Analisis Tataniaga Rambutan di Kota Binjai” (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)
Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Tahun 2012
Sampel
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Total
Rataan
Umur Pendidikan
(Tahun)
(Tahun)
54
53
47
46
49
55
40
54
57
38
42
53
55
44
45
48
41
47
50
35
32
40
57
59
55
50
52
46
48
49
1441
48.03
6
9
6
6
6
9
6
12
6
6
6
12
12
6
6
9
12
12
6
6
6
9
6
6
6
6
6
9
12
6
241
11.7
Pengalaman
Jumlah
Luas lahan
Bertani
Tanggungan
(Ha)
(Tahun)
(Jiwa)
9
9
8
7
9
8
10
10
12
11
10
9
7
15
15
10
15
9
8
9
7
10
11
8
15
10
11
8
15
15
290
9.97
2
4
3
2
2
5
4
4
4
2
4
2
2
4
1
6
3
5
2
3
3
4
4
1
2
4
4
2
5
2
95
3.17
0.20
0.20
0.24
0.25
0.25
0.26
0.30
0.30
0.30
0.35
0.38
0.40
0.40
0.40
0.45
0.50
0.50
0.60
0.60
0.64
0.65
0.66
0.70
0.75
0.80
1.00
1.00
1.20
1.25
1.35
16.88
0.56
Jumlah
Pohon
(Batang)
15
15
18
20
20
20
20
22
22
25
25
30
30
40
40
50
50
55
60
60
65
65
70
75
80
100
100
110
115
120
1537
65.4
Produksi
(Ikat)
1000
1000
1375
1625
1500
1500
1500
1500
1500
1500
2000
2000
2000
4000
4000
4500
4500
5000
5000
5000
5500
5500
6000
6500
6500
8000
8000
8500
8500
9000
124000
5238.9
Lampiran 2. Karakteristik Pedagang Besar
Sampel
1
2
3
Total
Ratarata
Pengalaman Volume
Harga Beli
Berdagang Pembelian
Sumber Pembelian
(Rp/ikat)
(Tahun)
(Ikat)
55
10
26250
1300 Pedagang Pengumpul
55
15
28750
1300 Pedagang Pengumpul
58
20
30000
1300 Pedagang Pengumpul
Umur
(Tahun)
Volume
Harga jual
penjualan
Dijual Kepada
(Rp/ikat)
(ikat)
26170
1800 Pedagang Pengecer
28650
1800 Pedagang Pengecer
29880
1800 Pedagang Pengecer
168
45
85000
3900
84700
5400
56
15
28333,3
1300
28233,3
1800
Fungsi - Fungsi
Penjualan
Pembelian
Transfortasi
Penyusutan
Informasi pasar
Pembiayaan
Pengemasan
Pemilihan
Lampiran 3. Biaya Pemasarn Rambutan Pada Saluran Pemasaran Utama
Lembaga
Pemasaran
Vol.
Pembeli
(Ikat)
Harga
Beli
(Rp/ikat)
Vol.
Penjualan
( Ikat)
1
P. Pengumpul
7500.00
1000.00
7435.00
1300.00
30000
21000
600000
65000
716000
1449500
2
P. Pengumpul
7500.00
1000.00
7437.00
1300.00
32000
21000
625000
63000
741000
1427100
3
P. Pengumpul
8125.00
1000.00
8065.00
1300.00
38000
23000
650000
60000
771000
1588500
4
P. Pengumpul
8125.00
1000.00
8063.00
1300.00
38000
23000
675000
62000
798000
1558900
5
P. Pengumpul
8125.00
1000.00
8061.00
1300.00
38000
23000
675000
64000
800000
1554300
6
P. Pengumpul
8562.00
1000.00
8501.00
1300.00
39000
26000
685000
61000
811000
1678300
7
P. Pengumpul
8563.00
1000.00
8501.00
1300.00
40000
26000
700000
62000
828000
1660300
8
P. Pengumpul
9687.00
1000.00
9625.00
1300.00
41000
28000
712000
62000
843000
1982500
No
Sampel
Harga Jual
(Rp/ikat)
Keranjang
Tali
Upah Panjat
+Ikat+Sortir
Plastik
Pembungkus
(Rp)
Restribusi
(Rp)
Sewa
Tempat +
Keamanan
Upah
Muat +
Bongkar
Transportasi
(Rp)
Marketing
Loss (Rp)
Total
Biaya
(Rp)
Profit (Rp)
9
P. Pengumpul
9688.00
1000.00
9625.00
1300.00
41000
28000
712000
63000
844000
1980500
10
P. Pengumpul
9750.00
1000.00
9687.00
1300.00
43000
31000
716000
63000
853000
1990100
Jumlah
85625.00
10000.00
85000.00
13.000.000
380000
250000
6750000
625000
8005000
16870000
Rata - rata
8562.00
1000.00
8500.00
1300.00
38000
25000
675000
62500
800500
1687000
1
P. Besar
26250.00
1300.00
26170.00
1800.00
-
25000
275000
700000
104000
1104000
11877000
2
P. Besar
28750.00
1300.00
28650.00
1800.00
-
30000
300000
750000
130000
1210000
12985000
3
P. Besar
30000.00
1300.00
29880.00
1800.00
-
35000
325000
800000
156000
1316000
13468000
Jumlah
85000.00
3900.00
84700.00
5400.00
90000
900000
2250000
390000
3630000
36330000
Rata - rata
28333.30
1300.00
28233.30
1800.00
30000
300000
750000
130000
1210000
12776666,7
DAFTAR PUSTAKA
Gultom, H.L.T. 1996. Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Kalie, M. G. 1994. Rambutan :VaretasUnggul. Kanisius, Jakarta.
Kotler, P. 1992. ManajemenPemasaran Analisis Perencanaan dan Pengendalian.
Erlangga, Jakarta.
Lamb, C., Hair, J., Mc.Daniel, C. 2001. Pemasaran. Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Mahisworo. 1989. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.
_________. 1998. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Nasution,W.E. 1993. Metode Riset. Bumi Aksara, Jakarta.
Rukmana, R. 2002. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis.
Kanisius, Jakarta.
Rukmana, R. 2004. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis.
Kanisius, Jakarta.
Sihaeni.2007. Penunutun Praktis Bertanam Rambutan.
Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. PT. Radja Grafindo, Jakarta.
_________. 1995. Dasar Managemen Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali
Press, Jakarta.
METODOLOGI PENELITIAN
Penentuan Daerah penelitian
Penelitian dilakukan di Binjai. Daerah penelitian ini ditentukan secara
purposive (sengaja) karena kota tersebut merupakan salah satu sentra produksi
rambutan yang cukup besar. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3014’ dan
4013’ lintang utara, serta 93051’ dan 98045’ Bujur Timur.Penentuan daerah
dilakukan dengan alasan bahwa binjai memiliki potensi yang begitu besar dalam
melakukan pemasaran rambutan dilihat dari keadaan strategis keadaan buat
memasarkan rambutan tersebut.
Tabel 1. Luas lahan, produksi dan tanaman menghasilkan tanaman
rambutan di kabupaten langkat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Total
Kecamatan/
Kotamadya
Bahorok
Salapian
Sei bingai
Kuala
Selesai
Binjai
Stabat
Pdg. Tualang
Hinai
Secanggang
Tj. Pura
Gebang
Babalan
Br. Barat
Sei Lepan
Besitang
p. susu
Luas
(Ha)
8,1
6,8
25,2
4,0
171,5
320,5
40,0
1,0
7,1
26,9
59,8
0,3
3,0
2,0
3,5
3,0
2,5
685,15
Tanaman
( pohon)
400,0
350,0
1240,0
200,0
8500,0
15950,0
2000,0
50,0
342,0
1345,0
2750,0
15,0
150,0
100.0
172,0
150,0
130,0
33844,00
Produksi
(ton)
27,0
24,2
83,0
13,5
572,9
1077,0
132,0
3,0
23,0
90,1
184,5
1,0
9,9
6,5
11,6
10,0
8,8
2278,00
Metode pengambilan sampel
Penelitian ini dilakukan dengan survey menelusuri komoditas mulai dari
petani produsen sampai ke konsumen akhir.Sampel penelitian dilakukan di
kecamatan Binjai kabupaten Langkat sebagai daerah petani produsen dan
pedagang pengumpul dan pengecer.
Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified random sampling atas
dasar strata jumlah pohon dengan jumlah petani sampel sebesar 30 kk dari
populasi sebesar 155 kk.
Tabel .2. Distribusi Populasi dan Petani Sampel
Strata Jumlah Pohon (Batang)
Populasi (KK)
Sampel (KK)
I
100
24
5
155
30
Jumlah
Untuk pedagang sampel yang menjadi responden adalah pedagang yang
terlibat pada setiap mata rantai masing-masing saluran pemasaran. Adapun jumlah
pedagang yang diambil dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3. Jumlah Sampel yang diambil Untuk Tiap Jenis Pedagang
No.
Jenis Pedagang
1.
Pedagang Pengecer
2.
Pedagang Besar
3.
Pedagang Pengumpul
Jumlah
Jumlah Sampel
15
3
10
28
Metode Pengumpul Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dengan
bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder
diperoleh dari Biro pusat statistik ( BPS ), dinas pertanian, kantor Dinas pertanian
langkat, instansi terkait lainnya, buku serta literatur – literatur yang mendukung
penelitian ini.
Metode Analisis Data
Analisis margin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut :
mji
= Psi - Pbi, atau
mji
= bti
I
= mji - bti
+ I
Total margin pemasaran adalah :
MJ
= Σ mji, atau Pr – Pf
Keterangan :
mji
= margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Psi
= harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi
= harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti
= biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
I
= keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
MJ
= total margin pemasaran
Pr
= harga pada tingkat eksportir
Pf
= harga pada tingkat petani produsen
Untuk nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
I
bt i
Analisis korelasi harga digunakan untuk mengetahui hubungan antar tingkat pasar
dan antar tingkat petani dengan tingkat eksportir. Untuk analisis ini dapat
digunakan regresi linear sederhana, yaitu :
Y = bo + b1 + e
Dimana :
bi =
xi y i
dan bo = a
xi
Sehingga hubungan harga pada tingkat petani ( Pf ) dan harga pada tingkat
eksportir ( Pr ), seperti halnya persamaan :
Pf
= a + b Pr
Dimana :
a = titik potong
b = koefisien regresi
Dari persamaan tersebut, akan didapatkan koefisien korelasi antara Pf dan
Pr. Koefisien korelasi (r), antara Pf dan Pr dapat diduga dengan menggunakan
formula :
r =
xi y i
x i2 y i2
Keterangan :
Xi
= harga di tingkat petani
Yi
= harga di tingkat konsumen / eksportir
Koefisien korelasi yang tinggi merupakan indikator keeratan hubungan
harga kedua tingkat pasar (kedua pasar terintegrasi sempurna).Sebaliknya
koefisien korelasi yang rendah atau mendekati nol menunjukkan hubungan pasar
tidak terintegrasi.
Elastisitas transmisi harga merupakan persentase perubahan harga di
tingkat petani produsen akibat persentase perubahan harga di tingkat konsumen
akhir.Analisis elastisitas transmisi harga digunakan untuk menggambarkan
respons harga rambutan di tingkat petani produsen karena perubahan harga di
tingkat eksportir melalui informasi harga. Untuk menghitung elastisitas transmisi
harga digunakan formula :
Nj =
1 Pf
x
b Pr
Keterangan :
Nj
= elastisitas transmisi harga
B
= koefisien regresi
Pr
= harga di tingkat petani produsen
Pf
= harga di tingkat eksportir
Definisi dan Batas Operasional
Definisi
1. Petani rambutan adalah Petani yang mengusahakan tanaman rambutan dan
menerima hasil dari penjualan rambutan tersebut
2. Tataniaga adalah mata rantai saluran barang dari petani / produsen sampai
ke konsumen akhir.
3. Pedagang pegumpul adalah pedagang yang membeli rambutan langsung
dari petani dan menjualnya kepada pengecer ataupun ke pedagang besar
setelah melakukan penyortiran.
4. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli rambutan dari pedagang
pengumpulan dan menjual kepada pedagang pengecer
5. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil produksi
rambutan dari pedagang pengumpul ataupun dari pedagang besar untuk
dijual langsung ke konsumen.
6. Share marjin petani adalah bagian yang diterima petani yaitu rasio antara
harga jual akhir pada tingkat petani dengan harga yang dibayar oleh
konsumen akhir.
7. Lembaga tataniaga adalah badan – badan usaha yang ikut berperan dalam
proses pemasaran.
8. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan sebagai konsuensi logis
dari pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga mulai dari produsen hingga
diterima oleh konsumen.
9. Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan harga jual produsen.
10. Efisiensi tataniaga adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian
prestasi kerja proses pemasaran bagi semua lembaga yang terkait dalam
pemasaran.
Batas Operasional
1. Sampel dalam penelitian ini adalah petani rambutan di Binjai.
2. Waktu penelitian dilaksanakan 2012.
3. Daerah penelitian adalah di kota Binjai.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak dan Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Binjai, Kecamatan Binjai Barat. Daerah ini
dipilih karena daerah ini memiliki potensi sebagai daerah penghasilan rambutan .
Selain dikenal sebagai kota dagang, Binjai juga dikenal sebagai kota penghasilan
ramnutan.
Secara geografis wilayah Kota Binjai berada antara 3° 31’ 40” - 3° 40’
2” Lintang Utara dan 98° 27’ 3” – 98° 32’ 32” Lintang Selatan dengan luas
wilayah 90,23 km dengan batas – batas sebagai berikut :
-
Sebelah Utara
: Kecamatan Binjai Utara
-
Sebelah Selatan
: Kabupaten Langkat
-
Sebelah Barat
: Kabupaten Langkat
-
Sebelah Timur
: Kecamatan Binjai Kota
Pola penggunaan lahan
Untuk mengetahui penggunaan lahan kota Binjai dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. Penggunaan lahan Kelurahan Binjai, Tahun 2012
No Penggunaan
Luas (Ha)
1.
Sawah
147,00
2.
Perumahan
640,00
3.
