PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP STERILITAS SEDIAAN TETES MATA FENILEFRIN HIDROKLORIDA DENGAN PENGAWET KLORBUTANOL 0,5%b/v

SKRIPSI

SHELLA ALIFA EL- SAFINA

PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP
STERILITAS SEDIAAN TETES MATA FENILEFRIN
HIDROKLORIDA DENGAN PENGAWET
KLORBUTANOL 0,5%b/v

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

ii

iii

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
kepada seluruh hambanya. Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,

shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW,
semoga kesejahteraan terlimpah kepada para keluarga, para sahabat dan orang –
orang yang beriman.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin dengan selesainya skripsi yang berjudul
PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP SEDIAAN
TETES MATA FENILEFRIN HIDROKLORIDA DENGAN PENGAWET
KLOROBUTANOL 0,5% B/V ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar
– besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Sugiyartono, MS., Apt selaku dosen pembimbing I dan kepada
Ibu Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt selaku dosen pembimbing II
atas waktu serta bimbingannya dan arahan yang selalu diberikan sehingga
skripsi ini menjadi sempurna.
2. Bapak Drs. H. Achmad Inoni, Apt selaku penguji I dan Ibu Uswatun
Chasanah, Dra., Apt selaku penguji II yang telah memberikan saran dan
masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom selaku Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Ibu Nailis Syifa, S.Farm., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Ibu Siti Rofida.,S.Farm.,Apt selaku dosen wali saya.

6. Ibu Sovia Aprina Basuki selaku kepala laboraturium dan para laboran
yang telah membantu di laboraturium Steril mas Dani, mbak Evi, mas
Ferdi, mbak Susi, mbak Bunga, bu Yuli serta para staf T.U farmasi, pak
Joko serta para laboran mikrobiologi dan seluruh staf Prodi Farmasi
terimakasih atas bantuan dan dukungannya
7. Para dosen Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang semoga bermanfaat bagi
saya dan orang lain.
8. Kedua orang tua saya yang saya cintai yang tidak henti – hentinya
mendoakan, memberi dukungan, nasehat, serta kesabarannya yang luar
biasa kepada saya, terimakasih mama papa.
9. Adik- adikku Arif dan Lukman terima kasih atas dukungan dan doa dari
kalian.
10. Semua keluarga besarku nenek, tante- tanteku, om- omku terima kasih atas
doa dan dukungan kalian.
11. Dito dan keluarga terima kasih atas dukungan dan doa dari kalian.

iv

12. Para teman seperjuangan skripsi steril: Dian, Anis, Zahra terimakasih atas

kerjasama kalian selama ini.
13. Sahabat- sahabatku Jibeng, Jack, Anis, Angga Wahyu, Rino yang selalu
mendukung dan terimakasih atas persahabatan yang terjalin selama ini,
semoga sukses untuk kita semua.
14. Teman – teman kosan terutama Tika terimakasih atas dukungannya.
15. Teman- teman Keluarga besar Angkatan 2010 Farmasi Univesitas
Muhammadiyah Malang terutama kelas Farmasi C terima kasih atas
persahabatan yang telah terjalin selama ini, semoga akan terus selalu
terjaga persahabatan kita ini.
16. Serta semua pihak baik yang telah membantu hingga terselesainya skripsi
ini dengan sempurna.
Akhirnya semoga semua mendapatkan limpahan rahmat Allah SWT atas
segala bantuan yang telah diberikan hingga skripsi ini terselesaikan, semoga kelak
menjadi bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, terutama di bidang ilmu kefarmasian.

Malang, 17 Januari 2015

Shella Alifa El- Safina
201010410311127


v

RINGKASAN

PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP SEDIAAN
TETES MATA FENILEFRIN HIDROKLORIDA DENGAN PENGAWET
KLOROBUTANOL 0,5% B/V
Salah satu sediaan steril yang ada dipasaran adalah sediaan tetes mata,
karena pemakaianya lebih dari satu kali dan langsung berhubungan masuk ke
dalam jaringan tubuh yaitu mata dan kemungkinan terjadinya kontaminasi pada
saat penyimpanan, maka sediaan tetes mata ini membutuhkan pengawet.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sterilitas sediaan terhadap
frekuensi pengambilan yang dilakukan terhadap sediaan tetes mata fenilefrin
hidroklorida dengan menggunakan pengawet klorobutanol 0,5% b/v. Metode yang
digunakan adalah inokulasi langsung sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi
ke-IV, pengambilan untuk uji sterilitas sampel dilakukan di Laminar Air Flow
Cabinet, sampel yang digunakan sebanyak 21 botol dimana setiap botol
mendapatkan perlakuan yang sama yaitu dilakukan pengambilan sampel untuk
mewakili frekuensi pengambilan di masyarakat
sebanyak 0,5 ml, dan

