Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Di Pembibitan

EFEKTIVITAS PEMBERIANBEBERAPAJENIS FUNGI MIKORIZAARBUSKULAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) DI PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH : PERDANA ROY OKSEMSA PURBA / 090301074 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

EFEKTIVITAS PEMBERIANBEBERAPAJENIS FUNGI MIKORIZAARBUSKULAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) DI PEMBIBITAN
SKRIPSI
OLEH : PERDANA ROY OKSEMSA PURBA / 090301074
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi Minat

: EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA JENIS

FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR TERHADAP


PERTUMBUHAN

TANAMAN

KARET

(Hevea brassiliensis Muell. Arg.) DI PEMBIBITAN

: Perdana Roy Oksemsa Purba

: 090301074

: Agroekoteknologi

: Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Nini Rahmawati, SP. MSi) NIP :1972 0215 2001 122 002 Ketua Komisi Pembimbing


(Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc.) NIP. 1959 1118 1996 031 001 Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui,

(Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D.) NIP. 1964 0620 198903 2 001 Ketua Program Studi

Tanggal Lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
PERDANA ROY OKSEMSA PURBA : Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) di Pembibitan, dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan EMMY HARSO KARDHINATA.
Penggunaan pupuk kimia sering dipilih petani untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman karet. Akan tetapi penggunaan pupuk kimia ini lama kelamaan akan membuat kesuburan tanah berkurang disebabkan matinya mikrorganisme di dalam tanah dan tanah menjadi padat sehingga perakaran tanaman tidak bisa bekerja dengan baik. Oleh karena itu pemberian pupuk hayati berupa FMA diharapkan dapat menggantikan peranan pupuk kimia dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman karet yang berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 dpl dari bulan Juli sampai September 2013, menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor yaitu beberapa jenis spora FMA (spora mikoriza hitam besar, spora mikoriza hitam kecil, spora mikoriza kuning besar, spora mikoriza kuning kecil, spora mikoriza indigenous karet hitam, spora mikoriza indigenous karet kuning, spora Glomus spp.). Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi tanaman, jumlah klorofil, panjang akar, volume akar, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, berat kering akar dan jumlah spora.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa jenis FMA belum berperan dalam pertumbuhan tanaman karet di pembibitan. Pemberian beberapa jenis FMA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah spora, sementara untuk parameter lainnya berpengaruh tidak nyata. Kata kunci : karet, fungi mikoriza arbuskular
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
PERDANA ROY OKSESMSA PURBA : The effectivity of Aplication some type Arbuscular Mychorriza Fungi (AMF) on rubber growth in seedlings, supervised by NINI RAHMAWATI and EMMY HARSO KARDHINATA.
The application of chemical fertilizer is often selected by farmer to increase the rubber growth. However the uses of chemical fertilizer in process of time will bit into land fertility caused the death of microbe in the ground and the land condition will be solid, it caused root plants can not absorb a nutrition. So the application of biological fertilizer like AMF expected to replace chemical fertilizer to increase a rubber growth in continuing time. This research had been conducted in plastic house of the Agriculture Faculty, University of North Sumatra (± 25 m asl) from July - September 2013. Method of this research is non factorial randomized block design with 7 treatments, that is the type of AMF spore (big black AMF spores, small black AMF spores, big yellow AMF spores, small yellow AMF spores, black indigenous of rubber AMF spores, yellow indigenous of rubber AMF spores, spores of Glomus spp.). Parameters observed were addition of plant height, total of cholorofil, root length, root volume, weight of wet shoot, weight of wet root, weight of dry shoot, weight of dry root and total of spores.
The result showed that the addition of some type AMF significantly influenced total of spores, but for the other parameters influenced not significantly. Keywords : rubber, arbuscular mychorriza fungi

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Perbaungan pada tanggal 20 Oktober 1991 dari ayah Jawalmen Purba (+) dan ibu Lely Nurliana Saragih. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Deli Serdang dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pemerintahan mahasiswa fakultas pertanian universitas sumatera utara (Pema FP-USU), sebagai asisten praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan (2011-2013), Laboratorium Anatomi Tumbuhan (2012-2013) dan Laboratorium Nutrisi dan Analisis Pertumbuhan Tanaman (2013).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III, Kebun Rambutan dari tanggal 9 Juli sampai 10 Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) di Pembibitan”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Nini Rahmawati, SP, MSi. selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Penulis sangat berterima kasih kepada ibu Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S, MS, DAA. yang telah membantu dalam pelaksanaan dan pembiayaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen penguji pada seminar usul dan hasil penelitian yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini serta kepada seluruh staf pengajar, staf pegawai dan sahabat di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi perkebunan tanaman karet serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Oktober 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ................................................................................................................ i