Lahan pertanian
299,00
Jumlah
1.086,00
Sumber
: Kelurahan Binjai 2012
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa lahan di Kelurahan Binjai
banyak digunakan untuk pemukim yaitu 640 Ha dari 1.086 Ha luas
kelurahan.Hanya sebagian kecil digunakan untuk sawah yaitu 147
Ha.Untuk lahan pertanian dipergunakan sekitar 299 Ha.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah penduduk Kelurahan Binjai, Tahun 2012
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Laki – laki
22.297
0,51
Perempuan
21.330
0,49
Total
43.627
100
Sumber :kelurahan Binjai Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dikelurahan Binjai sejumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 0,51%
dibandingkan dengan perempuan hanya 0,495 dari jumlah penduduk.
Tabel 3. Distribusi penduduk Menurut Umur di Kelurahan Binjai, tahun
2012
No Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
Perentase (%)
1
0–4
4.177
9,57
2
5–9
4.181
9,58
3
10 – 14
4.119
9,44
4
15 – 19
4.145
9,50
5
20 – 24
4.126
9,45
6
25 – 29
3.927
9,0
7
30 – 34
3.562
8,16
8
35 – 39
3.310
7,58
9
40 – 44
2.956
6,77
10
45 – 49
2.639
6,04
11
50 – 54
2.215
5,07
12
55 – 59
1.613
3,69
13
60 – 64
960
2,20
14
Lebih dari 65
1.696
3,88
Jumlah
43.627
100
Sumber :Kelurahan Binjai tahun 2012
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan
Binjai paling banyak berada pada kelompok umur 5 – 9 tahun yaitu 4.181
jiwa atau 9,58%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berada pada
kelompok umur 60 – 64 tahun yaitu 2,20%.
Tabel
4. Distribusi Penduduk Menurut Kualitas Angkatan Kerja di
Kelurahan Binjai, tahun 2012
No Kualitas angkatan kerja
Jumlah
Persentase (%)
1
D1 – D3
652
16,72
2
SLTA
775
19,87
3
SLTP
322
8,25
4
SD
145
3,72
JUMLAH
1,894
48,56
Sumber : Kecamatan Binjai Dalam Angka 2012
Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai
tingkat pendidikan tamat SLTA umum/kejuruan/lainnya yaitu 775 atau
19,87 %, SLTP umum/sederajat 322 Orang atau 8,25 % dan sisanya tamat
DII/DIII 652 orang atau 16,72 % dan tamat SD 145 orang atau 3,72 %.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang
meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah
tanggungan dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Karakteristik Petani Sampel
Uraian
Range
Rata - rata
Umur
32 – 59
48.03
Lama pendidikan
6 – 12
11.27
Pengalaman bertani rambutan
7 – 15
9.97
Jumlah tanggugan
1–6
3.17
Luas lahan
0.2 – 1.35
0.56
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 5. Diatas dapat dilihat bahwa rata – rata umur petani adalah
48,03 tahun dengan range 32 – 59 tahun. Ini berarti bawha petani pada
desa penelitian masih tergolong dalam usia produktif, sehingga memiliki
tenaga kerja keluarga petani yang masih mampu untuk mengusahakan
uasahataninya.
Untuk tingkat pendidikan di Binjai rata – rata lama pendidikan 11,27 tahun
dengan range 6 – 12 dimana yang berpendidikan rendah (SD) ada 19 orang
dan yang berpendidikan SMP ada 5 orang dan yang berpendidikan SMA
ada 9 0rang dengan demikian petani sampel di Binjai mempunyai tingkat
pendidikan rendah.
Pengalaman bertani rambutan rata – rata adalah 9.97 tahun dengan range 7
– 15 tahun.Dari rata – rata ini dapat dilihat bahwa pengalaman bertani dari
masing – masing petani responden adalah bervariasi.
Jumlah anak yang merupakan tanggunggan dan setiap kepala keluarga
petani rata – rata adalah 3 orang dengan range 1 – 6 orang.Hal ini
memperlihatkan bahwa tanggungan setiap kepala keluarga termasuk besar.
Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap distribusi
pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja. Semakin banyak jumlah
tanggunggan maka semakin besar pula pengeluaran keluarga.
Luas lahan yang dikelola petani rata – rata 0,56 Ha dengan range 0.2 –
1.35 Ha. Luas lahan petani akan berpengaruh terhadap jumlah populasi
tanaman dan produksi rambutan. Hal tersebut akan mempengaruhin
pendapatan yang diperoleh petani.
Dari desa sampel penelitian diambil 30 petani sampel secara purposive
berdasarkan strata jumlah pohon rambutan. Dari sampel 30 sampel petani
terdapat jumlah tanaman rambutan rata – rata 65,4 pohon dan produksi
rata – rata 5238,9 ikat. Jumlah pohon dan produksi rata – rata petani
sampel pada desa tersebut terlihat pada tabel berkut ini:
Tabel 6. Jumlah Pohon dan Produksi rata – rata Petani sampel, 2012
Srata
Over all
Jumlah pohon
Produksi
Range
Rata - rata
Range
Rata – rata
15 – 40
24,1
1000 – 4000
1866,7
50 – 80
63
4500 – 6500
5450
100 – 120
109
8000 – 9000
8400
1537
65,4
124000
5238,9
Sumber : Data Primer Diolah, 2012
Karakteristik Pedagang Sampel
Penentuanpedagang sampel dilakukan dengan cara menanyakan kepada
petani sampel kepada siapa mereka menjual rambutan dan dengan secara
kebetulan dikenal di desa sampel dan pasar. Dengan cara tersebut maka
diperoleh jenis jenis pedagang sampel mulai dari desa sampel sampai ke
komsumen. Jenis macam dan jumlah pedagang tersebut terlihat dalam
tabel berikut.
Tabel 7. Macam pedagang, jumlah dan domisili daerah operasional, 2012
No Macam pedagang
Jumlah ( orang)
Domisili dan daerah operasional
1
Pedagang pengumpul
10
Desa – Desa
2
Pedagang Besar
3
Binjai – Pantai gemi
3
Peagang pengecer
15
Binjai, pusat pasar medan
Sumber : Data Primer diolah : 2012
Jumlah pedagang pengumpul ada sebanyak 10 orang.Mereka adalah
penduduk desa yang juga petani dengan status ekonomi yang tinggi di
desanya.Pedagang pengumpul menyalurkan rambutan kepada pedagang
besar yang berdomisili di binjai.Pedagang besar kemudian membeli
rambutan dari pedagang pengumpul setelah terlebih dahulu mengadakan
kesepakatan untuk transaksi jual – beli rambutan.
Pedagang besar kemudian menjual kepada pedagang pengecer yang ada di
medan. Ada beberapa pedagang pengecer yang membeli rambutan
langsusng kepada petani.Hal ini dilakukan pedagang pengecer karena
harga yang mereka beli dari petani lebih murah dari pada mereka membeli
dari pedagang besar. Sedangkan untuk pedagang pengecer yang
berdomisili di medan, mereka membelinya dari pedagang besar karena
petani
memborongkan
rambutannya
langsung
kepada
pedagang
pengumpul seminggu sebelum panen dengan alasan bahwa petani
rambutan tidak mempunyai waktu dan tenaga yang cukup untuk
mengawasi dan memanen rambutannya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada daerah penelitian terdapat dua saluran pemasaran rambutan dimana
pada saluran pertama ada 10 (33.33 %) orang petani menjual rambutan kepada
pedagang pengumpul dengan sistem borongan.Hal ini disebabkan karena para
petani tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menjaga, memanen dan
memasarkan rambutannya.Kemudian pedagang pengumpul menjual kepada
pedagang besar setelah terlebih dahulu terjadi kesepakatan.Kemudian pedagang
besar menjual rambutan kepada pedagang pengecer yang berada di Medan. Pada
saluran kedua ada 20 (66,67 %) orang petani yang menjual rambutannya langsung
kepada pedagang pengecer. Hal ini disebabkan karena para petani mempunyai
waktu yang cukup untuk menjaga dan memanen rambutan tersebut.Harga
rambutan yang dijual petani pada saluran kedua lebih tinggi daripada harga yang
dijual petani kepada pedagang pengumpul pada saluran pertama.
Saluran Tataniaga dan Persentase Barang yang Disalurkan untuk MasingMasing Saluran Tataniaga
Dari gambaran umum penelitian di atas, dapat digambarkan dengan
ringkas skema saluran tataniaga rambutan di daerah penelitian.Skema saluran
tataniaga ini adalah skema saluran pemasaran rambutan yang berasal dari desa
sampel.Data yang diambil adalah dari petani yang menanam rambutan dengan
produksi berupa buah rambutan pada tahun 2012.
Adapun skema dan volume saluran pemasaran itu dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Saluran I
Petani
Saluran II
30,95 %
38375 ikat
69,05 %
85625 ikat
Pedagang Pengumpul
68,32 %
85000 ikat
Pedagang Besar
67,97 %
84700 ikat
Pedagang Pengecer
29,65 %
37875 ikat
67,38 %
84200 ikat
Konsumen
Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran Rambutan
Dari hasil penelitian diperoleh total produksi petani sampel sebesar
124000 ikat. Rambutan dari daerah penelitian terdistribusi dalam dua saluran
pemasaran yaitu :
1. Saluran pemasaran I melalui pedagang pengumpul desa sebesar 85625 ikat
atau sekitar 69,05 %.
2. Saluran pemasaran II melalui pedagang pengecer di Binjai sebesar 38375 ikat
atau sebesar 30,95 %.
Volume rambutan terbesar disalurkan melalui pedagang pengumpul desa,
dengan demikian saluran ini menjadi saluran utama dalam pemasaran rambutan di
daerah penelitian.
Dari pedagang pengumpul desa, rambutan disalurkan kepada pedagang
besar 85000 ikat (68,32 %) setelah menyusut 625 ikat. Dari pedagang besar
rambutan disalurkan kepada pedagang pengecer di Medan sebesar 84700 ikat
(67.97 %) setelah menyusut 300 ikat. Setelah pedagang pengecer Medan menjual
ke konsumen sebesar 84200 ikat (67,38 %) setelah menyusut 500 ikat.
Sedangkan untuk saluran pemasaran kedua yaitu melalui pedagang
pengecer di Binjai yang langsung menjual kepada konsumen sebesar 37875 ikat
(29,78 %).
Fungsi-Fungsi Tataniaga
Dalam proses pemasaran terdapat fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh
pihak produsen dan lembaga pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran merupakan
unsur penting di dalam proses pemasaran rambutan terutama dalam hal kelancaran
arus barang dari produsen ke konsumen. Tetapi sekaligus dapat membuat biaya
pemasaran berfluktuasi.
Dari hasil penelitian diperoleh fungsi-fungsi yang diperankan oleh setiap
lembaga pemasaran yang berperan di dalam proses pemasaran.
Tabel V.1. Fungsi-fungsi Tataniaga yang Dilakukan Pedagang Pengumpul
Jenis Lembaga
Fungsi-fungsi Pemasaran
Pedagang
Pedagang
Yang Diemban
Pengumpul Besar
Penjualan
X
X
Pembelian
X
X
Penyimpanan
Transportasi
X
Pemilihan
X
Pembungkusan
X
Pengolahan
Penyusutan
X
X
Informasi Pasar
X
X
Pembiayaan
X
X
Sumber : Analisis data primer, 2012
Pedagang Pengecer
Di Binjai
Di Medan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Keterangan : X = Melakukan fungsi tersebut
- = Tidak melakukan
Dari data-data dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap lembaga
pemasaran memerankan paling sedikit 6 fungsi. Dimana pedagang pengumpul
melakukan 7 fungsi pemasaran, pedagang besar melakukan 6 fungsi pemasaran,
pedagang pengecer Binjai melakukan 8 fungsi pemasaran dan pedagang pengecer
Medan melakukan 6 fungsi pemasaran. Satu-satunya lembaga yang hampir
melaksanakan semua fungsi pemasaran adalah pedagang pengecer rambutan
Binjai.Oleh sebab itu wajar saja bila beban tataniaga itu lebih besar pada
pedagang pengecer rambutan yang di Binjai.
Pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan dan
transportasi karena untuk penyediaan transportasi itu dilakukan oleh pedagang
besar.Pedagang besar tidak melakukan fungsi penyimpanan, pemilihan,
pembungkusan karena untuk pemilihan sudah dilakukan oleh pedagang
pengumpul sedangkan untuk fungsi penyimpanan dan pembungkusan dilakukan
oleh pedagang pengecer Binjai.Hal ini disebabkan karena setelah dari pedagang
pengumpul, rambutan tersebut langsung diambil oleh pedagang besar untuk
kemudian disebarkan kepada pedagang pengecer yang ada di Binjai dan juga
pedagang pengecer yang ada di Medan.
Pada tingkat petani (produsen), rambutan dijual kepada pedagang
pengumpul seminggu sebelum panen dengan sistem borongan, dimana
pemanenan dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan menggunakan beberapa
orang tenaga kerja sehingga upah pemanenan ditanggung oleh pedagang
pengumpul.Pedagang pengumpul selain melakukan fungsi penjualan dan
pembelian juga melakukan fungsi sortasi.Fungsi sortasi (pemilihan) pada tingkat
pedagang pengumpul adalah dengan melakukan tindakan memilih dan membedabedakan rambutan sesuai dengan besar kecilnya ukuran rambutan.Biaya sortir
disatukan bersama dengan upah panjat dan upah mengikat.Pedagang pengumpul
tidak melakukan fungsi penyimpanan dan transportasi karena rambutan setelah
selesai dipanen dan diikat langsung diambil dan diangkut oleh pedagang besar
pada saat itu juga. Pedagang besar melakukan fungsi penyusutan karena ada
beberapa ikat rambutan yang rusak akibat tertimpa rambutan lain pada waktu
berada di dalam keranjang.
