ANALISIS INTERVENSI TUK 5 MEMANFAATKAN OBAT UNTUK MENCEGAH HALUSINASI DENGAR BERULANG STUDI KASUS DI RUANG XXIII PSKIATRI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

(1)

ix

ANALISIS INTERVENSI TUK 5 MEMANFAATKAN OBAT UNTUK MENCEGAH HALUSINASI DENGAR BERULANG

STUDI KASUS DI RUANG XXIII PSKIATRI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh Dwi Cahyono

08010053

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2011


(2)

x

ANALISIS INTERVENSI TUK 5 MEMANFAATKAN OBAT UNTUK MENCEGAH HALUSINASI DENGAR BERULANG

STUDI KASUS DI RUANG XXIII PSIKIATRI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

STUDI KASUS

Diajukan Kepada

Program Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelsaikan Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh: Dwi Cahyono

08010053

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

(4)

(5)

(6)

xiv MOTTO

TIDAK AKAN TERCAPAI MIMPI-MIMPI TANPA USAHA YANG KERAS DAN RIDHO ORANG TUA

LEMBAR PERSEMBAHAN

Tidak pernah lupa untuk selalu ku ucapkan Alhamdulilah padamu Ya Allah. Aku bagaikan bunga yang layu jika tidak kau sirami dengan sinar semangatmu untuk ku menyelesaikan studi kasus ini. Pernah aku menyerah dari apa yang kukerjakan selama ini, tapi aku sadar kau selalu membrikan jalan terbaik dan penyelesaian yang selalu membuatku tersenyum dengan bangga. Dengan doa, keyakinan, kesungguhan, dan kesabaran, maka sesuatu yang nampaknya tidak mungkin akan menjadi mungkin. Usai sudah perjuangan ku, beban dipundakpun mulai berkurang. Aku akan terus berjalan demi menyongsong masa depan, untuk menjadi seseorang yang berguna dan hidup penuh warna dihari tuaku nanti. Semua ini tidak lepas dukungan dari orang-orang yang membuatku berdiri tegar sampai hari ini...

PAPAH DAN MAMAH

Terimakasih pun tidak cukup ku ucapkan untuk mamah, papah. Mungkin hanya ini yang bisa ku berikan dari hasil pendidikan ku di kota orang ini. Membuat kalian bangga adalah tanggung jawab untuk ku. Kalian selalu bilang padaku “jangan pernah bangga dengan barang-barang berharga jika itu dari orang tuamu, tapi berbanggalah dari hasil keringatmu sendiri” aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk mamah dan papah sampai akhir hayat nanti.

MBA ILLA,TYA

Mba, aku sudah buktikan bahwa aku bisa walaupun perjalanan ku masih belum sempurna. Mba, tidak pernah kau lelah untuk memberikan apa yang aku inginkan. Mba hebat, mba kuat, semoga allah memberikan yang terbaik untuk mba. Tya, belajar yang betul, sekolah setinggi-tingginya, sampai apa yang ade inginkan bisa tercapai. Nono sayang kalian semua, dan tidak ada yang bisa membuat kalian hilang dari pikiran dan hatiku.

Bapak Rohma Susanto.,S.Kep,Ners

Maafkan aku jika tidak bisa menjadi mahasiswa baik, dan suka mengulur-ulurkan waktu. Ilmu yang bapak berikan padaku akan menjadi bekal nantinya dimasa

depanku. Terimakasih karna bapak sudah membimbing ku untuk menyelesaikan studi kasus ini, dan inilah hasil dari bimbingan bapak. Tanpa bimbingan bapak dan semangat yang kuat dari bapak, mungkin ini hanya menjadi hasil karya yang tidak ada artinya.

Bunda Sri Widiowati.,S.Kep,Ners

Bunda, terimakasih sudah membimbing dalam masalah perkuliahan. Banyak yang harus aku pelajari lebih jauh untuk menjadi perawat yang profesional sesuai dengan apa yang telah bunda ajarkan selama perkuliahan. Sekali lagi terimakasih sudah menjadi bimbingan dan orang tuaku selama aku menempuh masa kuliahku ini.

