Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan

(1)

TUGAS AKHIR

PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MEDAN

OLEH:

NAMA : NUR ‘AINI NIM : 082600013 Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunianya bagi penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Dengan Judul “ PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MEDAN “.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara. Selain itu juga diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan bagi siapapun yang membacanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan – kekurangan baik dalam hal penyajian materi maupun bahasa penyampaiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan masukan bagi penulis di masa yang akan datang.

Pada kesmpatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Indra Efendi R, S.Sos selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan berupa masukan yang berharga dalam penyelesaian Laporan PKLM ini.

4. Seluruh Dosen/Staf Pengajar, serta para Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Popy Maya Syarifa, SP .MM, Kepala Seksi pada Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan pada Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membantu penulis dalam menggumpulkan data yang berhubungan dengan Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Dalam Upaya Peningkatan Asli Daerah Kota Medan

6. Teman – teman penulis: Ayu, Desi, Gadis, Mahesa, Ovi, Nadia dan semua teman – teman khususnya stambuk 08 terutama khusus kelas A yang telah banyak memberikan dukungan dan nasihat dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis mengharapkan semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, 20 Juni 2011 Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2

C. Uraian Teoritis 4

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri 5

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri 6

F. Metode Pengumpulan Data 7

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 8

BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan 10

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan 12

C. Uraian Tugas Pokok Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan 13


(5)

BAB III : GAMBARAN DATA PENERAPAN PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN

A. Ketentuan Umum 28

1. Pengertian Pajak 28

2. Pengertian Pajak Daerah 29

B. Pengertian Pajak Restoran 32

C. Objek, Subjek Dan Wajib Pajak Restoran 32

1. Objek Pajak Restoran 32

2. Subjek Pajak Restoran 33

3. Wajib Pajak Restoran 33

D. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak, dan Tata Cara Perhitungan Pajak Restoran 34

1. Dasar Pengenaan Pajak Restoran 34

2. Tarif Pajak Restoran 34

3. Cara Perhitungan Pajak Restoran 34

E. Prosedur Pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan 35

1. Pengukuhan Wajib Pajak 36

2. Pendaftaran dan Pendataan 36

3. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah 37

4. Penetapan Pajak Restoran 37


(6)

6. Penagihan Pajak Restoran 38 BAB IV : ANALISIS DAN EVALUSI DATA A. Cara Pengenaan Pajak Restoran Dan Tata Cara Yang Dilakukan Dalam

Pemungutan Pajak Restoran 41 B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran di Kota Medan

1. Jumlah Wajib Pajak di Kota Medan 41 2. Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran 42 C. Masalah – Masalah Yang Dihadapi dalam Pelaksanaan

Pemungutan Pajak Restoran di Kota Medan 45 1. Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Restoran 45 2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Restoran 46 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 48 B. Saran 49 Daftar Pustaka


(7)

DAFTAR TABEL

2.1 Komposisi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2010 25

2.2 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medn Berdasakan Golongan 26

4.1 Jumlah Wajib Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan

Kota Medan sampai dengan Desember 2010 42

4.2 Target Dan Realisasi Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pemerintah negara kita mempunyai peranan untuk memajukan negara yang dipimpinnya.Salah sutu negara dapat dilihat dari pembangunan nasional yang berjalan secara berkesinambungan.Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan akan membawa dampak bagi meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Karena kesejahteraan merupakan hak semua warga negara maka pemerintah harus menciptakan kesinambungan pembangunan yang berdampak bagi kesejahteraan masyarakat, baik dari segi materi dan spiritual.Berjalannya pembangunan tidak terlepas dari masalah pembiayaan. Pembangunan harus ditunjang oleh anggaran negara yang digunakan setiap tahunnya.

Hal ini tercermin dalam susunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Anggaran tersebut dikelompokkan menjadi biaya rutin dan biaya pembangunan. Biaya pembangunan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pelayanan publik.

Salah satu cara bagi pemerintah untuk menghimpun dana bagi pembangunan adalah melalui pemungutan pajak. Hasil pemungutan pajak dikumpulkan dalam Anggran Pembelanjaan Dan Belanja Daerah (APBN). Dan termasuk pendapatan rutin khususnya disektor bukan migas.pajak mempunyai


(9)

Kontribusi yang sangat besar untuk membiayai anggaran bagi penyelenggaraan pemerintah, pelayanan umum dan pembangunan.