Pedagang pengecer untuk Binjai berbeda dengan pedagang pengecer
Medan
dalam
melakukan
fungsi-fungsi
pemasaran,
dimana
pedagang
pengecer.Binjai melakukan hampir semua fungsi pemasaran, selain melakukan
fungsi penjualan dan pembelian juga melakukan fungsi penyimpanan dan
transportasi dimana fungsi penyimpanan yang dilakukan disini apabila rambutan
tidak habis laku dijual maka rambutan tersebut disimpan untuk dijual keesokan
harinya. Pedagang pengecer Binjai membeli langsung rambutan kepada petani
yang secara praktis melakukan kegiatan pemanjatan rambutan, memilih buah
rambutan, mengikat rambutan dan memasukkan buah rambutan ke dalam
keranjang kemudian mengangkut buah rambutan tersebut.Informasi pasar yang
sangat sederhana mengenai harga rambutan sampai kepada petani diterima
melalui pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan pedagang besar.
Struktur Pasar pada Saluran Tataniaga Rambutan
Dalam hal ini struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran
pemasaran ditinjau berdasarkan jumlah pedagang maupun pembelinya pada saat
proses jual beli rambutan tersebut. Ada beberapa struktur pasar yang terjadi untuk
masing-masing saluran pemasaran yaitu pasar Oligopoli adalah struktur pasar
dimana ada terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli, pasar Oligopsoni
adalah struktur pasar dimana terdapat banyak penjual dan hanya beberapa
pembeli. Selengkapnya struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran
pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel V.2.
Struktur Pasar yang terjadi pada Setiap Saluran Pemasaran
Rambutan
Uraian
Struktur pasar
yang dihadapi
Petani
Pedagang Pengecer Binjai
Oligopsoni
Petani
Pedagang Pengumpul
Oligopsoni
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Oligopsoni
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer Medan
Oligopoli
Pada tingkat desa dimana petani menjual rambutannya kepada pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer, dimana struktur pasar yang terjadi adalah
Oligopsoni.
Untuk memperkuat bargaining position, petani dapat merubah struktur
pasar.Dengan merubah posisi dari price taker menjadi price maker.Hal ini dapat
dilakukan dengan memberdayakan kelompok tani.Karena dengan adanya
kelompok tani, maka para petani dapat bersatu untuk dapat mempertahankan
posisinya sebagai price maker.Sehingga struktur pasar berubah menjadi satu
penjual menghadapi beberapa pembeli (pasar oligopoly).Pada tingkat kecamatan/
kabupaten, hanya ada beberapa pedagang besar. Pada pasar Binjai terdapat lima
pedagang pengecer. Sedangkan pada pusat pasar Medan terdapat sepuluh
pedagang pengecer.
Upaya-Upaya yang dapat dilakukan untuk Meningkatkan Efisiensi Pasar
Rambutan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada upaya-upaya yang dapat
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik oleh petani, pedagang
pengumpul dan pedagang besar maupun pedagang pengecer untuk meningkatkan
efisiensi dan kelancaran pemasaran rambutan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pedagang / lembaga pemasaran untuk
meningkatkan efisiensi pemasaran rambutan dengan cara mengetahui informasi
pasar tentang perkembangan harga rambutan di pasaran dan dengan menggunakan
biaya pemasaran seefisien mungkin.
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh petani rambutan adalah dengan cara
merubah struktur pasar pemasaran rambutan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
penjualan hasil panen mereka melalui wadah kelompok tani yang telah ada
(memberdayakan kelompok tani), sehingga dengan demikian akan terbentuk suatu
pasar dimana satu penjual menghadapi beberapa pembeli (pasar oligopoli). Dan
ini juga merupakan salah satu cara untuk memperpendek mata rantai tataniaga,
karena petani dapat langsung menjual hasil panennya melalui kelompokkelompok tani tersebut tanpa melalui lembaga pemasaran lainnya. Dengan
demikian semakin pendek saluran pemasaran tersebut maka biaya pemasaran pun
dapat ditekan lebih kecil lagi dan semakin efisienlah pemasaran rambutan
tersebut.
Pembahasan
Skema pembahasan dilakukan menurut aturan mulai dari mata rantai
terbesar ke mata rantai yang lebih kecil.
Saluran Utama (1)
Skema arus pemasaran rambutan dalam saluran ini dengan singkat dapat
digambarkan sebagai berikut :
69,05 %
Petani
68,32 %
Pedagang
Pengumpul
67,97 %
Pedagang
Besar
67,51 %
Pedagang
Pengecer
Konsumen
Gambar 4. Saluran Pemasaran Utama (I)
Jika dilihat dari skema hasil penelitian, maka volume rambutan yang
mengalir melalui saluran utama ialah sebesar 85625 ikat (69,05 %). Volume ini
lebih besar jika dibandingkan dengan saluran lain.
Pedagang pengumpul menjual rambutan kepada pedagang besar sebesar
85000 ikat (68,32 %). Kemudian pedagang besar menjual rambutan kepada
pedagang pengecer di pusat pasar Medan sebesar 84700 ikat (67,97 %).
Volume pembelian pedagang pengumpul berkisar 7.500 ikat hingga 9.750
ikat dengan jumlah total pembelian 85625 ikat.Pedagang pengumpul membeli
rambutan dari petani berkisar Rp. 1.000 / ikat.
Biaya rata-rata tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel V.3.
Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Pemasaran dan
Profit (Jasa Pedagang) Pengumpul, 2012
No.
A.
Komponen Biaya
Harga beli rambutan dari petani
Rp. 1000 x 85625 ikat
B.
Biaya-biaya pemasaran :
1. Keranjang
2. Tali
3. Upah panjat + ikat + sortir
4. Marketing loss
5. Profit pedagang pengumpul
C.
Harga jual ke pedagang besar
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Nilai (Rp.)
85.625.000
380.000
250.000
6.750.000
625.000
16.870.000
110.500.000
Dari tabel V.3 dapat dilihat bahwa total biaya keranjang adalah Rp.
380.000. Dimana keranjang digunakan untuk sekali musim panen saja. Untuk
mengetahui biaya keranjang perikatnya adalah dengan membagi jumlah total
biaya keranjang dengan jumlah rambutan yang dibeli dari petani (ikat), yaitu
Rp. 380.000 : 85625 ikat = Rp. 4,44 / ikat.
Besarnya biaya tali adalah Rp. 250.000 dengan biaya tali perikatnya
adalah Rp. 250.00 : 85625 ikat = Rp. 2,92 / ikat.
Untuk upah panjat + ikat + sortir ini dilakukan dengan sistem borongan
dimana total biaya upah panjat + ikat + sortir adalah Rp. 6.750.000 dengan biaya
perikatnya adalah Rp. 6.750.000 : 85625 ikat = Rp. 78,83 / ikat.
Besarnya marketing loss dihitung dari penyusutan dikalikan dengan harga
beli rambutan.Dari 85625 ikat rambutan yang dibeli terdapat 625 ikat rambutan
yang tidak layak jual. Sehingga marketing loss perikat adalah Rp. 625.000 : 85625
ikat = Rp. 7,3 ikat. Sehingga total biaya pemasaran adalah Rp. 93,49 / ikat.
Besarnya profit margin yang diperoleh adalah Rp. 16.870.000 atau sebesar
Rp. 197,02 / ikat. Selanjutnya rambutan dijual kepada pedagang besar (67,97 %).
Dari pedagang pengumpul, rambutan tersebut dijual kepada pedagang besar.Biaya
tata niaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar terdiri dari biaya transportasi dari
desa tempat panen ke pedagang pengecer, retribusi daerah, upah muat dan
bongkar, marketing loss.Besarnya biaya pedagang besar dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel V.4.
Volume Pembelian dan Penjualan Rambutan, Biaya Tataniaga
dan Profit Margin (Jasa Pedagang Besar), 2012
No.
Komponen Biaya
Nilai (Rp.)
A.
Harga beli rambutan dari Pedagang Pengumpul
110.500.000
Rp. 1300 x 85000 ikat
B.
C.
Biaya-biaya pemasaran :
1. Transportasi
2.250.000
2. Retribusi Daerah
90.000
3. Upah muat + bongkar
900.000
4. Marketing loss
390.000
5. Profit pedagang besar
38.330.000
Harga jual ke pedagang pengecer
Rp. 1800 x 84700 ikat
152.460.000
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.4 dapat dilihat bahwa biaya transportasi adalah Rp. 2.250.000
ini meliputi biaya truk, supir, bensin selama proses pengangkutan. Biaya
transportasi perikatnya adalah Rp. 2.250.000 : 85.000 ikat = Rp. 26,47.
Besarnya biaya retribusi daerah Rp. 90.000 dengan biaya perikatnya
adalah Rp. 1,06 / ikat.
Untuk upah muat + bongkar besarnya biaya adalah Rp. 900.000 atau
sebesar Rp. 10,59 / ikat.
Dari 85000 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang besar terdapat 300
ikat rambutan yang tidak dapat dijual lagi, sehingga nilai penyusutan (Marketing
loss) dari 85000 ikat rambutan adalah Rp. 1300 x 300 ikat + Rp. 390.000 atau
sebesar Rp. 4,59 / ikat. Setelah dijumlahkan maka total biaya pemasaran adalah
Rp. 42,91 / ikat. Dengan harga jual Rp. 1800 / ikat pedagang besar memperoleh
profit margin sebesar Rp. 38.300.000 atau sebesar Rp. 450,94 / ikat.
Selanjutnya rambutan dari pedagang besar dijual kepada pedagang
pengecer.Harga beli pedagang pengecer dari pedagang besar adalah Rp. 1800 /
ikat.Pedagang pengecer melakukan pembelian apabila rambutan sebelumnya
sudah habis terjual.Tabel berikut ini memperlihatkan besarnya biaya rata-rata
tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer.
Tabel V.5.
Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Tataniaga dan Profit
Margin (Jasa Pedagang Pengecer), 2012
No.
Komponen Biaya
A.
Harga beli rambutan dari Pedagang Besar
Rp. 1800 x 84700 ikat
B.
C.
Nilai (Rp.)
152.460.000
Biaya-biaya pemasaran :
1. Sewa tempat + keamanan
400.000
2. Plastik pembungkus
200.000
3. Kebersihan
100.000
4. Marketing loss
900.000
5. Profit pedagang
14.340.000
Harga jual ke pedagang pengecer
Rp. 2000 x 84200 ikat
Sumber : Data Primer diolah, 2012
168.400.000
Dari tabel V.5 dapat dilihat bahwa biaya sewa tempat + keamanan adalah
Rp. 400.000 atau sebesar Rp. 4,72 / ikat, dimana sewa tempat + keamanan ini
untuk biaya selama satu bulan.
Untuk plastik pembungkus besarnya biaya adalah Rp. 200.000 atau
sebesar Rp. 2,36 / ikat. Sedangkan besarnya biaya kebersihan adalah Rp. 100.000
atau sebesar Rp. 1,18 / ikat.
Dari 84700 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang pengecer terdapat
500 ikat rambutan yang tidak dapat dijual, sehingga nilai penyusutan (Marketing
loss) dari 84700 ikat rambutan adalah Rp. 1800 x 500 ikat = Rp. 900.000 atau
sebesar 10,63 / ikat. Setelah dijumlahkan maka total biaya pemasaran adalah
18,89 / ikat.
Dengan harga jual Rp. 2000 / ikat pedagang pengecer memperoleh profit
margin sebesar Rp. 14.340.000 atau sebesar Rp. 169,30 / ikat.
Setelah diketahui besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh tiap
lembaga pemasaran, maka dapat diperoleh price spread dan share margin dengan
membandingkan besarnya biaya tersebut terhadap besarnya harga yang harus
dibayar konsumen terakhir.
Untuk lebih jelasnya, besarnya price spread dan share margin tataniaga
rambutan pada saluran pemasaran 1 dapat dilihat pada tabel V.6.
Tabel V.6.
Price Spread (Rp.) dan Share Margin (%) Saluran Pemasaran
Utama (I)
Price Spread
Share Margin
(Rp.)
(%)
85.625.000
50,85
1. Keranjang
380.000
0,23
2. Tali
250.000
0,15
3. Plastik pembungkus
200.000
0,12
4. Retribusi daerah
90.000
0,05
5. Sewa tempat + keamanan
400.000
0,24
6. Upah panjat + ikat + sortir
6.750.000
4,01
7. Upah muat + bongkar
900.000
0,53
8. Transportasi
2.250.000
1,33
9. Kebersihan
100.000
0,06
10. Marketing loss
1.915.000
1,14
11. Profit pedagang
69.540.000
41,29
Harga beli konsumen
168.400.000
100
No. Komponen Biaya
A.
Harga beli dari petani
B.
Total biaya tata niaga
C.
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.6 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang adalah Rp. 13.235.000 atau sebesar Rp. 155,29 / ikat
dengan share margin 7,86. Sedangkan jumlah total profit pedagang adalah Rp.
69.540.000 atau sebesar Rp. 812, 14 / ikat dengan share margin 41,29 %.
Dari Tabel V. 6 dapat dibuat rekapitulasi volume pembelian rambutan,
harga beli, biaya tataniaga dan profit margin. Rekapitulasi volume pembelian,
harga beli, biaya tataniaga dan profit margin perikat.
Tabel V. 7 Rekapitulasi volume pembelian, harga beli, biaya tataniaga dan profit
margin saluran utama
Uraian
Lembaga Pemasaran
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pengumpul
Besar
Pengecer
Volume pembeliaan ( ikat )
85625
85000
84700
Harga beli ( Rp / ikat )
1000
1300
1800
Harga jual ( Rp / ikat )
1300
1800
2000
Biaya tataniaga ( Rp / ikat )
93,49
42,71
18,89
Profit ( Rp / ikat )
197,02
450,94
169,30
Sumber : Data Primer Diolah, 2012
Dari tabel V.7 dapat dilihat bahwa :
1. Biaya tataniaga yang tinggi terdapat pada pedagang pengumpul rambutan
sebesar Rp. 93,49 / ikat. Hal ini disebabkan karena biaya upah panjat +
ikat + sortir yang tinggi, sehingga mengakibatkan biaya tataniaga pada
pedagang pengumpul rambutan lebih besar dari pada pedagang besar dan
pedagang pengecer.
2. Profit margin lembaga pemasaran yang tinggi terdapat pada pedagang
besar yaitu sebesar Rp. 450,94 / ikat. Hal ini disebkan karena selisih harga
beli rambutan dan harga jual yang cukup tinggi.
Dari Tabel V.8 dapat pula dibuat rekapitulasi share margin tataniaga
rambutan melalui saluran utama ( I ).