MooT_MITA FARILYA

Apa yang bisa ku balas untuk semua yang telah kau berikan padaku selama ini. Tanpamu aku tidak ada artinya, semua ucapanmu awalnya ku pandang sebelah mata saja, tetapi setelah semua berjalan aku mengerti ucapanmu sangat berarti untukku kedepan. Lembar inipun mungkin tidak cukup menulis trimakasih ku


(7)

xv

untukmu. Terimakasih karna km, aku bisa menjadi seseorang yang bisa bijaksana, mengerti arti hidup, belajar kesabaran dan memahami semua arti kebersamaan, dan km telah memberikan warna yang terang dalam hidupku. Semoga tuhan tetap mengijinkan aku selalu berada dihadapanmu...

Kelompok 13, Team Nigthtingale, Para Sahabat_Q

Buat Wawan Rempong, Iis raja Telepon, Mita Lemot, inilah akhir perjuangan kita. Terimakasih atas semuanya, kenangan kita akan selalu teringat sampai tua nanti. Team, kebersamaan kita sangat membuat aku menjadi kuat. Trimakasih, untuk waktu yang singkat ini tapi menjadi kenangan, dan ingatan yang tak pernah pudar di masa kelak. Sahabat_q Fattahu, backti, Mbe, gagux, Faris, Dedy Boy, Twins Agus dan Dodo, rasa gelisa selalu menghampiri ku ketika aku memikirkan cerita kita selama ini akan menjadi sebuah kisah yang klasik untuk masa depan. Terimakasih untuk semua canda, tawa, rasa jengkel kalian, akan selalu ku rindu. Mungkin ini hanya kata-kata sederhana yang bisa ku tuturkan sebagai tanda, rasa terimakasihku. Permohonan maaf pun tidak lupa bagi yang tidak tertuliskan namanya. Wassalam...


(8)

xvi ABSTRAK

Cahyono, Dwi. 2011. Analisis Intervensi TUK 5 memanfaatkan obat untuk mencegah halusinasi dengar berulang Studi Kasus Di Ruang XXIII RSU Dr Saiful Anwar Malang Studi Kasus Program Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing I : Rohmah Susanto. Skep, Ns. Pembimbing II : sri widowati. S.kep, Ns.

Kata Kunci : TUK 5, mencegah timbulnya halusinasi berulang.

Masalah utama yang sering muncul pada klien skizofrenia adalah gangguan persepsi sensori halusinasi. Menurut WHO tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia, bahkan WHO menunjukan rata-rata 5-10% dari populasi masyarakat di suatu wilayah menderita halusinasi dan memerlukan pengobatan psikiatrik serta intervensi psikososial. Di Indonesia menyebutkan bahwa diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa ringan dan berat. Jumlah ini meningkat dari tahun ketahun. Masalah ekonomi dan terapi menjadi penyebab utama terjadinya gangguan jiwa. Secara nasional di Jawa Timur, terjadi peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa sekitar 2%-3% selama tiga tahun terakhir. Tahun ini sebanyak 650 penderita yang meningkat 20 penderita dari tahun sebelumnya. Halusinasi termasuk tanda dari skizofrenia, dimana seseorang mengalami panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus). Sehingga seseorang tidak bisa mengontrol emosi dan perasaan. Penulis ingin mencegah halusinasi berulang dengan menggunakan TUK 5 memanfaatkan obat. Desain studi kasus menggunakan deskriptif sebagai rancangan yang mencangkup pengkajian satu unit penelitian secara intensif pada klien. Penelitian ini dilakukan di Ruang 23 Psikiatri RSU dr. Saiful Anwar Malang mulai tanggal 21–26 Maret 2011. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi pustaka. Metode uji keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu teknik metode, teknik sumber, dan teknik teori. Pada intervensi keperawatan menggunakan peneliti menggunkan TUK 5 memanfaatkan obat dengan baik. Hasil evaluasi, intervensi yang diberi dapat menurunkan angka halusinasi pada klien tiap hari harinya. Diharapkan intervensi tersebut dapat dimodifikasi dengan baik untuk mencegah gejala halusinasi berulang di ruang pskiatri.

