PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP STERILITAS SEDIAAN TETES MATA FENILEFRIN HIDROKLORIDA DENGAN PENGAWET BENZALKONIUM KLORIDA 0,002% b/v

SKRIPSI
ANNISA MAHDANIA
PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP
STERILITAS SEDIAAN TETES MATA FENILEFRIN
HIDROKLORIDA DENGAN PENGAWET BENZALKONIUM
KLORIDA 0,002% b/v

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN MALANG
UNIVERITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
kepada seluruh hambaNya. Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik –
baiknya, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW, semoga kesejahteraan terlimpah kepada para keluarga, para shabat dan orang –
orang yang beriman.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin dengan selesainya skripsi yang berjudul
PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP STERILITAS
SEDIAAN TETES MATA


FENILEFRIN

HIDROKLORIDA

DENGAN

PENGAWET BENZALKONIUM KLORIDA 0,002% b/v ini ijinkan saya
mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Drs.Sugiyartono, Ms., Apt selaku dosen pembimbing I dan kepada Ibu
Arina Swastika Maulita., S.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing II atas waktu
serta bimbingan dan tak henti – hentinya atas arahan yang telah diberikan
sehingga skripsi ini menjadi sempurna.
2. Bapak Drs. H. Achmad Inoni,. Apt. selaku penguji I dan Ibu Uswatun
Chasanah, Dra., Apt selaku penguji II yang telah memberikan saran dan
masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom selaku Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Ibu Nailis Syifa, S.Farm., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Ibu Siti Rofida.,S.Farm.,Apt selaku dosen wali saya.
6. Para dosen Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah memberikan pengetahuan yang semoga bermanfaat bagi saya dan orang
lain.
7. Para laboran yang telah membantu di Lab. Steril mas Dani, mbak Evi, mbak
Susi, mbak Bunga, mas Ferdi, Bu Yuli dan para staf T.U farmasi, Pak Joko

iv

serta para laboran mikrobiologi dan seluruh staf Prodi Farmasi terimakasih
atas bantuan dan dukunganya.
8. Kedua orang tua saya yang saya cintai yang tidak henti – hentinya memberi
dukungan, nasehat, do’a serta kesabaranya yang luar biasa kepada saya,
terimakasih ibu dan abah, annisa sayang kalian.
9. Kakak-kakak saya tercinta Mas Dony dan Mas andre makasih atas dukungan
dan support dari kalian.
10. Semua keluarga besar H.Rusdi, Rizka.M, om, tante, terima kasih untuk semua
dukungan kalian.
11. Para teman seperjuangan skripsi steril : Dian Artha, Shella Alifa dan Zahra.
Sahabat – sahabat Keluarga besar Angkatan 2010 Farmasi Univesitas

Muhammadiyah Malang terimakasih atas persahabatan yang telah terjalin
selama ini, semoga akan terus selalu terjaga persahabatan kita ini.
12. Sahabat – sahabat tersayang Shella , Jibeng, Jack, Rino, Angga, Linda, Nova,
Reni, Zemut, Ghani, Vuzy, Yon.
13. Serta semua pihak dan elemen baik yang terlihat maupun tidak terlihat yang
telah membantu hingga terselesainya skripsi ini dengan sempurna.
Akhirnya semoga semua mendapatkan limpahan rahmat Allah SWT atas
segala bantuan yang telah diberikan hingga skripsi ini menjadi terselesaikan, semoga
kelak menjadi bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, terutama di bidang ilmu
kefarmasian.

