1.0 Nilai Kondisi Ternak NKT
pakan Balai ditambah 25 konsentrat P2, rataan produksi susu sapi kontrol, sapi yang diinjeksi bST harian, dan sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari secara berturut turut
adalah 102,61±6,85; 97,69±3,75; dan 89,77±4,87kgekorhari. Rataan produksi susu pada masa praperlakuan relatif seragam koefisien keragaman 14,37.
Selama perlakuan rataan produksi susu sapi uji pada level pakan Balai P1, untuk sapi kontrol, sapi yang diinjeksi bST harian, sapi yang diinjeksi bST selang 14
hari secara berturut-turut adalah sebesar 93,41±4,86; 109,05±10,06; dan 117,6±9,99 kgekorhari. Pada level pakan Balai ditambah 25 konsentrat P2, rataan produksi
susu sapi kontrol, sapi yang diinjeksi bST harian, dan sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari secara berturut turut adalah 107,44±8,90; 106,42±8,84; dan
91,33±6,71kgekorhari. Selama pascaperlakuan rataan produksi susu sapi uji pada level pakan Balai
P1, untuk sapi kontrol, sapi yang diinjeksi bST harian, sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari secara berturut-turut adalah sebesar 94,32±3,38; 97,09±6,70 dan 107,39±1,29
kgekorhari. Pada level pakan Balai ditambah 25 konsentrat P2, rataan produksi susu sapi kontrol, sapi yang diinjeksi bST harian, dan sapi yang diinjeksi bST selang 14
hari secara berturut turut adalah 100,1±1,70; 95,83±4,72; dan 88,72±2,47 kgekorhari. Rataan total produksi susu masing-masing kombinasi perlakuan, injeksi bST dan
penambahan konsentrat yang diberikan selama 84 hari 12 minggu pengamatan disajikan pada Tabel 6.
Pada bulan pertama dan kedua 8 minggu pengamatan menunjukkan terdapat interaksi antara injeksi bST dan penambahan konsentrat. Pada level pakan Balai injeksi
bST harian meningkatkan produksi susu sebesar 24 untuk bulan pertama, dan 12 untuk bulan kedua, sedangkan pada injeksi bST selang 14 hari mempunyai produksi
susu yang lebih tinggi, yaitu 32 untuk bulan pertama dan 22 untuk bulan kedua, dibandingkan dengan produksi susu sapi kontrol. Sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari
mempunyai produksi susu yang lebih tinggi 7 untuk bulan pertama, dan 9 untuk bulan kedua dibandingkan dengan produksi susu sapi yang diinjeksi bST harian.
.
Tabel 6. Rataan produksi susu dan 4 FCM pada sapi yang diinjeksi bST dan ditambah konsentrat selama 84 hari 12 minggu pengamatan
bST Kontrol K
o
Harian K
1
14 Harian K
14
P F Peubah
P
1
P
2
P
1
P
2
P
1
P
2
bST Pkn
Int
Prod bln ke I kg
385,28 ± 38,48 463,95 ± 49, 48
477,4 ± 34,37 462,63 ± 28,34
510,13 ± 76,15 374,08 ± 43,64
ns ns
Prod bln ke II kg
378,88 ± 39,19 431,15 ± 20,56
424,80 ± 36, 22 421,28 ± 27,14
462,38± 87,43 351,45 ± 45,23
ns ns
Prod bln ke III kg
356,97 ± 35,24 394,30 ± 34,43
406,43 ± 42,25 393,15 ± 30,82
438,68 ± 45,57 352,96 ± 20,05
ns ns
- Total prod
kg 1120,92 ± 106,54
1289,30 ± 87,69 1308,63 ± 109,70
1277,05 ± 69,35 1411,18 ± 252,35
1096,00 ± 107, 17 ns
ns 4FCM
kg 12,69± 1.96
12,84 ± 0.48 13,87 ± 1.49
13,10 ± 2.25 14,24 ± 1.57
11,00 ± 1.55 ns
ns -
Keterangan: tanda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5. ns : tidak berbeda nyata. P
1
adalah pakan standar yang biasa diberikan di BPPTP Cikole. P
2
adalah pakan standar ditambah 25 konsentrat 2 kg konsentrat yang digunakan pada pakan standar
48
Pada sapi yang diberi pakan Balai ditambah 25 konsentrat, injeksi bST harian pada bulan pertama dan kedua cenderung menunjukkan produksi susu yang lebih
rendah, yaitu secara berturut-turut sebesar 1 dan 2 dibandingkan dengan produksi susu sapi kontrol. Produksi susu sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari menunjukkan nilai
yang jauh lebih rendah, yaitu sebesar 19 dan 15 masing-masing untuk bulan pertama dan kedua dibandingkan produksi susu sapi kontrol. Produksi susu sapi yang diinjeksi
bST selang 14 hari ternyata lebih rendah dibandingkan dengan produksi susu sapi yang diinjeksi bST harian, yaitu 19 untuk bulan pertama dan 17 untuk bulan kedua.