disimpanpan dalam ruangan terbuka pada suhu kamar, kemudian masing – masing
sediaan diambil sebanyak 2 ml di LAFC untuk di inokulasikan kemasing –
masing media uji yaitu media Thioglikolat dan diinkubasikan pada suhu 30 –
32°C selama 14 hari dan diamati hasilnya dan untuk media Casamino
diinkubasikan pada suhu 20 – 25°C selama 14 hari untuk diamati hasilnya.
Sebelum melakukan uji sterilitas sampel dilakukan pemeriksaan
pendahuluan untuk memastikan kondisi fisik serta isi sediaan, selain itu dilakukan
control lingkungan LAFC sebelum uji sterilitas dan saat uji sterilitas sediaan
untuk mengetahui kondisi dan menjamin lingkungan bebas kontaminan, kemudian
dilakukan juga uji inaktivasi sediaan untuk menghilangkan efek bakteriostatik
sediaan dari data diperoleh hasil 1:5 untuk Media Thioglikolat dan 1:5 untuk
media Casamino sesuai dengan kontrol pembanding yang digunakan, kontrol
pembanding yang digunakan ada 2 yaitu kontrol media positif berupa cairan keruh
sedangkan kontrol media negatif cairan jernih, pada kontrol negatif masing –
masing media langsung di inkubasi selama 14 hari sedangkan untuk kontrol
positif sediaan di tambahkan Bacillus subtilis untuk thioglikolat dan Candida
albicans untuk Casamino dan diikubasikan selama 14 hari.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa uji sterilitas
sediaan dengan pengambilan selama 1 minggu berturut dan penyimpanan sediaan
selama 30 hari sesuai frekuensi pengambilan di masyarakat terhadap sediaan tetes

mata fenilefrin hidroklorida dengan pengawet klorobutanol 0,5% b/v dalam
keadaan tidak steril karena adanya kontaminasi pada sediaan.

vi

ABSTRAK
PENGARUH FREKUENSI PENGAMBILAN TERHADAP SEDIAAN
TETES MATA FENILEFRIN HIDROKLORIDA DENGAN PENGAWET
0,5% b/v

Sediaan tetes mata merupakan obat yang langsung diteteskan pada mata
yang merupakan daerah rawan, karena langsung berhubungan dengan jaringan
mata, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroorganisme.
Pada penelitian ini menggunakan sediaan tetes mata fenilefrin hidroklorida
dengan pengaruh frekuensi pengambilan yang dilakukan selama seminggu sesuai
lama penggunaan dimasyarakat, uji sampel dilakukan di Laminar Air Flow
Cabinet secara inokulasi langsung sebanyak 2 ml untuk kemudian diinkubasi
selama 14 hari dan dilihat hasilnya, tahapan uji yang pertama adalah control
lingkungan LAFC sebagai control lingkungan dan kemudian dilakukan uji
sterilitas serta uji fertilitas media, setelah itu dilakukan uji inaktivasi pengawet

dengan perbandingan 1:5 untuk Thioglikolat dan 1:5 untuk Casamino dan terakhir
adalah uji sterilitas sampel sediaan untuk dibandingkan dengan control
pembanding.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan sediaan
fenilefrin hidroklorida dengan pengawet klorobutanol 0,5% b/v dengan pengaruh
frekuensi pengambilan selama satu minggu dan penyimpanan selama 30 hari
mempengaruhi sterilitas sediaan.
Kata kunci :Sterilisasi, tetes mata, fenilefrin hidroklorida, Pengawet, Frekuensi
pengambilan.