Malang,

Annisa Mahdania
201010410311123

v

ABSTRAK
PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP STERILITAS

SEDIAAN TETES MATA FENILEFRIN HIDROKLORIDA DENGAN
PENGAWET BENZALKONIUM KLORIDA 0,002% b/v
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan
untuk mata, dengan cara menenteskan obat pada selaput lendir mata disekitar
kelopak mata dan bola mata. Tetes mata berupa larutan harus jernih, bebas zat
asing, serat dan benang.
Pada penelitian ini menggunakan sediaan tetes mata Fenilefrin
Hidroklorida dengan pengaruh frekuensi pengambilan secara aseptik dalam
Laminar Air Flow Cabinet yang dilakukan dengan metode inokulasi langsung
sebanyak 2 ml untuk kemudian diinkubasi selama 7-14 hari dan dilihat hasilnya.
Penelitian ini menggunakan sampel uji sebanyak 21 botol dengan volume 15 ml,
setiap botol mendapatkan perlakuan yang sama yaitu diambil 0,5 ml sampel
sebagai contoh perlakuan di masyarakat selama 7 hari berturut-turut dan
direplikasi sebanyak 3 kali. Setelah di lakukan perlakuan kemudian dilakukan uji
sterilitas sediaan tersebut. Uji pertama kali adalah kontrol lingkungan LAFC
sebagai kontrol lingkungan dan kemudian dilakukan uji sterilitas dan fertilitas
media, setelah itu dilakukan uji in-aktivasi pengawet dengan perbandingan 1:1
untuk Thioglikolat dan 1:1 untuk Caseymino dan terakhir adalah uji sterilitas
sampel sediaan untuk dibandingkan dengan kontrol pembanding.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan sediaan

Fenilefrin Hidroklorida dengan menggunakan pengawet Benzalkonium Klorida
0,002 % dengan pengaruh frekuensi pengambilan selama tujuh hari berturut –
turut dalam satu minggu, penyimpanan 30 hari tidak mempengaruhi sterilitas
sediaan.
Kata kunci : Sediaan tetes mata, Fenilefrin Hidroklorida, Pengawet, Frekuensi
penggunaan.

viii

ABSTRACT
THE EFFECT OF FREQUENCY RETRIEVAL AGAINTS
STERILITY PREPARATION EYE DROPS PHENYLEPHRINE
HYDROCHLORIDE WITH PRESERVATIVES
BENZALKONIUM CHLORIDE 0,002 % w/v
Ophthalmic are sterile dosage form of a solution or suspension, is used for
the eyes, the way the drug dropped into the mucous membranes of the eye around
the eyelid and eyeball. In the form of eye drops solution should be clear, free of
foreign substances, fibers and yarns.
This research using Phenylephrine hydrochloride ophthalmic preparations
to influence the frequency of aseptically in Laminar Air Flow Cabinet made by

direct inoculation method 2 ml and then incubated for 7-14 days and see the
results. This study used a test sample of 21 bottles with a volume of 15 ml, each
bottle to get the same treatment that is taken 0.5 ml of the sample as an example in
the community treatment for 7 days in a row and replicated 3 times. After doing
the treatment and then do the sterility test preparation. Test first is environmental
control LAFC as environmental control and then test the sterility and fertility
media, after the test is done in-activation of preservatives in the ratio 1: 1 to
Thioglikolat and 1: 1 for Caseymino and final sterility test sample preparation is
to be compared with control comparison.
From the research that has been done
using Phenylephrine Hydrochloride preparation using a preservative
Benzalkonium Chloride 0.002% with the effect of making the frequency for seven
consecutive days - participated in one week, 30 days storage does not affect the
sterility of the preparations.
Keywords: Ophthalmic preparations, Phenylephrine Hydrochloride, Preservatives,
Frequency of use.

DAFTAR ISI
Halaman


HALAMAN JUDUL .. …….. ..........................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN.. ..........................................................................

ii

LEMBAR PENGUJIAN…... ..........................................................................

iii

KATA PENGANTAR ……. ..........................................................................

iv

RINGKASAN.................................... ..............................................................

vi


ABSTRAK….……………….. ........................................................................

viii

DAFTAR ISI……………….. ..........................................................................

ix

DAFTAR TABEL……………… ....................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ………. .........................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN…………………. .......................................................

xiv


BAB I PENDAHULUAN… .........................................................................

1

1.1 Latar belakang….. ..........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................

3

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................

3

1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................

3


BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

4

2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Tetes Mata ...........................................