Penambahan 25 konsentrat pada sapi kontrol yang tidak diinjeksi bST memperlihatkan peningkatan produksi susu sebesar 20 dan 14 masing-masing untuk
bulan pertama dan bulan kedua. Namun, pada sapi yang diinjeksi bST harian penambahan 25 konsentrat pada pakan Balai menunjukkan hasil produksi susu yang
lebih rendah, yaitu sebesar 3 dan 1 masing-masing untuk bulan pertama dan kedua Demikian pula sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari, penambahan 25
konsentrat menurunkan produksi susu, yaitu 27 untuk bulan pertama dan 24 untuk bulan kedua.
Pada pengamatan bulan ketiga, tidak terjadi interaksi antara injeksi bST dengan pakan, demikian pula faktor injeksi bST atau penambahan konsentrat tidak
menunjukkan pengaruh pada produksi susu. Rataan produksi susu sapi kontrol, sapi yang diinjeksi bST harian, dan sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari secara berturut-
turut adalah 375,69; 399,29; dan 395,82 kg, dan sapi yang diberi pakan Balai serta pakan Balai ditambah 25 konsentrat adalah 400,70 dan 380,14 kg.
Secara keseluruhan, total produksi susu selama 84 hari dipengaruhi oleh interaksi antara injeksi bST dan pakan seperti yang tersaji dalam Gambar 17. Injeksi
bST harian dan selang 14 hari pada sapi yang diberi pakan Balai memperlihatkan peningkatan produksi secara berturut-turut sebesar 17 dan 26. Produksi susu sapi yang
diinjeksi bST selang 14 hari lebih tinggi 8 dibandingkan dengan produksi susu sapi yang diinjeksi bST harian. Namun, pada sapi yang diberi pakan Balai ditambah 25
konsentrat, sapi yang diinjeksi bST harian dan selang 14 hari menghasilkan produksi susu yang lebih rendah, masing-
masing sebesar 2,41 dan 22 dibandingkan dengan produksi susu sapi kontrol. Produksi susu sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari lebih rendah dibandingkan
produksi susu sapi yang diinjeksi bST harian, yaitu sebesar 14.
K
14
K
1
K 1500
1400 1300
1200 1100
1000 900
P
2
P
1
1096.33 1289.3
1277.05 1411.175
1120.925 1308.625
Prod uksi
su su
k g
84 h
a ri
Keterangan: P1 : Pakan Balai P2: Pakan Balai ditambah 25 konsentrat
Ko: Perlakuan noninjeksi bST K1: Perlakuan injeksi bST harian K14: Perlakuan injeksi bST selang 14 hari
Gambar 17 Interaksi injeksi bST harian, injeksi bST selang 14 hari, dan standar P
1
, pakan Balai ditambah 25 konsentrat P
2
. Dari paparan hasil pengamatan tampak adanya konsistensi interaksi antara faktor
injeksi bST dan penambahan konsentrat. Khususnya pada bulan pertama dan kedua atau total selama 84 hari 3 bulan, walau pada bulan ketiga interaksi itu tidak tampak lagi.
Pada sapi yang diberi pakan Balai, injeksi bST menunjukkan pola yang tetap, yaitu injeksi bST selang 14 hari menghasilkan susu paling tinggi 24-32 dibandingkan
dengan injeksi bST harian atau sapi kontrol. Pada sapi yang diberi pakan Balai ditambah 25 konsentrat, produksi susu yang dihasilkan sapi yang diinjeksi bST lebih rendah
dibandingkan sapi kontrol. Produksi susu sapi yang diinjeksi bST harian lebih rendah namun tidak kurang dari 3, sedangkan pada sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari
produksi susu yang dihasilkan lebih rendah, yaitu mencapai 26. Produksi susu yang dihasilkan sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari jauh lebih rendah dibandingkan
dengan produksi susu sapi yang diinjeksi bST harian. Penambahan 25 konsentrat pada sapi kontrol sapi yang tidak diinjeksi bST meningkatkan produksi susu, walau
persentase peningkatannya lebih rendah dari hasil sapi yang diinjeksi bST. Penambahan 25 konsentrat pada sapi yang diinjeksi bST menghasilkan susu yang lebih rendah.