ABSTRACT................................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 4 Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ................................................................................................. 5 Syarat Tumbuh................................................................................................... 6 Iklim ............................................................................................................ 6 Tanah........................................................................................................... 8 Pembibitan Tanaman Karet................................................................................ 9 Pupuk Hayati...................................................................................................... 12 Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) ................................................................... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 18 Bahan dan Alat................................................................................................... 18 Metode Penelitian .............................................................................................. 18
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)................................................... 21 Persiapan Lahan ................................................................................................. 21 Persiapan Media Tanam..................................................................................... 21 Persiapan Bahan Tanaman ................................................................................. 21 Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)..................................................... 22 Penanaman Bibit dalam Polybag ....................................................................... 22 Pemupukan......................................................................................................... 22 Pemeliharaan...................................................................................................... 22 Penyiraman ................................................................................................. 22
Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Hama dan Penyakit............................................................... 22 Penyiangan.................................................................................................. 23 Panen ................................................................................................................. 23 Pengamatan Parameter ...................................................................................... 23 Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)............................................................ 23 Jumlah Klorofil ........................................................................................... 23 Panjang Akar (cm) ...................................................................................... 23 Volume akar (cm3)...................................................................................... 24 Berat Basah Tajuk (g) ................................................................................. 24 Berat Basah Akar (g) .................................................................................. 24 Berat Kering Tajuk (g)................................................................................ 24 Berat Kering Akar (g) ................................................................................. 24 Jumlah Spora............................................................................................... 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ........................................................................................................... 26 Pembahasan................................................................................................ 31 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................ 35 Saran........................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 36 LAMPIRAN.............................................................................................................. 39
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Rataan Jumlah Spora pada Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza
Arbuskular ........................................................................................................ 26 2. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 MST pada
Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular .................................. 27 3. Rataan Jumlah Klorofil (Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil Total) pada
Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular .................................. 27 4. Rataan Panjang Akar pada Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza

Arbuskular ....................................................................................................... 28 5. Rataan Volume Akar pada Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza
Arbuskular ....................................................................................................... 28 6. Rataan Berat Basah Tajuk pada Pemberian Beberapa Jenis Fungi
Mikoriza Arbuskular ........................................................................................ 29 7. Rataan Berat Basah Akar pada Pemberian Beberapa Jenis Fungi
Mikoriza Arbuskular ........................................................................................ 29 8. Rataan Berat Kering Tajuk pada Pemberian Beberapa Jenis Fungi
Mikoriza Arbuskular........................................................................................ 30 9. Rataan Berat Kering Akar pada Pemberian Beberapa Jenis Fungi
Mikoriza Arbuskular........................................................................................ 30
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bagan penelitian............................................................................................... 39 2. Deskripsi Tanaman Karet Klon PB 260........................................................... 40 3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian........................................................... 41 4. Data Awal Tinggi Tanaman (cm). ................................................................. . 42 5. Data Minggu Pertama (cm)............................................................................ ..42 6. Pertambahan Tinggi Tanaman Minggu Pertama (cm) ..................................... 42 7. Transformasi √X + 0.5 Tinggi Tanaman Minggu Pertama............................. 43 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Minggu Pertama ..................................... 43 9. Data Minggu Kedua Tinggi Tanaman (cm) ..................................................... 43 10. Pertambahan Tinggi Tanaman Minggu Kedua (cm)........................................ 44 11. Transformasi √X + 0.5 Tinggi Tanaman Minggu Kedua ............................... 44 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Minggu Kedua........................................ 44 13. Data Minggu Ketiga Tinggi Tanaman (cm)..................................................... 45 14. Pertambahan Tinggi Tanaman Minggu Ketiga (cm) ....................................... 45 15. Transformasi LOG Y+1 Tinggi Tanaman Minggu Ketiga. ............................ 45 16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Minggu Ketiga........................................ 46 17. Data Minggu Keempat Tinggi Tanaman (cm) ................................................. 46 18. Pertambahan Tinggi Tanaman Minggu Keempat (cm).................................... 46 19. Transformasi LOG Y+1 Tinggi Tanaman Minggu Keempat ......................... 47 20. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Minggu Keempat.................................... 47 21. Data Minggu Kelima Tinggi Tanaman (cm).................................................... 47 22. Pertambahan Tinggi Tanaman Minggu Kelima (cm) ...................................... 48 23. Transformasi LOG Y+1 Tinggi Tanaman Minggu Kelima ............................ 48 24. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Minggu Kelima ...................................... 48 25. Data Minggu Keenam Tinggi Tanaman (cm) .................................................. 49 26. Pertambahan Tinggi Tanaman Minggu Keenam (cm)..................................... 49 27. Transformasi LOG Y+1 Tinggi Tanaman Minggu Keenam .......................... 49 28. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Minggu Keenam..................................... 50 29. Data Minggu Ketujuh Tinggi Tanaman (cm)................................................... 50 30. Pertambahan Tinggi Tanaman Minggu Ketujuh (cm) ..................................... 50 31. Transformasi LOG Y+1 Tinggi Tanaman Minggu Ketujuh........................... 51 32. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Minggu Ketujuh ..................................... 51 33. Klorofil a. ......................................................................................................... 51 34. Transformasi √X + 0.5 Klorofil a ................................................................... 52 35. Sidik Ragam Klorofil a .................................................................................... 52 36. Klorofil b.......................................................................................................... 52 37. Transformasi √X + 0.5 Klorofil b ................................................................... 53 38. Sidik Ragam Klorofil b .................................................................................... 53
Universitas Sumatera Utara