Dari sekian banyak pajak yang dipungut di negara kita, salah satu pajak yang diandalkan untuk menghasilkan dana bagi anggaran adalah pajak restoran. Objek pajak restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi / kopi dan meliputi penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai tempat penyantapan maupun diantar dan di bawa pulang.

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini sangat penting bagi penulis, karena salah satu syarat bagi penulis untuk menamatkan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan kondisi tersebut penulis akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori yang di terima di bangku perkuliahan, tentunya dapat memberian tujuan dan manfaat.

1. Untuk Mengetahui Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Dalam Upaya Peningkatan Pendapata Asli Daerah kota Medan.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah, kendala-kendala yang berkaitan dengan Pajak Restoran.


(10)

3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh Dinas Pendapatan Kota Medan.

Sedangkan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman. 2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah di pelajari, khususnya tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi PKLM dan ikut bergabung langsung sekaligus berperan serta kedalam lingkungan kerja.

3. Mendorong mahasiswa untuk belajar menjadi tenaga ahli yang siap pakai. 4. Menumbuhkan dan menciptakan semangat kerja dan profesionalisme

dalam melaksanakan pekerjaan serta megembangkan tanggung jawab dan displin.

b.Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan

1. Mendapat ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengatasi masalah yang ada.

2. Agar dapat membantu Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mensosialisasikan Pajak Restoran kepada masyarakat.

3. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam peningkatan sumber daya manusia.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi yang besangkutan dalam memberikan uji nyata


(11)

mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2. Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu, khususnya di bidang perpajakan.

3. Memberikan uji nyata disiplin ilmu yang telah diterima semasa perkuliahan.

4. Mempromosikan sumber daya Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

5. Mendapat masukan dan saran dalam mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam pemungutan pajak restoran.

C. Uraian Teoritis

1. Pengertian pajak secara umum

Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dan yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

2. Pengertian Pajak

Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.(Suandy, 2008 : 10).


(12)

3. Pengertian Pajak Restoran

Pajak Restoran menurut Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran.

Restoran atau rumah makan adalah tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan di pungut bayaran, termasuk usaha jasa boga dan usaha jasa katering. (Kurniawan, 2004 : 71).

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini penulis melaksanakan PKLM pada Dinas Pendapatan Kota Medan dan ingin memperoleh data tentang :

1. Prosedur Pemungutan Pajak Restoran. 2. Cara Perhitungan Pajak Restoran.

3. Masalah-masalah yang dihadapi serta upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan berkaitan dengan pengenaan dan pemungutan pajak restoran yang dilakukan di Sub Dinas Pendaftaran dan Pendapatan pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dalam hal ini penulis mengambil data dari Tahun 2006 sampai dengan 2010.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang dipergunakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis mempersiapkan konsep-konsep yang telah diterima dalam perkuliahan,mengajukan judul, menentukan judul akhir, menentukan


(13)

tempat diadakan PKLM, mencari dan mengumpulkan data untuk menyusun proposal, memohon surat pengantar PKLM, serta melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Studi Literatur

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Melakukan peninjauan langsung atau pengamatan secara langsung pada objek Praktik Lapangan untuk mengetahui sistem yang berlaku pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

4. Pengumpulan data

Penulis melakukan pengumpulan data melalui: a. Data Primer

Data yang melalui wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis dilapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Data Sekunder

Data / informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti: sumber-sumber pustaka, Undang-Undang, Dokumentasi maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(14)

5. Analisis Dan Evaluasi Data

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan penulis akan menganalisis dan mengevaluasi dan kumulatif lain akan diinterprestasikan secara obyektif, jelas, dan sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pegawai-pegawai yang mampu memberikan data primer dan informasi tentang prosedur pendataan pajak restoran.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu dengan mengumpulkan Dokumen-dokumen yang berhubungan dengan prosedur pendataan pajak restoran dan meminta berbagai dokumen dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi Sistematika dalam penulisan akhir ini adalah: BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Tujuan dan manfaat Praktik Kerja lapangan Mandiri, Uraian Teoritis Praktik


(15)

Kerja Lapangan Mandiri, Ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat tentang berdirinya Kantor Pendapatan Kota Medan, Struktur Organisasi, Uraian Tugas Pokok serta Fungsi-fungsi dari masing-masing bagian, serta gambaran pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN PROSEDUR

PENDATAAN PAJAK RESTORAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang ketentuan-ketentuan mengenai Pajak Restoran, Objek dan Subjek Pajak Restoran, cara perhitungan serta mekanisme pemungutan Pajak Restoran.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai cara penghitungan, target dan realisasi pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan, Masalah-masalah yang dihadapi dalam pemungutan pajak restoran serta upaya-upaya peningkatan pajak restoran.


