PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN INJEKSI DOSIS GANDA DIFENHIDRAMIN TERHADAP STERILITAS SEDIAAN DENGAN PENGAWET BENZIL ALKOHOL 2%

SKRIPSI

I PUTU ADI SURYANTA

PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN INJEKSI
DOSIS GANDA DIFENHIDRAMIN TERHADAP
STERILITAS SEDIAAN DENGAN PENGAWET
BENZIL ALKOHOL 2%

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
i

Lembar Pengesahan

PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN INJEKSI
DOSIS GANDA DIFENHIDRAMIN TERHADAP
STERILITAS SEDIAAN DENGAN PENGAWET
BENZIL ALKOHOL 2%


SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2012

Oleh :
I PUTU ADI SURYANTA
NIM : 08040099
Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

M. Agus Syamsur rijal, M.Si.,Apt.

Drs. Achmad Inoni, Apt.


ii

Lembar Pengujian

PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN INJEKSI DOSIS
GANDA DIFENHIDRAMIN TERHADAP STERILITAS
SEDIAAN DENGAN PENGAWET BENZIL ALKOHOL 2%

SKRIPSI
Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Pada Tanggal 18 Juli 2012

Oleh :

I Putu Adi Suryanta
08040099

Disetujui oleh :
Penguji I


M.Agus Syamsur Rijal. M,Si.,Apt
Penguji III

Dian Ermawati, S.Farm.,Apt

Penguji II

Drs. Achmad Inoni., Apt
Penguji IV

Arina Swastika Maulita, S.Farm.,Apt

iii

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia NYA atas seluruh hambanya. Akhirnya tugas
akhir (skripsi) ini
terselesaikannya


dapat

skripsi

terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dengan
yang

berjudul

PENGAMBILAN

INJEKSI

DOSIS

HIDROKLORIDA

TERHADAP

PENGARUH

GANDA

STERILITAS

FREKUENSI

DIFENHIDRAMIN
SEDIAAN

DENGAN

PENGAWET BENZIL ALKOHOL 2% ini, perkenankanlah saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

M. Agus Syamsur Rijal, S.Si, M.Si, Apt., selaku pembimbing I dan Drs.
H. Achmad Inoni, Apt., selaku pembimbing II yang bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan serta
saran yang terbaik untuk kesempurnaan skripsi ini.


2.

Dian Ermawati, S.Farm., Apt., dan Arina Swastika Maulita, S.Farm,
Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada
saya demi kesempurnaan skripsi ini.

3.

Tri Lestari H., M.Kep., Sp.Mat, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan.

4.

Dra.Uswatun Chasanah, Apt., M.Kes., selaku Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

5.

Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS, selaku Kepala Laboratorium
Formulasi Sediaan Steril yang telah mengijinkan saya menggunakan
laboratorium untuk melakukan penelitian.


6.

Para Dosen Program Studi Farmasi yang telah mengajarkan kepada
saya pengetahuan yang berguna sehingga saya dapat menyelesaikan
pendidikan sarjana.

7.

Sovia Apria Basuki, S.Farm, Apt., selaku dosen wali saya.

8.

Kedua Orang Tua tercinta I Ketut Surata dan Ni Made Suryani dan
ketiga adikku tersayang I Kadek Yusa Artana Jaya, Ni Komang
Yuliantara, Ni Ketut Lilis Setyawati dan yang senantiasa memberikan
dukungan, nasehat serta doa yang telah diberikan kepada putra dan

iv


kakakmu

ini

selama

menjalani

perkuliahan

di

Universitas

Muhammadiyah Malang.
9.

Keluarga Besarku, Ketut Suarba, Mek Ayan, Tika, Duik, Bibik, Kakek,
Nenek yang ada di Bali. Pak Wayan Surata, Mbak Yeni, Chandra,
Indie, yang telah menjagaku selama di Malang. Terimakasih atas

dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

10. Seluruh laboran lab steril pada khususnya dan seluruh laboran farmasi
pada umumnya, terutama Mbak Nila dan Mbak Susi yang telah
memberikan banyak-banyak bantuan dan semangat.
11. Sahabat-sahabatku Angkatan 2008 Farmasi UMM terimakasih atas
persahabatan kita selama 4 tahun ini, terimakasih atas bantuan,
dukungan, kerjasama,

kebahagiaan

dan solidaritasnya. Semoga

persahabatan kita dapat terus berjalan walaupun terpisah oleh jarak dan
waktu.
12. Teman-teman seperjuangan team skripsi “Steril” Yayan, Clusive,
Fatkia, Raliby terimakasih banyak buat bantuan buat semangat, saran,
canda tawa dan kerjasamanya. Jangan pernah lupakan perjuangan kita
kawan.
13. Teman-teman dekatku, Meylida, Anugerah, Riana, Marissa, Risna,