Tabel V.8 Rekapitulasi share margin petani rambutan, pedagang dan
biaya pemasaran pada saluran pemasaran I .
Uraian
Pedagang pengecer Rambutan
Share margin petani ( % )
50,85
Share margin pedagang ( % )
41,29
Share margin biaya pemasaran (% )
7,86
Sumber : Data Primer Diolah 2012
Dari tabel V.8 dapat dilihat bahwa share margin petani adalah 50,58 %,
sedangkan share margin pedagang yaitu 41,29 dan share margin biaya
pemasaran adalah 7,86 %.
Mata Rantai Saluran Kedua
Skema arus rambutan dalam saluran ini dengan singkat digambarkan
sebagai berikut :
Petani
30,95 %
Pedagang
pengecer
Gambar 5 : saluran pemasaran kedua
29,65 %
konsumsi
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa saluran kedua ini petani menjual
rambutan kepada pedagang pengecer sebesar 38375 ikat ( 30,95% ). Kemudian
pedagang pengecer menjual rambutan kepada konsumen sebesar 37875 ikat
(29,65%). Pedagang pengecer membeli rambutan dengan harga 1300/ ikat dan
menjual dengan harga Rp. 1600/ikat. Biaya – biaya yang dikeluarkan pedagang
pengecer terdiri dari biaya transportasi dari desa ke pasar Binjai, upah muat
ditambah bongkar, sewa ditambah keamanan, plastik pembungkus dan biaya
kebersihan, biaya rata – rata tataniaga yang dikeluarkan oleh kelima pedagang
pengecer dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel V.9. volume pembelian ditambah penjualan, biaya tataniaga dan profit
margin ( jasa pedagang ) pengecer, 2012.
No
Komponen Biaya
Jumlah ( Rp )
A
Harga beli dari petani Rp. 1300 x 38375 49.887.500
ikat
B
C
Biaya Pemasaran
1. Biaya Transportasi
250. 000
2. Upah muat + bongkar
100.000
3. Sewa tempat
150.000
4. Plastik pembungkus
100.000
5. Biaya kebersihan
25.000
6. Marketing loss
650.000
7. Profit pedagang
9.437.500
Harga jual Rp. 1600 x 37875 ikat
????
Dari tabel V.9 dapat dilihat bahwa biaya transportasi Rp. 250.000 atau
sebesar Rp. 6,51 / ikat, dimana biaya transportasi disini adalah biaya mengangkut
rambutan dari petani ke pedagang pengecer selama satu musim panen. Upah muat
+ bongkar adalah RP. 100.000 atau sebesar Rp. 2,61 / ikat. Untuk biaya sewa
tempat + keamanan adalah Rp. 150.000 atau sebesar Rp. 3,90 / ikat.
Biaya plastik pembungkus adalah Rp. 100.000 atau sebesar Rp. 2,61 / ikat
sedangkan biaya kebersihan adalah Rp. 25.000 atau sebesar Rp. 0,65/ ikat.
Dari 38375 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang pengecer Binjai terdapat 500
ikat rambutan yang tidak dapat dijual lagi. Sehingga nilai penyusutan ( Marketing
loss ) Rp. 650.000 atau sebesar Rp. 16,94 / ikat. Total biaya pemasaran Rp.
1.275.000 atau sebasar 33,22 / ikat.
Dengan harga jual Rp. 1600 / ikat pedagang pengecer memperoleh profit
pedagang sebesar Rp.9.437.500 atau sebesar Rp. 245,93 / ikat.
Dari uraian diatas dapat dibuat price spread dan share margin dan saluran
pemasaran kedua sebagai berikut :
Tabel V. 10. Price spread dan share margin saluran pemasaran kedua (
Pedagang Pengecer Binjai) 2013.
No
Komponen Biaya Tataniaga
Price Spread
Share
( Rp )
Margin
(%)
A
Harga beli dari petani Rp. 1300 x 38375
B
Total biaya Tataniaga
C
49.887.500
82,32
1. Biaya Transportasi
250.000
0,41
2. Upah muat + bongkar
100.000
0,17
3. Sewa tempat + keaman
150.000
0,25
4. Plastik pembungkusan
100.000
0,17
5. Biaya kebersihan
25.000
0,04
6. Marketing loss
650.000
1,07
7. Profit margin + jasa pedagang
9.437.500
15,15
Harga beli konsumen Rp. 1600 x 7575 60.600.000
100
ikat
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V. 10 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya pemasaran
yang dikeluarga oleh pedagang adalah Rp. 1.275.000 atau sebesar Rp. 33,22 / ikat
dengan share margin 2,11 %. Sedangkan jumlah Profit pedagang adalah Rp.
9.437.500 atau sebesar Rp. 245,93 / ikat dengan share margin 15,57 %.
Rekapitulasi Margin dan Price Spread Lembaga Pemasaran Saluran Kedua
Tabel V. 11 Rekapitulasi Margin dan Price Spread Lembaga Pemasaran
Saluran Kedua.
Uraian
Lembaga Pemasaran
Pedagang Pengecer
Volume pembelian ( ikat )
36375
Harga beli ( Rp/ikat )
1300
Harga jual ( Rp/ikat )
1600
Biaya Tataniaga ( Rp/ikat )
33,22
Profit ( Rp/ikat )
245,93
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.11 di atas dapat dilihat bahwa :
1. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer stabat adalah
Rp. 33,22/ikat
2. Profit margin yang diperoleh pedagang pengecer Stabat adalah Rp. 245,
93/ikat.
Dari uraian diatas dapat dibuat Rekapitulasi Share margin lembaga pemasaran
dan biaya pemasaran
Tabel V.12. Rekapitulasi Share margin petani, pedagang pengecer, biaya
pemasaran
Uraian
Pedagang pengecer
Petani ( % )
82,32
Pedagang ( % )
15,57
Biaya pemasaran ( % )
2,11
Dari tabel V.12 dapat dilihat bahwa share margin petani adalah 82,32 5,
sedangkan Share margin pedagang adalah 15,57 % dan share margin Biaya
pemasaran adalah 2,11 %.
KESIMPULAN DA SARAN
Kesimpulan
1. Didaerah penelitian terdapat 2 saluran pemasaran Rambutan yaitu saluran
I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar
69,05 % dan saluran II adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang
pengecer 30,95 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi
secara langsung.
2. Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi
pemasaran dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran.
3. Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran
dari harga beli konsumen untuk masing-masing saluran pemasaran adalah
sebagai berikut:
a. Saluran I, margin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%,
biaya tataniaga 7,86
b. Saluran II, margin petani adalah 82,32%, mrgin pedagang 15,57%,
biaya tataniaga 2,11%
4. Strutur pasar adalah pasar Oligopsoni yaitu di tingkat petani, pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer, meskipun masih ada yang cenderung
Oligopoli yaitu di tingkat Kecamatan dan Kabupaten.
5. Besarnya margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran rambutan
adalah :
-
Saluran pemasaran I margin pemasarannya adalah Rp. 972,55/ikat
-
Saluran pemasaran II margin pemasarannya adalah Rp. 279,15/ikat
6. Tingkat efisiensi tataniaga berada diantara yang paling rendah 2,10 % dan
yang tertinggi 12,99 %. Dari segi petani tingkat efisiensi belum cukup
baik, dilihat dari harga jual petani yang relatif rendah dan struktur pasar
yang dihadapi.
Saran
1. Kepada petani rambutan, diharapkan untuk dapat lebih memperbaiki
mutu/kualitas rambutan yang dihasilkan agar mampu bersaing. Sehingga
dengan dilakukannya uasah meningkatkan mutu rambutan diharapkan
penerimaan harga jual petani lebih besar.
2. Untuk memperoleh harga yang lebih baik, sebaiknya petani membentuk
wadah bersama yang akan memasarkan rambutan hasil produksi petani,
misalnya dengan lebih mengaktifkan kelompok tani atau koperasi yang
telah ada, serta berusaha menjalin hubungan dagang (langganan) yang
baik.
3. Kepada pengambilan kebijakan diharapkan untuk lebih memperhatikan
kesejahteraan petani rambutan dengan cara menyediakan bantuan modal
kepada para petani. Pemerintah juga diharapkan untuk lebih mengaktifkan
koperasi yang ada untuk menampung dan memasarkan hasil panen petani.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan
famili sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa inggrisnya disebut
hairy fruit berasal dari indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar didaerah
yang beriklim tropis seperti filipina dan negara – negara Amerika Latin dan
ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.
Dalam
sistematika
(taksonomi)
tumbuhan,
tanaman
rambutan
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Sapindaceae
Genus
: Nephellium
Spesies
: Nephellium lappaceum Linn.
(Rukmana, 2002).
Secara umum tanaman rambutan mampu mencapai ketinggian antara 1525 meter dengan bentuk batang lurus dan memiliki cabang yang banyak. Pada
pangkal batang berdiameter antara 40-60 cm, kulit batang berwarna abu-abu
kecokelatan. Bentuk percabangan tidak teratru dan rapat.
Bentuk tajuk bulat atau tidak beraturan sama sekali. Ranting atau cabang
ujung mempunyai warna cokelat kusam dengan permukaan kulit berkerut-kerut
(Rukmana, 2002).
Daerah yang ideal untuk penanaman tanaman rambutan adalah daerah
dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl, dengan kondisi curah hujan berkisar
antara 1.500 mm – 2.500 mm / tahun yang merata sepanjang tahun, memiliki
bulan basah lebih dari 7 bulan/tahun, suhu udara antara 25
0
C – 32
0
C, dan
intensitas cahaya matahari antara 45 % -50 % (Rukmana, 2004).
Di tanah air tanaman rambutan umumnya tumbuh menyebar pada lahan
jenis latosol, lahan utama usaha tani di Indonesia. Lahan jenis ini memang
memiliki sifat fisik baik. Remah strukturnya, gembur konsistensinya, mudah
merembeskan air dan dapat menahan air dengan cukup baik. Solum lahan cukup
dalam, antara 1,5-10 meter. Kandungan haranya rendah sampai sedang, bereaksi
asam sampai agak asam dengan kandungan pH 4,5-6,5. Pemberian pupuk yang
baik akan menghasilkan produksi yang baik dan berkesinambungan (Kalie, 1994).
Landasan Teori
Ditinjau dari sudut ekonomi, pemasaran merupakan kegiatan yang bersifat
produktif karena dapat menambah nilai guna dari suatu barang yaitu kegunaan
tempat, waktu, bentuk dan pemikiran.Dengan demikian pemasaran dapat
mempertinggi nilai guna dari suatu komoditi yang diinginkan konsumen.
Tata niaga adalah suatu kegiatan uasaha yang menggerakkan arus barang
dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen.Pemasaran adalah suatu proses
sosial dengan mana individu dan kelompoknya mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan
nilai dengan individu dan kelompok lainnya ( Kotler, 1992 ).
Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang –
barang dan jasa dari sektor produsen kesektor konsumen akan melakukan fungsi –
fungsi tataniaga yang berbeda – beda tiap tataniaga. Ada beberapa pendapat
tentang apa saja yang termasuk fungsi tataniaga, menurut Richard L. Khols
memberikan sembilan fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran
(penjualan dan pembelian), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, pengolahan),
fungsi pendukung ( standarisasi dan grading, penanggung resiko, informasi pasar,
dan permodalan. ( soekartawi )
Tata niaga adalah produktif, dimana kegiatan produktif selalu berkaitan
dengan efisiensi ekonomi.Dalam rangka perbaikan tata niaga, tujuan yang ingin
dicapai adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi.
Penurunan ongkos tata niaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tata niaga,
oleh karena itu tinggi rendahnya ongkos tata niaga tidak selalu mempengaruhi
efisiensi tata niaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tata niaga
suatu komoditi serta menaikkan kwalitas komoditi ( nasution, 1993 )
Dalam kegiatan tataniaga, besarnya pendapatan atau keuntungan yang
dapat diperoleh dari usahatani selain dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya,
juga sangat ditentukan oleh cara pemasaran. Pemasaran dikatakan berhasil jika
dapat memperoleh harga jual yang tinggi. Untuk mendapatkan harga jual yang
tinggi, diperlukan adanya suatu penyusunan strategi pemasaran dengan
memperhatikan lembaga pemasaran yang berperan di dalamnya dan standar harga
dasar untuk menentukan harga jual (Lamb,dkk 2001).
Proses pemasaran meliputi pemahaman misi organisasi dan peran
pemasaran dalam memenuhi isi tersebut, menyusun sasaran pemasaran, analisis
lingkungan, pengembangan strategi pemasaran melalui pemilihan strategi target
pasar, pengembangan dan implementasi bauran pemasaran, implementasi strategi,
mendesain pengukuran kinerja dan evaluasi upaya pemasaran serta membuat
perubahan jika diperlukan. Bauran pemasaran mengkombinasikan strategi produk,
distribusi (tempat), promosi, dan harga dalam upaya menciptakan suatu
pertukaran untuk mencapai sasaran individu dan organisasi (Lamb,dkk 2001).
Badan
usaha
atau
individu
yang
menyelenggarakan
pemasaran,
menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta
mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga
pemasaran ini adalah menjalankan fungsi – fungsi pemasaran serta memenuhi
keinginan konsumen semaksimal mungkin.Konsumen memberikan balas jasa
kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran.Lembaga pemasaran ini
dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan
dan bentuk usahanya (Soekartawi, 1993).
Pemasaran
terdiri
dari
berbagai
macam
saluran
pemasaran
(MarketingChannel) dimana setiap saluran pemasaran melibatkan berbagai
lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, pedagang perantara (distributor,
agen komisi, pedagang antar daerah, eksportir, importir) dan pedagang eceran.
Banyaknya jumlah pedagang saluran pemasaran ini berpengaruh kepada biaya
pemasaran dan efisiensi pemasaran (Lamb,dkk 2001).