(16)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari objek yang telah diteliti, serta saran-saran yang membangun bagi kemajuan penerimaan pajak restoran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/Pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun Retritusi Daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam Sub – Bagian Penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi Pajak/Retribusi Daerah Kota Medan, Maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, sub-Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.

Pada Tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, Tahun 1978,tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan sebagaimana dimaksudkan dalam instruksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (Satu). Bagian TataUsaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (Empat) Seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3(tiga) subseksi.


(18)

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib Pajak/Retribusi Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan, maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973 - 442, Tahun 1988, Tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/Retribusi Daerah dan pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, Tanggal 2 Mei 1988 tentang Oganisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978.tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 16 Tahun 1990 Tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK.II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan keputusan Mentri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, Tentang pedoman susunan Organisasi dan Tata kerja perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata kerja Dinas - Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan sebagai mana di atur dan di tetap kan dalam peraturan Daerah Kota Medan Nomor: 4 Tahun 2001, sehingga peraturan Kotamadya Daerah TK II Medan Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan di ganti dengan SK Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(19)

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan Beserta Struktur Organisasi melalui Surat Keputusan Walikota Nomor : 1 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Adapun Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut:

1) Kepala Dinas

2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari : a. Sub Bagian Umum. b. Sub Bagian Keuangan. c. Sub Bagian Kepegawaian. d. Sub Bagian Perlengkapan. 3) Sub Dinas Program terdiri dari:

a. Seksi Penyusunan Program.

b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian. c. Seksi Pengembanga Pendapatan d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan.

4) Sub Dinas Pendataan Dan Penetapan, terdiri dari : a. Seksi Pendataan Dan Pendaftaran.

b. Seksi Seksi Penetapan.


(20)

d. Seksi Penerimaan

5) Sub Dinas Penagihan, terdiri dari:

a. Seksi Pembukuan Dan Verifikasi. b. Seksi Penagihan Dan Perhitungan. c. Seksi Retribusi.dan Pemindahbukuan. d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan. 6) Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan, terdiri dari:

a. Seksi Bagi Hasil Pajak.

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak.

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak. d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan Dan Pengkajian

Pendapatan.

7) Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain - lain terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Retribusi dan Pendapatan Lain - Lain b. Seksi Penerimaan Lain – Lain

c. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan Lain – Lain. d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat – Surat Berharga. 8) Seksi Penerimaan Unit Pelaksana Teknis (UPT).

9) Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Uraian Tugas Pokok Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.


(21)

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi :

a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah.

b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan daerah.

c. Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan daerah.

d. Melaksanakan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Waikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas di bidang kesekretariatan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bagian Sekrtariat mempunyai fungsi:

a. Menyusun rencana kerja kegiatan.

b. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya.

c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta penyusunan laporan keuangan.


(22)

e. Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtangan dan pengadaan barang dinas.

f. Melaksanakan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian Tata Usaha ini terbagi atas 4 Sub Bagian dan memiliki tugas masing -masing yaitu terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat menyurat serta urusan umum lainnya.

b. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas mengelola keuangan dan perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.

c. Sub Bagian Kepegawaian, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan administrasi di bidang kepegawaian.

d. Sub Bagian Perlengkapan, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang.

2. Sub Dinas Program

Sub Dinas Program mempunyai tugas sebagian tugas dinas dibidang penyusunan program.

Untuk melakukan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Program mempunyai fungsi:

a. Menyusun rencana kerja

b. Mengumpulkan bahan dan data untuk penyusunan program kegiatan dan Perencaan Pendapatan Daerah.


(23)

c. Menyusun kebijaksanaan teknis serta program kerja jangka pendek, menengah dan panjang.

d. Menyusun penerimaan Pendapatan Daerah, merencanakan system dan prosedur kerja.

e. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi pendapatan daerah.

