Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Perraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran

(1)

lxxix

DAFTAR PUSTAKA Buku

Ali, Zainuddin, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Bohari. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2012. Hamzah, Andi. Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005 Handoko, T. Hani, Manajemen, edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 2010.

Irfan, Fahmi. Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, cetakan pertama, Penerbit : Alfabeta, Bandung, 2012.

Kadir, Abdul, dkk. Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam Menopang Desentralisasi Fiskal, Medan, Fisip Usu Press, 2008. Mardiasmo. Perpajakan: Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi, 2013.

Muchsin dan Fadillah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang,2002.

Mustafa, Bachsan. Sistem Hukum Indonesia Terpadu, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

Rahim, Arhjayati. Penegakan Hukum Peraturan Daerah, Fakultas Syariah IAIN Sultan Amai Gorontalo Rahim, Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013 Santoso, Budi, Butir-Butir Berserakan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual

(Desain Industri), Mandar Maju, Bandung, 2005.

Saidi, Muhammad Djafar. Pembaharuan Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Siahaan, Marihot P. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT Raja Gravindo Persada, Jakarta, 2005.

Sirajuddin, dkk. Reaktualisasi Cita Hukum Dalam Pembangunan Hukum, Lembaga Studi Untuk Penguatan Masyarakat Transisi, Malang, 2007.


(2)

lxxx

Soekanto, Soerjono. Penegakan Hukum, Binacipta, Bandung,2010.

Soekanto, Soerjono dan Heri Tjandrasari, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Alumni, Bandung, 2003.

Terry, R, George dan Leslie W, Rue, Dasar-dasar Manajemen, edisi bahasa Indonesia, cetakan ketigabelas, Bumi Aksara, Jakarta, 2010.

Pudyatmoko, Y. Sri. Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi)-Ed.IV, Andi, Yogyakarta, 2009.

Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran Internet

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/01/29/75863/pemko-medan-turunkan-pajak-hiburan-jadi-20persen/#.VnNvi87Z7Fw (diakses tanggal 1 Desember 2015)

http://waspada.co.id/medan/tim-pemko-tagih-3-restoran-tak-bayar-pajak/(diakses

tanggal 1 November 2015)

http://definisirestoran.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-restoran.html (diakses tanggal 1 Desember 2015.

http://www.pajak.go.id/content/mengenal-lebih-dekat-pajak-pertambahan-nilai diakses pada tanggal 1Desember2015

http://tipsmotivasihidup.blogspot.co.id/2015/09/gambaran-umum-kota-medan.html (diakses tanggal 1 Desember 2015)


(3)

lxxxi Wawancara

Wawancara dengan Adi selaku, Kasi Pendapatan Daerah Kota Medan, tanggal 5 Januari 2016


(4)

l BAB III

PENERAPAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

KOTA MEDAN

D. Pengertian, Objek dan Subjek Restoran

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.24 Pengertian kedua Restoran

berasal dari kata ”Restaurer” yang berarti restore atau restorasi yang dalam bahasa Indonesia berarti ”memperbaiki atau memulihkan, yakni memulihkan kondisi seseorang dari suatu kondisi yang kurang baik ke kondisi yang lebih baik. Jadi restoran adalah suatu tempat yang menyediakan makanan dan minuman untuk dikonsumsi tamu sebagai kebutuhan dalam rangka memperbaiki/memulihkan kembali kondisi yang telah berkurang setelah melakukan suatu kegiatan.25

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Dalam peemungutan Pajak Restoran terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui. Menurut Siahaan terminologi tersebut dapat dilihat berikut iRestoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan catering.26

24

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran, Pasal 1 angka 9.

25

http://definisirestoran.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-restoran.html (diakses tanggal 1 Desember 2015.

26


(5)

li

Dari pengetian diatas restoran didefinisikan sesuai makanan dan minuman yang dijual serta cara penyajian dan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan yang dating untuk menikmati hidangan maupun sekedar untuk bersantai.

Adapun jenis-jenis restoran, antara lain :27

1. Dinning room

Restoran yang melayani makanan dan minuman dengan kualitas nomor satu. Teknik pelayanan yang digunakan adalah pelayanan secara Rusia dan Perancis. Penataan meja makan secara Elaborate Cover atau lengkap dari

Appetizer hingga Dessert.

2. Café

Sebuah tempat yang menyediakan penjualan makanan dan minuman. 3. Specialty Restorant.

Restoran dengan ciri khasnya tersendiri mulai dari suasana, interior, peralatan, makanan, minuman, musik hingga pakaian seragam pelayan cenderung meonjolkan kekhasan suatu daerah atau negara. Seperti Chinese Restorant, Korean Restorant, Sundanese Restorant, dll.

4. Cafetaria

Restoran yang menyajikan makanan dan minuman ringan yang pada umumnya makanan sudah jadi dengan pelayanan yang cepat. Makanan ditata di etalase atau counter panjang, tamu tinggal memilih/mengambil makanan sesuai dengan seleranya. Pembayaran dilakukan di kasir yang terletak di ujung counter.

27Ibid


(6)

lii

5. Pub

Pub adalah tempat dimana lebih banyak mengkhususkan penjualan minuman dibanding penjualan makanan. Suasana pub biasanya lebih fokus pada penghiburan pelanggan dengan penyuguhan berbagai aliran musik oleh DJ ataupun oleh beberapa artis local hingga artis dunia

Pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yang disebut taatbestand. Istilah tersebut mengacu kepada keadaan, peristiwa atau perbuatan hokum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan objek pajak.28 P.J Andiani sebagai pelopor teori materiil menyatakan utang pajak timbul bukan karena ketetapan dari aparatur pajak melainkan karena sudah ditetapkan dalam perundang-undangan. Utang pajak timbul karena telah memenuhi syarat tatbestand yang terdiri dari peristiwa, keadaan, perbuatan-perbuatan tertentu sehingga tidak memerlukan campur tangan pejabat pajak untuk menerbitkan Surat ketetapan pajak. Keberadaan surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh aparatur pajak hanya untuk melakukan penagihan pajak dan tidak menimbulkan utang pajak. Surat ketetapan pajak tersebut berfungsi memberitahukan besarnya pajak yang terutang dan menetapkan besarnya utang pajak sehingga sifatnya hanya deklaratur.29

Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan di restoran. Pelayanan yang disediakan restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat

28

http://www.pajak.go.id/content/mengenal-lebih-dekat-pajak-pertambahan-nilai diakses pada tanggal 1Desember2015

29

Muhammad Djafar Saidi, Pembaharuan Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 156-163.


(7)

liii

pelayanan maupun di tempat lain. Tidak termasuk Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan di restoran yang nilai omzet penjualannya tidak melebihi Rp 9.000.000 (sembilan juta rupiah) setiap bulan.30

Subjek pajak dalam pengertian pajak objektif adalah konsumen yaitu selaku pihak yang memikul beban pajak. Dalam pajak objektif kondisi subjektif konsumen tidak dipertimbangkan untuk menentukan suatu peristiwa hukum terutang atau diwajibkan membayar pajak. Siapapun konsumennya sepanjang peristiwa hukum tersebut merupakan objek pajak maka terhadap konsumen tersebut diwajibkan membayar pajak yang sama.

Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan restoran.

Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak, Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen). Besaran pokok pajak terutang dihitung dengancara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Masa Pajak restoran adalah jangka waktu pajak yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Pendataan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Setiap Wajib Pajak wajib menerima, mengisi dan menyampaikan SPTPD. SPTPD harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada Kepala Daerah. Pengembalian SPTPD disampaikan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

30


(8)

liv

E. Penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pemungutan Pajak Restoran Kota Medan

Salah satu jenis pajak yang dipungut di daerah Kabupaten/ Kota termasuk Kota Medan adalah Pajak Restoran, sebagaimana telah ditetapkan melalui Undang

– Undang No. 28 Tahun 2009, dalam pelaksanaannya pemungutan pajak restoran diatur lebih lanjut dengan Perda No 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran. Dengan demikian bahwa di Kota Medan memiliki potensi Objek Pajak Restoran yang cukup besar dengan melihat jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan sebanyak 229. Bertolak pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa setiap nama pajak restoran dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran akan dipungut pajak kepada pemilik, maka kepada restoran yang berada di wilayah Kota Medan wajib didaftar atau mendaftarkan diri kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (selanjutnya disebut NPWPD). NPWPD ini merupakan identitas permanen yang menjadi tanggungjawab dan kewajiban setiap wajib pajak yang bersangkutan dalam melaksanakan setiap usahanya. Pengertian dari wajib pajak menurut Pasal 3 ayat (2) Perda No. 5 Tahun 2011 adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Selanjutnya bagi wajib pajak yang memiliki NPWPD akan dilaksanakan pendataan terhadap kegiatan atau usahanya guna dijadikan dasar untuk menetapkan besarnya jumlah pajak yang akan dikenakan. Pendataan yang dimaksud dilakukan baik dengan Surat Pemberitahuan (selanjutnya disebut SPT) yang diisi oleh wajib pajak maupun pendataan dengan pemeriksaan lapangan. Setiap wajib pajak dan wajib


(9)

lv

pungut, diwajibkan mendaftarkan diri kepada Kantor Pelayanan Pajak (selanjutnya disebut KPP) dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (selanjutya NPWP) dengan cara mengisi, menandatangani dan menyampaikan formulir pendaftaran wajib pajak kepada KPP atau tempat lain yang ditunjuk. Disini yang dimaksud dengan tempat lain yang ditunjuk itu adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Pemungutan terhadap restoran adalah merupakan upaya penegakan hukum terhadap wajib pajak yang memenuhi atau melanggar ketentuan tentang peraturan pajak daerah sampai batas waktu yang ditentukan dalam Surat Ketetapan Pajak (selanjutnya disebut SKP). Adapun tujuan pelaksanaan pemungutan pajak restoran di Kota Medan sebagai upaya penegakan hukum agar wajib pajak restoran tersebut segera memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku.

Kegiatan pemungutan pajak tersebut dapat berupa pemungutan pasif yang nilai dari proses surat peringatan atau surat teguran dan pemungutan aktif yang meliputi proses paksa, penyitaan, sampai lelang terhadap kekayaan wajib pajak. Pada waktu wajib pajak restoran menerima SKP telah dicantumkan tanggal batas akhir penagihan atau pelunasan atas pajak yang terhutang. Untuk mengingatkan wajib pajak restoran selama 7 (tujuh) hari sebelum masa berakhirnya batas waktu pembayaran, maka kepada wajib pajak restoran yang belum melunasi pajaknya yang terhutang akan dikirim surat peringatan, namun bila nyatanya wajib pajak yang bersangkutan belum juga melakukan kewajibannya, belum melunasi pajak terhutang sampai 14 (empat belas) hari setelah batas waktu tanggal pembayaran, maka wajib pajak tersebut akan diberikan surat teguran.2 Menurut Pasal 15 ayat


(10)

lvi

(1) Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran, menentukan bahwa tenggang waktu atau jatuh tempo pembayaran pajak yang terhutang adalah paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah saat terhutang pajak.

Adapun tata cara dari pelaksanaan pemungutan pajak restoran tersebut adalah dengan cara pemungutan pajak tidak dapat diborongkan, pajak dipungut berdasarkan ketetapan wajib pajak atau dibayar sendiri oleh wajib pajak maksudnya disini adalah untuk menghitung atau memperhitungkan peneteapan pajak sendiri yang terhutang, wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya dipungut menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (selanjutnya disebut SKPD) atau dokumen lain yang bersamaan. Pembayaran Pajak Daerah dalam hal ini Pajak Restoran menggunakan SPTPD yang harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap hal ini berkaitan jelas dengan Perda Nomor 5 Tahun 2011 Pasal 12 yang berbunyi : ayat (1) Setiap Wajib Pajak, wajib mengisi SPTPD; ayat (2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajakatau Kuasanya; (3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan lebih anjut dengan Peraturan Walikota.

Penetapan dan Perhitungan, berikut ini adalah cara penentuan jumlah pajak yang terhutang, awalnya petugas Dispenda Kota Medan menyerahkan SPTPD kepada wajib pajak untuk membayarkan pajak restoran mereka sendiri (selft assessment), tetapi ada beberapa wajib pajak di Kota Medan ini belum siap dengan cara membayar pajak restoran mereka sendiri (selft assessment) dengan alasan mereka belum tahu pasti berapa jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh waib pajak, kemudian petugas Dispenda Kota Medan menggunakan cara official


(11)

lvii

assessment yaitu dengan cara petugas yang mendatangi langsung wajib pajak untuk membantu menghitungkan besarnya pajak yang mereka harus bayarkan dengan cara petugas memeriksa melalui pembukuan dan struk belanja pembeli mereka, untuk para wajib pajak restoran yang belum memiliki pembukuan ataupun struk belanja, petugas melakukan wawancara langsung kepada para wajib pajak mengenai berapa jumlah omzet mereka per hari, kemudian omzet kotor mereka perbulan dikenakan tarif pajak restoran 10% (sepuluh persen).

Adapun beberapa wajib pajak restoran yang dapat menyetorkan pajak restoran mereka sendiri setiap bulannya, tetapi kembali lagi petugas memeriksa dari segi pembukuan dan struk belanja pembeli, berapa jumlah pajak restoran yang semestinya harus mereka bayarkan perbulannya, jika ternyata terdapat adanya kekurangan pembayaran itulah yang dimaksud dengan pajak terhutang kemudian disebut dengan SKPS (selanjutnya disebut Surat Ketetapan Pajak Sementara), kemudian kekurangan pembayaran tersebut harus dibayar pada awal bulan berikutnya kemudian disebut dengan SKPR (selanjutnya disebut Surat Ketetapan Pajak Rampung). Terhadap restoran atau objek pajak dilakukan pendataan langsung oleh setiap team pendataan sehingga dapat diketahui data wajib pajak dan besarnya pajak yang dikenakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalam Pasal 2 ayat (4) Perda No. 5 tahun 2011 tentang Pajak Restoran terdapat bukan objek pajak restoran, objek pajak restoran tersebut dikecualikan dari pendaftaran dan pendataan, sehingga objek pajak restoran tersebut tidak mempunyai NPWPD, yang dimaksud dalam pasal ini adalah :


(12)

lviii

adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya kurang dari Rp. 400.000,- (Empat Ratus Ribu Rupiah) per hari”. Mengenai hal ini Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan menjelaskan bahwa wajib pajak tersebut harus terlebih dahulu didaftarkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, sebab didasarkan pengenaan tarif pajak restoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Perda No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran di Kota Medan, yang

menyebutkan “dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran”. Sehingga untuk mendapatkan data wajib pajak maka dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak yang berada di wilayah Kota Medan. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan infomasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Pemeriksaan disini dilakukan oleh Petugas yang berwenang seperti Petugas Pegawai Pajak, Inspektorat, BPK, yang diperiksa disini adalah apakah pajak restoran telah dibayar sesuai dengan semestinya kepada Dinas Pendapatan Daerah


(13)

lix

Kota Medan. Sesuai dengan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, tujuan pemeriksaan pajak di bagi menjadi 2 yakni:

1. Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

2. Untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Keberatan adalah merupakan hak wajib restoran yang merasa bahwa pajak yang dikenakan kepadanya tidak sesuai atau tidak seharusnya demikian. Hak untuk mengajukan keberatan tersebut disampaikan kepada Walikota Medan melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan disertai dengan penjelasan dan alas an mengenai keberatan yang dimaksud. Keputusan Walikota Medan dapat berupa penerimaan atau penolakan keberatan. Namun demikian pengajuan keberatan oleh wajib pajak atas pajak yang terhutang tidak menunda dan tidak menghapus kewajibannya untuk membayar pajak yang terhutang. Keberatan adalah merupakan hak wajib restoran yang merasa bahwa pajak yang dikenakan kepadanya tidak sesuai atau tidak seharusnya demikian. Hak untuk mengajukan keberatan tersebut disampaikan kepada Walikota Medan melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan disertai dengan penjelasan dan alasan mengenai keberatan yang dimaksud.