vii

ABSTRACT
THE EFFECT OF FREQUENCY RETRIEVAL AGAINTS STERILITY
OPHTHALMIC PHENYLEPHRINE HYDROCHLORIDE PREPARATION
WITH PRESERVATIVE CHLOROBUTANOL 0.5% w/v
Ophthalmic preparations are drugs that directly dropped into the eye which
is prone, because it directly relates to the eye tissue, then this preparation should
be free from contamination of microorganisms.
In this study using Phenylephrine hydrochloride ophthalmic preparations

with influence the frequency retrieval done as many as a week appropriate
treatment existing at the community usage, the sample were test in Laminar Air
Flow Cabinet with inoculation as much as two ml’s and get to incubation within
14 days to be observed the results, the first stage of the test was undergone to
define LAFC condition and then test the sterility and fertility of mediaas control
comparator preparation, afterthat preparation were dissolved with sterile water to
inactivation preservative by comparison dilution 1:5 to Thioglikolat and 1:5 to
Casamino in the last stage test the sterility preparation sample according to
treatment and compare the result with control compare.
From the result of this research that obtained using with the taking of
specimens of sterility test for 1 week and storage for 30 days preparations a
phenylephrine hydrochloride with the preservative chlorobutanol 0,5% w/v affect
the supply’s sterility.
Keywords: Sterilization, eye drops, Phenylephrine hydrochloride, Preservatives,
Retrieval frequency

viii

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .. …….. ..........................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................

ii

LEMBAR PENGUJIAN .................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .....................................................................................

iv

RINGKASAN .................................................................................................

vi


ABSTRAK .................................................................................................... .

vii

ABSTRACT ....................................................................................................

viii

DAFTAR ISI……………….. ..........................................................................

ix

DAFTAR TABEL……………… ....................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ………. .........................................................................

xiii


DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN… .........................................................................

1

1.1 Latar belakang….. ..........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................

3

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................

3

1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

4

2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Mata.....................................................

4

2.1.1 Sediaan Mata .......................................................................

4

2.1.2 Tinjauan Wadah Sediaan Tetes Mata ..................................

4

2.1.3 Tinjauan Persyaratan dan karakteristik sediaan Mata .........

4

2.2 Tinjauan Sediaan Fenilefrin hidroklorida ......................................

6

2.2.1 Fenilefrin hidroklorida.........................................................

6

2.2.2 Deskripsi Sediaan ................................................................

7

2.2.3 Farmakokinetika Obat .........................................................

7

2.2.4 Kontra indikasi ...................................................................

7

2.2.5 Efek Samping dan Peringatan..............................................

7

2.3 Tinjauan Bahan Pengawet. ............................................................

7

2.3.1 Klorbutanol .........................................................................

8

2.3.2 Deskripsi Klorbutanol ........................................................

8

ix

2.3.3 Aplikasi dala Formulasi Farmasi atau Teknologi ..............

9

2.3.4 Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan .................................

9

2.4 Tinjauan tentang mikrobiologi .......................................................

9

2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme ...................................................................

10

2.4.2 Sumber – Sumber Kontaminasi ..........................................

11

2.5 Tinjauan Tentang Sterilisasi ..........................................................

13

2.5.1 Sterilisasi panas kering .....................................................

13

2.5.2 Sterilisasi Uap (lembab panas) ..........................................

14

2.5.3 Sterilisasi dengan penyaringan ..........................................

15

2.5.4 Kinetika Pembinasaan Mikroorganisme ............................

15

2.6 Teknik Aseptik

..........................................................................

16

..........................................................................

16

2.6.2 Ruang Aseptik ....................................................................

17

2.6.3 Kategori kelas ruangan ........................................................

17

2.7 Tinjauan Pengujian Sterilitas ........................................................

18

2.6.1 Personil

2.7.1 Metode uji Sterilitas

........................................................

18

2.7.2 Proses Uji Inokulasi Langsung .........................................

21

2.7.3 Kontrol Uji Sterilitas………......... ......................................

22

2.7.4 Penafsiran Hasil Uji Sterilitas

.........................................

23

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................

25

3.1 Uraian Sediaan Tetes Mata ............................................................

25

3.2 Skema Kerangka Konseptual .........................................................

27

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................