Penanganan hasil ini bertujuan untuk mempertahankan mutu buah mulai
ketika di panen sampai kepada konsumen dalam keadaan segar. Penanganan hasil
ini, pada umumnya dilakukan dalam satu hari yang
Sampel
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Total
Rataan
Umur Pendidikan
(Tahun)
(Tahun)
54
53
47
46
49
55
40
54
57
38
42
53
55
44
45
48
41
47
50
35
32
40
57
59
55
50
52
46
48
49
1441
48.03
6
9
6
6
6
9
6
12
6
6
6
12
12
6
6
9
12
12
6
6
6
9
6
6
6
6
6
9
12
6
241
11.7
Pengalaman
Jumlah
Luas lahan
Bertani
Tanggungan
(Ha)
(Tahun)
(Jiwa)
9
9
8
7
9
8
10
10
12
11
10
9
7
15
15
10
15
9
8
9
7
10
11
8
15
10
11
8
15
15
290
9.97
2
4
3
2
2
5
4
4
4
2
4
2
2
4
1
6
3
5
2
3
3
4
4
1
2
4
4
2
5
2
95
3.17
0.20
0.20
0.24
0.25
0.25
0.26
0.30
0.30
0.30
0.35
0.38
0.40
0.40
0.40
0.45
0.50
0.50
0.60
0.60
0.64
0.65
0.66
0.70
0.75
0.80
1.00
1.00
1.20
1.25
1.35
16.88
0.56
Jumlah
Pohon
(Batang)
15
15
18
20
20
20
20
22
22
25
25
30
30
40
40
50
50
55
60
60
65
65
70
75
80
100
100
110
115
120
1537
65.4
Produksi
(Ikat)
1000
1000
1375
1625
1500
1500
1500
1500
1500
1500
2000
2000
2000
4000
4000
4500
4500
5000
5000
5000
5500
5500
6000
6500
6500
8000
8000
8500
8500
9000
124000
5238.9
Lampiran 2. Karakteristik Pedagang Besar
Sampel
1
2
3
Total
Ratarata
Pengalaman Volume
Harga Beli
Berdagang Pembelian
Sumber Pembelian
(Rp/ikat)
(Tahun)
(Ikat)
55
10
26250
1300 Pedagang Pengumpul
55
15
28750
1300 Pedagang Pengumpul
58
20
30000
1300 Pedagang Pengumpul
Umur
(Tahun)
Volume
Harga jual
penjualan
Dijual Kepada
(Rp/ikat)
(ikat)
26170
1800 Pedagang Pengecer
28650
1800 Pedagang Pengecer
29880
1800 Pedagang Pengecer
168
45
85000
3900
84700
5400
56
15
28333,3
1300
28233,3
1800
Fungsi - Fungsi
Penjualan
Pembelian
Transfortasi
Penyusutan
Informasi pasar
Pembiayaan
Pengemasan
Pemilihan
Lampiran 3. Biaya Pemasarn Rambutan Pada Saluran Pemasaran Utama
Lembaga
Pemasaran
Vol.
Pembeli
(Ikat)
Harga
Beli
(Rp/ikat)
Vol.
Penjualan
( Ikat)
1
P. Pengumpul
7500.00
1000.00
7435.00
1300.00
30000
21000
600000
65000
716000
1449500
2
P. Pengumpul
7500.00
1000.00
7437.00
1300.00
32000
21000
625000
63000
741000
1427100
3
P. Pengumpul
8125.00
1000.00
8065.00
1300.00
38000
23000
650000
60000
771000
1588500
4
P. Pengumpul
8125.00
1000.00
8063.00
1300.00
38000
23000
675000
62000
798000
1558900
5
P. Pengumpul
8125.00
1000.00
8061.00
1300.00
38000
23000
675000
64000
800000
1554300
6
P. Pengumpul
8562.00
1000.00
8501.00
1300.00
39000
26000
685000
61000
811000
1678300
7
P. Pengumpul
8563.00
1000.00
8501.00
1300.00
40000
26000
700000
62000
828000
1660300
8
P. Pengumpul
9687.00
1000.00
9625.00
1300.00
41000
28000
712000
62000
843000
1982500
No
Sampel
Harga Jual
(Rp/ikat)
Keranjang
Tali
Upah Panjat
+Ikat+Sortir
Plastik
Pembungkus
(Rp)
Restribusi
(Rp)
Sewa
Tempat +
Keamanan
Upah
Muat +
Bongkar
Transportasi
(Rp)
Marketing
Loss (Rp)
Total
Biaya
(Rp)
Profit (Rp)
9
P. Pengumpul
9688.00
1000.00
9625.00
1300.00
41000
28000
712000
63000
844000
1980500
10
P. Pengumpul
9750.00
1000.00
9687.00
1300.00
43000
31000
716000
63000
853000
1990100
Jumlah
85625.00
10000.00
85000.00
13.000.000
380000
250000
6750000
625000
8005000
16870000
Rata - rata
8562.00
1000.00
8500.00
1300.00
38000
25000
675000
62500
800500
1687000
1
P. Besar
26250.00
1300.00
26170.00
1800.00
-
25000
275000
700000
104000
1104000
11877000
2
P. Besar
28750.00
1300.00
28650.00
1800.00
-
30000
300000
750000
130000
1210000
12985000
3
P. Besar
30000.00
1300.00
29880.00
1800.00
-
35000
325000
800000
156000
1316000
13468000
Jumlah
85000.00
3900.00
84700.00
5400.00
90000
900000
2250000
390000
3630000
36330000
Rata - rata
28333.30
1300.00
28233.30
1800.00
30000
300000
750000
130000
1210000
12776666,7
DAFTAR PUSTAKA
Gultom, H.L.T. 1996. Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Kalie, M. G. 1994. Rambutan :VaretasUnggul. Kanisius, Jakarta.
Kotler, P. 1992. ManajemenPemasaran Analisis Perencanaan dan Pengendalian.
Erlangga, Jakarta.
Lamb, C., Hair, J., Mc.Daniel, C. 2001. Pemasaran. Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Mahisworo. 1989. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.
_________. 1998. Bertanam Rambutan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Nasution,W.E. 1993. Metode Riset. Bumi Aksara, Jakarta.
Rukmana, R. 2002. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis.
Kanisius, Jakarta.
Rukmana, R. 2004. Rambutan: Komoditas Unggul dan Prospek Agribisnis.
Kanisius, Jakarta.
Sihaeni.2007. Penunutun Praktis Bertanam Rambutan.
Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. PT. Radja Grafindo, Jakarta.
_________. 1995. Dasar Managemen Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali
Press, Jakarta.
METODOLOGI PENELITIAN
Penentuan Daerah penelitian
Penelitian dilakukan di Binjai. Daerah penelitian ini ditentukan secara
purposive (sengaja) karena kota tersebut merupakan salah satu sentra produksi
rambutan yang cukup besar. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3014’ dan
4013’ lintang utara, serta 93051’ dan 98045’ Bujur Timur.Penentuan daerah
dilakukan dengan alasan bahwa binjai memiliki potensi yang begitu besar dalam
melakukan pemasaran rambutan dilihat dari keadaan strategis keadaan buat
memasarkan rambutan tersebut.
Tabel 1. Luas lahan, produksi dan tanaman menghasilkan tanaman
rambutan di kabupaten langkat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Total
Kecamatan/
Kotamadya
Bahorok
Salapian
Sei bingai
Kuala
Selesai
Binjai
Stabat
Pdg. Tualang
Hinai
Secanggang
Tj. Pura
Gebang
Babalan
Br. Barat
Sei Lepan
Besitang
p. susu
Luas
(Ha)
8,1
6,8
25,2
4,0
171,5
320,5
40,0
1,0
7,1
26,9
59,8
0,3
3,0
2,0
3,5
3,0
2,5
685,15
Tanaman
( pohon)
400,0
350,0
1240,0
200,0
8500,0
15950,0
2000,0
50,0
342,0
1345,0
2750,0
15,0
150,0
100.0
172,0
150,0
130,0
33844,00
Produksi
(ton)
27,0
24,2
83,0
13,5
572,9
1077,0
132,0
3,0
23,0
90,1
184,5
1,0
9,9
6,5
11,6
10,0
8,8
2278,00
Metode pengambilan sampel
Penelitian ini dilakukan dengan survey menelusuri komoditas mulai dari
petani produsen sampai ke konsumen akhir.Sampel penelitian dilakukan di
kecamatan Binjai kabupaten Langkat sebagai daerah petani produsen dan
pedagang pengumpul dan pengecer.
Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified random sampling atas
dasar strata jumlah pohon dengan jumlah petani sampel sebesar 30 kk dari
populasi sebesar 155 kk.
Tabel .2. Distribusi Populasi dan Petani Sampel
Strata Jumlah Pohon (Batang)
Populasi (KK)
Sampel (KK)
I
100
24
5
155
30
Jumlah
Untuk pedagang sampel yang menjadi responden adalah pedagang yang
terlibat pada setiap mata rantai masing-masing saluran pemasaran. Adapun jumlah
pedagang yang diambil dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3. Jumlah Sampel yang diambil Untuk Tiap Jenis Pedagang
No.
Jenis Pedagang
1.
Pedagang Pengecer
2.
Pedagang Besar
3.
Pedagang Pengumpul
Jumlah
Jumlah Sampel
15
3
10
28
Metode Pengumpul Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dengan
bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder
diperoleh dari Biro pusat statistik ( BPS ), dinas pertanian, kantor Dinas pertanian
langkat, instansi terkait lainnya, buku serta literatur – literatur yang mendukung
penelitian ini.
Metode Analisis Data
Analisis margin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut :
mji
= Psi - Pbi, atau
mji
= bti
I
= mji - bti
+ I
Total margin pemasaran adalah :
MJ
= Σ mji, atau Pr – Pf
Keterangan :
mji
= margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Psi
= harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi
= harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti
= biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
I
= keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
MJ
= total margin pemasaran
Pr
= harga pada tingkat eksportir
Pf
= harga pada tingkat petani produsen
Untuk nisbah margin keuntungan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
I
bt i
Analisis korelasi harga digunakan untuk mengetahui hubungan antar tingkat pasar
dan antar tingkat petani dengan tingkat eksportir. Untuk analisis ini dapat
digunakan regresi linear sederhana, yaitu :
Y = bo + b1 + e
Dimana :
bi =
xi y i
dan bo = a
xi
Sehingga hubungan harga pada tingkat petani ( Pf ) dan harga pada tingkat
eksportir ( Pr ), seperti halnya persamaan :
Pf
= a + b Pr
Dimana :
a = titik potong
b = koefisien regresi
Dari persamaan tersebut, akan didapatkan koefisien korelasi antara Pf dan
Pr. Koefisien korelasi (r), antara Pf dan Pr dapat diduga dengan menggunakan
formula :
r =
xi y i
x i2 y i2
Keterangan :
Xi
= harga di tingkat petani
Yi
= harga di tingkat konsumen / eksportir
Koefisien korelasi yang tinggi merupakan indikator keeratan hubungan
harga kedua tingkat pasar (kedua pasar terintegrasi sempurna).Sebaliknya
koefisien korelasi yang rendah atau mendekati nol menunjukkan hubungan pasar
tidak terintegrasi.
Elastisitas transmisi harga merupakan persentase perubahan harga di
tingkat petani produsen akibat persentase perubahan harga di tingkat konsumen
akhir.Analisis elastisitas transmisi harga digunakan untuk menggambarkan
respons harga rambutan di tingkat petani produsen karena perubahan harga di
tingkat eksportir melalui informasi harga. Untuk menghitung elastisitas transmisi
harga digunakan formula :
Nj =
1 Pf
x
b Pr
Keterangan :
Nj
= elastisitas transmisi harga
B
= koefisien regresi
Pr
= harga di tingkat petani produsen
Pf
= harga di tingkat eksportir
Definisi dan Batas Operasional
Definisi
1. Petani rambutan adalah Petani yang mengusahakan tanaman rambutan dan
menerima hasil dari penjualan rambutan tersebut
2. Tataniaga adalah mata rantai saluran barang dari petani / produsen sampai
ke konsumen akhir.
3. Pedagang pegumpul adalah pedagang yang membeli rambutan langsung
dari petani dan menjualnya kepada pengecer ataupun ke pedagang besar
setelah melakukan penyortiran.
4. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli rambutan dari pedagang
pengumpulan dan menjual kepada pedagang pengecer
5. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil produksi
rambutan dari pedagang pengumpul ataupun dari pedagang besar untuk
dijual langsung ke konsumen.
6. Share marjin petani adalah bagian yang diterima petani yaitu rasio antara
harga jual akhir pada tingkat petani dengan harga yang dibayar oleh
konsumen akhir.
7. Lembaga tataniaga adalah badan – badan usaha yang ikut berperan dalam
proses pemasaran.
8. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan sebagai konsuensi logis
dari pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga mulai dari produsen hingga
diterima oleh konsumen.
9. Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan harga jual produsen.
10. Efisiensi tataniaga adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian
prestasi kerja proses pemasaran bagi semua lembaga yang terkait dalam
pemasaran.
Batas Operasional
1. Sampel dalam penelitian ini adalah petani rambutan di Binjai.
2. Waktu penelitian dilaksanakan 2012.
3. Daerah penelitian adalah di kota Binjai.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak dan Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Binjai, Kecamatan Binjai Barat. Daerah ini
dipilih karena daerah ini memiliki potensi sebagai daerah penghasilan rambutan .
Selain dikenal sebagai kota dagang, Binjai juga dikenal sebagai kota penghasilan
ramnutan.
Secara geografis wilayah Kota Binjai berada antara 3° 31’ 40” - 3° 40’
2” Lintang Utara dan 98° 27’ 3” – 98° 32’ 32” Lintang Selatan dengan luas
wilayah 90,23 km dengan batas – batas sebagai berikut :
-
Sebelah Utara
: Kecamatan Binjai Utara
-
Sebelah Selatan
: Kabupaten Langkat
-
Sebelah Barat
: Kabupaten Langkat
-
Sebelah Timur
: Kecamatan Binjai Kota
Pola penggunaan lahan
Untuk mengetahui penggunaan lahan kota Binjai dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. Penggunaan lahan Kelurahan Binjai, Tahun 2012
No Penggunaan
Luas (Ha)
1.
Sawah
147,00
2.
Perumahan
640,00
3.
