000 57000

Total 135 62000 20000 180000 262000

459.2592593 148.1481481 1333.333333 1940.7407 Biaya/Kg

No Sampel

Volume Pembelian/ Minggu (Kg)

Biaya

Total (Rp)

No Sampel

Volume Pembelian/ Minggu (Kg)

Biaya

Total (Rp) Biaya/Kg