Literatur : 2001-2010

Pembimbing 1 Peneliti


(9)

xvii ABSTRACT

Cahyono, dwi. 2011. Analysis of Interventions tuk 5 utilize drugs to prevent recurrent hallucinations hear Case Study In Room XXIII Hospital Dr. Saiful Anwar Malang Case Studies Diploma Nursing Program Faculty of Health Sciences University of Malang. Advisor I: Rohmah Susanto. Skep, Ns. Advisor II: sri Widowati. S.kep, Ns.

Keywords : TUK 5, prevent recurrent hallucinations

The main problem that often arises in the client's perception of schizophrenia is a disorder of sensory hallucinations. According to WHO not less than 450 million people with mental disorders found in the world, WHO even show an average 5-10% of the population in a region suffering from hallucinations and require psychiatric treatment and psychosocial interventions. In Indonesia said that an estimated 26 million population of Indonesia suffered from mild mental disorder and severe. This number increased from year to year. Economic problems and therapy to be the main cause of mental disorder. Nationally in East Java, an increasing number of people with mental disorders around 2% -3% over the last three years. This year as many as 650 people with an increase of 20 patients from the previous year. Signs of schizophrenia include hallucinations, where a person experiences in the absence of sensory stimuli (stimulus). So that one can not control your emotions and feelings. The authors would like to prevent recurrent hallucinations using TUK 5 drug use. Descriptive case study design using a design that covers the assessment of one unit of intensive research on the client. The research was conducted in Room 23 Psychiatry RSU dr. Saiful Anwar Malang began on March 21 to 26, 2011. Methods of data collection using the interview technique, observation, documentation and study of literature. Validity of test methods of data was done by using triangulation, ie engineering methods, techniques sources, theories and techniques. On the use of researchers using the nursing intervention TUK 5 utilizing the drug well. The results of the evaluation, interventions that can reduce the number of hallucinations were given on the client every day. It is expected that interventions can be modified properly to prevent recurrent symptoms of hallucinations in pskiatri room.

Literature : 2001- 2010

Advisor I Researcher


(10)

xviii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat meyelesaikan penyusunan studi kasus dengan judul “Analisis Intervensi TUK 5 untuk mencegah halusinasi dengar berulang“ dengan baik.

Studi kasus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Selama proses penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan, arahan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, dalam penyusunan studi kasus sehingga studi kasus ini dapat terselesaikan. Maka dengan ini, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Tri Lestari M.Kep.Sp.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan 2. Bapak Rohmah Susanto S.Kep.Ns selaku Kaprodi DIII Keperawatan 3. Bapak Rohmah Susanto S.Kep, Ns selaku pembimbing I studi kasus 4. Sri Widowati S.Kep.Ns selaku pembimbing II studi kasus

5. Ibu Sriwidowati S.Kep.Ns selaku dosen wali

6. Segenap dosen dan staf pengajar DIII Keperawatan serta semua pihak yang banyak mambantu dan memberikan ilmu dan bimbingan pada peneliti.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan studi kasus ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya studi kasus ini.

Malang, 16 Agustus 2011 Penyusun


(11)

xix DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN STUDI KASUS... ii

LEMBAR PENGESAHAN STUDI KASUS... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

ABSTRAK………... vi

ABSTRACT……….. vii

KATA PENGANTAR…………... viii

DAFTAR ISI…... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR………. xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.2.1 Tujuan Umum ... 3