Selisih produksi susu sapi yang diinjeksi bST harian kurang dari 3, sedangkan sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari produksi susu lebih rendah, yaitu sebesar 22
dibandingkan dengan kontrol. Dapat disimpulkan bahwa injeksi bST meningkatkan produksi susu pada sapi yang diberi pakan Balai, sedangkan pada sapi yang diberi pakan
Balai ditambah 25 konsentrat justru produksi susu lebih rendah dibandingkan kontrol. Selisih produksi susu antara sapi yang diinjeksi bST harian dan kontrol tidak melebihi
3, sedangkan pada injeksi bST selang 14 hari mencapai 15. Perbedaan ini dapat diakibatkan kerja ST, dan IGF-1 dalam memediasi ST di dalam kelenjar susu.
Rataan total produksi susu selama 84 hari pengamatan 12 minggu memperlihatkan adanya penurunan Gambar18. Penurunan produksi mengikuti
persamaan garis seperti yang disajikan dalam Tabel 7 walau mengalami penurunan produksi yang berjalan seiring dengan waktu pengamatan.
Sapi yang diinjeksi bST selang 14 hari dan diberi pakan Balai secara konsisten tetap menghasilkan susu tertinggi, diikuti sapi yang mendapat injeksi bST harian dan
pakan Balai, produksi susu sapi kontrol dan pakan Balai ditambah 25 konsentrat. Dari hasil pengujian homogenitas kofisien regresi ternyata antara kombinasi perlakuan
berbeda. Uji lanjutan menunjukkan bahwa pada level pakan Balai, injeksi nonbST kontrol, injeksi bST harian, dan injeksi bST selang 14 hari menunjukkan penurunan
jumlah produksi yang berbeda dalam kurun waktu yang bersamaan, sedangkan pada level pakan Balai ditambah 25 konsentrat tampak injeksi nonbST kontrol, injeksi
bST harian, dan injeksi bST selang 14 hari memperlihatkan penurunan jumlah produksi susu yang sama dalam kurun waktu yang sama.
Produksi susu sapi yang mendapat injeksi bST selang 14 hari dengan pakan Balai ditambah 25 konsentrat sebanyak 29,18 dipengaruhi oleh waktu perlakuan,
sedangkan hampir 70 disebabkan oleh faktor lain. Koefisien determinasi dari kombinasi perlakuan lainnya berada dalam kisaran 45–84 yang umumnya adalah
akibat faktor waktu perlakuan. Dari hasil uji signifikansi koefisien determinasi, ternyata pada semua kombinasi perlakuan waktu pengamatan berpengaruh nyata pada produksi
susu, kecuali pada suplementasi selang 14 hari dan pakan Balai ditambah 25.
130 140
120
100 110
Produksi Su su Kg
80 90
Mi
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
y = -2.1253x + 121.26 = 0.7412
R
2
y = -0.9053x + 99.295 = 0.4504
R
2
K P
1
K P
2
y = -2.2149x + 123.45 = 0.6299
R
2
K
1
P
1
y = -2.1288x + 120.26 = 0.8425
R
2
K
1
P
2
y = -1.0054x + 97.896 R
2
= 0.2918 y = -2.3915x + 133.14
= 0.7452 R
2
K
14
P
1
K
14
P
2
Gambar 14 Hubungan produksi susu dan waktu perlakuan dari masing-masing kombinasi perlakuan selama 84 hari 12 minggu. 52
Tabel 7 Hubungan produksi susu dan waktu perlakuan dari masing-masing kombinasi perlakuan selama 84 hari 12 minggu pengamatan
Kombinasi perlakuan Persamaan garis
R
2
K
14
P
2
Y=-1,0054X + 97,896 0,2918
K P
1
Y=-0,9053X + 99,295 0,4504
K
1
P
2
Y=-2,1253X + 121,26 0,7412
K P
2
Y=-2,1288X + 120,26 0,8425
K
1
P
1
Y=-2,2149X + 123,45 0,6299
K
14
P
1
Y=-2,3915X + 133,14 0,7452
Keterangan : K
P
1
: injeksi bST dan pakan Balai K P
2
: injeksi bST dan pakan Balai+25 konsentrat K
1
P
1
: injeksi bST harian dan pakan Balai K
1
P
2
: injeksi bST harian dan pakan Balai+25 konsentrat K
14
P
1
: injeksi bST selang 14 hari dan pakan Balai K
14
P
2
: injeksi bST selang 14 hari dan pakan Balai+25 konsentrat
Produksi susu terkoreksi 4 FCM, produksi susu sapi yang mendapat injeksi bST harian memperlihatkan lebih tinggi 5,6 dibandingkan sapi kontrol,
sedangkan sapi yang mendapat injeksi bST selang 14 hari mempunyai produksi susu yang sama dengan sapi kontrol. Tampak ada kecenderungan injeksi bST
harian dan selang 14 hari memperlihatkan produksi 4 FCM yang lebih tinggi, namun peningkatan produksi 4 FCM ini secara statistik tidak nyata P0.05.