Indana, Evridatum, Aan, Astri, Trisdian, Yoffrita.
14. Untuk orang yang paling spesial dalam hidupku Putu Ratih Meyriska
Dewi, terimakasih atas dukungan dan kesabarannya walaupun terpisah
jarak dan waktu demi kesuksesan kuliahku diluar daerah.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas
dukungan yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan
Rahmat Nya atas segala budi baik yang telah diberikan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat beguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya ilmu kefarmasian.
Malang 18 Juli 2012

I PUTU ADI SURYANTA
v

RINGKASAN
PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN INJEKSI DOSIS GANDA
DIFENHIDRAMIN TERHADAP STERILITAS SEDIAAN DENGAN
PENGAWET BENZIL ALKOHOL 2%
Injeksi dosis ganda adalah salah satu sediaan steril yang sterilitasnya sangat

penting karena cairan tersebut langsung masuk ke cairan dan jaringan dalam
tubuh. Sediaan injeksi dosis ganda biasanya diambil dan digunakan berulang kali
sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi lebih besar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sterilitas sediaan
difenhidramin multiple doses dengan pengawet benzil alkohol 2% terhadap lima
kali frekuensi pengambilan berulang. Dengan metode yang digunakan adalah
inokulasi langsung dengan mengacu pada prosedur uji sterilitas yang tercantum
pada farmakope indonesia IV. Pengujian sampel dilakukan secara aseptis di
laminar air flow cabinet (LAFC) selama lima hari dan dilakukan pengambilan
sampel sebanyak lima kali. Pengujian sampel dilakukan pada hari ke 1-5. Setiap
kali pengambilan sampel dilakukan perlakuan pengambilan sebesar 0,5 ml, yaitu
spuit injeksi diinjeksikan kedalam vial kemudian diambil 0,5 ml. Setiap kali
pengambilan sampel untuk uji diambil sebanyak 2 ml, dilakukan replikasi
sebanyak tiga kali dan sampel diinkubasi selama 14 hari pada suhu 30-35°C.
Sampel yang digunakan diletakkan pada ruang terbuka dengan sebelumnya telah
diberikan perlakuan.
Sampel yang di uji terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan pendahuluan
untuk mengetahui kondisi fisik sediaan dengan menjamin sediaan yang digunakan
sebagai sampel dalam keadaan baik. Sebelum dilakukan uji sterilisasi sampel
diencerkan dengan aqua demineralisata untuk menghilangkan daya antibakteri dan
antifungi sehingga tidak mempengaruhi hasil pada sampel. Pengenceran
dilakukan dengan perbandingan 1:1 untuk di inokulasikan dimedia thioglicolat
dan 1:3 untuk diinokulasikan dimedia kasamino perbandingan ini dilihat dari
pengenceran yang mendekati kontrol pembanding. Untuk menghindari adanya
hasil positif palsu dilakukan kontrol lingkungan laminar air flow setiap minggu
dan setiap pengujian sterilitas menggunakan nutrien broth agar dan media
diinkubasi selama 14 hari pada suhu 30-35°C ditambahkan jamur candida
albicans pada media kasamino dan kemudian diinkubasi pada suhu 20-25°C
selama 7 hari. Sedangkan untuk kontrol negatif tidak ada penambahan
mikroorganisme.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, uji sterilitas dengan pengambilan
berulang sebanyak lima kali dalam jangka waktu lima hari terhadap sediaan
injeksi difenhidramin HCl dengan pengawet Benzil alkohol 2% dosis ganda
dengan nomor batch sama yang bervolume 15 ml masing-masing vial tidak
mempengaruhi sterilitas sediaan.