Sub Dinas Program terbagi atas 4 seksi yaitu terdiri dari:

a. Seksi Penyusunan Program, mempunyai tugas merencanakan penerimaan Pendapatan Daerah, system dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan teknis dan program kerja jangka pendek, menengah serta jangka panjang.

b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian, mempunyai tugas melakukan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pungutan pendapatan daerah dan melakasanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan di bidang pendapatan serta melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah.

c. Seksi Pengembangan Pendapatan, mempunyai tugas menyusun rencana serta mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah dan mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya.

d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan


(24)

daerah, menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah, mengidentifikasi permasalahan pendapatan daerah dan menyusun laporan realisasi pendapatan daerah.

3. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksnakan sebagian tugas Dinas dalam lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi :

a. Menyususn rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib pajak retribusi dan pendapatan daerah lainnya.

c. Melaksanakan pengolahan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), Hasil Pemeriksaan dan Informasi Terkait lainya.

d. Melaksanakan Penetapan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya.

e. Merencanakan dan Menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi.

f. Melaksanakan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidangnya.


(25)

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terbagi atas 4 seksi, yaitu terdiri dari: a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran,mempunyai tugas melaksanakan Pendataan

Objek Pajak Daerah/Retribusi Daerah dan pendapatan Daerah lainnya melalui Surat Pembertahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak Daerah/Wajib Retribusi Daerah melalui formulir paendaftaran, menyimpan, mendistribusikan, memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah dan menyusun daftar Induk wajib Pajak Daerah serta menyusun Surat Perpajakan Daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

b. Seksi Penetapan, mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan Pokok Pajak Daerah/Retribusi Daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip Surat Perpajakan Daerah/Retribusi Daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/penyetoran atas permohonan wajib pajak.

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan data Objek Pajak Daerah/Retribusi Daerah, menuangkan hasil pengolahan data dan informasi data kedalam kartu data serta mengirimkan kartu data kepada Seksi Penetapan dan demikian sebaliknya.

d. Seksi Penerimaan, mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemeriksaan Objek Pajak/Retribusi dan Subjek Pajak/Retribusi serta mengirimkan laporan pemeriksaan kepada Seksi Pengolahan Data Informasi.


(26)

4. Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Penagihan mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kerja kegiatan.

b. Melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas Pajak Daerah, Retrbusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya.

c. Melaksanakan penagihan atas tunggakan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya.

d. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas Pajak Daerah,Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya.

e. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan WP atas pajak terutangnya.

f. Melaksanakan tugas-ugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya

Sub Dinas Penagihan terbagi atas 4 seksi, yaitu terdiri dari :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi, mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga kedalam kartu


(27)

persediaan Benda Berharga. Menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan Benda Berharga secara bertahap.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan, mempunyai tugas melaksanakan Penagihan atas tunggakan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan pendapatan Daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip Surat Perpajakan Daerah/Retribusi Daerah yang berkaitan dengan penagihan..

c. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan, mempunyai tugas menerima permohonan Restitusi dan Pemindahbukauan dari Wajib Pajak, meneliti kelebihan pembayaran Pajak Daerah/Retribusi Daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan serta mempersiapakan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi atau pemindahbukuan.

d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan, mempunyai tugas menerima Surat Keberatan dari Wajib Pajak/Restitusi dan meneliti keberatan Wajib Pajak serta membuat pertimbangan atas Keberatan wajib pajak dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atau penolakan atas keberatan tersebut.


(28)

5. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan

Sub DinasBagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan Perundang - Undangan dan pengkajian pendapatan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kerja kegiatan

b. Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak.

c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak, non pajak.

d. Melaksanakan perhitungan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

e. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan Peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang bagi hasil pendapaan. f. Melaksanakan tugas lain - lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terbagi atas 4 seksi, yaitu terdiri dari: a. Seksi Bagi Hasil Pajak, mempunyai tugas menerima dan

mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Bumi dan Bangunan, melaksanakan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil


(29)

pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada Wajib Pajak, menerima kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkan kembali kepada Kantor Pelayanan PBB.

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak, mempunyai tugas melaksanakan perhitungan, penerimaan dari hasil Dana Alokasi Umum, melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Khusus.

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan non Pajak, mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat – surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan, menatausahakan Pendapatan Bagi Hasil Pajak dan bukan Pajak.

d. Seksi Peraturan Perundang – undangan dan pengkajian pendapatan, mempunyai tugs mengkaji tentang pelaksanaan peraturan Perundang-undangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan pendapatan daerah secara periodik.