Keputusan Walikota Medan dapat berupa penerimaan atau penolakan keberatan. Namun demikian pengajuan keberatan oleh wajib pajak atas pajak yang terhutang tidak menunda dan tidak menghapus kewajibannya untuk membayar pajak yang terhutang. Di antara beberapa wajib pajak restoran pernah mengajukan


(14)

lx

mengajukan keberatan terhadap beban pajak yang ditanggung menurut ketentuan Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran. Pengajuan keberatan terhadap beban pajak yang ditanggung oleh wajib pajak restoran disampaikan kepada Walikota Medan melalui Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Menurut penjelasan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan diperoleh keterangan bahwa sebanyak 3 orang pernah mengajukan keberatan atas beban pajak yang ditanggung oleh wajib pajak restoran yaitu keberatan atas: 1) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar. 2) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan. 3) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar.5 Hal ini telah diatur dalam Pasal 19 ayat (1) Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran, disebutkan bahwa : “wajib pajak dapat mengajukan keberatan

kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk”.

F. Penegakan Hukum terhadap Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pemungutan Pajak Restoran Kota Medan

Setiap daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap roda pemerintahan dan perekonomiannya dengan artian adanya hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri maka daerah berhak untuk membuat peraturan daerah. Peraturan daerah tersebut tentunya hanya berlaku dan ditegakkan dalam wilayah masing-masing daerah dan merupakan peraturan khusus di tiap-tiap daerah, namun tertap dalam batas-batas dan pengawasan dari pemerintahan pusat. Hal ini sejalan dengan pendapat Misdayanti bahwa Peraturan daerah tersebut harus memenuhi batas-batas kewenangan yang telah ditentukan


(15)

lxi

dengan keterikatan dalam hubungannya dengan pemerintah pusat yang diwujudkan dalam bentuk pengawasan pencegahan, pengawasan penanggulangan dan pengawasan umum.31

Mengenai penegakan hukum, Andi Hamzah menjelaskan bahwa proses penegakan hukum dibagi menjadi dua, yaitu tindakan represif dan tindakan preventif. Adapun tindakan preventif disini adalah tindakan yang dilakukan sebelum dilakukannya penegakan secara repesif baik dengan cara diadakannya negosiasi, persuasi, dan supervisi agar peraturan hukum atau syarat-syarat izin ditaati. Sedangkan tindakan represif adalah tindakan menerapkan hukum atau instrumen sanksi ketika terjadi pelanggaran terhadap norma hukum yang berlaku, biasanya hal ini dikenal dengan istilah law enforcement atau penegakan hukum dalam arti sempit. Kedua fase tersebut baik tindakan preventif maupun represif diartikan sebagai penegakan hukum secara luas (rechthandhaving). Berdasarkan pandangan mengenai penegakan hukum tersebut diatas maka penting untuk menerapkan tindakan baik represif maupun peventif terhadap proses penegakan hukum Perda.32

Peranan hukum dalam era globalisasi tidak hanya untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, akan tetapi hukum juga digunakan sebagai sarana pembangunan nasional. Dalam era globalisasi ini peran hukum sebagai saranapembangunan nasional mendapatkan tantangan. Hukum sebagai saranapembangunan, hukum sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan, hukum

31

Arhjayati Rahim, Penegakan Hukum Peraturan Daerah, Fakultas Syariah IAIN Sultan Amai Gorontalo Rahim, Al-Risalah | Volume 13 Nomor 1 Mei 2013

32


(16)

lxii

sebagai penegak keadilan, dan sebagai sarana pendidikan masyarakat adalah fungsi hukumdalam kaitannya dengan pembangunan.33

Menelaah efektifitas hokum pada dasarnya membandingkan antara realitas hukum dengan ideal hukum. Hukum semakin efektif apabila peranan yang dijalankan oleh subyek hukum semakin mendekati apa yang telah ditentukan dalam hukum serta para subjek hukum dapat menjalankan peranan yang diatur oleh hukum terhadapnya.34 Jika hukum efektif berarti terjadi dampak hukum yang positif, dengan demikian hukum mencapai sasarannya dalam membimbing atau mengubah perilaku masyarakat.35

Penegakan hukum sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatandapat dilakukan dengan upaya preventif dan upaya refresif. Upaya

preventif menekankan pada pencegahan dengan cara mendorong subjek hukum untuk taat pada ketentuan hukum yang berlaku sehingga tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain. Penegakan hukum secara refresif berhubungan dengan mekanisme peradilan maupun mekanisme di luar pengadilan, yang berhubungan dengan penetapan sanksi hukum bagi subjek hukum yang melakukan pelanggaran hukum yang merugikan kepentingan umum36

Keberhasilan pembangunan Pemerintah Kota sangat ditentukan kemampuannya dalam merealisasikan penerimaan sumber-sumber pendapatan

33

Muchsin dan Fadillah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang,2002, hal 20

34

Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Binacipta, Bandung,2010, hal 12 35

Soerjono Soekanto dan Heri Tjandrasari, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Alumni, Bandung, 2003, hal 39

36

Budi Santoso, Butir-Butir Berserakan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual (Desain Industri), Mandar Maju, Bandung, 2005, hal 95


(17)

lxiii

yang memberikan kontribusi terhadap total penerimaan sebagai sumber keuangan. Salah satu sumber pendapatan yang besar dari pendapatan asli daerah Kota Medan adalah pajak restoran yang sampai saat ini masih terdapat hambatan hambatan karena terdapat beberapa wajib pajak yang memiliki tunggakan pajak dalam jumlah besar.


(18)

lxiv BAB IV

KENDALA DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

C. Kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan

Sebagaimana perda-perda yang lain dalam pelaksanaan pemungutan pajak khususnya pajak restoran terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya misalnya. Kurangnya kesadaran wajib pajak disebabkan pendataan yang yang belum optimal di masayarakat mengenai pendataan restoran-restoran mereka oleh petugas, restoran mana yang dikenakan sebagai wajib pajak restoran yang ada di kota Medan, sehingga masih ada beberapa kalangan wajib pajak yang belum mengerti dan bertanya-tanya mengenai ketentuan yang pasti apakah mereka harus membayarkan pajak restoran mereka atau tidak, disamping itu banyaknya restoran yang mengalami pengurangan pengunjung, yang otomatis hal ini berdampak pada kurangnya kesadaran terhadap wajib pajak.

Alasan beban pajak yang tinggi dikarenakan jumlah pengunjung/pembeli yang datang akhir-akhir ini semakin berkurang, sehingga beban pajak dirasakan terlalu tinggi. Pajak restoran merupakan iuran atau pungutan wajib dibayar atas pelayanan yang diberikan dengan pembayaran yang sifatnya dipaksa oleh pemerintah. Untuk wilayah Kota Medan, Pajak restoran ini dikenakan kepada badan atau orang atas pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain dengan dipungut bayaran baik yang mencakup rumah makan, kafetaria,


(19)

lxv

kantin, warung, bar dan sejenis nya termasuk jasa boga/katering. Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan pemilik atau pengusaha restoran dengan pembayaran. Sedangkan subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran.