vi

ABSTRACT
THE EFFECT OF FREQUENCY USE REPEATED DIPHENHYDRAMINE
MULTIPLE DOSE INJECTION ON STERILITY OF PREPARATIONS
WITH 2% PRESERVATIVE BENZYL ALCOHOL
I PUTU ADI SURYANTA
The sterility of injection supply is very important since the liquid is
directly connected to the body tissue and fluid, places that prone to infections.
Multiple dose injection dosage is normally taken and used repeatedly so that the
likelihood of contamination is greater. This research is aimed to identify the effect
of frequency use repeated diphenhydramine multiple dose injection on sterility of
preparations with 2% preservative benzyl alcohol. Samples were tested aseptically
in laminar air flow cabinet for 5 days: samples were taken 5 times. Samples were
tested in 1st, 2rd, 3nd, 4th, 5th. Samples were inoculated directly into 15ml of
media and were incubated for 14 days in 30°-50°C temperature. Each drawing
was taking 2ml and replications were conducted three times. To define the
physical condition of the supply, a preliminary test was undergone. To omit
bacteriostatic and fungiostatic effects, the supply was dissolved with with sterile
demineralization aqua with ratio 1:1 for media casamino and 1:3 for media
thioglicolat. Laminar air flow's environment was controlled in order to avoid any
false positive result, and comparing control was made to compare the sterility test.
The result suggest that drawing repeatedly from difenhidramine multiple-dose
injection supply until 5 times in 5 days period from the different vials of the same
batch does not affect the supply's sterility.

vii

ABSTRAK
PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN INJEKSI DOSIS GANDA
DIFENHIDRAMIN TERHADAP STERILITAS SEDIAAN DENGAN
PENGAWET BENZIL ALKOHOL 2%
I PUTU ADI SURYANTA
Sterilitas sediaan injeksi sangat penting karena cairan tersebut langsung
terhubung ke cairan tubuh dan jaringan, tempat yang rentan terhadap infeksi. Pada
umumnya injeksi dosis ganda diambil dan digunakan berulang-ulang sehingga
kemungkinan kontaminasi lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh frekuensi pengambilan injeksi dosis ganda
difenhidramin terhadap sterilitas sediaan dengan pengawet benzil alkohol 2%.
Sampel diuji secara aseptik di dalam laminar air flow cabinet selama 5 hari dan
sampel diambil 5 kali pengambilan. Sampel diambil dalam pengujian ke 1,2,3,4,5.
Sampel diinokulasi langsung ke dalam 15 ml media dan diinkubasi selama 14 hari
pada suhu 30-50°C. Masing-masing pengujian diambil 2 ml dan dilakukan tiga
kali pengulangan. Untuk menentukan kondisi fisik sediaan, dilakukan test
pendahuluan. Untuk menghilangkan efek bakteriostatik dan fungiostatic, sediaan
dilarutkan dengan aqua demineralisasi steril dengan perbandingan 1:1 untuk
media kasamino dan 1:3 untuk media thioglicolat. Kontrol lingkungan laminar air
flow cabinet dilakukan untuk menghindari hasil positif palsu, dan dibuat kontrol
pembanding untuk membandingkan uji sterilitas. Hasilnya menunjukkan bahwa
pengambilan berulang dari difenhidramin pada beberapa dosis pengambilan
injeksi sampai 5 kali dalam 5 hari pada vial yang berbeda dari batch yang sama
tidak mempengaruhi sterilitas sediaan tersebut.

viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN...... .......................................................................

ii

LEMBAR PENGUJIAN..................................................................................

iii

KATA PENGANTAR......................................................................................

iv

RINGKASAN ...................................................................................................

vi

ABSTRACT .....................................................................................................

vii

DAFTAR ISI....................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL............................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRA N....................................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

1

1.1

Latar Belakang.............................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah.......................................................................

3

1.3

Tujuan Penelitian ........................................................................

3

1.4

Manfaat Penelitian ......................................................................

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

4

2.1

Tinjauan Tentang Sediaan Parenteral .........................................

4

2.1.1 Definisi Sediaan Parenteral ...............................................

4

2.1.2 Persyaratan dan Karakteristik Sediaan Parenteral ............

4

2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Parenteral ..................

5

2.1.4 Tinjauan Wadah Sediaan Parenteral..................................

6

Tinjauan Difenhidramin Hidroklorida ........................................