6. Sub Dinas Retribusi Dan Pendapatan Lain - Lain

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain – Lain mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain - lain.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai fungsi :


(30)

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis dalam lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain - lain.

c. Melaksanakan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

d. Menghitungkan potensi pajak dan retribusi daerah.

e. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan daam lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah.

f. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain - lain terbagi atas 4 seksi, yaitu terdiri dari:

a. Seksi Penatausahaan Penerima Retribusi dan Penerimaan Lain – lain, mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerima retribusi dan melaksanakan penatausahaan pendapatan lain – lain.

b. Seksi Penerimaan Lain – Lain, mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan lain – lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain – lain baik dari pemerintah, wakil pemerintah di daerah maupun di lembaga – lembaga keuangan dan atau badan – badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.

c. Seksi Penerimaan Badan Usaha Milik Daerah dan Pendapatan Lain - Lain, mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan bentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan melaksanakan penata usahaan hasil pengolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.


(31)

d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat – Surat Berharga, mempunyai tugas melaksanakan legalisasi surat – surat berharga dan melaksanakan pembukuan surat – surat berharga.

Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain – Lain.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.


(32)

D. Gambaran Data Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan

Komposisi Pegawai/Karyawan di Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

TABEL . 2.1

Komposisi Pegawai Dinas Pendapatan kota Medan Tahun 2010

No. Bagian / Sub Dinas Jumlah

1. Kepala Dinas 1 Orang

2. Bagian Tata Usaha 74 Orang

3. Sub Dinas program 38 Orang

4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan 76 Orang

5. Sub Dinas Penagihan 41 Orang

6. Sub Dinas Pengembangan Pendapatan Daerah 18 Orang 7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendataan 82 Orang

8. Bagian Pemegang Kas 19 Orang

9. Bagian Pemegang Barang Berharga penyimpan barang & pengurus barang

16 Orang

10. Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) 15 Orang

11. Pegawai Outsorcing 230 Orang

Jumlah PNS dan Pegawai Honor 551 Orang Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan


(33)

Keterangan :

Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 264 Orang TNI yang dikaryakan : 1 Orang Pegawai Honor : 56 Orang Pegawai Outsorcing : 230 Orang Jumlah Pegawai DIPENDA : 551 Orang

Tabel 2.2

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Tahun 2010

Golongan Jumlah

Golongan IV /a 3 Orang Golongan III /d 38 Orang

GolonganIII /c 38 Orang Golongan III/b 64 Orang Golongan III/a 59 Orang Golongan II/d 9 Orang Golongan II/c 16 Orang Golongan II/b 3 Orang Golongan II/a 34 Orang Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan


(34)

STUKTUR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

SEKSI BAGI HASIL BUKAN PAJAK

SEKSI PENATAUSAHAAN BAGI HASIL

SEKSI BAGI HASIL PAJAK

SEKSI PENETAPAN SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENDATAAN DAN PENDAFTARAN SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI BIDANG BAGI HASIL

PENDAPATAN SEKSI PERTIMBANGAN DAN RETRIBUSI SEKSI PENAGIHAN DAN PERHITUNGAN SEKSI PEMBUKUAN

DAN VERTIFIKASI

BIDANG PENAGIHAN SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPATAN LAIN-LAIN SEKSI PENGEMBANGAN RETRIBUSI SEKSI PENGEMBANGAN DATA SEKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PENGKAJIAN PENDATAAN BIDANG PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH BIDANG BAGI HASIL

PENDAPATAN DINAS SUB BAGIAN PENYUSUANAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN UMUM SEKERTARIS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(35)

BAB III

GAMBARAN DATA PENERAPAN PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN

A. Ketentuan Umum

Dalam Undang - Undang Dasar RI Tahun 1945 yaitu pasal 23 menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang - Undang “. Pasal tersebut meunjukkan bahwa pengaturan bidang perpajakan bukan hanya sekedar hak, tetapi merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh Negara, sekaligus sebagai bentuk identitas dalam pengaturan bidang perpajakan

1. Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. (Suandy, 2008 : 10)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang - Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets (Suandy, 2008 :9)

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma – norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual : maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.


