Personil   harus   tersedia   dalam   jumlah   yang   memadai,   mempunyai pengalaman praktis sesuai dengan prosedur, proses dan peralatan.
Personil   di   Bagian   Pengolahan,   Produksi  dan   Pengawasan   Mutu  setidak- tidaknya berpendidikan minimal setara dengan Sekolah Menengah Tingkat
Atas.
Semua personil harus memahami prinsip Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik   CPKB,   mempunyai   sikap   dan   kesadaran   yang   tinggi   untuk
melaksanakannya melalui pelatihan berkala dan berkelanjutan.
I. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab
1. Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu   hendaklah   dipimpin   oleh   orang   yang   berbeda   dan   tidak   ada
keterkaitan tanggungjawab satu sama lain. contoh struktur organisasi } 2. Kepala   Bagian   Produksi   dapat   dijabat   oleh   seorang   Apoteker,   Sarjana
Farmasi,   Sarjana   Kimia   atau   tenaga   lain   yang   memperoleh   pendidikan khusus   di   bidang   produksi   kosmetik   dan   mempunyai   pengalaman   dan
keterampilan   dalam   kepemimpinan   sehingga   memungkinkan melaksanakan
tugas sebagai
profesional. Kepala Bagian Produksi hendaklah independen, memiliki wewenang serta
tanggung   jawab   penuh   untuk   mengelola   produksi   kosmetik   mencakup tugas   operasional   produksi,   peralatan,   personil,   area   produksi   dan
dokumentasi.
3. Kepala   Bagian   Pengawasan   Mutu   dapat   dijabat   oleh   seorang   Apoteker, Sarjana   Farmasi,   Sarjana   Kimia   atau   tenaga   lain   yang   memperoleh
pendidikan   khusus   di   bidang   pengawasan   mutu   produk   kosmetik. Kepala Bagian Pengawasan Mutu hendaklah mempunyai wewenang dan
tanggung   jawab   penuh   dalam   semua   aspek   pengawasan   mutu   seperti penyusunan, verifi kasi dan penerapan prosedur pengawasan mutu dan
mempunyai   wewenang   bila   diperlukan   menunjuk   personil   untuk memeriksa, meloloskan dan menolak bahan awal, produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi yang dibuat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui.
4. Uraian   tugas   yang   mencakup   tanggung   jawab   dan   wewenang   setiap personil inti “Key Personil” seperti Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian
Pengawasan   Mutu,   Kepala   Bagian   Teknik   dan   Kepala   Bagian   Personalia hendaknya dirinci dan didefi nisikan secara jelas.
5. Hendaknya tersedia personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai, untuk melaksanakan supervisi langsung di setiap bagian produksi dan unit
pemeriksaan mutu.
II. Pelatihan
1. Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara
Pembuatan   yang   Baik.   Perhatian   khusus  harus  diberikan   untuk   melatih personil yang bekerja dengan material berbahaya.
2. Program   pelatihan   diberikan   secara   berkesinambungan   paling   sedikit sekali   dalam   setahun   untuk   menjamin   agar   personil   terbiasa   dengan
persyaratan CPKB yang berkaitan dengan tugasnya. Pelatihan hendaklah dilakukan   menurut   program   tertulis   yang   telah   disetujui   oleh   Kepala
Bagian Produksi dan atau Kepala Bagian Pengawasan Mutu atau Bagian lain   yang   terkait.   Pelatihan   CPKB   dapat   diberikan   oleh   atasan   yang
bersangkutan, tenaga ahli atau oleh pelatih dari luar perusahaan. Materi pelatihan   dapat   berupa   pengenalan   CPKB   secara   umum   untuk   semua
personil   di   pabrik   dan   materi   khusus   untuk   bagian   tertentu,   misalnya Bagian Produksi atau Pengawasan Mutu.