1.2.2 Tujuan Khusus ... 3

1.3 Manfaat Peneliti ... 3

1.4 Rumusan Masalah………. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GANGGUAN SKIZOFRENIA ... 5

2.1.1 Pengertian……… 6

2.1.2 Etiologi Skizofrenia………. 6

2.1.3 Proses Terjadinya Skizofrenia………. 8

2.1.4 Gejala Umum……… 9

2.1.5 Tanda Gejala……… 11

2.1.6 Tipe Skizofrenia………... 13

2.1.7 Penatalaksaan Skizofrenia……… 14

2.2 HALUSINASI ... 16


(12)

xx

2.2.2 Macam-macam halusinasi ... 17

2.2.3 Proses terjadinya halusinasi... 19

2.2.4 Tahapan halusinasi ... 20

2.2.5 Jenis Halusinasi ... 25

2.2.6 Rentang Respon Halusinasi ... 24

2.2.7 Faktor Penyebab Halusinasi……….... 26

2.2.8 Kondisi yang Memunculkan halusinasi……….... 28

2.2.9 Proses Keperawatan………... 28

2.2.10 Faktor Presipitasi………... 32

2.2.11 Sumber Koping...………. 34

2.2.12 Mekanisme Koping...……….. 35

2.2.13 Pohon Masalah...……… 36

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL.………... 40

BAB III. METODE STUDI KASUS 3.1 Desain Studi Kasus ... 41

3.2 Tempat Dan Waktu ... 42

3.3 Pengumpulan Data ... 42

3.4 Analisa Data ... 44

3.5 Metode Uji Keabsahan Data……… 44

3.6 Etical Cereance ... 45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Status Subyek Penelitian ... 47

4.2 Deskripsi Hasil Penyelesaian kasus ... 54 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


(13)

xxi

5.1 Kesimpulan………. 65

5.2 Saran……… 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

xxii

DAFTAR TABEL


(15)

xxiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Waham yang Banyak Terjadi Pada Skizofrenia………... 9

Gambar 2.2 Gejala Asosiasi Longgar……….. 10

Gambar 2.3 Rentang Respon Halusinasi……….. 25

Gambar 2.4 Pohon Masalah Halusinasi...……… 36


(16)

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Asuhan Keperawatan


(17)

xxv

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan seterategi pelaksanaan (LP dan SP).Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aiz Alimul,. 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik (Edisi 3). Jakarta : EGC.

Kusumawati, Farida dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Anna Budi, dkk, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Laskarumamit 2011. Proses keperawatan jiwa

(html

: Proses Keperawatan Jiwa). Diakses pada tanggal 23-03-2011 pukul 13.00

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi 3). Bandung : Refika Aditama


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai, Pada klien dengan skizofrenia didapatkan gejala yang khas antara lain gangguan persepsi sensorik atau halusinasi (Maramis, 2001). Pada gangguan persepsi didapatkan juga halusinasi yang mempengaruhi pola pikir individu tersebut. Halusinasi merupakan penerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem pengindaraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik (Surdeen dan Struat, 2008).

Kesehatan adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, termasuk sehat rohani dan jasmani. Kesehatan jiwa juga bisa menggagu pikiran seseorang, karena individu tersebut tidak mampu menerima kenyataan dalam hidupnya. Dikarenakan berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor keluarga, lingkungan, bahkan teman ataupun kekasih hatinya. Pola pikir seseorang berbeda-beda, kebanyakan dari mereka yang mengalami gangguan jiwa disebakan oleh faktor lingkungan dan keluarga. Maka jelas kesehatan jiwa adalah dimana mekanisme koping seseorang tidak mampu menerima realita kehidupan dan bisa menjadi suatu masalah yang besar bagi individu tersebut.

Menurut data Prof.Dr Azrul Azwar, Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah gangguan kesehatan jiwa yang menunjukkan dampak lebih besar dari TBC (7,2%), kanker (5,8%, jantung (4,4%, dan malaria (2,6%). (www.kbi.gemari.or.id : 11 Oktober 2001, diambil tanggal 21 November 2008). Kebanyakan mereka dengan keluarga yang kehidupannya menengah kebawah, selain itu 10% turunan pertama. Data WHO menunjukan bahwa rata-rata 5-10% dari populasi masyarakat di suatu wilayah menderita halusinasi dan memerlukan pengobatan psikiatrik dan intervensi psikososial. dan lebih


(19)

2 sering terjadi di negara- negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Dari data statistik menunjukkan 90% kejadian halusinasi didapatkan di Negara berkembang dan angka kejadiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada negara- negara maju, Dan kasus halusinasi di Indonesia (Rina) menyebutkan bahwa di perkirakan 26 juta penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa ringan dan berat. Jumlah ini meningkat dari tahun ketahun. Dan masalah ekonomi dan terapi menjadi penyebab utama terjadinya gangguan kejiwaan. Bahkan diperkirakan satu dari empat penduduk di Indonesia mengidap gangguan jiwa. .Secara nasional di Jawa Timur, terjadi peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa sekitar 2%-3% selama tiga tahun terakhir. Tahun ini sebanyak 650 penderita, yang meningkat 20 penderita dari tahun sebelumnya.