Demikian pula produksi susu 4 FCM dari sapi uji yang mendapat pakan Balai adalah 8,75 lebih tinggi dibandingkan dengan produksi susu sapi yang
mendapat pakan Balai ditambah 25 konsentrat, namun tidak nyata secara statistik P 0.05.
Rataan produksi 4 FCM, pemberian pakan Balai, pakan Balai ditambah 25 konsentrat dan perlakuan kontrol, injeksi bST harian, dan injeksi bST selang
14 hari, secara berturut-turut adalah sebesar 13,60; 12,41 dan 12,77; 13,49; 12,77 kg Gambar 19.
4 F
C M
k g
K
14
P
2
Kon di i
K
1
P
2
K
1
P
1
c
K P
2
K P
1
K
14
b
K
1
K
a
P
2
P
1
2 4
6 8
10 12
14 16
Rataan kadar protein susu sapi yang diberi pakan Balai, pakan Balai ditambah 25 konsentrat dan sapi kontrol, sapi yang mendapat injeksi bST
harian, dan sapi yang mendapat injeksi bST selang 14 hari, secara berturut-turut adalah 3,43; 3,51 dan 3,39; 3,46; 3,56. Kadar protein susu sapi yang mendapat
injeksi bST harian dan selang 14 hari cenderung lebih tinggi, namun tidak nyata secara statistik P0.05. Kadar protein susu masing-masing perlakuan disajikan
dalam Gambar 20. Gambar 19 Rataan produksi susu 4 FCM efek utama pakan a, bST b, dan
kombinasi perlakuan c, selama 84 hari 12 minggu pengamatan.
Komposisi Susu dan Bobot Jenis Susu
Komposisi susu terdiri atas beberapa komponen yang pada dasarnya mempunyai kadar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya masa
laktasi, umur, bangsa, bahkan status pakan. Hasil pengamatan selama 84 hari menunjukkan injeksi bST atau penambahan konsentrat tidak mempengaruhi kadar
protein, kadar lemak susu, bahan kering tanpa lemak, dan bobot jenis susu. Hasil analisis disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Rataan komposisi dan bobot jenis susu pada sapi yang diinjeksi bST dan ditambah konsentrat selama 84 hari 12 minggu pengamatan
bST Kontrol K
o
Harian K
1
14 Harian K
14
P F Peubah
P
1
P
2
P
1
P
2
P
1
P
2
bST Pkn
Int
Protein Susu
3,52 ± 0,23 3,26 ± 0,28
3,32 ± 0,26 3,59 ± 0,12
3,44 ± 0,36 3,68 ± 0,24
ns ns
-
Lemak Susu 3,88 ± 0,38
4,12 ± 0,12 3,60 ± 0,23
3,93 ± 0,26 3,63 ± 0,26
3,85 ± 0,27 ns
ns -
BKTL 7,14 ± 0,15
7,23 ± 0,16 7,01 ± 0,24
7,03 ± 0,23 6,96 ± 0,13
7,19 ± 0,20 ns
ns -
Bobot Jenis Susu
1,0227 ± 5.10
--4
1,0228 ± 4.10
--4
1,0223 ± 8.10
--4
1,0223 ± 7.10
--4
1,0224 ± 3.10
--4
1,0227 ± 7.10
--4
ns ns
-
Keterangan: tanda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5. ns : tidak berbeda nyata. P
1
adalah pakan standar yang biasa diberikan di BPPTP Cikole. P
2
adalah pakan standar ditambah 25 konsentrat 2 kg konsentrat yang digunakan pada pakan standar 55
Ka d
a r
P ro
tei n