28

4.1 Desain Penelitian ..........................................................................

28

4.2 Alat dan bahan ….. .........................................................................

28

4.2.1 Alat ....................................................................................

28

4.2.2 Bahan..................................................................................

28

4.3 Prosedur penelitian .........................................................................

29

4.3.1 Sterilisasi Alat ...................................................................

29

4.3.2 Penyiapan Sediaan dan Sterilitas Sediaan..........................

30

4.3.3 Penyiapan “Laminar Air Flow Cabinet” Dan

x

Memasukkan Semua Bahan Dan Alat ...............................

31

4.3.4 Kontrol Lingkungan Laminar Air
Flow Cabinet (LAFC) .....................................................

31

4.3.5 Penyiapan Media ...............................................................

32

4.3.6 Uji Inaktivasi Pengawet ...................................................

33

4.3.7 Perlakuan ..........................................................................

34

4.3.8 Uji Sterilitas (Pengambilan Sampel) ................................

35

4.3.9 Uji Sterilitas .......................................................................

36

BAB V HASIL PENELITIAN .........................................................................

38

5.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)
sebelum dan saat uji inaktivasi ....................................................

39

5.2 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)
sebelum dan saat pengujian sterilitas............................................

40

5.3 Hasil Pemeriksaan Pendahuluan (Pemeriksaan Sediaan) ..............

41

5.4 Hasil Uji Fertilitas Media Untuk Kontrol Positif ...........................

42

5.5 Hasil Uji Sterilitas Media Untuk Kontrol Negatif .........................

43

5.6 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet .......................................................

44

5.7 Hasil Pemeriksaan Uji Sterilitas Sampel........................................

47

5.8 Hasil Kontrol Lingkungan Perlakuan ............................................

49

BAB VI PEMBAHASAN…… ........................................................................

50

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

55

DAFTAR PUSTAKA………. .........................................................................

56

LAMPIRAN ……………….. .........................................................................

58

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

II.1

Perlengkapan dan Kandungan Kuman Dari Manusia ..................... 16

II.2

Klasifikasi Ruangan Bersih.............................................................. 17

IV.1

Volume Pengambilan Sampel Perlakuan ......................................... 34

IV.2

Volume Pengambilan Sampel Berulang Untuk Penelitian .............. 35

V.5.1

Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet
Sebelum dan Saat Uji Inaktivasi..................................................... 39

V.5.2

Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Cabinet Sebelum dan Saat
Pengujian Sterilitas………. ............................................................. 40

V.5.3

Hasil Pemeriksaan Fisik Pendahuluan ............................................. 41

V.5.4

Hasil Uji Fertilitas Media Kontrol Positif ....................................... 42

V.5.5

Hasil Uji Sterilitas Media Kontrol Negatif ...................................... 43

V.5.6.1

Hasil Pengamatan Uji Inaktivasi Pengawet Pada
Media Thioglikolat .......................................................................... 44

V.5.6.2

Hasil Pengamatan Uji Inaktivasi Pengawet Pada
Media Kasamino

V.5.7.1

.......................................................................... 45

Hasil Pengamatan Uji Sterilitas Sampel dengan
Media Thioglikolat........................................................................... 47

V.5.7.2

Hasil Pengamatan Uji Sterilitas Sampel dengan
Media Kasamino............................................................................... 48

V.5.8

Hasil Kontrol Lingkungan Perlakuan ................................................49

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.2 Struktur Molekul Fenilefrin Hidroklorida.......................................

7

2.3 Struktur Molekul Klorobutanol.......................................................

8

3.1 Gambar Kerangka Konseptual........................................................

26

4.1 Kerangka Operasional ....................................................................

29

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ....................... ........................................................

58

2. Surat Pernyataan ........................................................................................

59

3. Sertifikasi Sediaan …….............................................................................

60

4. Sertifikasi Pengawet …………… ..............................................................

61

5. Sertifikasi Bakteri ……………..................................................................

62

6. Sertifikasi Jamur ........................................................................................

64

7. Perhitungan Bahan Sediaan Tetes Mata Fenilefrin Hidroklorida
Dengan Pengawet Klorobutanol 0,5% b/v ..................................................
8.