Perubahan persepsi sensori ( Halusinasi ) adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori,seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidupan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori ( halusinasi ) bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem pengindraan ( pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan ). (Fitria, 2009)

Gangguan-gangguan tersebut menunjukkan seperti klien berbicara sendiri, mata melihat kekanan-kekiri, jalan mondar-mandir, sering tersenyum sendiri dan sering mendengar suara-suara. Sedangkan halusinasi adalah merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan. dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra yaitu persepsi palsu. (Maramis, 2005).

Halusinasi dengar adalah dimana seseorang yang mendengar sesuatu panggilan, suruhan, ancaman, tangisan. Ketika seseorang mengalami ganguan tersebut berbagai macam tingkah laku dan pola aktivitas yang ditunjukan oleh seseorang tersebut. Dari hal-hal yang menangis sendiri, berbicara sendiri, tertawa sendiri, berjalan sendiri tanpa tujuan, bahkan ada yang menunjukan tindakan kekerasan kepada seseorang. Jika hal tersebut tidak cepat atau lambat teratasi, maka kondisi seseorang tersebut akan termasuk


(20)

3 dalam fase krisis, yang mana tidak bisa mengontrol atau mengendalikan dari halusinasi tersebut.

Didalam rencana tindakan keperawatan Halusinasi, terdapat TUK 1 - 5 TUK yang bertujuan untuk melaksanakan seterategi pelaksanaan, TUK 1 menjelaskan tentang Bina hubungan saling percaya, TUK 2 klien dapat mengenal halusinasi, TUK 3 klien dapat mengendalikan halusinasi, TUK 4 klien mendapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasi, TUK 5 klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasi. Didasarkan dari rencana keperawatan TUK 5 dijelaskan bahwa klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasi, apabila dalam penggunaan obat klien tidak teratur maka jelas TUK 5 tidak bisa dibilang berhasil dan halusinasi bisa kembali datang.

Penulis menyimpulkan bahwa halusinasi dengar merupakan gangguan yang terjadi karena adanya stimulus berupa suara-suara yang hanya didengarkan oleh penderita dan mampu menunjukkan darimana suara-suara tersebut berasal.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan umum

Untuk menganalisa intervensi TUK 5 pemanfaatan obat sebagai upaya mencegah halusinasi dengar berulang.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1Mengumpulkan data umum klien, meliputi kegiatan identifikasi dan menganalisa data klien dengan gangguan proses pikir. 1.2.2.2Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang muncul

berdasarkan masalah-masalah kesehatan yang ada, aktual atau potensial pada klien.

1.2.2.3Merencanakan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul pada klien.

1.2.2.4Melaksanakan implementasi keperawatan menggunakan TUK 5 manfaatkan obat untuk mencegaah halusinasi dengar berulang. 1.2.2.5Melakukan evaluasi menggunakan TUK 5 memanfaatkan obat,

telah diberikan pada klien dengan halusinasi pendengaran berdasarkan tujuan dan implementasi yang telah diterapkan.


(21)

4 1.3 Manfaat peneliti

1.3.1 Bagi Ilmu Keperawatan

Manfaat penelitian ini bagi ilmu keperawatan adalah menambah daftar teknik untuk pencegahan halusinasi. Serta dapat meningkatkan model keperawatan yang kolaboratif, baik dalam masa perawatan, dan proses penyembuhan dalam pemanfaatan obat oleh pasien. Untuk menjamin pemulihan pasien, dan meningkatkan kesetabilan kerja perawat.

