Tanaman sela merupakan penanaman tanaman panganpalawija di sela tanaman

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 93 2. Sistem Tumpang Gilir Multiple Cropping Sistem tanam tumpang gilir merupakan kegiatan penanaman satu atau lebih jenis tanaman dalam waktu satu tahun pada lahan yang sama. Ada beberapa bentuk dari sistem tumpang gilir. a. Tanaman campuran b. Tanaman beruntun c. Tumpang sari seumur d. Tumpangsari beda umur e. Tanaman sela.

a. Tanaman campuran merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang

berumur relatif sama pada lahan yang sama. Pada cara ini setiap jenis maupun individu tanaman ditanam secara acak tanpa ada jarak yang teratur. Cara ini merupakan sistem tumpang gilir paling tua karena tidak ada pengaturan tanaman pada lahan. Pada cara ini terdapat beberapa kelemahan seperti susah melakukan pemeliharaan maupun panen. Tanaman campuran dapat berupa campuran tanaman jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau.

b. Tanaman beruntun merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara

berurutan pada lahan yang sama. Pada cara ini jenis tanaman ke dua dan seterusnya ditanam setelah jenis tanaman sebelumnya dipanen. Contoh tanaman beruntun seperti : jagung – kacang tanah – kacang hijau.

c. Tumpangsari seumur merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang

berumur relatif sama dengan setiap jenis tanaman membentuk barisan yang lurus, pada lahan yang sama. Kombinasi jenis tanaman diupayakan yang dapat saling memberikan pengaruh satu sama lain, atau setidaknya tidak merugikan salah jenis. Tumpang sari ini yang paling populer adalah antara jagung dengan kacang tanahkedelaikacang hijau atay padi dengan jagung. Tumpang sari ini merupakan cara tanam yang paling banyak dipilih dapat memberikan hasil yang lebih baik.

d. Tumpangsari beda umur merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih

yang berumur tidak sama dengan setiap jenis tanaman membentuk barisan yang lurus, pada lahan yang sama. Contoh yang paling banyak dijumpai adalah antara ubi kayu dengan jagung atau ubi kayu dengan padi.

e. Tanaman sela merupakan penanaman tanaman panganpalawija di sela tanaman

tahunan. Misalnya tanaman padikacang-kacangan di antara barisan tanaman karet. Cara ini biasa dilakukan untuk mendapatkan hasil dari tanaman pangan sebelum karet menjadi rimbun. Pertanaman secara tumpang gilir ini dapat memberikan banyak manfaat bagi petani Manfaat tersebut dapat berupa : 1. Mengurangi resiko kegagalan tanaman. 2. Terdapat distribusi lapangan pekerjaan sepanjang tahun. 3. Dapat menyediakan makanan beragam sehingga dapat meningkatkan gizi masyarakat. 4. Meningkatkan hasil tanaman per satuan luas, yang dapat dihitung dengan nisbah kesetaraan tanah. 5. Dapat saling mendukung pertumbuhan antar tanaman yang dikombinasikan. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 94 3. Sistem Budidaya Lorong Alley Cropping Budidaya lorong adalah budidaya tanaman pangan atau hortikultura pada lorong yang terdapat di antara dua guludanteras. Umumnya cara ini digunakan pada kondisi lahan miring, namun pada lahan datar dapat juga dilaksanakan terutam pada tempat-tempat yang ketersediaan pupuknya terbatas. Budidaya ini dilalukan dilakukan terlebih dahulu dengan membuat terasguludan dengan jarak tertentu sesuai dengan kemiringan dan kontur tanah. Semakin tinggi kemiringan tanam semakin dekat jarat antar terasguludan. Bentuk-bentuk teras pada budidaya lorong dapat dibedakan menjadi teras datar untuk kemirngan 0 – 4 , teras guludan kemirangan 5 – 7 , teras kredit 8 – 10 dan teras bangku untuk lahan curam. Guludan dibuat pada ketinggian yang sama pada lahan dengan mengikuti garis kontur. Penentuan garis kontus secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan bingkai A. Pada bagian atas teras dibuat saluran air selebar 30 cm dengan kedalaman 30 cm. Saluran ini berfungsi untuk menahan dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. Saluran dan teras yang dibuat berfungsi memperpendek lereng dan mencegah terjadinya erosi. Pada terasguludan ditanam tanaman penguat teras sekaligus sebagai penghasil bahan organik untuk menyuburkan tanaman. Tanaman penguat teras ini biasanya Flamengia congesta. Tanaman ini menghasilkan banyak daun yang cepat terurai setelah jatuh ke tanah. Bentuk-bentuk lorong, guludan dan saluranb air dapat dilihat pada Gambar 1. Guludan Lorong Gambar 2. Bentuk Budidaya Lorong ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 85 MODULE PELATIHAN BUDIDAYA TANAMAN KARET Oleh : Ulfah J. Siregar 11 ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 21003 Rev. 3 F FACULTY OF FORESTRY IPB 2006 ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 86 Module 11. Budidaya Tanaman Karet Klon-klon Karet Klon adalah keturunan yang diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif suatu tanaman, sehingga dari tanaman tersebut memiliki ciri-ciri yang sama atau mirip induknya. Klon-klon ini dapat diperoleh dengan teknik okulasi, cangkok dan sambungan. Dewasa ini, klon-klon karet yang dibudidayakan di balai-balai penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet antara lain; GT 1, AVROS 2037, PR228, PR 255, PR 300, PR 303, dan RRIM 600. Pengenalan terhadap ciri-ciri klon dapat menjamin mutu tanaman karet unggul yang akan dibudidayakan, terutama klon yang dilakukan pada perkebunan-perkebunan karet rakyat. Ciri-ciri salah satu klon karet GT 1 adalah sebagai berikut: Batang : Agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok, silindris sampai agak pipih. Kulit batang : Coklat tua sampai kehitam-hitaman, celah-celah berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus. Mata : Letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan berbonggol Payung : Bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup, tangkai daun agak jarang atau sedang, jarak antar paying agak dekat sampai sedang Tangkai daun : Bentuk agak cembung dan hamper berbentuk huruf S, agak lurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai agak terkulai, kaki tangkai daun agak besar dan bagian atasnya agak rata. Anak tangkai daun : Bentuknya lengkung, pendek, arahnya terjungkat ke atas, membentuk sudut sempit 60 Helai daun : Warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku, bentuknya elips, panjang 2x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan tepinya agak melengkung. Warna lateks : Putih Persiapan Lahan Dewasa ini dalam budidaya karet dikenal beberapa istilah teknik yang berhubungan dengan pembukaan lahan yang perlu diketahui, yaitu: a. New planting bukaan baru, yaitu penanaman karet dilakukan pada lahan atau areal yang sebelumnya tidak diusahakan ada tanaman karet. Bukaan baru dilaksanakan pada tanah hutan, lading, dsb. b. Replanting bukaan ulang, yaitu penanaman karet dilakukan pada lahan yang sebelumnya telah ditanami tanaman karet. c. Konversi, yaitu penanaman karet pada lahan yang sebelumnya ditanami jenis tanaman kerasperkebunan lain. Misalnya kopi kemudian diganti karet. Sebelumnya lahan yang akan ditanami harus dibersihkan dari pohon-pohon dan tanaman lain, tanggul, serta sisa-sisa tumbuhan. Kemudian dilakukan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkuan. Untuk mengatur keadaan air, pembuatan drainase adalah sangat penting. Demikian pula pembuatan teras dan jalan. Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah erosi adalah: ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 87 a. Penanaman menurut kontur b. Pembuatan teras dengan lebar berkisar antara 1,5-2,5 m. c. Penanaman tanaman penutup tanah yang penting untuk mencegah erosi Sumber : Setyamidjaja, D. 1993 Pengajiran Pengajiran dilakukan setelah penentuan jarak tanam dan penentuan kerapatan tanaman. Tujuan pengajiran adalah untuk memperoleh barisan tanaman yang teratur sesuai dengan jarak tanam dan hubungan antar tanaman. Barisan-baisan karet yang dapat dibentuk ada dua macam, yaitu: - barisan lurus, yaitu pada lahan-lahan yang datar atau agak miring, dan - barisan kontur pada lahan yang bergelombang sedangkan pada lahan yang datar dan agak miring dapat dipakai bentuk bujur sangkar, segitiga sama sisi, atau hubungan jalan. Sumber : Setyamidjaja, D. 1993 Jarak Tanam Dijkman 1951 menyatakan adanya beberapa akibat dari jarak tanam yang terlalu sempit, antara lain kerusakan mahkota oleh angin lebih besar, kematian pohon karena penyakit lebih tingi, tercapainya lilit batang matang sadap lebih lambat, dsb. Mengingat hal tersebut, dewasa ini kepadatan pohon tiap hektar umumnya tidak melebihi 400-500 pohon. Jarak tanam yang digunakan untuk daerah datar atau miring adalah 7 m x 3 m, 7,14 m x 3,33 m, sedangkan untuk daerah bergelombang atau berombak dipakai jarak tanam 8m x 2,5 m. Hubungan tanaman yang digunakan adalah hubungan jalan evenue. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 88 Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam sebaiknya dibuat sekitar 2-6 bulan sebelum saaat tanam tiba. Ukuran lubang yang umum digunakan adalah 60 c x 60 cm x 60 cm atau 80 cm x 80 cm 80 cm. Penanaman Tanaman Penutup Tanah Faedah dari tanaman penutup tanah jenis leguminosae pada tanaman karet adalah: a. melindungi permukaan tanah terhadap erosi; b. melindungi permukaan tanah dengan mengurangi jatuhnya sinar matahari yang dapat mempercepat terjadinya penguapan air pada permukaan tanah; c. menolong menyimpan air dalam tanah untuk keperluan tanaman karet; d. menyuburkan tanah dengan lapukan bahan organik dan fiksasi Nitrogen bebas dari udara; e. menekan pertumbuhan gulma; dan f. memperbaiki pertumbuhan tanaman pokok, memperlama masa peremajaan, meningkatkan hasil dan pertumbuhan kulit yang lebih baik. Penanaman Karet dan Pemeliharaan Dua minggu sebelum penanaman dilaksanakan, lubang tanam ditutup kembali dengan tanah galian yang terdapat di kanan-kiri lubang. Untuk memperbaiki kesuburan tanah, lubang tanam perlu dipupuk dengan pupuk dasar berupa pupuk TSP sebanyak 100 g atau pupuk Rock Phosphate sebanyak 113 glubang. Sumber : Setyamidjaja, D. 1993 ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 89 Cara menanam bibit karet adalah sebagai berikut: a. Pada ajir buatlah lubang sebesar ukuran polibag b. Lepaskan polibag dari bibit secara perlahandan hati-hati dengan mengeratnya pakai pisau. Tanamlah bibit pada lubang yang telah dibuat. c. Timbun dan padatkan tanah di sekitar bibit agar bibit berdiri kokoh dan tegak. d. Tutuplah tanah sekitar bibit dengan mulsa. Sumber : Setyamidjaja, D. 1993 Pemeliharaan tanaman merupakan pekerjaan yang penting, karena hal ini menentukan keberhasilan pertanaman karet di kemudian hari. Pemeliharaan pemangkasan dilakukan dengan cara memotong tunas yang tumbuh rendah dan dapat dilakukan dengan tangan. Sedangkan pada tunas yang telah tak terjangkau dengan tangan, harus menggunakan galah berpisau. Cabang-cabang yang berada pada ketinggian di atas 3 meter tidak perlu dipangkas, agar terbentuk mahkota yang baik. Pemeliharaan tanaman karet lainnya yang penting adalah: a. Pengendalian gulma, biasanya menggunakan teknik penyiangan bersih sepanjang barisan tanaman dengan jarak 1-2 m kanan-kiri barisan. Tanah yang terletak diantara siangan bersih biasanya dibiarkan tertutup