4

2.1.1 Definisi Sediaan Tetes Mata ...............................................

4

2.1.2 Wadah Sediaan Tetes Mata ................................................

5

2.1.3 Persyaratan Tentang Sediaan Tetes Mata ...........................

6


2.2 Tinjauan Tentang Efektifitas Pengawet .........................................

9

2.2.1 Definisi Pengawet ...............................................................

9

2.2.2 Mekanisme Kerja Pengawet ...............................................

9

2.2.3 Tipe Pengawet.....................................................................

10

2.2.4 Benzalkonium Klorida……………………………………

10

2.3 Tinjauan Sediaan Fenilefrin Hidroklorida. ...................................

11

2.3.1 Indikasi dan Kegunaan .......................................................

11

2.3.2 Struktur Molekul ................................................................

12

2.3.3 Farmakokinetika obat ........................................................

12

ix

2.3.4 Kontra indikasi ..................................................................

12

2.3.5 Efek Samping dan Peringatan ............................................

12

2.4 Tinjauan Tentang Mikrobiologi .....................................................

12

2.4.1 Jenis Mikroorganisme Yang Umum Terdapat Sebagai
Kontaminan Obat .....................................................................

12

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Mikroorganisme ........................................................................

14

2.4.3 Sumber-Sumber Kontaminasi……………………………...

15

2.5 Tinjauan Tentang Sterilisasi ..........................................................

17

2.5.1 Sterilisasi Panas Kering ....................................................

18

2.5.2 Sterilisasi Uap (lembab panas) ..........................................

18

2.5.3 Sterilisasi dengan penyaringan ..........................................

19

2.5.4 Kinetika Pembinasaan Mikroorganisme…………………

19

2.6 Teknik Aseptik

..........................................................................

20

2.6.1 Personil

..........................................................................

20

2.6.2 Ruang Aseptik ..................................................................

21

2.6.3 Kategori Kelas Ruangan ......................................................

21

2.7 Tinjauan Pengujian Sterilitas ........................................................

22

2.7.1 Metode Uji Sterilitas ........................................................

22

2.7.2 Media

……………………………….. ...........................

23

2.7.3 Proses Uji Inokulasi Langsung………......... ......................

25

2.7.4 Kontrol Uji Sterilitas

.........................................

26

2.7.5 Penafsiran Hasil Uji Sterilitas

.........................................

27

2.7.6 Prosedur Umum…………………………………………...

28

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................

30

3.1 Uraian Kerangka Konseptual .........................................................

30

3.2 Uraian Sediaan Tetes Mata ............................................................

30

3.3 Kerangka Konseptual ……………………………………………

32

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................

33

4.1 Desain Peneltian ..........................................................................

33

4.2 Alat dan bahan ….. .........................................................................

33

4.2.1 Alat ....................................................................................

33

x

4.2.2 Bahan..................................................................................

34

4.3 Prosedur Penelitian.........................................................................

34

4.3.1 Sterilisasi Alat ...................................................................

34

4.3.2 Penyiapan Sediaan dan Sterilisasi Sediaan………………

34

4.3.3 Penyiapan “Laminar Air Flow Cabinet” Dan
Memasukkan Semua Bahan Dan Alat ............................

35

4.3.4 Kontrol Lingkungan Laminar Air
Flow Cabinet (LAFC) .....................................................

36

4.3.5 Penyiapan Media ...............................................................

37

4.3.6 Pemeriksaan Pendahuluan ................................................

38

4.3.7 Uji Inaktivasi Pengawet …………………………………

38

4.3.8 Perlakuan ………………………………………………..

39

4.3.9 Uji Sterilitas Sediaan Tetes Mata
Fenilefrin Hidroklorida ......................................................

40

4.3.10 Skema Kerangka Operasional ...........................................

42

BAB V HASIL PENELITIAN ………………………………………………

43

5.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)
Sebelum dan Saat Uji Inaktivasi ………………………………...

44

5.2 Hasil Uji Efektifitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)
Sebelum dan Saat Uji Sterilitas Sediaan ………………………..

45

5.3 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) …………………….

45

5.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ……………………

46

5.5 Hasil Pemeriksaan Pendahuluan (Pemeriksaan Fisik Sediaan) ...

47

5.6 Uji Inaktivasi Pengawet Benzalkonium Klorida 0,002% ………

48

5.7 Hasil Pemeriksaan Uji Sterilitas Sampel Setelah Perlakuan .......

51

BAB VI PEMBAHASAN ……………………………………………….....

55

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….....

61

7.1 Kesimpulan ……………………………………………….........

61

7.2 Saran ……………………………………………………………

61

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

62

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup….. ..........................................................................