65

Foto Hasil Kontrol Lingkungan Laminar Air Flow Cabinet Sebelum dan
sesudah Uji Sterilitas………. .....................................................................

66

Foto Hasil Uji Sterilitas dan Ferilitas Media ............................................

70

10. Foto Hasil Uji sterilitas Sampel Media Thioglikolat ...............................

71

11. Foto Hasil Uji sterilitas Sampel Media Kasamino ...................................

73

12. Foto Alat – Alat yang Digunakan Untuk Penelitian .................................

75

13. Foto Bahan- Bahan yang Digunakan Untuk Penelitian .............................

77

9.

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri farmasi Industri 4, Bandung :
Institut Teknologi Bandung. Hal : 252-257, 261

Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi. Edisi keempat, Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia 541, 542, 553
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan POM
Cooper and Gunn’s. 1972. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth
Edition. Ptman Medical.
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New york : CRC
Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978. Formularium Nasional. Edisi
kedua, Jakarta. Hal: 316
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2011. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume
45, Jakarta.
Lachman, H.A., Leon L., 1993. Pharmaceutical Dosage Forms. 2nd Edition.
New York : Marcell Dekker, INC.
Lukas, S., 2006, Formulasi Steril. Yogyakarta : penerbit CV. ANDI OFFSET
Remington, J.P., 1995. The Science and Pharmacy. Easton, penssylvania : Mack
Publishing Company.
Raymond, C.R. et al., 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. fifth
edition, London, UK : Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Sugiyono, 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABeta.

xv

Sweetman, s.c. et al, 2009. Martindale’s Drugs Restricted in Sport Pocket
Companion. Pharmaceutical Press
Sylvia T. Pratiwi., 2008. Mikrobiologi Farmasi, Yogyakarta : penerbit erlangga
Tatro, D.S. A to Z Drug Facts. Books@@Ovid, 2003
Voight, R., 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Obat mata dimaksudkan untuk efek lokal pada pengobatan bagian permukaan
mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering dipakai adalah larutan dalam
air, akan tetapi juga biasanya dipakai suspensi, cairan bukan air dan salep mata
(Agoes, 2009).
Obat tetes mata adalah obat tetes steril, umumnya isotonis dan isohidris.
Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk mata atau ke permukaan
selaput bening mata (Lukas, 2006). Sterilitas merupakan persyaratan paling
penting. Larutan oftalmikyang dibuat secara tidak tepat dapat mengandung
bermacam organisme, dan yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeroginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menimbulkan kebutaan. Oleh
sebab itu, sangat berbahaya untuk meneteskan produk tidak steril ke dalam mata
apabila kornea mengalami pengikisan, misalnya karena penggosokan mata.
Partikel halus dapat merangsang mata, menyebabkan rasa kurang menyenangkan
kepada pasien, dan karena itu perlu dieliminasi (kecuali sediaan suspensi) (Agoes,
2009).
Tetes mata berupa larutan isotonis, harus steril, harus jernih, serta bebas
partikel asing, serat, dan benang. Jika harus menggunakan dapar, sebaiknya obat
tetes mata didapar pada pH 7,4 hal ini karena mengingat waktu kontak obat tetes
mata dengan mata relatif singkat. Dalam memformulasikan sediaan untuk
mata,perlu diperhatikan sejumlah faktor, seperti tipe sediaan dan cara
penggunaannya, aktivitas dan stabilitas bahan aktif obat, pengaturan tonisitas,
pilihan metode sterilisasi dan pengemasan untuk sediaan obat mata yang dibuat
(Agoes, 2009). Salah satu sediaan tetes mata yang beredar dipasaran yaitu
fenilefrin hidroklorida. Sediaan ini masih sering dipakai oleh masyarakat di
Indonesia untuk meredakan mata merah karena iritasi ringan, alergi dan
peradangan mata. Sediaan fenilefrin hidroklorida merupakan sediaan antiinflamasi
yang dipasarkan dalam bentuk botol diantaranya dengan volume 5 ml (Ikatan
Apoteker Indonesia, 2011).