1.3.2 Bagi Peneliti selanjutnya

Manfaat dari penelitian ini adalah dimana penulis mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada Halusinasi dengar pasien skizofrenia menggunakan terapi TUK 5 memanfaatkan obat dengan baik dan benar.

1.3.3 Bagi pengembangan Institusi pelayanan kesehatan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai bahan acuan serta saran bagi pengembangan kesehatan dan pentingnya pelayanan kesehatan mengawasi tentang prilaku pasien khusunya jiwa dalam pemanfaatan obat dengan baik demi tercapainya tujuan bersama yaitu kesembuhan bagi pasien.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian adalah adakah pengaruh pelaksanaan intervensi TUK 5 memanfaatkan obat dengan baik terhadap pencegahan halusinasi dengar berulang di ruang XXIII Psikiatri RS dr. Saiful anwar malang.


(1)

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Asuhan Keperawatan


(2)

xxv

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan seterategi pelaksanaan (LP dan SP).Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aiz Alimul,. 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik (Edisi 3). Jakarta : EGC.

Kusumawati, Farida dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Anna Budi, dkk, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Laskarumamit 2011. Proses keperawatan jiwa

(html

: Proses Keperawatan Jiwa). Diakses pada tanggal 23-03-2011 pukul 13.00

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi 3). Bandung : Refika Aditama


(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai, Pada klien dengan skizofrenia didapatkan gejala yang khas antara lain gangguan persepsi sensorik atau halusinasi (Maramis, 2001). Pada gangguan persepsi didapatkan juga halusinasi yang mempengaruhi pola pikir individu tersebut. Halusinasi merupakan penerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem pengindaraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik (Surdeen dan Struat, 2008).

Kesehatan adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, termasuk sehat rohani dan jasmani. Kesehatan jiwa juga bisa menggagu pikiran seseorang, karena individu tersebut tidak mampu menerima kenyataan dalam hidupnya. Dikarenakan berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor keluarga, lingkungan, bahkan teman ataupun kekasih hatinya. Pola pikir seseorang berbeda-beda, kebanyakan dari mereka yang mengalami gangguan jiwa disebakan oleh faktor lingkungan dan keluarga. Maka jelas kesehatan jiwa adalah dimana mekanisme koping seseorang tidak mampu menerima realita kehidupan dan bisa menjadi suatu masalah yang besar bagi individu tersebut.

Menurut data Prof.Dr Azrul Azwar, Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah gangguan kesehatan jiwa yang menunjukkan dampak lebih besar dari TBC (7,2%), kanker (5,8%, jantung (4,4%, dan malaria (2,6%). (www.kbi.gemari.or.id : 11 Oktober 2001, diambil tanggal 21 November 2008). Kebanyakan mereka dengan keluarga yang kehidupannya menengah kebawah, selain itu 10% turunan pertama. Data WHO menunjukan bahwa rata-rata 5-10% dari populasi masyarakat di suatu wilayah menderita halusinasi dan memerlukan pengobatan psikiatrik dan intervensi psikososial. dan lebih


(4)

sering terjadi di negara- negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Dari data statistik menunjukkan 90% kejadian halusinasi didapatkan di Negara berkembang dan angka kejadiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada negara- negara maju, Dan kasus halusinasi di Indonesia (Rina) menyebutkan bahwa di perkirakan 26 juta penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa ringan dan berat. Jumlah ini meningkat dari tahun ketahun. Dan masalah ekonomi dan terapi menjadi penyebab utama terjadinya gangguan kejiwaan. Bahkan diperkirakan satu dari empat penduduk di Indonesia mengidap gangguan jiwa. .Secara nasional di Jawa Timur, terjadi peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa sekitar 2%-3% selama tiga tahun terakhir. Tahun ini sebanyak 650 penderita, yang meningkat 20 penderita dari tahun sebelumnya.

Perubahan persepsi sensori ( Halusinasi ) adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori,seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidupan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori ( halusinasi ) bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem pengindraan ( pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan ). (Fitria, 2009)

Gangguan-gangguan tersebut menunjukkan seperti klien berbicara sendiri, mata melihat kekanan-kekiri, jalan mondar-mandir, sering tersenyum sendiri dan sering mendengar suara-suara. Sedangkan halusinasi adalah merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan. dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra yaitu persepsi palsu. (Maramis, 2005).