Penyusun beban pajak yang hanya sebesar 10% (sepuluh persen) bukan seharusnya dijadikan masalah bagi wajib pajak didalam membayar pajak mereka, tetapi yang perlu dibenahi bagaimana usaha - usaha mereka agar para pengunjung tetap berkunjung ke tempat mereka, sehingga beban pajak restoran sebesar 10% (sepuluh persen) tidak dikeluhkan lagi oleh para wajib pajak restoran.

Beberapa kendala yang dihadapi petugas dalam pemungutan pajak restoran antara lain :

1. Faktor Hukum. Pasal pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak pajak restoran, norma hukum tersebut di atas, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administratif dalam hal sanksi dikenakan karena kekhilafan wajib pajak. Menurut penulis kekhilafan wajib pajak diatas tidak diatur secara jelas ciri atau indikator apa untuk dikatakan kekhilafan wajib pajak sehingga Kepala Dispenda atas nama Bupati dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif, mengabulkan sebagaian atau seluruhnya, atau menolak permohonan wajib pajak. Ketentuan-ketentuan di atas adalah upaya untuk menghindarkan penggunaan sanksi pidana pada tahapan aplikasi hukum dengan memberikan kewenangan kepada walikota atau pejabat yang diberi wewenang untuk


(20)

lxvi

melakukan pengurangan bahkan penghapusan terhadap kewajiban pajak wajib pajak. Disini juga dapat dilihat orientasi Pemerintah Daerah adalah untuk masuknya uang pajak ke kas daerah karena penggunaan sanksi pidana akan membuat hubungan negatif antara wajib pajak dengan pemerintah daerah sebagai pihak yang berkepentingan terhadap masuknya uang pajak ke Kas Daerah. Wewenang diskresi walikota yang besar dalam pengurangan atau penghapusan pajak dapat berimplikasi pada hilangnya unsur delik pajak sehingga menyulitkan penyidikan

2. Masyarakat

Belum adanya kesadaran dari sebagian masyarakat untuk mendaftarkan kepemilikan restoran mereka. Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat.37 Masyarakat yang dimaksud disini adalah wajib pajak yang menyediakan jasa penginapan dan jasa terkait lainnya dengan memungut pajak dari subjek pajak yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Berbicara mengenai wajib pajak berarti membicara kepatuhan dan ketaatan mereka terhadap hukum. Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam menyetor pajak.

3. Budaya Hukum

Faktor terakhir yang mempengaruhi adanya piutang pajak adalah factor budaya hukum (legal culture). Budaya hukum adalah kebiasaan orang atau sekelompok orang untuk mentaati dan mematuhi peraturan – peraturan yang

37


(21)

lxvii

berlaku. Budaya hukum menyangkut aspek hukum positif dan aspek perilaku.38 Aspek perilaku adalah perilaku wajib pajak, subjek pajak, untuk mematuhi dan mentaati peraturan hukum dengan proses belajar untuk membiasakan diri mematuhi peraturan hukum. Budaya hukum merupakan salah satu dari tiga komponen diluar substansi hukum (legal substance) dan struktur hukum (legal structur) yang membentuk sistem hukum. Meneliti budaya hukum memberikan manfaat untuk mengkaji proses bekerjanya hukum, memberikan informasi apakah kehadiran institusi hukum dalam masyarakat dibutuhkan, ditaati, dan memberi manfaat dalam menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Budaya hukum terkait dengan pendapat masyarakat mengenai pemahaman atas substansi hukum dan tindakan dari struktur hukum. Pemahaman atas substansi hukum terkait obyek pajak, subjek pajak, dasar pengenaan, tarif, cara penghitungan pajak, wilayah pemungutan pajak, masa pajak, penetapan, tata cara pembayaran, penagihan, kadaluwarsa, sanksi administratif, pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan, penghapusan, pengurangan sanksi administrative dan ketentuan pidana. Budaya hukum juga terkait pemahaman wajib terhadap hak-hak wajib pajak .Hak- hak wajib pajak yang harus mendapatkan perlindungan dalam suatu system perpajakan seperti, hak memperoleh informasi perpajakan, memperoleh kartu data untuk mengetahui transaksi pembayaran yang telah dilakukan atau sanksi sanksi yang mestinya harus dilakukan, melakukan kompensasi apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak atau bunga pajak,

38

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal 209


(22)

lxviii

mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam SKPDKB, SKPDKBT, STPD dalam hal wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan diluar kekuasaannya, mengajukan keberatan terhadap SKPDKB, SKPDKBT, dan SKPDLB dalam bahasa Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan sejak surat ketetapan diterbitkan. Sikap masyarakat yang percaya ide, nilai-nilai dan harapan dari hukum dan sistem hukum diperlukan dalam pembangunan hukum di Indonesia, karena:

a. Akan menjamin peraturan perundang-undangan sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat.

b. Menumbuhkan rasa bertanggungjawab atas perundang-undangan tersebutc. Menampung pengalaman, pengetahuan dan nilai-nilai yang hidup di masyarakat sehingga peraturan tersebut memenuhi syarat peraturan perundang-undangan yang baik.39

Berdasarkan jumlah STPD dan SKPD yang dikeluarkan pada tahun 2014 yang menunjukkan utang pajak oleh wajib pajak. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah kesadaran hukum masyarakat dengan sistem self assessment. Wajib pajak memiliki kesempatan untuk melakukan penundaan pembayaran, melakukan penyelundupan dengan memberi informasi yang tidak benar dan wajib pajak lalai dalam memperhatikan tanggal jatuh tempo pembayaran. Hal tersebut terjadi karena wajib pajak yang menimbulkan piutang pajak tidak memiliki pemahan isi dari Peraturan Daerah

39

Sirajuddin, Ibnu Elmi, Go Lisnawati, Reaktualisasi Cita Hukum Dalam Pembangunan Hukum, (Malang: Lembaga Studi Untuk Penguatan Masyarakat Transisi, 2007), hal 182


(23)

lxix

Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran belum merasakan manfaat dari pembayaran pajak restoran tesebut.

4. Masih banyak para pengusaha restoran yang belum paham akan ketentuan pajak restoran yang berlaku di Kota Medan, sehingga para pengusaha tersebut enggan membayarnya. Wajib pajak tidak mengerti cara atau sistem penghitungan pajak restoran dengan alasan restoran sehingga mereka belum terdata oleh petugas pendata

5. Data yang didapatkan petugas pada saat turun ke lapangan tidak sesuai dengan data yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, ada kalanya nama pemilik restoran telah berpindah tangan sehingga membuat petugas pemungut pajak mengalami kesulitan ditambah dengan tidak ada laporan sebelumya bahwa telah dilakukannya perpindahan kepemilikan restoran tersebut.

6. Jumlah Petugas juga merupakan hal yang mendukung dalam usaha peningkatan penerimaan pajak. Petugas pemungutan pajak dalam hal hal ini adalah oang-orang yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan pejabat yang berwenang untuk melakukan penagihan/ pemungutan terhadap Pajak Daerah di Kota Medan. Apabila petugas pajak juga tidak mencukupi untuk melakukan pemungutan maka proses pemungutan juga akan terhambat.

7. Sarana dan Prasarana, faktor yang mendukung dalam optimalisasi penerimaan pajak yaitu sarana dan prasarana. Agar mendapatkan hasil yang optimal diperlukan sarana dan prasara yang cukup dalam pemungutan pajak. Untuk itu sangat penting memperhatikan sarana dan prasarana yang diperlukan, agar


(24)

lxx

petugas pajak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Sarana dan Prasarana diyakini sangat berperan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Daerah. Sarana dan Prasarana yang merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam mendukung kelancaran proses pelaksanaan pemungutan pajak daerah. Dalam hal ini kendaraan baik kendaraan roda dua (motor), atau pun kendaraan roda empat (mobil) sebagai alat transportasi sangat diperlukan karena letak lokasi objek pajak saling berjauhan yang apabila pelaksanaan pemungutanya tidak dilengkapi oleh sarana tersebut maka akan menambah beban biaya pungut semakin besar. Dan ketetapan waktu pelaksanaan pemungutan tidak sesuai dengan yang direncanakan dan dengan sendirinya akan mengurangi penerimaan pajak tersebut. Ketersediaan sarana dan prasarana sangat penting perannya dalam pencapaian tujuan suatu usaha dalam hal ini untuk mengoptimalkan pemungutan pajak.

8. Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting. Pengawasan dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan berjalanan sesuia dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta tidak tejadi penyimpangan ataupun penyalagunaan dan kebocoran keuangan. Tanpa pengawasan maka jalannya pengawasan suatu organisasi tidak dapat dinilai apakah sesuai dengan rencana organiasi atau telah menyimpang dari arah yang telah ditetapkan. Untuk itu pengawasan perlu untuk dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan suatu kegiatan.


(25)

lxxi

D. Upaya mengatasi kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan

Upaya mengatasi kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan, antara lain :40

1. Melakukan sosialisasi kepada wajib pajak

Petugas bagian penyuluhan pajak yang didampingi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan pemuka masyarakat di Kota Medan diadakan penyuluhan dan penjelasan tentang bagaimana pentingnya membayar pajak restoran. Seseorang dikatakan mempunyai kesadaran terhadap membayar pajak apabila orang yang bersangkutan secara nyata melunasi hutang pajaknya, tanpa tekanan atau paksaan dari pihak lain. Meskipun sesungguhnya pengertian dari pajak itu adalah pungutan wajib yang pelaksanaannya dapat dipaksakan kepada wajib pajak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. Kesadaran wajib pajak juga dipengaruhi oleh pengetahuan wajib pajak tentang arti penting dari pajak dan guna pajak tersebut, untuk apa pembayaran pajak tersebut harus diwajibkan kepada setiap wajib pajak tanpa terkecuali. Jika para wajib pajak tidak diberi penyuluhan tentang arti penting dan guna pajak, maka sudah tentu mereka akan memiliki kesadaran untuk membayar pajak.

Sosialisasi peraturan perpajakan hendaknya diikuti dengan pendekatan persuasif dan langsung memberikan informasi kepada wajib pajak akan lebih

40

Wawancara dengan Adi selaku, Kasi Pendapatan Daerah Kota Medan, tanggal 5 Januari 2016


(26)

lxxii

efektif dalam meningkatkan kepatuhan mereka untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Pemberian sanksi bagi wajib pajak

Sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak, apabila wajib pajak tidak membayar kewajibannya, baik itu sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat berupa kenaikan jumlah pajak terutangnya dan berupa bunga, serta sanksi pidana dapat berupa pidana kurungan atau penjara yang diakibatkan kealpaan atau kesengajaan. Penerapan sanksi akan lebih mudah dilakukan apabila pembayaran dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, melalui dengan cara ini maka akan lebih mudah dapat diketahui wajib pajak yang belum melunasi Pajak Restoran pada saat jatuh tempo pembayaran. Sanksi selalu diberikan terhadap Wajib Pajak yang terlambat membayar Pajak Restoran, namun sampai pada saat sekarang ini sanksi yang diberikan hanya berupa sanksi administrasi saja berupa denda sebesar 2% (dua persen) sebulan. Apabila sampai jatuh tempo pembayaran yang tertulis dalam SPT wajib pajak tidak melunasi hutang pajaknya maka selanjutnya dilakukan tindak penagihan yang diawali dengan mengeluarkan surat teguran yaitu setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Jika dalam jangka waktu sebagaimana tertulis dalam surat teguran wajib pajak juga tidak melunasi hutang pajaknya maka selanjutnya akan dikeluarkan surat paksa.


(27)

lxxiii

Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang dilakukan oleh Pemko Medan dimulai dengan perubahan Perda dari No 12 tahun 2003 ke Perda No. 5 tahun 2011.

4. Meningkatkan sumber daya manusia

Hal ini dibutuhkan petugas pajak yang memiliki keahlian dibidang keuangan dan pembukuan yang memadai serta memiliki kemampuan untuk dapat mendeteksi adanya praktek pembukuan danpelaporan yang tidak wajar dari wajib pajak. Pihak Dispenda Medan sudah mempersiapkan tenaga ahli yangdibutuhkan dan berbagai pelatihandan pendidikan dibidang keuangandaerah khususnya pemeriksaan pajak daerah. Dan mempersiapkan petugas yang mampu bersikap jujur dan menjunjung tinggi norma keadilan sehingga terhindar dari tindakan penyelewengan dan penyimpangan.

5. Meningkatkan pengawasan

Pengwasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting. Pengawasan dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan berjalanan sesuia dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta tidak tejadi penyimpangan ataupun penyalagunaan dan kebocoran keuangan. Tanpa pengawasan maka jalannya pengawasan suatu organisasi tidak dapat dinilai apakah sesuai dengan rencana organiasi atau telah menyimpang dari arah yang telah ditetapkan. Untuk itu pengawasan perlu untuk dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam penelitian ini pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam hal ini adalah Kepala Dinas Pendapatan dan


(28)

lxxiv

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Medan, dalam hal memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas pemungutan pajak hotel dan restoran dapat terselenggara dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau standar yang telah ditetapkan. Terkait dengan pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran di Kota Medan pengawasan dilakukan dengan dua cara yaitu pengawasan langsung yang dilakukan oleh pimpinan organisasi terhadap kegiatan pemungutan Pajak Hotel dan Restoran dan pengawasan tidak langsung oleh pimpinan dengan mempelajari atau menilai laporan-laporan pelaksanaan kegiatan pemungutan pajak yang diterima baik berbentuk tertulis atau lisan. Pengawasan yang dilakukan pihak Dipenda Medan dilakukan oleh Bagian Pengendalian dengan dibantu oleh UPT yang bertindak sebagai pelaksana dan fungsi pengawasan langsung di wilayah kerja masing-masing. Melakukan penagihan kepada wajib pajak, namun apabila tidak di indahkan maka dilakukan lah penertiban.

6. Sarana dan Prasarana

Faktor yang mendukung dalam optimalisasi penerimaan pajak yaitu sarana dan prasarana. Agar mendapatkan hasil yang optimal diperlukan sarana dan prasara yang cukup dalam pemungutan pajak. Untuk itu sangat penting memperhatikan sarana dan prasarana yang diperlukan, agar petugas pajak dapat melakukan tugasnya dengan baik.

Sarana dan Prasarana diyakini sangat berperan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Daerah. Sarana dan Prasarana yang merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam mendukung kelancaran proses pelaksanaan


(29)

lxxv

pemungutan pajak daerah. Dalam hal ini kendaraan baik kendaraan roda dua (motor), atau pun kendaraan roda empat (mobil) sebagai alat transportasi sangat diperlukan karena letak lokasi objek pajak saling berjauhan yang apabila pelaksanaan pemungutanya tidak dilengkapi oleh sarana tersebut maka akan menambah beban biaya pungut semakin besar. Dan ketetapan waktu pelaksanaan pemungutan tidak sesuai dengan yang direncanakan dan dengan sendirinya akan mengurangi penerimaan pajak tersebut. Ketersediaan sarana dan prasarana sangat penting perannya dalam pencapaian tujuan suatu usaha dalam hal ini untuk mengoptimalkan pemungutan pajak. Dari segi sarana dan prasarana dengan melihat sifatnya, maka pajak daerah lebih banyak membutuhkan sarana berupa formulir-formulir, surat-surat penetapan dan surat-surat lainya.