1

2

Frekuensi pengambilan yang dilakukan secara berturut-turut memungkinkan
sediaan terkontaminasi sehingga perlu ditambahkan zat pengawet. Pengawet
merupakan agen antimikroba yang ditambahkan kedalam formulasi sediaan untuk
mengontrol pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikroba (Lukas, 2006). Pada
wadah sediaan dosis ganda juga memungkinkan untuk melakukan penarikan isi
wadah secara berturut turut tanpa mengubah kekuatan, mutu, atau kemurnian
bagian isi wadah yang tersisa didalam wadah (Buchanan, Schneider P.J 2010).
Untuk menjamin kemurnian mikrobiologis, tetes mata yang dikemas dalam wadah
bertakaran ganda harus memberikan petunjuk agar sediaan tersebut tidak
digunakan lagi 30 hari setelah tutupnya dibuka (Voigt, 1995).
Walaupun sediaan tetes mata dosis ganda sudah mengandung pengawet,
tetapi sterilitas tetes mata pelu dijamin. Hal ini dikarenakan frekuensi
pengambilan yang semakin banyak akan memperbanyak mikroorganisme dan ini
mempersulit kerja pengawet dalam melakukan tugasnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
mikroba yaitu seperti temperatur, pH, tekanan osmosis dan oksigen. Bahan
pengawet yang tepat dan konsentrasi maksimum dari pengawet untuk tetes mata
diantaranya adalah 0,013 % Benzalkonium klorida, 0,01 % Benzetonium klorida,
0,5% Klorobutanol, 0,004 % Fenilmerkuri asetat, 0,004 % Fenilmerkuri nitrat,
0,001 % Timerosal (Ansel, H.C., 2005). Klorobutanol adalah salah satu pengawet
yang bisa digunakan untuk sediaan tetes mata terutama sediaan dengan dosis
ganda (multiple dose). Klorobutanol terutama digunakan untuk sediaan mata atau
parenteral sebagai pengawet sampai dengan konsentrasi 0,5%. Klorbutanol juga
sering digunakan sebagai agen antimikroba pada larutan epinephrin, larutan
ekstrak yang berlendir, sediaan mata untuk pengobatan miosis. Digunakan sebagai
antibakteri dengan formulasi non aqua. Klorobutanol memiliki sifat sebagai anti
bakteri dan anti jamur. Efektif terhadap resiko adanaya bakteri gram positif dan
gram negatif dan beberapa jamur seperti Candida albicans, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus albus (Rowe et al., 2006).
Sebelum dilakukan uji sterilitas, bahan uji yang mempunyai aktivitas
antimikroba terlebih dahulu dilakukan uji inaktivasi pengawet. Uji ini bertujuan
untuk menghilangkan pengaruh antibakteri dan antifungi yang ditambahkan pada

3

sediaan sehingga tidak mempengaruhi uji sterilitas (Depkes RI, 1995). Uji
inaktivasi penting agar tidak mempengaruhi hasil uji sterilitas dan tidak
menganggu proses sterilitas karena pengawet dalam sediaan hanya bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba tanpa mampu membunuhnya.
Efektivitas dari pengawet itu sendiri dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu
kadar atau konsentrasi dari pengawet dan jumlah bioburden. Bioburden sangat
mempengaruhi efektivitas dari suatu pengawet yang bekerja sebagai antibakteri.
Bila populasi bioburden semakin meningkat maka keefektivan dari suatu
pengawet berkurang.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
menentukan pengaruh frekuensi pengambilan dari sediaan tetes mata dengan
pengawet klorobutanol dalam konsentrasi 0,5 % b/v setelah segel kemasan
terbuka sampai 30 hari.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka masalah yang dirumuskan adalah bagaimana
pengaruh frekuensi pengambilan terhadap sterilitas dari sediaan tetes mata
fenilefrin hidroklorida dengan pengawet Klorobutanol 0,5% b/v setelah segel
terbuka sampai 30 hari

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menetukan sterilitas dari sediaaan tetes
matafenilefrin hidroklorida dengan pengawet Klorobutanol 0,5% b/v

setelah

segel terbuka selama 30 hari.

1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan informasi mengenai obat tetes
matafenilefrin hidroklorida dengan pengawet Klorobutanol 0,5% b/v dan juga
dapat sebagai acuan mahasiswa lainnya dalam melanjutkan penelitian ini.