Halusinasi dengar adalah dimana seseorang yang mendengar sesuatu panggilan, suruhan, ancaman, tangisan. Ketika seseorang mengalami ganguan tersebut berbagai macam tingkah laku dan pola aktivitas yang ditunjukan oleh seseorang tersebut. Dari hal-hal yang menangis sendiri, berbicara sendiri, tertawa sendiri, berjalan sendiri tanpa tujuan, bahkan ada yang menunjukan tindakan kekerasan kepada seseorang. Jika hal tersebut tidak cepat atau lambat teratasi, maka kondisi seseorang tersebut akan termasuk


(5)

3 dalam fase krisis, yang mana tidak bisa mengontrol atau mengendalikan dari halusinasi tersebut.

Didalam rencana tindakan keperawatan Halusinasi, terdapat TUK 1 - 5 TUK yang bertujuan untuk melaksanakan seterategi pelaksanaan, TUK 1 menjelaskan tentang Bina hubungan saling percaya, TUK 2 klien dapat mengenal halusinasi, TUK 3 klien dapat mengendalikan halusinasi, TUK 4 klien mendapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasi, TUK 5 klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasi. Didasarkan dari rencana keperawatan TUK 5 dijelaskan bahwa klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasi, apabila dalam penggunaan obat klien tidak teratur maka jelas TUK 5 tidak bisa dibilang berhasil dan halusinasi bisa kembali datang.

Penulis menyimpulkan bahwa halusinasi dengar merupakan gangguan yang terjadi karena adanya stimulus berupa suara-suara yang hanya didengarkan oleh penderita dan mampu menunjukkan darimana suara-suara tersebut berasal.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan umum

Untuk menganalisa intervensi TUK 5 pemanfaatan obat sebagai upaya mencegah halusinasi dengar berulang.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1Mengumpulkan data umum klien, meliputi kegiatan identifikasi dan menganalisa data klien dengan gangguan proses pikir. 1.2.2.2Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang muncul

berdasarkan masalah-masalah kesehatan yang ada, aktual atau potensial pada klien.

1.2.2.3Merencanakan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul pada klien.

1.2.2.4Melaksanakan implementasi keperawatan menggunakan TUK 5 manfaatkan obat untuk mencegaah halusinasi dengar berulang. 1.2.2.5Melakukan evaluasi menggunakan TUK 5 memanfaatkan obat,

telah diberikan pada klien dengan halusinasi pendengaran berdasarkan tujuan dan implementasi yang telah diterapkan.


(6)

1.3 Manfaat peneliti

1.3.1 Bagi Ilmu Keperawatan

Manfaat penelitian ini bagi ilmu keperawatan adalah menambah daftar teknik untuk pencegahan halusinasi. Serta dapat meningkatkan model keperawatan yang kolaboratif, baik dalam masa perawatan, dan proses penyembuhan dalam pemanfaatan obat oleh pasien. Untuk menjamin pemulihan pasien, dan meningkatkan kesetabilan kerja perawat.

1.3.2 Bagi Peneliti selanjutnya

Manfaat dari penelitian ini adalah dimana penulis mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada Halusinasi dengar pasien skizofrenia menggunakan terapi TUK 5 memanfaatkan obat dengan baik dan benar.

1.3.3 Bagi pengembangan Institusi pelayanan kesehatan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai bahan acuan serta saran bagi pengembangan kesehatan dan pentingnya pelayanan kesehatan mengawasi tentang prilaku pasien khusunya jiwa dalam pemanfaatan obat dengan baik demi tercapainya tujuan bersama yaitu kesembuhan bagi pasien.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian adalah adakah pengaruh pelaksanaan intervensi TUK 5 memanfaatkan obat dengan baik terhadap pencegahan halusinasi dengar berulang di ruang XXIII Psikiatri RS dr. Saiful anwar malang.