(30)

lxxvi BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian tentang fokus permasalahan dalam penelitian tentang prosedur pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan, melalui beberapa tahapan antara lain Pendaftaran, Pandataan, Penetapan, menerbitkan, Penyetoran, Angsuran dan Penundaan Pembayaran, Pembukuan dan Pelaporan, Keberatan dan Banding, Penagihan, Kegiatan Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran.

2. Penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang pemungutan pajak restoran Kota Medan, Penerapan sanksi selalu diberikan terhadap Wajib Pajak yang terlambat membayar Pajak Restoran, namun sampai pada saat sekarang ini sanksi yang diberikan hanya berupa sanksi administrasi saja berupa denda sebesar 2% (dua persen) sebulan. Pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan menggunakan Self Assessment System


(31)

lxxvii

3. Kendala dalam pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah antara lain data yang didapatkan petugas pada saat turun ke lapangan tidak sesuai dengan data yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, Wajib pajak tidak mengerti cara atau sistem penghitungan pajak restoran, Belum adanya kesadaran dari sebagian masyarakat untuk mendaftarkan kepemilikan restoran mereka. Jumlah Petugas juga merupakan hal yang mendukung dalam usaha peningkatan penerimaan pajak, Sarana dan Prasarana, Pengawasan.

D. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu sebagai berikut.

1. Perlu melakukan pendataan secara rutin terhadap objek pajak restoran yang sudah ada sehingga dapat diketahui potensi yang sebenarnya melalui data objek pajak tersebut. Selain itu proses penetapan target harusnya memperhatikan potensi yang sebenarnya sehingga Dispenda Kota Medan akan terpacu untuk mencapai target tersebut dan dapat meningkatkan penerimaan pajak restoran.

2. .Sebaiknya pihak Dispenda Kota Medan memberikan penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat umum dan wajib pajak, khususnya tentang pajak restoran supaya masyarakat umum/wajib pajak lebih memahami kewajibannya. Dan petugas lapangan di lokasi yang strategis untuk melayani masyarakat tanpa dipungut biaya dan melayani dengan sebaik mungkin, tanpa


(32)

lxxviii

memberikan aturan yang dapat memberatkan atau merugikan masyarakat umum atau wajib pajak

3. Terkait dengan pemungutan Pajak Restoran, perlu dilakukan upaya peningkatan pelaksanaan sistem dan prosedur yang seharusnya didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan tarif yang telah ditetapkan. Kuantitas dalam hal ini jumlah petugas pemungutan Pajak yang dikerahkan masih kurang sehingga perlu ditambah untuk optimalisasi pemungutan pajak. Dan kualitas dalam hal ini pengetahuan tingkat pengetahuan ditingkatkan bagi berlangsungnya sistem dan Prosedur pemungutan yang mampu memberikan hasil yang optimal.


(33)

xxvii BAB II

PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH DI KOTA MEDAN

E. Gambaran Umum Kota Medan

Kehadiran kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Sebagai hari lahir kota Medan adalah 1 Juli 1590, sampai saat sekarang ini usia kota Medan telah mencapai 418 tahun. Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermerga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan.18

18


(34)

xxviii

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barangasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2015 diperkirakan telah mencapai 2.983.868 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional nasional.

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha,


(35)

xxix

meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefisitan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini, kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan secara sosial ekonomis akibat penanaman modal (investasi).

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber


(36)

xxx

Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor -impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.

F. Instansi yang berwenang dalam Pemungutan Pajak Restoran

Seperti disebutkan di atas, pajak terdiri dari berbagai jenis. Berdasarkan pihak yang memungut, pajak dibagi menjadi pajak negara dan pajak daerah. Di Negara Indonesia, yang mempunyai hak memungut pajak adalah pemerintah pusat dan pemerintah yang mempunyai kedudukan sebagai pemerintah daerah otonom.. Oleh karena itu, terjadi penggolongan pajak menjadi pajak negara yang meliputi jenis-jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pajak daerah yang meliputi jenis-jenis pajak yang dipungut pemerintah daerah. Hal ini mencerminkan adanya dua instansi yang berhak memungut pajak, satu


(37)

xxxi

diantaranya adalah departemen keuangan sebagai satu –satunya departemen yang ditunjuk untuk mengelola pajak negara.

Pajak daerah adalah jenis pajak yang tidak dipungut oleh pemerintah pusat, tetapi dipungut oleh pemrintah daerah. Jenis-jenis pajak daerah ada yang benar merupakan pajak daerah, tetapi ada yang berasal dari pajak pusat yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan diserahkan kepada pemerintah daerah baik dari pemerintah pusat ataupun dari pemerintah daerah atasanya. Pemungutan pajak daerah dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.

Hakekatnya penagihan pajak melekat dalam instansi pemungutan pajak yang mempunyai fungsi pemeriksaan dan fungsi penagihan pajak. Dimana kegiatan penagihan pajak sebagai proses akhir dari kegiatan pemungutan dalam rangka terjaminnya penerimaan pajak oleh wajib pajak yang harus dilaksanakan dengan efektif. Berjalannya kegiatan penagihan pajak merupakan bukti kemampuan Dinas Pendapatan Daerah untuk memasukkan pajak ke kas daerah. Penagihan pajak melalui sistem pemungutan yang berbeda dan saling melengkapi, harus dilakukan secara efektif dengan biaya penagihan sekecil mungkin. Penyampaian surat teguran atau surat pemberitahuan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajak merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum dilakukan tindakan penagihan dengan surat paksa. Pemungutan Pajak restoran yang dikelola oleh kantor pendapatan daerah. Namun belum ada tindakan tegas yang dilakukan, wajib pajak tidak melaporkan dan memungut Pajak restoran, karena wajib pajak yang telat atau tidak melaporkan dan membayar pajak air bawah tanah belum memahami pentingnya membayar Pajak restoran.


(38)

xxxii

Jadi jika ada wajib pajak yang belum membayar pajak restoran maka Dispenda membuat surat teguran jika tidak digubris oleh wajib pajak maka petugas kita yang datang ke wajib pajak tersebut untuk menagih.seperti yang saya bilang tadi istilahnya jemput bola. Sebagaimana dalam Perda diatur bahwa wajib pajak yang tidak membayar pajak setelah jatuh tempo pembayaran dilakukan penagihan dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (SPTPD). Kegiatan administrasi penerbitan SPTPD baru dapat dilakukan dalam hal SKPD yang tidak dibayar oleh wajib pajak selambat lambatnya 15 hari setelah berakhirnya masa pajak. Tetapi dari yang terjadi di lapangan banyak wajib pajak yang membayar pajaknya tidak setiap bulan, tetapi ada yang membayar langsung 3 bulan kedepannya. Dengan pembayaran seperti itu pelaksanaan penagihan pajak tidak optimal, karena tidak terpasangnya meteran air maka hanya memakai taksiran saja. Dengan taksiran yang diperkirakan atau yang ditentukan oleh petugas pendapatan daerah.

G. Pengawasan Terhadap Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah

Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi. Pengawasan secara umum juga diartikan sebagai suatu kegiatan administrasi yang bertujuan mengandalkan evaluasi terhadap pekerjan yang sudah diselesaikan apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Karena itu bukanlah dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah satu yang benar tetapi lebih diarahkan kepada upaya untuk melakukan koresi terhadap


(39)

xxxiii

hasil kegiatan. Dengan demikian jika terjadi kesalahan atau penyimpangan-penyimpagan yang tidak sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, maka segera diambil langkah-langkah yang dapat meluruskan kegiatan berikutnya sehingga terarah pelaksanaanya. Pengawas mempunyai peranan yang penting dalam manajemen kepegawaian. Ia mempunyai hubungan yang terdekat dengan pegawai-pegawai perseorangan secara langsung dan baik buruknya pegawai bekerja sebagian besar akan tergantung kepada betapa efektifnya ia bergaul dengan mereka. Pengawasan adalah tahap proses manejerial mengenai pemeliharaan kegiatan organisasi dalam batas-batas yang diizinkan yang diukur dari harapan-harapan.19

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.20 Pengawasan adalah Proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.21

Terhadap wajib pajak restoran yang dikenakan sistem self assessment, penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (selanjutnya disingkat SKPDKB) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (selanjutnya disingkat SKPDKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil

19

Fahmi Irfan, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, cetakan pertama, Penerbit : Alfabeta, Bandung, 2012, hal 138.

