Karakteristik Anak Jalanan secara umum

Dearah sebagai penjabaran dari UU Nomor 12 Tahun 2011. Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. Dan Peraturan Daerah Kabupaten Kota adalah Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kota dengan Persetujuan bersama Bupati Walikota.

2.5 Karakteristik Anak Jalanan secara umum

Anak terlantar identik dengan adanya keberadaan anak jalanan yang mana mereka biasa hidup di Jalan. Anak jalanan sendiri di Indonesia dari tahun ke tahun saat ini jumlahnya kian bertambah. Mereka membiasakan hidup di jalan dengan cara berpindah-pindah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang mana sebagian besar dari mereka atau anak jalanan memilih di kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Salah satu faktor dari mereka atau anak jalanan hidup di jalan yaitu faktor urbanisasi berlebihan di kota besar dan ekonomi seperti yang telah penulis kemukakan di dalam latar belakang masalah di atas. Hampir nyaris di setiap kota besar di setiap perempatan atau lampu merah anak jalanan tersebut melakukan aktfitas sehari-seharinya. Kota-kota besar seperti Jakarta, jumlah anak jalanan sebelum masa kritis diperkirakan ada sekitar 3.000 orang. Namun, setelah adanya krisis ekonomi jumlah anak jalanan bertambah 5 kali lipat. Tahun 2004, jumlah anak jalanan di Kota Surabaya juga terus bertambah yang dalam hal ini bila diamati di tempat mangkalnya. Biasanya tempat mangkal anak jalanan di Surabaya seperti jalan raya yang mana dulunya sepi dari keramaian orang banyak anak yang hidupnya terlantar di sana. Mereka akan melakukan kebutuhan sehari-hari untuk hidupnya di jalan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, anak jalanan juga sering ditemui di tempat-tempat ramai misalnya terminal, stasiun, pasar dan lain-lain Magdalena Sitorus, 2007: 5. Kondisi anak jalanan secara umum dapat digambarkan dengan istilah-istilah seperti marginal, rentan, dan ekploitasi. Dapat dikatakan sebagai marginal karena mereka dapat melakukan pekerjaannya sesuka hatinya sendiri dan biasanya tidak jelas kariernya. Dapat dikatakan rentan karena bila dilihat dari segi kesehatan dan ataupun dari segi sosial sangatlah rentan. Dan yang terakhir, dapat pula dikatakan ekploitatif di karenakan anak jalanan sulit menolak ajakan dari para oknum atau preman untuk melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya yang mana para oknum dan preman tersebut hanya memanfaatkan untuk berbuat jahat. Berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok yang menurut Surbakti dkk dalam bukunya Bagong Suyanto yaitu: a. Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi – sebagai pekerja anak—di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. b. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. c. Children from families of the street, yakni anak-nak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang- ambing dari suatu tempat ke tempat lain. Bagong Suyanto, 2010: 186.

2.6 Kerangka Berfikir