Lahan pertanian
299,00
Jumlah
1.086,00
Sumber
: Kelurahan Binjai 2012
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa lahan di Kelurahan Binjai
banyak digunakan untuk pemukim yaitu 640 Ha dari 1.086 Ha luas
kelurahan.Hanya sebagian kecil digunakan untuk sawah yaitu 147
Ha.Untuk lahan pertanian dipergunakan sekitar 299 Ha.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah penduduk Kelurahan Binjai, Tahun 2012
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Laki – laki
22.297
0,51
Perempuan
21.330
0,49
Total
43.627
100
Sumber :kelurahan Binjai Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dikelurahan Binjai sejumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 0,51%
dibandingkan dengan perempuan hanya 0,495 dari jumlah penduduk.
Tabel 3. Distribusi penduduk Menurut Umur di Kelurahan Binjai, tahun
2012
No Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
Perentase (%)
1
0–4
4.177
9,57
2
5–9
4.181
9,58
3
10 – 14
4.119
9,44
4
15 – 19
4.145
9,50
5
20 – 24
4.126
9,45
6
25 – 29
3.927
9,0
7
30 – 34
3.562
8,16
8
35 – 39
3.310
7,58
9
40 – 44
2.956
6,77
10
45 – 49
2.639
6,04
11
50 – 54
2.215
5,07
12
55 – 59
1.613
3,69
13
60 – 64
960
2,20
14
Lebih dari 65
1.696
3,88
Jumlah
43.627
100
Sumber :Kelurahan Binjai tahun 2012
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan
Binjai paling banyak berada pada kelompok umur 5 – 9 tahun yaitu 4.181
jiwa atau 9,58%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berada pada
kelompok umur 60 – 64 tahun yaitu 2,20%.
Tabel
4. Distribusi Penduduk Menurut Kualitas Angkatan Kerja di
Kelurahan Binjai, tahun 2012
No Kualitas angkatan kerja
Jumlah
Persentase (%)
1
D1 – D3
652
16,72
2
SLTA
775
19,87
3
SLTP
322
8,25
4
SD
145
3,72
JUMLAH
1,894
48,56
Sumber : Kecamatan Binjai Dalam Angka 2012
Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai
tingkat pendidikan tamat SLTA umum/kejuruan/lainnya yaitu 775 atau
19,87 %, SLTP umum/sederajat 322 Orang atau 8,25 % dan sisanya tamat
DII/DIII 652 orang atau 16,72 % dan tamat SD 145 orang atau 3,72 %.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang
meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah
tanggungan dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Karakteristik Petani Sampel
Uraian
Range
Rata - rata
Umur
32 – 59
48.03
Lama pendidikan
6 – 12
11.27
Pengalaman bertani rambutan
7 – 15
9.97
Jumlah tanggugan
1–6
3.17
Luas lahan
0.2 – 1.35
0.56
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 5. Diatas dapat dilihat bahwa rata – rata umur petani adalah
48,03 tahun dengan range 32 – 59 tahun. Ini berarti bawha petani pada
desa penelitian masih tergolong dalam usia produktif, sehingga memiliki
tenaga kerja keluarga petani yang masih mampu untuk mengusahakan
uasahataninya.
Untuk tingkat pendidikan di Binjai rata – rata lama pendidikan 11,27 tahun
dengan range 6 – 12 dimana yang berpendidikan rendah (SD) ada 19 orang
dan yang berpendidikan SMP ada 5 orang dan yang berpendidikan SMA
ada 9 0rang dengan demikian petani sampel di Binjai mempunyai tingkat
pendidikan rendah.
Pengalaman bertani rambutan rata – rata adalah 9.97 tahun dengan range 7
– 15 tahun.Dari rata – rata ini dapat dilihat bahwa pengalaman bertani dari
masing – masing petani responden adalah bervariasi.
Jumlah anak yang merupakan tanggunggan dan setiap kepala keluarga
petani rata – rata adalah 3 orang dengan range 1 – 6 orang.Hal ini
memperlihatkan bahwa tanggungan setiap kepala keluarga termasuk besar.
Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap distribusi
pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja. Semakin banyak jumlah
tanggunggan maka semakin besar pula pengeluaran keluarga.
Luas lahan yang dikelola petani rata – rata 0,56 Ha dengan range 0.2 –
1.35 Ha. Luas lahan petani akan berpengaruh terhadap jumlah populasi
tanaman dan produksi rambutan. Hal tersebut akan mempengaruhin
pendapatan yang diperoleh petani.
Dari desa sampel penelitian diambil 30 petani sampel secara purposive
berdasarkan strata jumlah pohon rambutan. Dari sampel 30 sampel petani
terdapat jumlah tanaman rambutan rata – rata 65,4 pohon dan produksi
rata – rata 5238,9 ikat. Jumlah pohon dan produksi rata – rata petani
sampel pada desa tersebut terlihat pada tabel berkut ini:
Tabel 6. Jumlah Pohon dan Produksi rata – rata Petani sampel, 2012
Srata
Over all
Jumlah pohon
Produksi
Range
Rata - rata
Range
Rata – rata
15 – 40
24,1
1000 – 4000
1866,7
50 – 80
63
4500 – 6500
5450
100 – 120
109
8000 – 9000
8400
1537
65,4
124000
5238,9
Sumber : Data Primer Diolah, 2012
Karakteristik Pedagang Sampel
Penentuanpedagang sampel dilakukan dengan cara menanyakan kepada
petani sampel kepada siapa mereka menjual rambutan dan dengan secara
kebetulan dikenal di desa sampel dan pasar. Dengan cara tersebut maka
diperoleh jenis jenis pedagang sampel mulai dari desa sampel sampai ke
komsumen. Jenis macam dan jumlah pedagang tersebut terlihat dalam
tabel berikut.
Tabel 7. Macam pedagang, jumlah dan domisili daerah operasional, 2012
No Macam pedagang
Jumlah ( orang)
Domisili dan daerah operasional
1
Pedagang pengumpul
10
Desa – Desa
2
Pedagang Besar
3
Binjai – Pantai gemi
3
Peagang pengecer
15
Binjai, pusat pasar medan
Sumber : Data Primer diolah : 2012
Jumlah pedagang pengumpul ada sebanyak 10 orang.Mereka adalah
penduduk desa yang juga petani dengan status ekonomi yang tinggi di
desanya.Pedagang pengumpul menyalurkan rambutan kepada pedagang
besar yang berdomisili di binjai.Pedagang besar kemudian membeli
rambutan dari pedagang pengumpul setelah terlebih dahulu mengadakan
kesepakatan untuk transaksi jual – beli rambutan.
Pedagang besar kemudian menjual kepada pedagang pengecer yang ada di
medan. Ada beberapa pedagang pengecer yang membeli rambutan
langsusng kepada petani.Hal ini dilakukan pedagang pengecer karena
harga yang mereka beli dari petani lebih murah dari pada mereka membeli
dari pedagang besar. Sedangkan untuk pedagang pengecer yang
berdomisili di medan, mereka membelinya dari pedagang besar karena
petani
memborongkan
rambutannya
langsung
kepada
pedagang
pengumpul seminggu sebelum panen dengan alasan bahwa petani
rambutan tidak mempunyai waktu dan tenaga yang cukup untuk
mengawasi dan memanen rambutannya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada daerah penelitian terdapat dua saluran pemasaran rambutan dimana
pada saluran pertama ada 10 (33.33 %) orang petani menjual rambutan kepada
pedagang pengumpul dengan sistem borongan.Hal ini disebabkan karena para
petani tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menjaga, memanen dan
memasarkan rambutannya.Kemudian pedagang pengumpul menjual kepada
pedagang besar setelah terlebih dahulu terjadi kesepakatan.Kemudian pedagang
besar menjual rambutan kepada pedagang pengecer yang berada di Medan. Pada
saluran kedua ada 20 (66,67 %) orang petani yang menjual rambutannya langsung
kepada pedagang pengecer. Hal ini disebabkan karena para petani mempunyai
waktu yang cukup untuk menjaga dan memanen rambutan tersebut.Harga
rambutan yang dijual petani pada saluran kedua lebih tinggi daripada harga yang
dijual petani kepada pedagang pengumpul pada saluran pertama.
Saluran Tataniaga dan Persentase Barang yang Disalurkan untuk MasingMasing Saluran Tataniaga
Dari gambaran umum penelitian di atas, dapat digambarkan dengan
ringkas skema saluran tataniaga rambutan di daerah penelitian.Skema saluran
tataniaga ini adalah skema saluran pemasaran rambutan yang berasal dari desa
sampel.Data yang diambil adalah dari petani yang menanam rambutan dengan
produksi berupa buah rambutan pada tahun 2012.
Adapun skema dan volume saluran pemasaran itu dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Saluran I
Petani
Saluran II
30,95 %
38375 ikat
69,05 %
85625 ikat
Pedagang Pengumpul
68,32 %
85000 ikat
Pedagang Besar
67,97 %
84700 ikat
Pedagang Pengecer
29,65 %
37875 ikat
67,38 %
84200 ikat
Konsumen
Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran Rambutan
Dari hasil penelitian diperoleh total produksi petani sampel sebesar
124000 ikat. Rambutan dari daerah penelitian terdistribusi dalam dua saluran
pemasaran yaitu :
1. Saluran pemasaran I melalui pedagang pengumpul desa sebesar 85625 ikat
atau sekitar 69,05 %.
2. Saluran pemasaran II melalui pedagang pengecer di Binjai sebesar 38375 ikat
atau sebesar 30,95 %.
Volume rambutan terbesar disalurkan melalui pedagang pengumpul desa,
dengan demikian saluran ini menjadi saluran utama dalam pemasaran rambutan di
daerah penelitian.
Dari pedagang pengumpul desa, rambutan disalurkan kepada pedagang
besar 85000 ikat (68,32 %) setelah menyusut 625 ikat. Dari pedagang besar
rambutan disalurkan kepada pedagang pengecer di Medan sebesar 84700 ikat
(67.97 %) setelah menyusut 300 ikat. Setelah pedagang pengecer Medan menjual
ke konsumen sebesar 84200 ikat (67,38 %) setelah menyusut 500 ikat.
Sedangkan untuk saluran pemasaran kedua yaitu melalui pedagang
pengecer di Binjai yang langsung menjual kepada konsumen sebesar 37875 ikat
(29,78 %).
Fungsi-Fungsi Tataniaga
Dalam proses pemasaran terdapat fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh
pihak produsen dan lembaga pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran merupakan
unsur penting di dalam proses pemasaran rambutan terutama dalam hal kelancaran
arus barang dari produsen ke konsumen. Tetapi sekaligus dapat membuat biaya
pemasaran berfluktuasi.
Dari hasil penelitian diperoleh fungsi-fungsi yang diperankan oleh setiap
lembaga pemasaran yang berperan di dalam proses pemasaran.
Tabel V.1. Fungsi-fungsi Tataniaga yang Dilakukan Pedagang Pengumpul
Jenis Lembaga
Fungsi-fungsi Pemasaran
Pedagang
Pedagang
Yang Diemban
Pengumpul Besar
Penjualan
X
X
Pembelian
X
X
Penyimpanan
Transportasi
X
Pemilihan
X
Pembungkusan
X
Pengolahan
Penyusutan
X
X
Informasi Pasar
X
X
Pembiayaan
X
X
Sumber : Analisis data primer, 2012
Pedagang Pengecer
Di Binjai
Di Medan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Keterangan : X = Melakukan fungsi tersebut
- = Tidak melakukan
Dari data-data dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap lembaga
pemasaran memerankan paling sedikit 6 fungsi. Dimana pedagang pengumpul
melakukan 7 fungsi pemasaran, pedagang besar melakukan 6 fungsi pemasaran,
pedagang pengecer Binjai melakukan 8 fungsi pemasaran dan pedagang pengecer
Medan melakukan 6 fungsi pemasaran. Satu-satunya lembaga yang hampir
melaksanakan semua fungsi pemasaran adalah pedagang pengecer rambutan
Binjai.Oleh sebab itu wajar saja bila beban tataniaga itu lebih besar pada
pedagang pengecer rambutan yang di Binjai.
Pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan dan
transportasi karena untuk penyediaan transportasi itu dilakukan oleh pedagang
besar.Pedagang besar tidak melakukan fungsi penyimpanan, pemilihan,
pembungkusan karena untuk pemilihan sudah dilakukan oleh pedagang
pengumpul sedangkan untuk fungsi penyimpanan dan pembungkusan dilakukan
oleh pedagang pengecer Binjai.Hal ini disebabkan karena setelah dari pedagang
pengumpul, rambutan tersebut langsung diambil oleh pedagang besar untuk
kemudian disebarkan kepada pedagang pengecer yang ada di Binjai dan juga
pedagang pengecer yang ada di Medan.
Pada tingkat petani (produsen), rambutan dijual kepada pedagang
pengumpul seminggu sebelum panen dengan sistem borongan, dimana
pemanenan dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan menggunakan beberapa
orang tenaga kerja sehingga upah pemanenan ditanggung oleh pedagang
pengumpul.Pedagang pengumpul selain melakukan fungsi penjualan dan
pembelian juga melakukan fungsi sortasi.Fungsi sortasi (pemilihan) pada tingkat
pedagang pengumpul adalah dengan melakukan tindakan memilih dan membedabedakan rambutan sesuai dengan besar kecilnya ukuran rambutan.Biaya sortir
disatukan bersama dengan upah panjat dan upah mengikat.Pedagang pengumpul
tidak melakukan fungsi penyimpanan dan transportasi karena rambutan setelah
selesai dipanen dan diikat langsung diambil dan diangkut oleh pedagang besar
pada saat itu juga. Pedagang besar melakukan fungsi penyusutan karena ada
beberapa ikat rambutan yang rusak akibat tertimpa rambutan lain pada waktu
berada di dalam keranjang.