7

2.2.1 Indikasi...............................................................................

7

2.2.2 Dosis...................................................................................

8

2.2.3 Kontraindikasi ...................................................................

8

2.2.4 Peringatan ..........................................................................

8

2.3 Tinjauan Benzil Alkohol ...............................................................

9

2.3.1 Pemerian..............................................................................

9

2.3.2 Aktivitas antimikroba .........................................................

9

2.2

ix

2.3.3 Stabilitas..............................................................................

9

2.4 Tinjauan Pelarut.............................................................................

9

2.5 Sumber-sumber Kontaminasi ........................................................

10

2.5.1 Bahan Baku .......................................................................

10

2.5.2 Peralatan.............................................................................

11

2.5.3 Air............................... .......................................................

11

2.5.4 Wadah................................................................................

11

2.5.5 Personil...............................................................................

12

2.5.6 Udara Dalam Ruangan Kerja ............................................

12

2.6 Tekhnik Aseptik.............................................................................

12

2.6.1 Ruang Kerja Aseptik .........................................................

13

2.6.2 Pembuatan Secara Aseptik.................................................

14

2.6.3 Personil.............. ................................................................

14

2.6.4 Laminar Air Flow Cabinet .................................................

15

2.6.5 Kontrol Lingkungan LAFC ...............................................

16

2.7 Tinjauan Pengujian Sterilitas........... ..............................................

17

2.7.1 Uji Sterilitas .........................................................................

17

2.7.2 Media................................................................................. ...

18

2.7.3 Proses Uji Inokulasi Langsung........................................... ..

20

2.7.4 Kontrol Uji Sterilitas ......................................................... ..

21

2.8 Penafsiran Hasil Uji Sterilitas .......................................................

21

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................

22

3.1

Uraian Kerangka Konseptual ......................................................

22

3.2

Skema Kerangka Konseptual ......................................................

23

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................

24

4.1 Desain Peneltian ..........................................................................

24

4.2 Alat dan bahan............................................................................. ...

24

4.2.1 Alat ....................................................................................

24

4.2.2 Bahan .................................................................................

25

4.3

Skema Metode Peneltian ............................................................

26

4.4

Prosedur penelitian .....................................................................

27

4.4.1 Sterilisasi Alat ...................................................................

27
x

4.4.2 Penyiapan “Laminar Air Flow Cabinet” Dan
Memasukkan Semua Bahan Dan Alat ............................

27

4.4.3 Kontrol Lingkungan Laminar Air
Flow Cabinet (LAFC) .....................................................

28

4.4.4 Uji Fertilitas Media ...........................................................

28

4.4.5 Uji Sterilitas Media ...........................................................

28

4.4.6 Pemeriksaan Pendahuluan .................................................

29

4.4.7 Uji daya antibakteri dan antifungi .....................................

29

4.4.8 Inokulasi Sampel ...............................................................

30

4.4.9 Pengujian sampel ...............................................................

31

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................

32

5.1 Hasil Uji Efektifitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) Sebelum
Pengujian Sterilisasi .........................................................................

32

5.2 Hasil Uji Efektifitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) Saat
Pengujian Sterilisasi..........................................................................

33

5.3 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ...................................

34

5.4 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) .....................................

35

5.5 Hasil Uji Pemeriksaan Pendahuluan ................................................

35

5.6 Hasil Uji Daya Antibakteri dan Antifungi .......................................

37

5.7 Hasil Uji Sterilitas Sampel ...............................................................

37

BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................

41

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

45

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

46

LAMPIRAN.....................................................................................................

48

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

II.1

Klasifikasi Ruangan Bersih .................................................................. .....13

II.2

Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ................................ 15

II.3

Batas Mikroba yang Disarankan untuk Pemantauan Area Bersih
Selama Kegiatan Berlangsung....................................................................16

IV.1

Volume Pengambilan Sampel Berulang untuk Penelitian ........................ 29

IV.2

Galur Mikroba Uji Fertilitas ...................................................................... 30

V.1

Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet Sebelum Uji

..

Sterilitas ................................................................................................ .... 33

V.2

Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) Saat
Pengujian Sterilitas.................................................................................... 34

V.3

Hasil Uji Sterilisasi Media Uji (Kontrol Negatif).................................... 34

V.4

Hasil Uji Fertilitas Media Uji (Kontrol Positif )....................................... 35

V.5.1 Hasil Uji Pemeriksaan Pendahuluan………………………………......... 36
V.5.2 Hasil Uji Pemeriksaan Sediaan….............………………………............ 36
V.6.1 Hasil Pengamatan Uji Sterilitas Sampel dengan Media Thioglikolat....... 38
V.6.2 Hasil Pengamatan Uji Sterilitas Sampel dengan Media Kasamino…...... 39

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1

Struktur Formula Difenhidramin Hidroklorida ....................................

7

2.2

Struktur Formula Benzil Alkohol .........................................................

8

3.1

Kerangka Konseptual Uji Frekuensi Pengambilan Sediaan Injeksi .....

23

4.1

Skema Metode Peneltian ......................................................................

26

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1.

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup ................................................................. 48

2.