39. Klorofil Total ................................................................................................... 53 40. Transformasi √X + 0.5 Klorofil Total............................................................. 54 41. Sidik Ragam Klorofil Total.............................................................................. 54 42. Panjang Akar (cm) ........................................................................................... 54 43. Transformasi LOG Y Panjang Akar ............................................................... 55 44. Sidik Ragam Panjang Akar .............................................................................. 55 45. Volume Akar.................................................................................................... 55 46. Transformasi LOG Y Volume Akar ............................................................... 56 47. Sidik Ragam Volume Akar .............................................................................. 56 48. Berat Basah Tajuk (g) ...................................................................................... 56 49. Transformasi LOG Y Berat Basah Tajuk........................................................ 57 50. Sidik Ragam Berat Basah Tajuk ...................................................................... 57 51. Berat Basah Akar (g)........................................................................................ 57 52. Transformasi LOG Y Berat Basah Akar......................................................... 58 53. Sidik Ragam Berat Basah Akar ....................................................................... 58 54. Berat Kering Tajuk (g) ..................................................................................... 58 55. Transformasi LOG Y Berat Kering Tajuk ...................................................... 59 56. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk..................................................................... 59 57. Berat Kering Akar (g) ...................................................................................... 59 58. Transformasi LOG Y+1 Berat Kering Akar ................................................... 60 59. Sidik Ragam Berat Kering Akar ...................................................................... 60 60. Jumlah Spora.................................................................................................... 60 61. Sidik Ragam Jumlah Spora .............................................................................. 61 62. Data Lanjutan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% ............... 61 63. Foto Hasil Penelitian ........................................................................................ 62
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
PERDANA ROY OKSEMSA PURBA : Efektivitas Pemberian Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) di Pembibitan, dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan EMMY HARSO KARDHINATA.
Penggunaan pupuk kimia sering dipilih petani untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman karet. Akan tetapi penggunaan pupuk kimia ini lama kelamaan akan membuat kesuburan tanah berkurang disebabkan matinya mikrorganisme di dalam tanah dan tanah menjadi padat sehingga perakaran tanaman tidak bisa bekerja dengan baik. Oleh karena itu pemberian pupuk hayati berupa FMA diharapkan dapat menggantikan peranan pupuk kimia dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman karet yang berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 dpl dari bulan Juli sampai September 2013, menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor yaitu beberapa jenis spora FMA (spora mikoriza hitam besar, spora mikoriza hitam kecil, spora mikoriza kuning besar, spora mikoriza kuning kecil, spora mikoriza indigenous karet hitam, spora mikoriza indigenous karet kuning, spora Glomus spp.). Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi tanaman, jumlah klorofil, panjang akar, volume akar, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, berat kering akar dan jumlah spora.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa jenis FMA belum berperan dalam pertumbuhan tanaman karet di pembibitan. Pemberian beberapa jenis FMA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah spora, sementara untuk parameter lainnya berpengaruh tidak nyata. Kata kunci : karet, fungi mikoriza arbuskular