Pedagang pengecer untuk Binjai berbeda dengan pedagang pengecer
Medan
dalam
melakukan
fungsi-fungsi
pemasaran,
dimana
pedagang
pengecer.Binjai melakukan hampir semua fungsi pemasaran, selain melakukan
fungsi penjualan dan pembelian juga melakukan fungsi penyimpanan dan
transportasi dimana fungsi penyimpanan yang dilakukan disini apabila rambutan
tidak habis laku dijual maka rambutan tersebut disimpan untuk dijual keesokan
harinya. Pedagang pengecer Binjai membeli langsung rambutan kepada petani
yang secara praktis melakukan kegiatan pemanjatan rambutan, memilih buah
rambutan, mengikat rambutan dan memasukkan buah rambutan ke dalam
keranjang kemudian mengangkut buah rambutan tersebut.Informasi pasar yang
sangat sederhana mengenai harga rambutan sampai kepada petani diterima
melalui pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan pedagang besar.
Struktur Pasar pada Saluran Tataniaga Rambutan
Dalam hal ini struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran
pemasaran ditinjau berdasarkan jumlah pedagang maupun pembelinya pada saat
proses jual beli rambutan tersebut. Ada beberapa struktur pasar yang terjadi untuk
masing-masing saluran pemasaran yaitu pasar Oligopoli adalah struktur pasar
dimana ada terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli, pasar Oligopsoni
adalah struktur pasar dimana terdapat banyak penjual dan hanya beberapa
pembeli. Selengkapnya struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran
pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel V.2.
Struktur Pasar yang terjadi pada Setiap Saluran Pemasaran
Rambutan
Uraian
Struktur pasar
yang dihadapi
Petani
Pedagang Pengecer Binjai
Oligopsoni
Petani
Pedagang Pengumpul
Oligopsoni
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Oligopsoni
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer Medan
Oligopoli
Pada tingkat desa dimana petani menjual rambutannya kepada pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer, dimana struktur pasar yang terjadi adalah
Oligopsoni.
Untuk memperkuat bargaining position, petani dapat merubah struktur
pasar.Dengan merubah posisi dari price taker menjadi price maker.Hal ini dapat
dilakukan dengan memberdayakan kelompok tani.Karena dengan adanya
kelompok tani, maka para petani dapat bersatu untuk dapat mempertahankan
posisinya sebagai price maker.Sehingga struktur pasar berubah menjadi satu
penjual menghadapi beberapa pembeli (pasar oligopoly).Pada tingkat kecamatan/
kabupaten, hanya ada beberapa pedagang besar. Pada pasar Binjai terdapat lima
pedagang pengecer. Sedangkan pada pusat pasar Medan terdapat sepuluh
pedagang pengecer.
Upaya-Upaya yang dapat dilakukan untuk Meningkatkan Efisiensi Pasar
Rambutan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada upaya-upaya yang dapat
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik oleh petani, pedagang
pengumpul dan pedagang besar maupun pedagang pengecer untuk meningkatkan
efisiensi dan kelancaran pemasaran rambutan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pedagang / lembaga pemasaran untuk
meningkatkan efisiensi pemasaran rambutan dengan cara mengetahui informasi
pasar tentang perkembangan harga rambutan di pasaran dan dengan menggunakan
biaya pemasaran seefisien mungkin.
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh petani rambutan adalah dengan cara
merubah struktur pasar pemasaran rambutan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
penjualan hasil panen mereka melalui wadah kelompok tani yang telah ada
(memberdayakan kelompok tani), sehingga dengan demikian akan terbentuk suatu
pasar dimana satu penjual menghadapi beberapa pembeli (pasar oligopoli). Dan
ini juga merupakan salah satu cara untuk memperpendek mata rantai tataniaga,
karena petani dapat langsung menjual hasil panennya melalui kelompokkelompok tani tersebut tanpa melalui lembaga pemasaran lainnya. Dengan
demikian semakin pendek saluran pemasaran tersebut maka biaya pemasaran pun
dapat ditekan lebih kecil lagi dan semakin efisienlah pemasaran rambutan
tersebut.
Pembahasan
Skema pembahasan dilakukan menurut aturan mulai dari mata rantai
terbesar ke mata rantai yang lebih kecil.
Saluran Utama (1)
Skema arus pemasaran rambutan dalam saluran ini dengan singkat dapat
digambarkan sebagai berikut :
69,05 %
Petani
68,32 %
Pedagang
Pengumpul
67,97 %
Pedagang
Besar
67,51 %
Pedagang
Pengecer
Konsumen
Gambar 4. Saluran Pemasaran Utama (I)
Jika dilihat dari skema hasil penelitian, maka volume rambutan yang
mengalir melalui saluran utama ialah sebesar 85625 ikat (69,05 %). Volume ini
lebih besar jika dibandingkan dengan saluran lain.
Pedagang pengumpul menjual rambutan kepada pedagang besar sebesar
85000 ikat (68,32 %). Kemudian pedagang besar menjual rambutan kepada
pedagang pengecer di pusat pasar Medan sebesar 84700 ikat (67,97 %).
Volume pembelian pedagang pengumpul berkisar 7.500 ikat hingga 9.750
ikat dengan jumlah total pembelian 85625 ikat.Pedagang pengumpul membeli
rambutan dari petani berkisar Rp. 1.000 / ikat.
Biaya rata-rata tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel V.3.
Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Pemasaran dan
Profit (Jasa Pedagang) Pengumpul, 2012
No.
A.
Komponen Biaya
Harga beli rambutan dari petani
Rp. 1000 x 85625 ikat
B.
Biaya-biaya pemasaran :
1. Keranjang
2. Tali
3. Upah panjat + ikat + sortir
4. Marketing loss
5. Profit pedagang pengumpul
C.
Harga jual ke pedagang besar
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Nilai (Rp.)
85.625.000
380.000
250.000
6.750.000
625.000
16.870.000
110.500.000
Dari tabel V.3 dapat dilihat bahwa total biaya keranjang adalah Rp.
380.000. Dimana keranjang digunakan untuk sekali musim panen saja. Untuk
mengetahui biaya keranjang perikatnya adalah dengan membagi jumlah total
biaya keranjang dengan jumlah rambutan yang dibeli dari petani (ikat), yaitu
Rp. 380.000 : 85625 ikat = Rp. 4,44 / ikat.
Besarnya biaya tali adalah Rp. 250.000 dengan biaya tali perikatnya
adalah Rp. 250.00 : 85625 ikat = Rp. 2,92 / ikat.
Untuk upah panjat + ikat + sortir ini dilakukan dengan sistem borongan
dimana total biaya upah panjat + ikat + sortir adalah Rp. 6.750.000 dengan biaya
perikatnya adalah Rp. 6.750.000 : 85625 ikat = Rp. 78,83 / ikat.
Besarnya marketing loss dihitung dari penyusutan dikalikan dengan harga
beli rambutan.Dari 85625 ikat rambutan yang dibeli terdapat 625 ikat rambutan
yang tidak layak jual. Sehingga marketing loss perikat adalah Rp. 625.000 : 85625
ikat = Rp. 7,3 ikat. Sehingga total biaya pemasaran adalah Rp. 93,49 / ikat.
Besarnya profit margin yang diperoleh adalah Rp. 16.870.000 atau sebesar
Rp. 197,02 / ikat. Selanjutnya rambutan dijual kepada pedagang besar (67,97 %).
Dari pedagang pengumpul, rambutan tersebut dijual kepada pedagang besar.Biaya
tata niaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar terdiri dari biaya transportasi dari
desa tempat panen ke pedagang pengecer, retribusi daerah, upah muat dan
bongkar, marketing loss.Besarnya biaya pedagang besar dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel V.4.
Volume Pembelian dan Penjualan Rambutan, Biaya Tataniaga
dan Profit Margin (Jasa Pedagang Besar), 2012
No.
Komponen Biaya
Nilai (Rp.)
A.
Harga beli rambutan dari Pedagang Pengumpul
110.500.000
Rp. 1300 x 85000 ikat
B.
C.
Biaya-biaya pemasaran :
1. Transportasi
2.250.000
2. Retribusi Daerah
90.000
3. Upah muat + bongkar
900.000
4. Marketing loss
390.000
5. Profit pedagang besar
38.330.000
Harga jual ke pedagang pengecer
Rp. 1800 x 84700 ikat
152.460.000
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.4 dapat dilihat bahwa biaya transportasi adalah Rp. 2.250.000
ini meliputi biaya truk, supir, bensin selama proses pengangkutan. Biaya
transportasi perikatnya adalah Rp. 2.250.000 : 85.000 ikat = Rp. 26,47.
Besarnya biaya retribusi daerah Rp. 90.000 dengan biaya perikatnya
adalah Rp. 1,06 / ikat.
Untuk upah muat + bongkar besarnya biaya adalah Rp. 900.000 atau
sebesar Rp. 10,59 / ikat.
Dari 85000 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang besar terdapat 300
ikat rambutan yang tidak dapat dijual lagi, sehingga nilai penyusutan (Marketing
loss) dari 85000 ikat rambutan adalah Rp. 1300 x 300 ikat + Rp. 390.000 atau
sebesar Rp. 4,59 / ikat. Setelah dijumlahkan maka total biaya pemasaran adalah
Rp. 42,91 / ikat. Dengan harga jual Rp. 1800 / ikat pedagang besar memperoleh
profit margin sebesar Rp. 38.300.000 atau sebesar Rp. 450,94 / ikat.
Selanjutnya rambutan dari pedagang besar dijual kepada pedagang
pengecer.Harga beli pedagang pengecer dari pedagang besar adalah Rp. 1800 /
ikat.Pedagang pengecer melakukan pembelian apabila rambutan sebelumnya
sudah habis terjual.Tabel berikut ini memperlihatkan besarnya biaya rata-rata
tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer.
Tabel V.5.
Volume Pembelian dan Penjualan, Biaya Tataniaga dan Profit
Margin (Jasa Pedagang Pengecer), 2012
No.
Komponen Biaya
A.
Harga beli rambutan dari Pedagang Besar
Rp. 1800 x 84700 ikat
B.
C.
Nilai (Rp.)
152.460.000
Biaya-biaya pemasaran :
1. Sewa tempat + keamanan
400.000
2. Plastik pembungkus
200.000
3. Kebersihan
100.000
4. Marketing loss
900.000
5. Profit pedagang
14.340.000
Harga jual ke pedagang pengecer
Rp. 2000 x 84200 ikat
Sumber : Data Primer diolah, 2012
168.400.000
Dari tabel V.5 dapat dilihat bahwa biaya sewa tempat + keamanan adalah
Rp. 400.000 atau sebesar Rp. 4,72 / ikat, dimana sewa tempat + keamanan ini
untuk biaya selama satu bulan.
Untuk plastik pembungkus besarnya biaya adalah Rp. 200.000 atau
sebesar Rp. 2,36 / ikat. Sedangkan besarnya biaya kebersihan adalah Rp. 100.000
atau sebesar Rp. 1,18 / ikat.
Dari 84700 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang pengecer terdapat
500 ikat rambutan yang tidak dapat dijual, sehingga nilai penyusutan (Marketing
loss) dari 84700 ikat rambutan adalah Rp. 1800 x 500 ikat = Rp. 900.000 atau
sebesar 10,63 / ikat. Setelah dijumlahkan maka total biaya pemasaran adalah
18,89 / ikat.
Dengan harga jual Rp. 2000 / ikat pedagang pengecer memperoleh profit
margin sebesar Rp. 14.340.000 atau sebesar Rp. 169,30 / ikat.
Setelah diketahui besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh tiap
lembaga pemasaran, maka dapat diperoleh price spread dan share margin dengan
membandingkan besarnya biaya tersebut terhadap besarnya harga yang harus
dibayar konsumen terakhir.
Untuk lebih jelasnya, besarnya price spread dan share margin tataniaga
rambutan pada saluran pemasaran 1 dapat dilihat pada tabel V.6.
Tabel V.6.
Price Spread (Rp.) dan Share Margin (%) Saluran Pemasaran
Utama (I)
Price Spread
Share Margin
(Rp.)
(%)
85.625.000
50,85
1. Keranjang
380.000
0,23
2. Tali
250.000
0,15
3. Plastik pembungkus
200.000
0,12
4. Retribusi daerah
90.000
0,05
5. Sewa tempat + keamanan
400.000
0,24
6. Upah panjat + ikat + sortir
6.750.000
4,01
7. Upah muat + bongkar
900.000
0,53
8. Transportasi
2.250.000
1,33
9. Kebersihan
100.000
0,06
10. Marketing loss
1.915.000
1,14
11. Profit pedagang
69.540.000
41,29
Harga beli konsumen
168.400.000
100
No. Komponen Biaya
A.
Harga beli dari petani
B.
Total biaya tata niaga
C.
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.6 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang adalah Rp. 13.235.000 atau sebesar Rp. 155,29 / ikat
dengan share margin 7,86. Sedangkan jumlah total profit pedagang adalah Rp.
69.540.000 atau sebesar Rp. 812, 14 / ikat dengan share margin 41,29 %.
Dari Tabel V. 6 dapat dibuat rekapitulasi volume pembelian rambutan,
harga beli, biaya tataniaga dan profit margin. Rekapitulasi volume pembelian,
harga beli, biaya tataniaga dan profit margin perikat.
Tabel V. 7 Rekapitulasi volume pembelian, harga beli, biaya tataniaga dan profit
margin saluran utama
Uraian
Lembaga Pemasaran
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Pengumpul
Besar
Pengecer
Volume pembeliaan ( ikat )
85625
85000
84700
Harga beli ( Rp / ikat )
1000
1300
1800
Harga jual ( Rp / ikat )
1300
1800
2000
Biaya tataniaga ( Rp / ikat )
93,49
42,71
18,89
Profit ( Rp / ikat )
197,02
450,94
169,30
Sumber : Data Primer Diolah, 2012
Dari tabel V.7 dapat dilihat bahwa :
1. Biaya tataniaga yang tinggi terdapat pada pedagang pengumpul rambutan
sebesar Rp. 93,49 / ikat. Hal ini disebabkan karena biaya upah panjat +
ikat + sortir yang tinggi, sehingga mengakibatkan biaya tataniaga pada
pedagang pengumpul rambutan lebih besar dari pada pedagang besar dan
pedagang pengecer.
2. Profit margin lembaga pemasaran yang tinggi terdapat pada pedagang
besar yaitu sebesar Rp. 450,94 / ikat. Hal ini disebkan karena selisih harga
beli rambutan dan harga jual yang cukup tinggi.
Dari Tabel V.8 dapat pula dibuat rekapitulasi share margin tataniaga
rambutan melalui saluran utama ( I ).