Lampiran II Surat Pernyataan ........................................................................ 49

3.

Lampiran III Sertifikat Sediaan Difenhidramin ............................................. 50

4.

Lampiran IV Hasil Uji Kemurnian Difenhidramin ........................................ 51

5.

Lampiran V Sertifikasi Bakteri Bacillus Subtilis........................................... 53

6.

Lampiran VI Sertifikasi Bakteri Candida Albicans....................................... 54

7.

Lampiran VII Foto Hasil Uji Daya Antibakteri dan Antifungi...................... 55

8.

Lampiran VIII Foto Hasil Uji Inaktivasi Benzil Alkohol 2%........................ 56

9.

Lampiran IX FotoKontrol Lingkungan Laminar Air Flow Cabinet
Sebelum dan Saat Uji Sterilitas Sediaan........................................................ 57

8.

Lampiran X Foto Hasil Uji Sterilitas dan Fertilitas Media ............................ 60

9.

Lampiran XI Foto Hasil Uji Sterilitas Sampel Media Kasamino dan
Media Thioglikolat. ........................................................................................ 61

10. Lampiran XII Foto Alat-alat Praktikum......................................................... 65

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri farmasi Industri 4, Bandung :
Institut Teknologi Bandung. Hal : 10, 19, 104
Akers, Michael J., Guazzo, Dana Morton., 1994. Parenteral Quality Control :
Sterility, Pyrogen, Particulate, and Package Integrity Testing
Advances in Parenteral Sciences. New York : CRC Press. Hal 20
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi. Edisi keempat, Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia 399, 407, 411, 413, 414, 426, 429, 433
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan POM. Hal: 126-127
Cooper and Gunn’s. 1972. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth
Edition. Ptman Medical
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New york : CRC
Press. pp: 92-94
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
III. Jakarta. Hal: 13, 889-890
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta. Hal: 1i, 855-862
Gerald K, et al., 2011. AHFS DRUG INFORMATION ESSENTIALS
Bethesda, Maryland : American Society of Health-System Pharmacists
Lachman, H.A., Leon L., 1993. Pharmaceutical Dosage Forms. 2nd Edition.
New York : Marcell Dekker, INC
Lukas, S., 2006, Formulasi Steril. Yogyakarta : penerbit C.V ANDI OFFSET hal
: 9, 30-31
Raymond, C.R. et al., 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. fifth
edition, London, UK : Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. Pp:
61-63
Sarfaraz K. N., 2004. Handbook of pharmaceutical manufacturing
formulations. Volume 6. Washington, D.C. : CRC PRESS
Sugiyono, 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABeta. Hal 72.
xv

Sweetman, s.c. et al, 2009. Martindale’s Drugs Restricted in Sport Pocket
Companion. Pharmaceutical Press
Sylvia T. Pratiwi., 2008. Mikrobiologi Farmasi, yogyakarta : penerbit erlangga
Remington, J.P., 1995. The Science and Pharmacy. Easton, penssylvania : Mack
Publishing Company
Voight, R., 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Whyte, W., 2001. Cleanroom Technology Fundamental of Design, Testing and
Operation, United Kingdom : John Wiley & Sons Ltd

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen

yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti
yang umum digunakan, menunjukkan pemberian lewat suntikan seperti berbagai
sediaan yang diberikan dengan disuntikkan. Pada umumnya pemberian dengan
cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat seperti pada
keadaan gawat, bila penderita tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak
sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui mulut (oral) atau
bila obat itu sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain (Ansel, 2005).
Sediaan parenteral terdiri dari sediaan dosis tunggal dan dosis ganda. Yang
membedakan dosis tunggal dan dosis ganda adalah frekuensi pengambilannya
yaitu pada dosis tunggal hanya diambil satu kali sedangkan pada dosis ganda
memungkinkan diambil beberapa kali sesuai besar dosis dan volume. Ditinjau dari
wadahnya dosis tunggal adalah suatu wadah kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan
bila dibuka, tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril.
Sedangkan dosis ganda

adalah wadah kedap udara yang memungkinkan

pengambilan isinya per bagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan,
kualitas, atau kemurnian bagian yang tertinggal (Lukas, 2006).
Salah satu contoh sediaan injeksi dosis ganda yang banyak beredar di
pasaran ialah Difenhidramin HCl. Di beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit,
sediaan injeksi Difenhidramin HCl dosis ganda masih sering dijumpai
penggunaanya untuk keadaan alergi, mual, muntah, batuk dan anafilaktik.
Diphenhydramine merupakan sediaan antihistamine yang dipasaran terdiri dari
ampul 1-2 ml dan vial 10-15 ml. Sediaan vial merupakan sediaan dosis ganda
yang dapat diambil beberapa kali dengan dosis 1-2 ml secara parenteral
memungkinkan penggunaan sediaan ini sebanyak 5-15 kali pemakaian, sehingga
ada kemugkinan terkontaminasi dari pemakaian berulang.