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
PERDANA ROY OKSESMSA PURBA : The effectivity of Aplication some type Arbuscular Mychorriza Fungi (AMF) on rubber growth in seedlings, supervised by NINI RAHMAWATI and EMMY HARSO KARDHINATA.
The application of chemical fertilizer is often selected by farmer to increase the rubber growth. However the uses of chemical fertilizer in process of time will bit into land fertility caused the death of microbe in the ground and the land condition will be solid, it caused root plants can not absorb a nutrition. So the application of biological fertilizer like AMF expected to replace chemical fertilizer to increase a rubber growth in continuing time. This research had been conducted in plastic house of the Agriculture Faculty, University of North Sumatra (± 25 m asl) from July - September 2013. Method of this research is non factorial randomized block design with 7 treatments, that is the type of AMF spore (big black AMF spores, small black AMF spores, big yellow AMF spores, small yellow AMF spores, black indigenous of rubber AMF spores, yellow indigenous of rubber AMF spores, spores of Glomus spp.). Parameters observed were addition of plant height, total of cholorofil, root length, root volume, weight of wet shoot, weight of wet root, weight of dry shoot, weight of dry root and total of spores.
The result showed that the addition of some type AMF significantly influenced total of spores, but for the other parameters influenced not significantly. Keywords : rubber, arbuscular mychorriza fungi
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor unggulan yang dapat menghasilkan devisa negara yang cukup besar. Beberapa komoditi hasil perkebunan yang menjadi unggulan di Indonesia antara lain: karet, kelapa sawit, kakao, kopi, teh, dan sebagainya. Salah satu komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia adalah karet dan hasil olahan karet di samping CPO yang tetap menjadi primadona ekspor. Produksi karet alam Indonesia yang cukup besar dan layak untuk diperhitungkan dalam pasar internasional. Indonesia merupakan negara penghasil karet alam kedua terbesar di dunia setelah Thailand (Hero dan Purba, 2010)
Tanaman karet (Hevea brassiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur tahun kelima. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
Perkebunan karet Indonesia seluas 3,3 juta hektar, 85 % di antaranya perkebunan rakyat, selebihnya, 7 %, merupakan perkebunan besar negara dan 8 %
Universitas Sumatera Utara

perkebunan besar swasta. Dari segi produksi Indonesia kalah dengan Thailand. Produksi karet Indonesia selama 2006 tercatat 2,6 juta ton, kalah dibandingkan dengan Thailand yang menempati posisi teratas dengan tiga juta ton, melalui upaya penerapan teknologi maju dan bibit jenis unggul diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan hektar sehingga tahun 2020 Indonesia bisa menjadi produsen karet terbesar di dunia. Secara umum permasalahan utama perkebunan karet rakyat adalah masih rendahnya produktivitas kebun (sekitar 610 kg/ha/tahun) bila dibandingkan dengan produktivitas tanaman karet perkebunan besar yang mencapai sekitar 1100-1200 kg/ha/tahun (Ditjenbun, 2005).
Dalam menunjang sasaran pemerintah untuk mencapai produksi karet alam Indonesia sebesar 3-4 juta ton/tahun pada tahun 2025 diperlukan percepatan peremajaan karet tua seluas 400 ribu ha sampai dengan tahun 2009 dan 1,2 juta ha sampai dengan 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila areal perkebunan kurang produktif saat ini berhasil diremajakan dengan klon karet unggul (Anwar, 2006).
Salah satu upaya perbaikan budidaya yang dapat dilakukan adalah memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk yang sangat berperan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman. Akan tetapi karena tanaman karet ini merupakan komoditi tahunan sehingga disarankan untuk memberikan pupuk yang ramah lingkungan agar terwujud konsep pertanian berkelanjutan. Diantaranya dengan menekan pemakaian pupuk anorganik yang dapat menyebabkan degradasi lahan bila digunakan terus menerus. Dengan demikian diperlukan beberapa upaya alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan hara tanaman.
Universitas Sumatera Utara

Meningkatnya perhatian terhadap aplikasi pupuk hayati karena kegunaannya yang dapat menyediakan sumber hara bagi tanaman, melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurna sehingga memperpanjang usia akar, dan sebagai penawar racun beberapa logam berat. Disamping itu aplikasi pupuk hayati dapat menekan pemakaian pestisida sampai 50% dan meningkatkan kadar bahan organik tanah, sehingga pendapatan petani dapat meningkat 30% (Damanik, dkk, 2011).