64

2. Surat Pernyataan………….........................................................................

65

3. Sertifikasi sediaan……… ..........................................................................

66

4. Sertifikasi pengawet…….. .........................................................................

67

5

Sertifikasi Bakteri …………… ..................................................................

68

6. Sertifikasi Jamur…………….....................................................................

69

7. Perhitungan Bahan Sediaan Tetes Mata Fenilefrin Hidroklorida dengan
Pengawet Benzalkonium Klorida………………………………………..

70

8. Foto Hasil Kontrol Lingkungan Laminar Air Flow Cabinet Sebelum dan
sesudah Uji Sterilitas………. .....................................................................

71

9. Foto Hasil Uji Sterilitas dan Ferilitas Media .............................................

75

10. Foto Hasil Uji sterilitas Sampel Media Casamino .....................................

76

11. Foto Hasil Uji sterilitas Sampel Media Thioglikolat .................................

78

12. Foto Alat – Alat yang Digunakan untuk Penelitian ...................................

80

13. Foto Bahan-Bahan yang Digunakan……………………………………..

82

xiv

62

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri farmasi Industri 4, Bandung :
Institut Teknologi Bandung.
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi. Edisi keempat, Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan POM.
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New york : CRC
Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Formularium Nasional. Edisi
kedua, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
III. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2011. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume
45, Jakarta.
Lachman, H.A., Leon L., 1993. Pharmaceutical Dosage Forms. 2nd Edition.
New York : Marcell Dekker, INC.
Lukas, S., 2006, Formulasi Steril. Yogyakarta : penerbit C.V ANDI OFFSET.
Sylvia T. Pratiwi., 2008. Mikrobiologi Farmasi, yogyakarta : penerbit erlangga
Remington, J.P., 1995. The Science and Pharmacy. Easton, penssylvania
: Mack Publishing Company.
Raymond, C.R. et al., 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. fifth
edition, London, UK : Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Sweetman, s.c. et al, 2009. Martindale’s Drugs Restricted in Sport Pocket
Companion. Pharmaceutical Press
Cooper and Gunn’s. 1972. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth
Edition. Ptman Medical.

63

Sweetman, s.c. et al, 2006. Martindale’s The Complete Drug Reference. fifty
sixth edition, Pharmaceutical Press.
Tim

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing.

2003.

Voight, R., 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Obat mata (optalmika) adalah tetes mata (oculoguttae), salep mata
(oculenta), pencuci mata (colyria), dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus
(lamela dan penyemprotan mata) serta inserte sebagai bentuk depo yang
ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Mata merupakan organ
manusia yang paling peka, oleh karena itu sediaan obat tetes mata mensyaratkan
kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis
(bebas rasa nyeri dan tidak merangsang) dan steril. Obat tetes mata adalah obat
tetes steril, umumnya isotonis dan isohidris. Disarankan dengan cara meneteskan
ke dalam lekuk mata atau ke permukaan selaput bening mata (Lukas 2006). Salah
satu sediaan tetes mata yang beredar dipasaran yaitu fenilefrin hidroklorida.
Sediaan ini masih sering dipakai oleh masyarakat di Indonesia untuk meredakan
mata merah karena iritasi ringan, alergi dan peradangan mata. Sediaan fenilefrin
hidroklorida merupakan sediaan antiinflamasi yang dipasarkan dalam bentuk
botol ada yang 5ml dan 15 ml tetes mata (Ikatan Apoteker Indonesia, 2011).
Sterilitas merupakan persyaratan paling penting pada penggunaan tetes
mata. Pencemaran oleh mikroorganisme tersebut dapat berasal dari bahan obat
dan bahan pembantu, atau akibat prosedur kerja yang tidak aseptik dan kesalahan
pada cara sterilisasi akhir, serta akibat terkontaminasi selama pemakaiannya.
Kelompok bakteri yang sangat dikhawatirkan adalah yang berasal dari kelompok
Pseudomonus aeruginosa, yang memiliki enzim perusak kolagen kornea,
Escherichia coli, Pyocyaneus dan wakil kelompok Subtilis. Jamur rendah ukuran
Aspergillus fumigatus juga dapat menyebabkan infeksi pada mata, begitu juga
virus (Adeno virus) menyebabkan kondisi nyeri pada mata (Ansel, 2005). Bahan,
sediaan dan barang hanya boleh dikatakan steril jika semuanya terbebas dari
bentuk makhluk hidup mikroorganisme, yang dapat melalui persyaratan pada
pengujian terhadap sterilitas (Voigt, 1995). Kontaminasi mikroba pada bahan awal
hendaklah dihindarkan dan bioburden-nya hendaklah dipantau sebelum proses