20

Terry, R, George dan Leslie W, Rue, Dasar-dasar Manajemen, edisi bahasa Indonesia, cetakan ketigabelas, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hal 138

21


(40)

xxxiv

(selanjutnya disingkat SKPDN dalam waktu lima tahun setelah terutangnya pajak dapat diterbitkan oleh walikota. Penerbitan surat-surat diatas kepada wajib pajak untuk memberikan kepastian hukum terhadap perhitungan dan pembayaran pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPTPD telah memenuhi ketentuan pajak daerah atau tidak.

Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.22 Surat tagihan pajak daerah dapat diterbitkan walikota jika pajak restoran dalam tahun berjalan yang terutang tidak atau kurang dibayar, hasil penelitian STPD terdapat kesalahan penulisan atau salah hitung, dan ketika wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga. Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan kepada wajib pajak yang tidak atau kurang membayar pajak yang terutang. Keterlambatan atau tidak menyampaikan SPTPD yang merupakan ketentuan formal akan dikenakan sanksi berupa denda. Terhadap STPD ini wajib pajak harus melunasi paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak STPD ini diterbitkan, dan apabila tidak atau kurang bayar pada jangka waktu tersebut akan dikenakan sanksi administrative sebesar 2% (dua persen).

Perda yang memuat sanksi pidana yang mengatur prilaku masyarakat, kesemuanya terangkum ke dalam tertib umum, tertib lingkungan dan tertib sosial. Jadi sebenarnya pemanfaatan satuan polisi pamong praja disini diarahkan selain untuk tugas yang bersifat tindakan fisik berupa tindakan penertiban pelaksanaan Perda di lapangan, juga diusahakan untuk diarahkan kemampuannya kepada tugas

22


(41)

xxxv

dan fungsinya sebagai Pembina, penyuluh dan motivator terhadap masyarakat agar dapat secara sadar berpartisipasi, bertanggung jawab secara sukarela dan berkesinambungan untuk selalu menaati pelaksanaan Perda secara menyeluruh sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ancaman hukuman pidana tidak saja terdapat dalam KUHP, tetapi banyak juga tercantum dalam undang-undang di luar KUHP. Hal ini disebabkan antara lain, karena:

a. Pada banyak peraturan hukum yang berupa undang-undang dilapangan hukum administrasi negara, perlu dikaitkan dengan sanksi-sanksi pidana untuk mengawasi peraturan-peraturan itu agar ditaati.

b. Adanya perubahan sosial secara cepat, sehingga perubahan-perubahan itu perlu disertai dan diikuti peraturan-peraturan hukum dengan sanksi pidana c. Kehidupan modern semakin kompleks, sehingga disamping adanya peraturan pidana berupa unifikasi yang bertahan lama (KUHP) diperlukan pula peraturan-peraturan pidana yang bersifat temporer Pajak termasuk hukum publik dan ini adalah sebagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan hukum antara penguasa dengan rakyat/warganya mengenai hak dan kewajiban. Hukum pajak berkaitan dengan hukum pidana dapat dilihat pada pasal 103 KUHP. Perkataan Undang-Undang lain pada pasal 103 KUHP, menunjukkan juga ketentuan termasuk ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Perpajakan dapat dipidana sesuai dengan KUH


(42)

xxxvi

Pidana. Ancaman Pidana terhadap tindak pidana dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 38, 39, 40, 41.

Idealnya sesuai dengan keinginan bersama, setiap keputusan-keputusan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk Perda atau peraturan perundang-undangan lainnya, hendaklah tidak menggangu atau bergesekan dengan kepentingan-kepentingan masyarakat, dengan demikian kepentingan/kebutuhan masyarakat dapat ditampung dalam keputusan-keputusan atau ketetapan-ketetapan pemerintah. Oleh karena itu, hendaknyalah setiap Perda suatu wilayah yang akan, baru dan sudah ditetapkan agar benar-benar diperhitungkan, supaya nantinya tidak bersifat terlalu mengatur atau terlalu memberatkan masyarakat karena pada dasarnya Peraturan Daerah (Perda) disusun, ditetapkan dan diberlakukan bukan untuk memberatkan masyarakat, tetapi untuk lebih menertibkan masyarakat yang sudah ada agar lebih tertib lagi.

Bagian Kesatu

Tata Cara Pemungutan Pasal 12

(1) Pemungutan Pajak Daerah dilarang diborongkan.

(2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan SPTPD. (3) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan

menggunakan SPTPD, SKPDKB dan/atau SKPDKBT.

(4) Pajak yang terutang dibayar ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.


(43)

xxxvii

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 13

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan:

a. SKPDKB dalam hal:

1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terhutang tidak atau kurang dibayar;

2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terhutang dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang. c. SKPDN jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah

kredit pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dan angka2 dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak.


(44)

xxxviii

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimakud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

(5) Jumlah pajak yang terhutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan, dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.


(45)

xxxix Pasal 14

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian SPTPD dan penyampaian SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Surat Tagihan Pajak

(1) Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD jika:

a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

c. wajib pajak dikenakan saksi administratif berupa bunga dan/ atau denda. (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a dan b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.

Tata Cara Pembayaran Dan Penagihan Pasal 16

(1) Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang ditetapkan 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak.

(2) SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak


(46)

xl

yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

(3) Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 17

(1) Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar dikenakan denda adminisrasi sebesar 2% (dua persen) setiap bulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. (2) Denda administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan

hutang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Tagihan Pajak oleh Wajib Pajak.

(3) Pajak yang terhutang dibayar di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.


(47)

xli

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran dan penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 18

(1) SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding merupakan dasar penagihan pajak.

(2) Pajak yang terhutang berdasarkan SPTPD, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang bayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

(3) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 19

(1) Surat paksa diterbitkan apabila :

a. Wajib pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis;

b. Wajib pajak tidak melunasi utang pajak sekalipun telah dilakukan penagihan pajak seketika dan sekaligus;

c. Wajib pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam Keputusan Angsuran atau Penundaan Pembayaran.

(2) Surat Paksa sekurang-kurangya harus memuat : a. Nama Wajib Pajak atau Penanggung Pajak;


(48)

xlii b. Dasar Hukum Penagihan Pajak; c. Besarnya Utang Pajak; dan d. Perintah untuk membayar.

(3) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Keberatan dan Banding Pasal 20

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang dihunjuk atas suatu:

a. SKPDKB; b. SKPDKBT; c. SKPDLB; dan d. SKPDN.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.


(49)

xliii

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan Surat Keberatan. Pasal 21

(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terhutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 22

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu


(50)

xliv

3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari Surat Keputusan Keberatan tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. Pasal 23

(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.

(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan.

(5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian Wajib Pajak dikenai saknsi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.


(51)

xlv

Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administratif

Pasal 24

(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Kepala Daerah dapat membetulkan, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perpajakan Daerah.