dengan tanaman legum atau rumput-rumpt yang tidak berbahaya. Merangsang percabangan, dalam hal ini berlaku bagi klon-klon yang tidak mau menumbuhkan tunas-tunas atau cabang-cabang meskipun batangnya telah tumbuh tinggi. Cara yang digunakan cukup sederhana yaitu dengan membuat dua goresan pada kulit ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 90 a. sampai batas kayu berkeliling batang dengan jarak 20 cm. Dua sampai tiga minggu kemudian tunas-tunas baru akan tumbuh. b. Pemupukan, bertujuan untuk memperoleh tanaman yang tumbuh subur, cepat, dan sehat. c. Penyulaman, yaitu menganti tanaman yang jelek, dan mati, atau tidak dapat tumbuh normal, dengan tanaman yang lebih baik. Penyulaman dilakukan pada tanaman sebelum umur 4 tahun. Bahan sulaman dapat menggunakan bibit atau stum tinggi. Untuk keperluan penyulaman biasanya disediakan bibit sulaman sebanyak 5 dari jumlah tanaman ybs. d. Pengukuran lilit batang, untuk mengetahui pertumbuhan tanaman. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang menyerang tanaman karet cukup banyak, terutama famili mamalia, insecta, dan molusca. Hama mamalia antara lain, berbagai jenis kera, babi hutan, dan rusa. Pengendaliannya adalah dengan memasang pagar sekurang-kurangnya setinggi 1,5 m, memburunya atau menggunakan bahan pencegah seperti flinkote, cat berwarna, dsb. Hama insecta adalah rayap. Pengendalian rayap cukup sulit, yaitu dengan cara membongkar sarangnya, menutup kayu yang luka atau mengumpannya dengan serbuk gergaji yang diberi racun. Bila telah menyeang tanaman, pengendalian atau pemberantasannya dengan penyemprotan menggunakan jenis insektisida; Aldrex-2 dengan konsentrasi 0,05, Dialdrex-15 dengan konsentrasi 0,025, Heptachlor 2E dengan konsentrasi 0,1 atau Chlordane-40 dengan konsentrasi 0,1. Hama yang disebabkan oleh siput biasanya menyerang tanaman muda. Penyakit yang menyerang tanaman karet jauh lebih banyak jenisnya sehingga menyebabkan kerusakan yang berat. Penyakit-penyakit tersebut dapat digolongkan sebagai penyakit akar,batangbidang sadap, cabang dan daun serta buah. Umumnya sumber dan penyebab penyakit tersebut adalah cendawan dan jamur. Serangan biasanya mulai tampak pada pertanaman menjelang umur dua tahun sejak pananaman, dan sering berjangkit sampai umur 4-5 tahun. Makin tua tanaman umumnya makin tahan terhadap serangan penyakit. DAFTAR PUSTAKA Setyamidjaja, D. 1993. Karet: Budidaya dan Pengelolaan. Kanisius, Yogyakarta. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 78 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Sumber : Setiadi 2005 Oleh : Ulfah J. Siregar 10 ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 21003 Rev. 3 F FACULTY OF FORESTRY IPB 2006 ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 79 Module 10. Penanaman Durian Memilih dan Merawat Bibit Durian Unggul Saat ini Durian unggul sangat sulit ditemukan. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan agar kita bisa terus menerus menikmati durian unggul setiap musim tiba adalah dengan menanamnya sendiri. Keunggulan bibit dapat dilihat dari ciri fisiknya. Sebagai contoh, ciri-ciri beberapa durian unggul adalah sebagai berikut. Sumber : Setiadi 2005 Bibit durian yang baru dibeli biasanya tidak siap tanam. Bila hal ini dibiarkan, bibit yang baru kita beli mendadak layu, mengering dan mati. Oleh karena itu, polibag dan media tanamnya perlu diganti. Berikut ini tata cara mengganti polibag. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 80 Diisi dengan media baru Bibt ditanam ditengah polibag Sumber : Setiadi 2005 Untuk menghindarkan bibit dari berbagai gangguan seperti hama dan penyakit, angin keras, hujan lebat, dan sengatan matahari, bibit harus disimpan di tempat yang teduh, tetapi tetap kena sinar matahari dengan intensitas 30-50. Akan lebih baik bila perlu dibuat bedeng sementara. Sumber : Setiadi 2005 Bedeng tersebut diberi atap plastik berwarna hijau atau dari anyaman bambu. Bibit diletakkan jauh dari permukaan tanah, misalnya, di atas rak. Maksudnya, agar bibit tidak terpecik air dari tanah saat dilakukan penyiraman atau saat hujan lebat. Karena air tanah sering menjadi pembawa bibit penyakit. Sumber : Setia ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 81 Penyiraman dilakukan secara teratur dan tidak berlebihan agar tanah dalam polibag tidak becek. Kita juga perlu menyemprot bibit dengan fungisida. Gunakan salah satu merek dan sesuai dengan dosis aturan pakai pada kemasan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan setiap kali sehabis hujan atau pada saat keadaan lembab, karena pada keadaan tersebut pertumbuhan cendawan sangat cepat. Pada saat lembab, penyemprotan cukup dilakukan 1-2 kali seminggu. Pemupukan yang umum diberikan adalah pupuk NPK satu sendok makan dilarutkan dalam 10 ltr air, lalu disiramkan ke dalam polibag yang berisi bibit durian. Cara lain adalah dengan menyemprotkan pupuk daun yang mengandung NPK. Pemberian pupuk daun dan pupuk NPK bisa dilakukan berseling setiap minggu. Sedangkan jadwal pemupukan sebulan sekali. Penanaman bibit sebaiknya dilakukan 5-6 bulan setelah penggantian pot. Penanaman paling cepat bisa dilakukan 3 bulan setelah penggantian polibag. Namun bila polibag tidak diganti, sebulan setelah perawatan bibit dapat ditanam. Persiapan Lahan Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemilihan dan persiapan lahan tanam. Lahan calon kebun durian paling tidak harus memenuhi syarat seprti di bawah ini: a. Suplai air harus cukup b. Terhindar dari banjir dan air menggenang c. Mempunyai saluran irigasi yang baik, bila tidak ada mesti dibuatkan d. Kondisi tanah datar dan bila miring perlu dibuatkan terasering e. Ketinggian lahan 0-600 mdpl f. Lapisan tanahnya mudah ditembus akar dengan pH tanah optimal 6,5 Pembuatan Lubang Tanam Penggalian lubang tanam dilakukan semingu atau dua minggu sebelum waktu tanam. Hal penting yang dilakukan setelah penggalian adalah memupuk tanah galian. Bila yang ditanam adalah bibit, maka campuran pupuk yang digunakan adalah tanah, pasir dan humus atau pupuk organik dengan perbandingan 3:2:1. sedangkan bila yang ditanam adalah bibit yang terlalu lama di pembibitan, maka campuran yang digunakan adalah tanah, pasir, dan bahan organik dengan perbandingan 2:1:1. Pemberian pupuk tambahan biasanya mengguakan 125 g Urea, 1000 g TSP dan 125 g KCl. Sumber : Setiadi 2005 ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 82 Pengaturan Jarak Tanam Jarak tanam tanaman durian bisa ditentukan sebagai berikut: a. Durian petruk 10 12 m x 10 12 m b. Durian sunan 10 12 m x 10 12 m c. Durian sukun 6 8 m x 6 8 m d. Durian sitokong 8 10 m x 8 10 m e. Durian bangkok 6m x 6 m Secara umum, menentukan jarak tanam harus memperhatikan berbagai hal. Ini dimaksudkan supaya tanaman durian bisa mendapatkan sinar matahari langsung dan penuh; cabang durian tidak saling bersinggungan atau menaungi, dan bisa tumbuh maksimal mendatar. Sistem penanaman tergantung pada kondisi lahannya. Sistem penanaman yang dapat digunakan adalah sistem bujur sangkar, persegi panjang, segitiga sama sisi dan sistem teras. Sumber : Setiadi 2005 Penanaman di Lapangan Tanaman muda dikeluarkan dari polibag atau keranjang pembibitan. Jangan sampai perakarannya rusak. Supaya aman, cara penanaman dapat dilakukan sesuai gambar di bawah ini. Naungan juga membantu bibit agar tumbuh lebih baik dan optimal. Selain naungan, kita perlu memberi lapisan tanah di sekitar tanaman dengan jerami kering, supaya kelembabannya tetap stabil dan tidak ada gulma yang mengganggu. Guludan dibuat berukuran kurang lebih sepanjang tajuk ditambah 50-100 cm. Sedangkan saluran airtempat lalu lalang pekerja selebar 50-100 cm. Kebun durian harus betul-betul lapang dan bersih, sehingga sinar matahari tidak dihalangi oleh pepohonan atau tanaman lain. Hal ini dapat menguntungkan karena tanaman durian tumbuh melebar dan dapat menghasilkan buah yang lebih banyak dan pohon tidak terlalu tinggi. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 83 Sumber : Setiadi 2005 Pemupukan Berikut ini adalah jadwal pemupukan tanaman durian Sumber : Setiadi 2005 ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 84 Langkah pertama pemupukan di daerah dengan curah hujan tinggi adalah pemberian pupuk dasar, berupa kompos, tepung tulang, atau pupuk kandang. Tiap lubang diberi dua kaleng bekas minyak tanah pupuk kandang dan 1-2 kg tepung tulang. Sumber : Setiadi 2005 Pembentukan tanaman dapat dilakukan dengan cara memangkas. Agar tanaman tumbuh ke samping dan tidak tinggi untuk kemudahan dalam pemanenan buah, maka bagian pucuk tanaman dipangkas dan dilakukan perawatan pertumbuhan cabang. Pemangkasan bagian lain diperlukan sesuai dengan bentuk tanaman yang kita inginkan. Cabang yang boleh dipangakas adalah yang kurang produktif, seperti rusak, tua, tumbuh ke arah dalam tajuk, atau tumbuh malang melintang. Pemangkasan tunas dahan dan ranting diperlukan dengan maksud penjarangan, sehingga tanaman tidak terlalu rimbun. Sumber : Setiadi 2005 DAFTAR PUSTAKA Setiadi, 2005. Bertanam Durian. Swadaya, Bogor. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 63 MODULE PELATIHAN AGROFORESTRI Oleh : Nurheni Wijayanto 9 ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 21003 Rev. 3 F FACULTY OF FORESTRY IPB 2006 ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 64 Module 9. Agroforestri Pendahuluan Agroforestri adalah suatu perpaduan antara usaha pertanian dengan usaha kehutanan. Jelasnya, mengusahakan tanaman keras yang menghasilkan kayu, buah, getah dan sebagainya di lahan pertanian; yang biasanya ditanami dengan tanaman penghasil pangan, seperti jagung, umbi-umbian, sayuran, palawija dan sebagainya. Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk, kebutuhan akan adanya peningkatan produksi pangan pun meningkat. Konversi hutan menjadi lahan pertanian pangan juga semakin luas, sehingga mengakibatkan semakin menurunnya luas hutan yang ada. Secara umum fungsi agroforestri adalah: 1. Suplai kayu bangunan, kayu bakar, dan pakan ternak. 2. Penggunaan lahan secara optimal. 3. Pemanfaatan energi matahari dalam luasan yang maksimal. 4. Mencegah aliran air permukaan yang dapat menyebabkan terjadinya erosi. 5. Pemanfaatan sumberdaya air dan hara lebih efisien. Adapun keuntungan bagi masyarakat adalah: 1. Kayu bangunan yang tersedia dapat memperbaiki dan meningkatkan standar perumahan. 2. Kayu bakar yang dihasilkan dapat menjaga keamanan energi rumah tangga. 3. Bahan pangan dan pakan ternak, dapat memberikan keamanan pangan dan pakan. 4. Konservasi tanah dan air, dapat mencegah erosi, pemeliharaan dan pemulihan produktivitas lahan. 5. Bahan baku industri, menjamin ketersediaan bahan baku industri dan perkakas. 6. Hasil bumi untuk perdagangan, dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. 7. Diversifikasi perekonomian desa, dapat memuculkan adanya diversifikasi pekerjaan. Tujuan agroforestri adalah: 1. Penghutanan kembali. 2. Penyediaan sumber makanan dan pakan ternak. 3. Penyediaan kayu bangunan dan kayu bakar. 