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan salah satu pupuk hayati yang didefenisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Penyediaan hara ini dapat berlangsung simbiotis dan nonsimbiotis. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Tumbuhnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan terhadap lingkungan maka sebagian kecil petani beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik (Simanungkalit, dkk, 2006).
Mikoriza merupakan struktur yang terbentuk karena asosiasi simbiosis mutualisme antara cendawan tanah dengan akar tanaman tingkat tinggi. Sedikitnya terdapat lima manfaat mikoriza bagi perkembangan tanaman yang menjadi inangnya, yaitu meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah, sebagai penghalang biologis terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan ketahanan inang terhadap kekeringan, meningkatkan hormon pemacu tumbuh, dan menjamin terselenggaranya siklus biogeokimia. Dalam hubungan simbiosis ini, cendawan mendapatkan keuntungan nutrisi (karbohidrat dan zat tumbuh lainnya) untuk keperluan hidupnya dari akar tanaman (Noli, dkk, 2011).
Universitas Sumatera Utara

Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) sangat tergantung pada kesesuaian antara faktor-faktor jenis FMA, tanaman dan tanah serta interaksi ketiga faktor tersebut. Jenis tanaman berpengaruh dalam hal perbedaan tingkat ketergantungan pada mikoriza karena terdapat tanaman tertentu yang sangat membutuhkan keberadaan mikoriza seperti ubi kayu sedangkan tanaman lobak tidak membutuhkan mikoriza (Rainiyati, dkk, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas pemberian fungi mikoriza arbuskular (FMA) terhadap pertumbuhan tanaman karet di pembibitan. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian beberapa jenis fungi mikoriza arbuskular terhadap pertumbuhan tanaman karet di pembibitan Hipotesis Penelitian
Jenis fungi mikoriza arbuskular memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman karet di pembibitan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan sebagai informasi pembibitan karet.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg. (Setiawan dan Andoko, 2005).
Akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar tanaman karet merupakan akar batang bawah yang berfungsi menyerap air dan garam-garam mineral. Sistem perakaran tanaman karet padat atau kompak, akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 meter sedangkan akar lateralnya dapat menembus sejauh 10 meter. Akar yang berada pada kedalaman 0-60 cm dan jarak 1-2,5 m dari pangkal pohon (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. . Lateks inilah yang biasanya menjadi bahan baku karet (Setiawan dan Andoko, 2005).
Daun karet berselang-seling, helai daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun berhelai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Universitas Sumatera Utara

Karet termasuk tanaman sempurna karena memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai paying yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan diujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina berambut vilt dengan ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan jantannya dan mengandung bakal buah yang berumah tiga (Setiawan dan Andoko, 2005).
Karet merupakan tanaman berbuah polong (diseliputi kulit yang keras) yang sewaktu masih muda buahnya berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudianmengering. Pada waktunya pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya. Tiap buah tersusun atas 2-4 kotak biji. Pada umumnya berisi 3 kotak biji dimana setiap kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah pada umur lima tahun dan akan semakin banya setiap pertambahan umur tanaman (Budiman, 2012).

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Budiman, 2012). Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Idealnya adalah pada tinggi 0-200 m dari permukaan laut. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dari permukaan laut. Tanaman karet
Universitas Sumatera Utara

tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan 2000-4000 mm per tahun. Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara 250 C hingga 350 C. Suhu terbaik adalah rata-rata 280 C. Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara 75-90 %. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di daerah yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air, sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi pembatas (Sianturi, 2001).
Karet termasuk tanaman dataran rendah, yaitu biasa tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0 - 400 meter diatas permukaan laut. Di ketinggian tersebut suhu harian 25 - 300 C. Meskipun membutuhkan tempat yang hangat, karet juga memerlukan kelembaban yang cukup. Karenanya, wilayah dengan curah hujan yang tinggi (2000 - 2500 mm/tahun). Sebagai tanaman tropis, karet juga membutuhkan sinar matahari sepanjang hari minimum 5 – 7 jam/hari (Setiawan dan Andoko, 2005).
Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim sebagai berikut : suhu rata-rata harian 280C dan curah hujan tahunan rata-rata antara 2500 – 4000 mm dengan hari hujan mencapai 150 hari per tahun. Pada daerah yang sering turun hujan pada pagi hari akan mempengaruhi kegiatan penyadapan. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan berkurang. Keadaan daerah di Indonesia yang cocok untuk pertanaman karet adalah daerah-daerah Indonesia bagian barat yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah (Budiman, 2012)
Universitas Sumatera Utara