2

Disalah satu rumah sakit dikota malang penanganan sediaan dosis ganda
diphenhydramin terlihat kurang aseptis dilihat dari data yang diperoleh dari
lapangan, yaitu sediaan steril difenhidramin disimpan pada ruang terbuka (tidak
ada ruang khusus yg aseptis). Sehingga kemungkinan terkontaminasi menjadi
lebih besar karena paparan dari ruang terbuka.
Sediaan injeksi difenhidramin dosis ganda merupakan sediaan yang
pembuatannya dilakukan secara steril

sehingga cara penggunaan dan

penyimpanannya juga harus steril atau aseptis. Persyaratan sediaan parenteral
diantaranya adalah steril, bebas dari kontaminasi mikroorganisme, baik bentuk
vegetatif, spora, patogen maupun non patogen dan bebas dari kontaminasi
pirogenik sehingga diperlukan sterilisasi sediaan parenteral. Pirogen adalah
senyawa organik yang menimbulkan demam, berasal dari pengotoran mikroba dan
merupakan penyebab banyak reaksi-reaksi febril yang timbul pada penderita yang
menerima suntikan intravena (Ansel, 2005).
Frekuensi pengambilan berturut-turut memungkinan sediaan terkontaminasi
sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet. Pengawet adalah zat yang
ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan terhadap kontaminasi
mikroba. Pengawet terutama digunakan pada wadah sediaan dosis ganda karena
penggunaan berulang memungkinkan terjadinya kontaminasi. Pengawet tidak
boleh digunakan semata-mata untuk menurunkan jumlah mikroba viabel sebagai
pengganti cara produksi yang tidak baik.
Zat pengawet yang dapat ditambahkan pada produk parenteral meliputi:
Benzalkonium kloride 0,01 %, Benzil alkohol 1-2 %, Chlorobutanol 0,25-0,5 %,
Metacresol 0,1-0,3 %, Phenol 0,25-0,5, Thimerosal 0,01 % (Lukas, 2006).
Berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient, Benzil alkohol merupakan
pengawet antimikroba yang digunakan pada kosmetik, makanan dan sebagian
besar pada formulasi sediaan farmasi termasuk sediaan oral dan parenteral,
dengan konsentrasi sebesar 2,0% v/v.
Pengawet tidak sepenuhnya menjamin sterilitas bahan obat sediaan dosis
ganda, dibutuhkan juga ruang bersih atau aseptis untuk pembuatan dan
penyimpanan sediaan steril. Area bersih untuk pembuatan produk steril
digolongkan berdasarkan karakteristik lingkungan yang dipersyaratkan. Tiap

3

kegiatan pembuatan membutuhkan tingkat kebersihan ruangan yang sesuai dalam
keadaan operasional untuk meminimalkan risiko pencemaran oleh partikulat
dan/atau mikroba pada produk dan/atau bahan yang ditangani (Cpob 2006). Sebab
penggunaan berulang dan pekerjaan yang kurang aseptis dapat menyebabkan
terkontaminasinya mikroorganisme, maka penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran sejauh mana sterilitas sediaan diphenhidrinate dosis ganda
masih dapat dipertahankan selama beberapa kali frekuensi pengambilan.

1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh frekuensi pengambilan berulang terhadap sterilitas

sediaan

difenhidramin dosis ganda dengan pengawet benzil alkohol 2% pada

lima kali pengambilan ?

1.3

Tujuan penelitian
Untuk mengetahui sterilitas sediaan difenhidramin multiple doses dengan

pengawet benzil alkohol 2% terhadap lima kali frekuensi pengambilan berulang.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh frekuensi pengambilan secara berulang terhadap sterilitas sediaan
injeksi dosis ganda difenhidramin, sehingga diketahui seberapa besar pengaruh
frekuensi pengambilan suatu sediaan parenteral dosis ganda terhadap sterilitas
sediaan. Selain itu juga diharapkan dapat dilakukan pengembangan formula
sediaan difenhidramin multiple doses dengan pengawet benzil alkohol 2%.