4. Pencegahan migrasi penduduk ke kota. 5. Mengurangi pemanasan bumi. Pengertian agroforestri seyogyanya menitikberatkan pada dua karakter pokok yang umum dipakai pada seluruh bentuk agroforestri. Karakter ini yang membedakannya dengan sistem penggunaan lahan lainnya; yaitu: 1. Adanya pengkombinasian yang terencana disengaja dalam satu bidang lahan antara tumbuhan berkayu pepohonan, tanaman pertanian danatau ternakhewan baik secara bersamaan pembagian ruang ataupun bergiliran bergantian waktu. 2. Ada interaksi ekologis danatau ekonomis yang nyatajelas, baik positif danatau negatif antara komponen-komponen sistem yang berkayu maupun tidak berkayu. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 65 Beberapa ciri penting agroforestri: 1. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih tanaman danatau hewan. Paling tidak satu diantaranya tumbuhan berkayu. 2. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun. 3. Ada interaksi ekonomi dan ekologi antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu. 4. selalu memiliki dua macam produk atau lebih, misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan. 5. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa, misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan tempat berkumpulnya keluargamasyarakat. 6. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan sisa panen. 7. Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis struktur dan fungsi maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur. Ruang Lingkup dan Klasifikasi Agroforestri Sistem-sistem agroforestri mencakup selang variasi yang cukup luas dan dapat diklasifikasikan berdasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Dasar struktural, menyangkut komposisi komponen-komponen, seperti sistem- sistem agrisilvikultur, sislvopastur, dan agrisilvikultur. 2. Dasar fungsional, menyangkut fungsi utama atau peranan dari sistem, terutama komponen kayu-kayuan. 3. Dasar sosial-ekonomi, menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan masukan rendah, masukan tinggi atau intensitas dan skala pengelolaan, atau tujuan-tujuan usaha subsisten, komersial, intermediet. 4. Dasar ekologi, menyangkut kondisi-kondisi lingkungan dan kecocokan ekologi dan sistem. Beberapa cara lain untuk menggolongkan sistem-sistem agroforestri sebagai berikut: 1. Berdasarkan komponen-komponennya gabungan antara pohon, tanaman pangan, padang penggembalaan dan komponen-komponen lainnya. 2. Berdasarkan fungsi pepohonan apakah pepohonan digunakan untuk produksi atau untuk konsevasi?. 3. Berdasarkan lamanya apakah sistem itu hanya sementara atau telah terbentuk secara tetap?. Dipandang dari sudut ekologi dan ekonomi sistem agroforestri lebih kompleks dari pada sistem monokultu. Sistem agroforestri, menghasilkan produksi yang beranekaragam dan saling tergantung satu sama lainnya. Sekurang-kurangnya, satu komponen merupakan tanaman keras berkayu, sehingga siklusnya selalu lebih dari satu tahun. Sistem agroforestri juga bersifat lokal, karena harus cocok dengan kondisi- kondisi ekologi, sosial-ekonomi dan kelembagaan setempat. Keadaan ini menunjukkan bahwa sifat keilmuan dari sistem agroforestri adalah multidisipliner, termasuk antara lain disiplin-disiplin agronomi dan hortikultura, kehutanan, sosial, ekonomi dan teknologi. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 66 Sistem Agroforestri di Indonesia Sistem-sistem agroforestri tradisional dapat ditemui di seluruh Indonesia. Contohnya antara lain, sistem-sistem kebun-talun dan pekarangan di Jawa serta kebun-kebun berstrata banyak di Sumatera. Sistem-sistem agroforestri yang diintroduksi juga umum terdapat di banyak daerah. Sistem ini seringkali dipadukan dalam program-program pengembangan hutan pada lahan hutan, di samping diterapkan pada lahan-lahan pertanian milik perorangan.

a. Sistem Pekarangan Sistem ini merupakan campuran antara tanaman tahunan, tanaman umur panjang, dan