Tanah Secara umum karet mengkhendaki tanah dengan struktur ringan sehingga
mudah ditembus air. Sementara itu, derajat keasaman atau pH tanah yang sesuai untuk tanaman karet adalah mendekati normal (4-9) dan untuk pertumbuhan optimalnya 5-6. kontur atay topografi tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karet. Kontur tanah yang datar lebih baik dibandingkan dengan yang berbukit-bukit. Untuk memudahkan pengairan, lahan penanaman karet sebaiknya dekat dengan sumber air baik sungai maupun aliran air lainnya (Setiawan dan Andoko, 2005).
Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah-tanah yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan padas lebih dari 1 m, permukaan air tanah rendah yaitu ± 1m. Sangat toleran terhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8-3,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).
Reaksi tanah yang umum ditanami karet mempunyai pH antara 3,5-7,0. sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut : - solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan - aerasi dan drainase baik, remah, porous dan dapat menahan air - tekstur terdiri atas 35 % liat dan 30 % pasir - tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm - kandungan unsur hara N,P, dan K cukup daan tidak kekurangan unsur mikro - kemiringan tidak lebih dari 16 %, dan permukaan air tanah kurang dari 100 cm (Budiman, 2012).
Universitas Sumatera Utara

Pembibitan Tanaman Karet Tanaman karet diperbanyak melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan
bibit yang baik perlu mempersiapkan adanya batang bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dan biji-biji klon anjuran, sedangkan untuk batang atas berasal dari mata klon-klon anjuran. Untuk mendapatkan bibit yang bermutu baik perlu mempersiapkan kebun batang bawah dan kebun batang atas (entres) yang dibangun sesuai standart yang dianjurkan (Budiman, 2012).
Untuk mendapatkan tanaman karet dengan produktivitas tinggi, penggunaan bibit tidak boleh sembarangan. Bertanam karet menggunakan bibit sembarangan hanya akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Setelah tanaman berproduksi dengan produktivitas rendah, peremajaan tanaman berupa pemborosan. Produktivitas tinggi hanya bisa diperoleh dari bibit klon unggul yang melewati ujicoba di laboratorium. Karenanya dianjurkan memilih klon yang telah direkomendasikan sesuai dengan provinsi dan tipe iklimnya (Setiawan dan Andoko, 2005)
Pembibitan tanaman karet dilakukan dua tahap, yaitu persemaian benih dan pembibitan. Persemaian bertujuan untuk menyeleksi kecambah yang tumbuh. Benih ditanaman dalam bedengan selama maksimum 21 hari. Benih benih yang tumbuh segera dipindahkan ke pembibitan. Kecambah ditanam di pembibitan dan dipelihara selama 12 – 18 bulan. Untuk mendapatkan bibit yang baik harus melalui okulasi. Oleh karena itu diperlukan batang atas (entres) yang berasal dari kebun entres. Keberhasilan okulasi terletak pada keserasian pertautan kambium antara batang bawah-batang atas dan kompatibilitas antara keduanya yang dapat didekati dari kedekatan silsilah tetuanya (Karyudi dan Azwar, 1990).
Universitas Sumatera Utara


Bibit karet dalam polybag dapat berasal dari biji atau okulasi mata tidur (OMT) yang dipelihara sampai tumbuh menjadi tanaman kecil yang siap dipindahkan.Bibit dalam polybag dapat digunakan untuk keperluan pembibitan, kebun kayu okulasi, kebun produksi maupun ditanam di lahan bekas hutan atau yang lain. Tanaman karet yang berada dalam polybag merupakan tanaman yang telah siap untuk dipindahkan atau ditanam di lapangan. Bibit karet dalam polybag merupakan bahan tanam yang ideal karena perakarannya telah siap dan tunas tumbuh dengan baik. Bibit karet dalam polybag sudah umum digunakan sebagai bahan tanaman. Penggunaan bibit ini memberikan keuntungan antara lain : kematian rendah, dapat ditanam diluar musim penghujan, dan masa belum menghasilkan lebih pendek. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi. Stump mata tidur karet merupakan hasil pembiakan vegetatif (okulasi) atau sering juga disebut bibit okulasi yang dibongkar setelah mata bengkak (Sianturi, 2001).
Tanaman karet PB-260 merupakan klon penghasil lateks yang dianjurkan untuk dikembangkan di Indonesia mulai tahun 1991. Karakteristik klon PB-260 adalah pertumbuhan lilit batang pada saat tanaman belum menghasilkan dan telah menghasilkan sedang, tahan terhadap penyakit daun utama (Corynespora, Colletotrichum, dan Oidium). Potensi produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata produksi aktual 2.107 kg/ha/tahun selama 9 tahun penyadapan dan tidak respon terhadap stimulan. Lateks berwarna kekuningan. Pengembangan tanaman dapat dilakukan pada daerah beriklim sedang dan basah (Erlan, 2004).
Masalahnya, proyek pengembangan karet berbantuan dengan pembiayaan dari pemerintah pusat atau pinjaman luar negeri sudah sulit diadakan. Oleh karena
Universitas Sumatera Utara