Tabel V.8 Rekapitulasi share margin petani rambutan, pedagang dan
biaya pemasaran pada saluran pemasaran I .
Uraian
Pedagang pengecer Rambutan
Share margin petani ( % )
50,85
Share margin pedagang ( % )
41,29
Share margin biaya pemasaran (% )
7,86
Sumber : Data Primer Diolah 2012
Dari tabel V.8 dapat dilihat bahwa share margin petani adalah 50,58 %,
sedangkan share margin pedagang yaitu 41,29 dan share margin biaya
pemasaran adalah 7,86 %.
Mata Rantai Saluran Kedua
Skema arus rambutan dalam saluran ini dengan singkat digambarkan
sebagai berikut :
Petani
30,95 %
Pedagang
pengecer
Gambar 5 : saluran pemasaran kedua
29,65 %
konsumsi
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa saluran kedua ini petani menjual
rambutan kepada pedagang pengecer sebesar 38375 ikat ( 30,95% ). Kemudian
pedagang pengecer menjual rambutan kepada konsumen sebesar 37875 ikat
(29,65%). Pedagang pengecer membeli rambutan dengan harga 1300/ ikat dan
menjual dengan harga Rp. 1600/ikat. Biaya – biaya yang dikeluarkan pedagang
pengecer terdiri dari biaya transportasi dari desa ke pasar Binjai, upah muat
ditambah bongkar, sewa ditambah keamanan, plastik pembungkus dan biaya
kebersihan, biaya rata – rata tataniaga yang dikeluarkan oleh kelima pedagang
pengecer dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel V.9. volume pembelian ditambah penjualan, biaya tataniaga dan profit
margin ( jasa pedagang ) pengecer, 2012.
No
Komponen Biaya
Jumlah ( Rp )
A
Harga beli dari petani Rp. 1300 x 38375 49.887.500
ikat
B
C
Biaya Pemasaran
1. Biaya Transportasi
250. 000
2. Upah muat + bongkar
100.000
3. Sewa tempat
150.000
4. Plastik pembungkus
100.000
5. Biaya kebersihan
25.000
6. Marketing loss
650.000
7. Profit pedagang
9.437.500
Harga jual Rp. 1600 x 37875 ikat
????
Dari tabel V.9 dapat dilihat bahwa biaya transportasi Rp. 250.000 atau
sebesar Rp. 6,51 / ikat, dimana biaya transportasi disini adalah biaya mengangkut
rambutan dari petani ke pedagang pengecer selama satu musim panen. Upah muat
+ bongkar adalah RP. 100.000 atau sebesar Rp. 2,61 / ikat. Untuk biaya sewa
tempat + keamanan adalah Rp. 150.000 atau sebesar Rp. 3,90 / ikat.
Biaya plastik pembungkus adalah Rp. 100.000 atau sebesar Rp. 2,61 / ikat
sedangkan biaya kebersihan adalah Rp. 25.000 atau sebesar Rp. 0,65/ ikat.
Dari 38375 ikat rambutan yang dibeli oleh pedagang pengecer Binjai terdapat 500
ikat rambutan yang tidak dapat dijual lagi. Sehingga nilai penyusutan ( Marketing
loss ) Rp. 650.000 atau sebesar Rp. 16,94 / ikat. Total biaya pemasaran Rp.
1.275.000 atau sebasar 33,22 / ikat.
Dengan harga jual Rp. 1600 / ikat pedagang pengecer memperoleh profit
pedagang sebesar Rp.9.437.500 atau sebesar Rp. 245,93 / ikat.
Dari uraian diatas dapat dibuat price spread dan share margin dan saluran
pemasaran kedua sebagai berikut :
Tabel V. 10. Price spread dan share margin saluran pemasaran kedua (
Pedagang Pengecer Binjai) 2013.
No
Komponen Biaya Tataniaga
Price Spread
Share
( Rp )
Margin
(%)
A
Harga beli dari petani Rp. 1300 x 38375
B
Total biaya Tataniaga
C
49.887.500
82,32
1. Biaya Transportasi
250.000
0,41
2. Upah muat + bongkar
100.000
0,17
3. Sewa tempat + keaman
150.000
0,25
4. Plastik pembungkusan
100.000
0,17
5. Biaya kebersihan
25.000
0,04
6. Marketing loss
650.000
1,07
7. Profit margin + jasa pedagang
9.437.500
15,15
Harga beli konsumen Rp. 1600 x 7575 60.600.000
100
ikat
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V. 10 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya pemasaran
yang dikeluarga oleh pedagang adalah Rp. 1.275.000 atau sebesar Rp. 33,22 / ikat
dengan share margin 2,11 %. Sedangkan jumlah Profit pedagang adalah Rp.
9.437.500 atau sebesar Rp. 245,93 / ikat dengan share margin 15,57 %.
Rekapitulasi Margin dan Price Spread Lembaga Pemasaran Saluran Kedua
Tabel V. 11 Rekapitulasi Margin dan Price Spread Lembaga Pemasaran
Saluran Kedua.
Uraian
Lembaga Pemasaran
Pedagang Pengecer
Volume pembelian ( ikat )
36375
Harga beli ( Rp/ikat )
1300
Harga jual ( Rp/ikat )
1600
Biaya Tataniaga ( Rp/ikat )
33,22
Profit ( Rp/ikat )
245,93
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari tabel V.11 di atas dapat dilihat bahwa :
1. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer stabat adalah
Rp. 33,22/ikat
2. Profit margin yang diperoleh pedagang pengecer Stabat adalah Rp. 245,
93/ikat.
Dari uraian diatas dapat dibuat Rekapitulasi Share margin lembaga pemasaran
dan biaya pemasaran
Tabel V.12. Rekapitulasi Share margin petani, pedagang pengecer, biaya
pemasaran
Uraian
Pedagang pengecer
Petani ( % )
82,32
Pedagang ( % )
15,57
Biaya pemasaran ( % )
2,11
Dari tabel V.12 dapat dilihat bahwa share margin petani adalah 82,32 5,
sedangkan Share margin pedagang adalah 15,57 % dan share margin Biaya
pemasaran adalah 2,11 %.
KESIMPULAN DA SARAN
Kesimpulan
1. Didaerah penelitian terdapat 2 saluran pemasaran Rambutan yaitu saluran
I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar
69,05 % dan saluran II adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang
pengecer 30,95 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi
secara langsung.
2. Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi
pemasaran dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran.
3. Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran
dari harga beli konsumen untuk masing-masing saluran pemasaran adalah
sebagai berikut:
a. Saluran I, margin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%,
biaya tataniaga 7,86
b. Saluran II, margin petani adalah 82,32%, mrgin pedagang 15,57%,
biaya tataniaga 2,11%
4. Strutur pasar adalah pasar Oligopsoni yaitu di tingkat petani, pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer, meskipun masih ada yang cenderung
Oligopoli yaitu di tingkat Kecamatan dan Kabupaten.
5. Besarnya margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran rambutan
adalah :
-
Saluran pemasaran I margin pemasarannya adalah Rp. 972,55/ikat
-
Saluran pemasaran II margin pemasarannya adalah Rp. 279,15/ikat
6. Tingkat efisiensi tataniaga berada diantara yang paling rendah 2,10 % dan
yang tertinggi 12,99 %. Dari segi petani tingkat efisiensi belum cukup
baik, dilihat dari harga jual petani yang relatif rendah dan struktur pasar
yang dihadapi.
Saran
1. Kepada petani rambutan, diharapkan untuk dapat lebih memperbaiki
mutu/kualitas rambutan yang dihasilkan agar mampu bersaing. Sehingga
dengan dilakukannya uasah meningkatkan mutu rambutan diharapkan
penerimaan harga jual petani lebih besar.
2. Untuk memperoleh harga yang lebih baik, sebaiknya petani membentuk
wadah bersama yang akan memasarkan rambutan hasil produksi petani,
misalnya dengan lebih mengaktifkan kelompok tani atau koperasi yang
telah ada, serta berusaha menjalin hubungan dagang (langganan) yang
baik.
3. Kepada pengambilan kebijakan diharapkan untuk lebih memperhatikan
kesejahteraan petani rambutan dengan cara menyediakan bantuan modal
kepada para petani. Pemerintah juga diharapkan untuk lebih mengaktifkan
koperasi yang ada untuk menampung dan memasarkan hasil panen petani.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan
famili sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa inggrisnya disebut
hairy fruit berasal dari indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar didaerah
yang beriklim tropis seperti filipina dan negara – negara Amerika Latin dan
ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.
Dalam
sistematika
(taksonomi)
tumbuhan,
tanaman
rambutan
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Sapindaceae
Genus
: Nephellium
Spesies
: Nephellium lappaceum Linn.
(Rukmana, 2002).
Secara umum tanaman rambutan mampu mencapai ketinggian antara 1525 meter dengan bentuk batang lurus dan memiliki cabang yang banyak. Pada
pangkal batang berdiameter antara 40-60 cm, kulit batang berwarna abu-abu
kecokelatan. Bentuk percabangan tidak teratru dan rapat.
Bentuk tajuk bulat atau tidak beraturan sama sekali. Ranting atau cabang
ujung mempunyai warna cokelat kusam dengan permukaan kulit berkerut-kerut
(Rukmana, 2002).
Daerah yang ideal untuk penanaman tanaman rambutan adalah daerah
dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl, dengan kondisi curah hujan berkisar
antara 1.500 mm – 2.500 mm / tahun yang merata sepanjang tahun, memiliki
bulan basah lebih dari 7 bulan/tahun, suhu udara antara 25
0
C – 32
0
C, dan
intensitas cahaya matahari antara 45 % -50 % (Rukmana, 2004).
Di tanah air tanaman rambutan umumnya tumbuh menyebar pada lahan
jenis latosol, lahan utama usaha tani di Indonesia. Lahan jenis ini memang
memiliki sifat fisik baik. Remah strukturnya, gembur konsistensinya, mudah
merembeskan air dan dapat menahan air dengan cukup baik. Solum lahan cukup
dalam, antara 1,5-10 meter. Kandungan haranya rendah sampai sedang, bereaksi
asam sampai agak asam dengan kandungan pH 4,5-6,5. Pemberian pupuk yang
baik akan menghasilkan produksi yang baik dan berkesinambungan (Kalie, 1994).
Landasan Teori
Ditinjau dari sudut ekonomi, pemasaran merupakan kegiatan yang bersifat
produktif karena dapat menambah nilai guna dari suatu barang yaitu kegunaan
tempat, waktu, bentuk dan pemikiran.Dengan demikian pemasaran dapat
mempertinggi nilai guna dari suatu komoditi yang diinginkan konsumen.
Tata niaga adalah suatu kegiatan uasaha yang menggerakkan arus barang
dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen.Pemasaran adalah suatu proses
sosial dengan mana individu dan kelompoknya mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan
nilai dengan individu dan kelompok lainnya ( Kotler, 1992 ).
Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang –
barang dan jasa dari sektor produsen kesektor konsumen akan melakukan fungsi –
fungsi tataniaga yang berbeda – beda tiap tataniaga. Ada beberapa pendapat
tentang apa saja yang termasuk fungsi tataniaga, menurut Richard L. Khols
memberikan sembilan fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran
(penjualan dan pembelian), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, pengolahan),
fungsi pendukung ( standarisasi dan grading, penanggung resiko, informasi pasar,
dan permodalan. ( soekartawi )
Tata niaga adalah produktif, dimana kegiatan produktif selalu berkaitan
dengan efisiensi ekonomi.Dalam rangka perbaikan tata niaga, tujuan yang ingin
dicapai adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi.
Penurunan ongkos tata niaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tata niaga,
oleh karena itu tinggi rendahnya ongkos tata niaga tidak selalu mempengaruhi
efisiensi tata niaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tata niaga
suatu komoditi serta menaikkan kwalitas komoditi ( nasution, 1993 )
Dalam kegiatan tataniaga, besarnya pendapatan atau keuntungan yang
dapat diperoleh dari usahatani selain dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya,
juga sangat ditentukan oleh cara pemasaran. Pemasaran dikatakan berhasil jika
dapat memperoleh harga jual yang tinggi. Untuk mendapatkan harga jual yang
tinggi, diperlukan adanya suatu penyusunan strategi pemasaran dengan
memperhatikan lembaga pemasaran yang berperan di dalamnya dan standar harga
dasar untuk menentukan harga jual (Lamb,dkk 2001).
Proses pemasaran meliputi pemahaman misi organisasi dan peran
pemasaran dalam memenuhi isi tersebut, menyusun sasaran pemasaran, analisis
lingkungan, pengembangan strategi pemasaran melalui pemilihan strategi target
pasar, pengembangan dan implementasi bauran pemasaran, implementasi strategi,
mendesain pengukuran kinerja dan evaluasi upaya pemasaran serta membuat
perubahan jika diperlukan. Bauran pemasaran mengkombinasikan strategi produk,
distribusi (tempat), promosi, dan harga dalam upaya menciptakan suatu
pertukaran untuk mencapai sasaran individu dan organisasi (Lamb,dkk 2001).
Badan
usaha
atau
individu
yang
menyelenggarakan
pemasaran,
menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta
mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga
pemasaran ini adalah menjalankan fungsi – fungsi pemasaran serta memenuhi
keinginan konsumen semaksimal mungkin.Konsumen memberikan balas jasa
kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran.Lembaga pemasaran ini
dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan
dan bentuk usahanya (Soekartawi, 1993).
Pemasaran
terdiri
dari
berbagai
macam
saluran
pemasaran
(MarketingChannel) dimana setiap saluran pemasaran melibatkan berbagai
lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, pedagang perantara (distributor,
agen komisi, pedagang antar daerah, eksportir, importir) dan pedagang eceran.
Banyaknya jumlah pedagang saluran pemasaran ini berpengaruh kepada biaya
pemasaran dan efisiensi pemasaran (Lamb,dkk 2001).
Penanganan hasil ini bertujuan untuk mempertahankan mutu buah mulai
ketika di panen sampai kepada konsumen dalam keadaan segar. Penanganan hasil
ini, pada umumnya dilakukan dalam satu hari yang