Pelaksanaan upaya reintegrasi ini dilaksanakan harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah tempat dimana anak jalanan tersebut berasal yang harus
didasari hasil penelusuran asal usul dan kondisi keluarga atau bahkan keluarga pengganti. Selama masa perlindungan atau pengampuan yang dilakukan oleh
Dinas Sosial atau ormas lain yang telah melakukan suatu perlindungan terhadap anak yang hidup di jalan tersebut maka larangan bagi orang dekatnya atau
pengasuhnya dilarang untuk melakukan suatu kegiatan seperti meminta-minta dijalanan sehingga mengakibatkan anak tereksploitasi. Dalam hal ini, apabila ada
orang yang melanggar larangan tersebut, maka ia bisa dikenakan suatu pidana. Dengan pidana paling lama 10 tahun dan paling banyak Rp 200.000.000,- rupiah
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 88 UU No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Dapat juga dipidana untuk seorang anak yang hidup dijalan
terkait Hamnya. Bila ada seseorang yang menghalangi untuk mendapatkan hak seperti hak identitas, hak atas pengasuhan, hak kesehatan dan lain-lain maka,
orang tersebut juga akan dikenakan suatu pidana kurungan selama 6 bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- rupiah.
2.4 Model Implementasi Perda Provinsi
Penulis dalam pembahasan kali ini akan membahas mengenai pengertian dari model itu sendiri dengan teori-teori yang dapat berpengaruh terhadapnya.
Berikut adalah pembahasannya:
2.4.1 Pengertian Model
Model adalah suatu alat yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang dapat memahami secara sistematis dan selengkap-lengkapnya tentang suatu
obyek. Dimana obyek tersebut terdiri dari komponen-komponen apa saja obyek tersebut, bagaimana korelasi-korelasi antara komponen-komponen itu satu dengan
yang lain. Model, sesungguhnya mempunyai banyak arti, di mana model dapat diartikan imitasi atau tiruan dari suatu obyek, atau dapat pula dikatakan sebagai
benda atau orang yang mempunyai kesempurnaan untuk ditiru S. Pamudji, 1983 : 47.
Selain itu, model dalam ilmu pengetahuan juga dapat diartikan suatu tiruan yang dapat menggambarkan keadaan yang kompleks dengan penyederhanaan
untuk mempermudahkan pemahaman keadaan atau obyek tersebut. Selain itu Model juga mempunyai macam-macam yang pada dasarnya dapat dibedakan ke
dalam dua golongan yaitu bersifat deskriptif dan bersifat analogis S. Pamudji, 1983 : 48.
Golongan tersebut, yang pertama besifat deskriptif dimana model tersebut hanya sekedar menggambarkan apa adanya dari suatu obyek dan golongan yang
kedua bersifat menjelaskan. Macam model yang selanjutnya adalah apabila diperlukan untuk keperluan analisa-analisa matematis, yang mana macam model
tersebut dikelompokkan ke dalam tiga model. Model yang pertama disebut model iconis. Dimana model tersebut melukiskan dengan gambaran tertentu dari pada
suatu obyek S. Pamudji, 1983 : 50. Model yang kedua yaitu analogis, model tersebut di gunakan untuk
melukiskan beberapa perangkat sifat-sifat yang lainnya, yang mana sifat tersebut di miliki oleh suatu obyek. Model yang ketiga yaitu model simbolis, model ini
merupakan suatu model yang menggunakan symbol-simbol untuk menggunakan persamaan matematis yang menunjukkan sifat obyeknya S. Pamudji, 1983 : 51.
2.4.2 Pengertian Implementasi
Implementasi dari suatu progam akan melibatkan policy makers untuk mempengaruhi pelaku birokrat pelaksana agar bersedia untuk memberikan
pelayanan dan juga dapat mengatur perilaku kelompok sasaran. Pada dasarnya, dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh badan-
badan pemerintah yang mana badan pemerintah tersebut dapat membawa dampak yang baik bagi warganya. Implementasi, dalam hal ini juga dapat melibatkan satu
badan yang berfungsi sebagai implementator. Implementasi pada dasarnya juga mempunyai kerumitan yang mana dapat ditujukan dengan banyaknya unit
organisasi yang terlibat di dalamnya. Selain itu juga ditujukan dengan adanya proses dari implementasi itu sendiri yang mana dipengaruhi oleh berbagai macam
variabel organisasi. Dari masing-masing variabel tersebut, dapat berinteraksi dengan satu sama lainnya Subarsono, 2011:87.
Menurut Hill dan Hupe dalam jurnalnya Narendra Raj Paudel dalam jurnal Nepal Kebijakan Publik dan Pemerintahan Vol. xxv, No. 2 memberikan
penjelasan mengenai konsep pelaksanaan dari implementasi. Pada dasarnya implementasi disuatu kelembagaan baik dalam hal pengaturannya dan
pelaksanaannya sangatlah dibutuhkan. Hal tersebut dapat menjadikan suatu perubahan yang baik apabila diterapkan. Dan Pressman dan Wildavsky yang juga
dalam jurnalnya Narendra menyebutkan bahwa terkait konsep pelaksanaan implementasi apabila dikaitkan dengan kebijaksaan yang ditetapkan dalam
dokumen resmi. Kebijakan tersebut dipandangnya sebagai proses interaksi antara menetapkan tujuan dan tindakan yang diarahkan.
2.4.3 Teori Penegakan Implementasi atau Hukum dari Joseph Goldstein