itu perlu didorong upaya-upaya untuk melakukan percepatan pengembangan peremajaan karet secara mandiri melalui peningkatan partisipasi dan pemberdayaan petani serta masyarakat. Hal ini dilandasi pula oleh kenyataan bahwa upaya peremajaan karet oleh petani dengan menerapkan teknologi maju secara swadaya berjalan relatif lambat dan tingkat keberhasilannya rendah, karena menghadapi kendala seperti terbatasnya dana yang dimiliki petani, ketersediaan benih bermutu, ketersediaan informasi dan SDM yang handal, kelemahan sistem kelembagaan finansial, pengolahan dan pemasaran (Supriadi et al, 1992). Pupuk Hayati
Pupuk hayati atau pupuk mikroba merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan ke tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman menyediakan unsur hara tertentu terutama N dan P. Jenis mikroba yang dimanfaatkan sebagai pupuk hayati misalnya Rhizobium, mikroba pelarut fosfat, Azospirilium, cendawan mikoriza dan lain-lain. Perbanyakan pupuk hayati rhizobium dapat dilakukan pada media padat kompos dan media cair di laboratorium. Pupuk hayati mikoriza FMA dapat diperbanyak dengan menggunakan tanaman kultur. Pupuk hayati rhizobium dapat diaplikasikan melalui biji dan tanah. Pupuk hayati FMA dapat diaplikasikan pada saat semai biji dan atau pada lubang tanaman pada saat pindah tanam (Damanik, dkk, 2011).
Pupuk yang berisi mikroba penyubur tanah dikenal sebagai pupuk hayati (Biofertilizer). Biofertilizer arti umumnya adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup dan diharapkan aktivitasnya akan berpengaruh pada ekosistim tanah dan menghasilkan substansi yang menguntungkan untuk tanaman (Subowo, dkk, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok organisme perombak. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006).
Menurut Damanik, dkk (2011), banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan pupuk hayati, antara lain: (1) menyediakan sumber hara bagi tanaman, (2) melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, (3) menstimunir sistem perakaran agar berkembang sempurna sehingga
memperpanjang usia akar, (4) memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh, pucuk, kuncup bunga,
dan stolon, (5) sebagai penawar racun beberapa logam berat,
Universitas Sumatera Utara

(6) sebagai metabolit pengatur tumbuh, (7) sebagai bioaktivator. Dengan lengkapnya fungsi pupuk hayati tersebut maka dikenal Bio regulator of Soil.
Beberapa mikroba tanah seperti Rhizobium, Azaospirillum dan Azotobacter, bakteri pelarut fosfat, Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer pada pertanian organik. Pada dasarnya kesuburan tanah merupakan kunci keberhasilan sistem pertanian organik, baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi (Rahmawati, 2005). Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)
Pupuk hayati yang sering digunakan adalah Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dan pupuk mikroba. Fungi mikoriza arbuskular merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara fungi dan perakaran tumbuhan tinggi dimana jenis fungi mikoriza ini membentuk arbuskular dan vesikular dalam sel korteks akar. fungi mikoriza arbuskular dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam pengambilan unsur hara (K, Mg, Ca, O, H, C, dan S) terutama fosfor yang berguna untuk dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar. Selain itu FMA mampu memberikan ketahanan terhadap kekeringan karena hifa fungi masih mampu untuk menyerap air pada pori-pori tanah dan penyebaran hifa di dalam tanah sangat luas sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak (Zuroidah, 2011)

Mikoriza yang berarti fungi akar adalah asosiasi simbiotik mycelia fungi (bagian vegetatif) dengan akar tanaman tertentu. Mikoriza membantu tanaman induk menyerap unsur hara tertentu. Mikoriza dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu mikoriza ektotrophic dan mikoriza endotrophic. Mikoriza
Universitas Sumatera Utara