3. Catatan   hasil   pelatihan   harus   dipelihara   dan   keefektifannya   harus dievaluasi secara periodik.
BANGUNAN DAN FASILITAS
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar   untuk   menerpakan   sistem   jaminan   mutu   dan   keamanan   yang   diakui   dunia
Internasional. Terlebih dengan banyaknya kosmetika yang beredar saat ini.
Dalam CPKB syarat Bangunan dan Fasilitas merupakan salah satu hal yang penting untuk   diperhatikan.   Karena   segala   sesuatu   dalam   pembuatan   kosmetika   dari   awal
hingga akhir selalu menyangkut Bangunan dan Fasilitas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam CPKB bagian bangunan dan fasilitas antara lain,
Harus dipilih tempat yang bebas banjir, jauh dari tempat pembuangan sampah, jauh dari   pemukiman   padat   penduduk,   serta   terhindar   dari   maupun   tidak   mencemari
lingkungan. Jika tidak mungkin dapat dihindari maka harus dilakukan penanganan, misalnya :
Debu, partikel atau pestisida udara - melengkapi sistem ventilasi dengan saringan udara yang tepat
Bekas timbunan sampah dan bahan kimia tanah - Konstruksi bangunan kokoh dan kedap air; bebas rembasan air
Rembasan air melalui tanah dan banjir; air sadah; air mengandung zat koloid; mikroba patogen air tanah - Dilengkapi saluran pembuangan air yang efektif; Air tanah harus
melalui filtrasi Serangga, tikus dan binatang lainnya - Pemasangan kawat kasa; Pembasmi serangga;
Perangkap serangga
Bangunan   harus   memenuhi   persyaratan   Izin   Mendirikan   Bangunan,   baik   sarana maupun prasarana yang dibutuhkan termasuk keamanan. Perlu adanya penanganan
terhadap cemaran bahan baku, jika terjadi tumpahan segera dilakukan lokalisir
Bangunan untuk kosmetik harus terpisah dari bangunan lain misalnya bangunan obat atau jamu. Untuk perbekalan kesehatan rumah tangga misal sabun cuci tangan dapat
dijadikan dalam satu bangunan, tetapi harus mendapatkan perlakuan khusus untuk menghindari pencemaran silang.
Untuk menghindari kontaminasi silang sebaiknya produksi serbuk dilakukan diruang terpisah yang dilengkapi pengendali debu. Pembuatan bahan yang mudah terbakar
dilakukan ditempat yang terpisah yang memiliki sistem perlindungan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan.
Kamar ganti sebaiknya dipisahkan dari ruang tempat pembuatan Kosmetika dengan suatu ruang antara. Disediakan juga saranauntuk menyimpan perlengkapan diri. Pintu
kamar   mansi   tidak   boleh   langsung   berhubungan   dengan   area   produksi   kosmetik, dilengkapi water spray atau shower, tempat cuci tangan, alat pengering, tissue dan
handuk bersih kering. Serta perlunya dicantumkan tanda peringatan.
Jumlah minimum kamar mandi yang dianjurkan
Tata ruang hendaklah dibuat sesuai dengan alur penerimaan barang dan alur proses produksi kosmetik, untuk mencegah kekeliruan, campur baur dan pencemaran silang.
Daerah produksi kosmetik tidak boleh sebagai tempat lalu lintas personil umum.
Pemukaan lantai, dinding dan kangit-langit hendaklah - kedap air
- Tidak ada sambungan untuk mengurangi pelapasan atau pengumpulan partikel
- Mudah dibersihkan dan tahan terhadap bahan pembersih atau desinfektan Untuk area produksi kosmetik hendaklah dihindari dari bahan kayu
Instalasi saluran udara dan saluran pipa lainnya sebaiknya dipasang sedemikian rupa sehingga mudah untuk dilakukan perawatan dan pembersihan.