1

2

sterilisasi. Bioburden produk hendaklah ditentukan paling sedikit sebelum proses
sterilisasi akhir. Penetapan kriteria keberterimaan untuk bioburden hendaklah
berdasarkan tahap sterilisasi; tingkat pemastian sterilisasi (Sterility Assurance
Level/ SAL) 10^6 harus dicapai.
Kinetika Pembinasaan Mikroorganisme (Agoes, 2013)
Log nt / n0 = -t / D
Keterangan:
nt = jumlah populasi mikroba yang bertahan hidup
n0 = jumlah awal populasi mikroba
t = waktu yang diperlukan untuk membinasakan 90% dari populasi awal
D = waktu yang diperlukan untuk menurunkan populasi mikroba hingga 90%
Sehingga, semakin tinggi jumlah populasi mikroba di awal maka waktu yang
diperlukan untuk menurunkan populasi mikroba akan lebih lama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan
hidup mikroba yaitu seperti temperatur, pH, tekanan osmosis, oksigen, radiasi dan
nutrisi. Tetes mata disimpan dalam wadah bertutup kedap kuman, terlindungi dari
cahaya dan jika perlu disimpan di tempat yang dingin. Sediaan ini disimpan dalam
wadah yang juga menjamin perlindungan terhadap cahaya dan disertai petunjuk
agar “disimpan di tempat dingin”. Untuk menjamin kemurnian mikrobiologis
yang diperluakan, tetes mata harus dikemas dalam wadah bertakaran ganda
dengan petunjuk agar sediaan tersebut tidak digunakan lagi 30 hari setelah
tutupnya dibuka (Voigt, 1995). Sediaan mata dosis ganda mempunyai peluang
terkontaminasi. Frekuensi pengambilan yang dilakukan secara berturut-turut
memungkinkan sediaan terkontaminasi sehingga perlu ditambahkan zat pengawet.
Semua larutan untuk mata harus dibuat steril dan bila mungkin ditambahkan
bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian (Ansel,
2005). Pengawet merupakan agen antimikroba yang ditambahkan kedalam
formulasi sediaan untuk mengontrol pertumbuhan dan kelangsungan hidup
mikroba (Lukas, 2006). Salah satu zat pengawet antimikroba yang dipakai adalah
Benzalkonium klorida, selain sebagai antimikroba, pengawet ini juga berfungsi
sebagai antiseptik, disinfektan dan zat pembasah. Walaupun sediaan tetes mata
dosis ganda sudah mengandung pengawet, tetapi sterilitas tetes mata perlu

3

dijamin. Hal ini dikarenakan frekuensi pengambilan yang semakin banyak akan
memperbanyak mikroorganisme dan ini mempersulit kerja pengawet dalam
melakukan tugasnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui sterilitas dan pengaruh frekuensi pengambilan dari sediaan tetes mata
dengan pengawet Benzalkonium klorida dalam konsentrasi 0,002% b/v setelah
segel kemasan terbuka sampai 30 hari.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka masalah yang dirumuskan adalah bagaimana
pengaruh frekuensi pengambilan dari sterilitas sediaan tetes mata fenilefrin
hidroklorida dengan pengawet Benzalkonium klorida 0,002 % b/v setelah segel
terbuka sampai 30 hari.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menetukan sterilitas dari sediaaan tetes mata
fenilefrin hidroklorida dengan pengawet Benzalkonium klorida 0,002% b/v
setelah segel terbuka selama 30 hari.

1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan informasi mengenai obat
tetes mata fenilefrin hidroklorida dengan pengawet Benzalkonium klorida 0,002%
b/v

dan juga dapat sebagai acuan mahasiswa lainnya dalam melanjutkan

penelitian ini.