ektotophic berkembang (tumbuh) sebagai filament diantara sel-sel akar (tidak kedalam sel-sel akar). Fungi ini membantu akar meningkatkan penyerapan unsur hara dengan meningkatkan luas permukaan akar yang efektif menyerap unsur hara. Mikoriza endotrophic biasanya menembus ke dalam sel-sel akar tanaman. Unsur hara dari mikoriza yang mati diserap dan digunakan oleh tanaman induk (Hardjowigeno, 2010)
Fungi mikoriza merupakan kelompok fungi tanah yang bersimbiosis dengan berbagai tanaman. Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu endomikoriza dan ektomikoriza. Fungi mikoriza arbuskular adalah salah satu dari sub kelompok dari endomikoriza yang jauh lebih luas penyebarannya dibandingkan dengan ektomikoriza. Saat ini diketahui ada enam genera fungi mikoriza arbuskular yang bersimbiosis dengan tanaman yaitu : Acaulospora, Antrophospora, Gigaspora, Glomus, Sclerocystis, dan Scutellospora. Ektomikoriza dapat bersimbiosis dengan sekurang-kurangnya 19 famili (Damanik, dkk, 2011).
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dapat dipergunakan untuk memperluas bidang serapan akar tanaman, untuk meningkatkan penyerapan air dan unsur hara bagi tanaman yang bermikoriza, dan bahkan akar tanaman yang berasosiasi dengan FMA dinyatakan dapat mempunyai daya jelajah volume tanah sampai mencapai 100 kali akar tanaman yang sama tetapi tanpa bermikoriza. Tanaman kedelai dinyatakan mempunyai ketergantungan yang relatif tinggi terhadap infeksi FMA dalam usahanya untuk penyerapan hara dan air. Parman et al. (1997) menunjukkan bahwa hasil tanaman jagung, kedelai dan kacang hijau yang ditanam setelah padi di tanah vertisol secara siginifikan lebih tinggi pada tanaman
Universitas Sumatera Utara

yang diinokulasi dengan FMA daripada yang tidak diinokulasi, termasuk juga serapan P dalam jaringannya (Wangiyana, dkk, 2007).
Keuntungan mikoriza pada tumbuhan yang dikenal baik adalah meningkatkan penyerapan fosfat, meskipun penyerapan hara lainnya dan air sering meningkat pula. Manfaat mikoriza yang paling besar yaitu dalam meningkatkan penyerapan ion yang biasanya berdifusi secara lambat menuju akar atau yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, terutama fosfat, NH4+, K+, dan NO3-. Penyerapan hara dilakukan oleh akar. Hara ini mencapai akar melalui tiga cara, yaitu : difusi melalui larutan tanah, dibawa air secara pasif dalam aliran massa menuju akar, dan akar yang tumbuh mendekati unsur hara tersebut (Salisbury dan Ross, 1995).
Penelitian mengenai mikoriza telah mulai banyak dilakukan, bahkan usaha untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logamlogam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika terdapat komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan dalam bidang agribisnis (Feronika, 2003).
Mikoriza berdasarkan cara diperolehnya ada dua yaitu mikofer dan indigenous. Mikoriza indigenous merupakan jenis mikoriza yang ditemukan berasosiasi dengan perakaran tumbuhan secara alami tanpa campur tangan manusia dalam proses infeksi awal antara mikoriza dengan tumbuhan inang. Mikoriza indigenous memiliki potensi yang tinggi untuk membentuk infeksi yang
Universitas Sumatera Utara

ekstensif karena mengenali tanaman inangnya selain itu mikoriza indigenous memiliki sifat toleransi yang lebih tinggi terhadap kondisi lingkungan dengan cekaman yang tinggi (Sundari, dkk, 2011).
Penelitian dari Susanto (1994), diperoleh hasil bahwa inokulasi mikoriza pada kecambah bibit karet klon GT 1 umur 14 hari hanya berpengaruh nyata pada awal pertumbuhan tanaman pada peubah jumlah tangkai daun, diameter batang dan tinggi batang. Pengaruh yang nyata juga dijumpai pada interaksi mikoriza dan pemupukan P pada peubah bobot kering akar, bobot kering tajuk dan luas daun pada percobaan pertama. Inokulasi mikoriza dapat membantu bibit karet untuk beradaptasi di lapang terutama pada kondisi kekurangan unsur hara P. Mikoriza juga mampu meningkatkan pertumbuhan bibit karet pada masing-masing interval pemberian air yang sama.
Dari hasil penelitian Neliyati (2010), diperoleh bahwa pemberian cendawan mikoriza dan frekuensi pemberian air memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, berat kering pupus, berat kering akar, luas daun dan persentase infeksi mikoriza. Terdapat interaksi antara kedua perlakuan pada variabel luas daun, berat kering akar dan berat kering pupus. Pemberian air 3 hari sekali dengan dosis mikoriza 20 g/polybag memberikan pertumbuhan bibit kar

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

0 56 87

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

7 52 92

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Karet (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

1 30 54

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa

2 37 54

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53