(2) Kepala Daerah dapat:

a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

b. mengurangkan atau membatalkan, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;

c. mengurangkan atau membatalkan STPD;

d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan;

e. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu Objek Pajak; dan


(52)

xlvi

f. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak terutang dalam hal Objek Pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan

sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah

Pengawasan terhadap pemungutan, penyetoran pajak restoran yang kurang maksimal menjadi salah satupenyebabnya, apalagi selama ini pelaksanaan pengawasan dilaksanakan secara manual. Pada tahun 2012 pemungutan pajak hotel mulai menggunakan sistem self assessment. Wajib pajak juga diberi kepercayaan untuk menghitung, melaporkan dan membayar sendiri jumlah pajak yang terutang. Wajib pajak menggunakan surat pemberitahuan pajak daerah untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/bukan objek pajak, dan/ harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan daerah. Terhadap SPTPD yang dilaporkan dilakukan pemilahan, verifikasi untuk menentukan apakah dapat diyakini sehingga dapat diterima dengan melampirkan data pendukung. Terhadap SPTPD yang tidak diyakini terdapat sekala prioritas yang akan diperiksa yakni yang tidak menyetorkan SPTPD, SPTPD yang tidak lengkap, SPTPD yang tidak benar atau tidak cocok dengan data pendukung, adanya kecendrungan penurunan dalam pelaporan SPTPD. Surat tagihan pajak daerah dicetak berdasarkan potensi yang ada di kartu data dikarenakan wajib pajak kurang bayar atau tidak bayar tepat waktu. Terhadap hal tersebut akan menimbulkan potensi piutang pokok dan sanksi bunga 2% (dua


(53)

xlvii

persen).Wajib pajak yang tidak mengirim SPTPD diberikan surat teguran oleh bidang pendaftaran dan pendataan.

H. Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan

Prosedur merupakan rangkaian atau langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu masalah secara terperinci sesuai dengan jangka waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.

Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulangkali dan dilaksanakan secara beragam.23

Prosedur pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan, harus melalui beberapa tahapan atara lain:

a. Pendaftaran

Untuk mendapatkan data wajib pajak, dilaksanakan pendaftaran terhadap wajib pajak. Kegiatan pendaftaran diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendaftaran kemudian diberikan kepada wajib pajak. Setelah dokumen disampaikan kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan menghitung jumlah pajak restoran dan

23


(54)

xlviii

mengembalikan kepada petugas. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pendaftaran yaitu paling lama 1 sampai 2 hari.

1. Menyiapkan formulir pendaftaran 2. Menyerahkan Formulir Pendaftaran

3. Menerima dan memeriksa kelengkapan Formulir b. Pandataan

Prosedur pendataan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yaitu setelah wajib pajak melakukan pendaftaran dan mengisi formulir dengan jelas, lengkap dan benar serta mengembalikan kepada petugas. Data-data yang telah diperoleh dari wajib pajak oleh petugas dicatat kedalam buku pendaftaran dan dimasukkan ke Situs Informasi Dinas Pendapatan berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD untuk wajib pajak yang belum memiliki NPWPD, yaitur

1. Menyerahkan Formulir Pendapataan (SPTPD)

2. Menerima dan Memeriksa Kelengkapan Pendataan (SPTPD) 3. Mencatat Data Pajak Daerah

c. Penetapan, menerbitkan :

1. Surat Keterangan Pajak Daerah (SKPD) 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)

3. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)

4. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) 5. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)


(55)

xlix

6. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) d. Penyetoran

1. Kegiatan penyetoran melalui Bendaharawan Khusus Penerima (BKP) 2. Kegiatan penyetoran melalui Kas Daerah

e. Angsuran dan Penundaan Pembayaran 1. Angsuran Pembayaran

2. Kegiatan Penundaan Pembayaran f. Pembukuan dan Pelaporan.

1. Pembukuan Penetapan. 2. Pembukuan Penerimaan. 3. Pelaporan.

g. Keberatan dan Banding 1. Penyelesaian Keberatan. 2. Banding.

h. Penagihan, menerbitkan :

1. Penagihan dengan Surat Teguran. 2. Penagihan dengan Surat Paksa.

3. Penagihan dengan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan.

i. Kegiatan Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi.


(1)

ABSTRAK

PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PAJAK RESTORAN * Sri Endhayani Ginting Suka **Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., MS

***Suria Ningsih, SH., M.Hum

Pemerintah Daerah Kota Medan memberlakukan beberapa jenis pungutan berkaitan dengan Retribusi Daerah, salah satu objek pajak Daerah yang dikelola oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPK) Kota Medan adalah Pajak Restoran, pajak ini dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas pelayanan yang disediakan Restoran termasuk Rumah makan, café, bar dan sejenisnya. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah prosedur pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah Di Kota Medan. Bagaimanakah penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang pemungutan pajak restoran Kota Medan? Apakah kendala dalam pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah?

Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskripstif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian.

Prosedur pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan, melalui beberapa tahapan antara lain Pendaftaran, Pandataan, Penetapan, menerbitkan, Penyetoran, Angsuran dan Penundaan Pembayaran, Pembukuan dan Pelaporan, Keberatan dan Banding, Penagihan, Kegiatan Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran. Penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang pemungutan pajak restoran Kota Medan, Penerapan sanksi selalu diberikan terhadap Wajib Pajak yang terlambat membayar Pajak Restoran, namun sampai pada saat sekarang ini sanksi yang diberikan hanya berupa sanksi administrasi saja berupa denda sebesar 2% (dua persen) sebulan. Pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan menggunakan Self Assessment System. Kendala dalam pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah antara lain data yang didapatkan petugas pada saat turun ke lapangan tidak sesuai dengan data yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, Wajib pajak tidak mengerti cara atau sistem penghitungan pajak restoran, Belum adanya kesadaran dari sebagian masyarakat untuk mendaftarkan kepemilikan restoran mereka. Jumlah Petugas juga merupakan hal yang mendukung dalam usaha peningkatan penerimaan pajak, Sarana dan Prasarana, Pengawasan.

Kata Kunci : Prosedur Pemungutan Pajak Restoran * Mahasiswa


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Perraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jusmadi Sikumbang, SH., M.S selaku Dosen Pembimbing I Penulis yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses pengerjaaan skripsi ini.


(3)

6. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing II penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Utari Maharani Barus, SH., M.Hun yang telah menjadi Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah berjasa dalam penyelesaian studi penulis pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 8. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

9. Seluruh pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk kuliah hingga penulis menyelesaikan studi.

10.Kedua orang tua penulis Ayahanda Pangarapen Ginting Suka dan Ibunda Rosmina Tarigan, SH yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun material sehingga terselesaikanya skripsi ini.

11.Abangda Ramadhani Ginting Suka, ST yang telah mensupport penulis sehingga terselesaikanya skripsi ini.

12.Kepada Paman dan Tante penulis Ir. H. Simon Tarigan, M.Si dan Prof. Dr. Hj. Sunarmi, SH., M.Hum serta Ir. Saring Tarigan.

13.Kevin Laudrie Septian Surbakti yang selalu mensupport kuliah dan sekaligus penulisan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

14.Teman-teman stambuk 2012, Rafika Dwi Karunia Tanjung, Een Hasibuan, Michelle Kenly, Rhanty Jusmadi, Arif R Saragih, Marlia Ulfa, Cindy


(4)

mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis meminta maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kita semua dan bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapatkan berkah dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Amin Ya Rabbal Al-Amin.

Medan, Desember 2015 Hormat Saya


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN BERDASARKAN PERRATURAN DAERAH DI KOTA MEDAN ... 19

A. Gambaran Umum Kota Medan ... 19

B. Instansi yang berwewenang dalam Pemungutan pajak restoran 22 C. Pengawasan terhadap Pemungutan pajak restoran berdasarkan perraturan daerah ... 24

D. Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan ... 39

BAB III PENERAPAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN KOTA MEDAN ... 42


(6)

B. Penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang

Pemungutan Pajak Restoran Kota Medan ... 46

C. Penegakan Hukum terhadap Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pemungutan Pajak Restoran Kota Medan ... 52

BAB IV KENDALA DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN BERDASARKAN PERRATURAN DAERAH ... 56

A. Kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan ... 56

B. Upaya mengatasi kendala dalam Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Perraturan Daerah di Kota Medan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 69