Rekomendasi Kekuatan cahaya lampu
Ventilasi   hendaklah   diatur   sedemikian   rupa   sehingga   pertukaran   udara   dapat menghilangkan uap, gas bau, debu dan panas. Lubang ventilasi dilengkapi dengan alat
penyaring   udara.   Jika   diperlukan   alat   pengatur   suhu   maka   harus   dapat   berfungsi dengan baik untuk menghindari pencemaran hasil produksi.
Untuk   ruang   pengolahan   terkendali   kosmetik   sediaan   bayidan   sekitar   mata hendaklah dipasang sistem pengendali udara yang dilengkapi alat penyaring, termasuk
pengatur suhu dan kelembaban yang berfungsi baik.
Pemasangan lampu didaerah pengolahan dan pengemasan kosmetik rata-rata dengan langit-langit dan tertutup.
Sumber : BPOM, 2010, Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik
PEDOMAN CARA PEMUATAN KOSMETIK YANG BAIK PT. DERMA BEAUTY INDONESIA
I .    PENDAHULUAN 1.    Latar Belakang
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik CPKB merupakan salah satu faktor penting   untuk   dapat   menghasilkan   produk   kosmetik   yang   memenuhi
standar   mutu   dan   keamanan.   Mengingat   pentingnya   penerapan   CPKB maka   pemerintah   secara   terus   menerus   memfasilitasi   industri   kosmetik
baik   skala   besar   maupun   kecil   untuk   dapat   menerapkan   CPKB   melalui langkahlangkah dan pentahapan yang terprogram.
Penerapan   CPKB   merupakan   persyaratan   kelayakan   dasar   untuk menerapkan   sistem   jaminan   mutu   dan   keamanan   yang   diakui   dunia
internasional.   Terlebih   lagi   untuk   mengantisipasi   pasar   bebas   di   era globalisasi   maka   penerapan   CPKB   merupakan   nilai   tambah   bagi   produk
kosmetik Indonesia untuk bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupu internasional.
Dalam   pembuatan   kosmetik,   pengawasan   yang   menyeluruh   disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh
produk yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produk tergantung   dari   bahan   awal,   proses   produksi   dan   pengawasan   mutu,
bangunan,   peralatan   dan   personalia   yang   menangani.   Hal   ini   berkaitan dengan seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu.
2.1. Umum : 2.1.1.Melindungi    masyarakat    terhadap    halhal   yang   merugikan   dari
penggunaan  kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan.
2.1.2.Meningkatkan    nilai    tambah    dan   daya    saing   produk   kosmetik Indonesia dalam era pasar bebas.
2.2. Khusus : 2.2.1.Dipahaminya penerapan CPKB oleh para pelaku usaha industri kosmetik
sehingga bermanfaat bagi perkembangan industri kosmetik. 2.2.2.Diterapkannya CPKB secara konsisten oleh industri kosmetik.
3.
Sistem Manajemen Mutu
3.1.   Sistem   mutu   harus   dibangun,   dimantapkan   dan   diterapkan   sehingga kebijakan   yang   ditetapkan   dan   tujuan   yang   diinginkan   dapat   dicapai.
Hendaknya   dijabarkan   struktur   organisasi,   tugas   dan   fungsi,   tanggung jawab,   prosedurprosedur,   instruksiinstruksi,   proses   dan   sumber   daya
untuk menerapkan manajemen mutu. 3.2.  Sistem mutu harus dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan perusahaan,
sifat dasar produkproduknya, dan hendaknya diperhatikan elemenelemen penting yang ditetapkan dalam pedoman ini.
3.3.   Pelaksanaan   sistem   mutu   harus   menjamin   bahwa   apabila   diperlukan, dilakukan pengambilan contoh bahan awal, produk antara dan produk jadi,
serta dilakukan pengujian terhadapnya untuk menentukan diluluskan atau ditolak,   yang   didasarkan   atas   hasil   uji   dan   kenyataankenyataan   yang
dijumpai yang berkaitan dengan mutu.
II. KETENTUAN UMUM.