(36)

Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsure - unsur pajak adalah:

a. Iuran dari rakyat kepada Negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

b. Berdasarkan Undang - Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang - Undang serta aturan pelaksanaannya.

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran - pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Pengertian Pajak Daerah

Menurut Undang - Undang Nomor. 28 Tahun 2009, Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untk keperluan Daerah bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam Peraturan Daerah Nomor. 12 Tahun 2003, tentang Pajak Daerah Kota Medan :

a. Daerah adalah Kota Medan.


(37)

c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. e. Kepala Dinas Pendapatan Daerah adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah

Kota medan.

f. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang Perpajakan Daerah dan atau Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

g. Kas daerah adalah Kas Daerah Kota Medan.

h. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu.

i. Badan adalah suatu bentuk Badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, perskutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

j. Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran

k. Restoran atau Rumah Makan adalah tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan di pungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai mie, kedai kopi, warung tempat jual makanan/minuman, tempat berdiscotiq dan berkaraoke usaha jasa katering dan usaha jasa boga.


(38)

l. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang dapat disingkat SPTPD, adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang meurut perundang-undangan perpajakan daerah.

m. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang dapat disingkat SSPD, adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

n. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang dapat disingkat SKPD, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.

o. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang dapat disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus di bayar.

p. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang dapat disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

q. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.


(39)

r. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang dapat disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pajak yang terutang dan tidak ada kredit pajak.

s. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang dapat disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan sanksi administrasi berupa bunga atau denda. B. Pengertian Pajak Restoran

Pajak Restoran menurut Undang - Undang Nomor. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran. Dasar hukum pemungutan Pajak Restoran pada suatu Kabupaten/Kota adalah sebagai mana di bawah ini:

1. Undang – Undang Nomor. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

2. Peraturan Pemerintahan Nomor. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 3 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang Pajak Daerah 4 Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai

aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada Kabupaten/Kota dimaksud.

C. Objek, subjek dan Wajib Pajak Restoran 1. Objek Pajak Restoran

Yang merupakan objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan oleh restoran yang meliputi pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.


(40)

Yang termasuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, café, bar dan sejenisnya.

Pada pajak restoran tidak semua pelayanan diberikan oleh restoran atau rumah makan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu :

a. Pelayanan Jasa Boga/katering.

b. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannya tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan peraturan daerah Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) per bulan.

c. Penjualan makanan dan atau minuman yang disertai dengan fasilitas penyantapan di Hotel.

2. Subjek Pajak Restoran

Yang menjadi subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan atau minuman dari restoran atau rumah makan.Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan pelayanan yang di berikan oleh pengusaha restoran atau rumah makan.

3. Wajib Pajak Restoran

Yang menjadi wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran (pengusaha restoran atau pengusaha rumah makan tersebut).

Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada restoran tidak sama. Konsume yag menikmai pelayanan restoran merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak sedangkan pengusaha restoran bertindak sebagai


(41)

wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen atau subjek pajak.

D. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak, dan Tata Cara Perhitungan Pajak Restoran

1. Dasar Pengenaan Pajak Restoran.

Yang menjadi dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran atau rumah makan.

Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh subjek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pembelian makanan atau minuman, termasuk pula semua tambahan denagan nama apapun juga dilakukan berkaitan dengan dunia usaha restoran.

2. Tarif Pajak Restoran

Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan oleh Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing - masing Daerah Kabupaten/Kota.

3. Cara Perhitungan Pajak Restoran

Besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak restoran.


(42)

Pajak Restoran Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang dilakukan kepada Restoran.

Contoh :

Restoran Amsterdam, Medan pada tanggal 7 Mei 2011 memperoleh penghasilan bruto dari penjualan makanan dan minuman dari pengunjung sebesar Rp. 58.000.000,00.

Hitung berapa pajak restoran yang harus di bayar ? Jawab :

Pajak terutang = tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= tarif pajak x jumlah Pembayaran yang dilakukan kepada Restoran.

= 10% x Rp. 58.000.000,00,- = Rp. 5.800.000,00,-

E. Prosedur Pemungtan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan Pemungutan pajak Restoran merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak restoran dan subjek pajak restoran, dengan penentuan besarnya pajak restoran yang terutang sampai kegiatan menerima pembayaran pajak restoran tersebut dari wajib pajak. Untuk itu wajib pajak terlebih dahulu melaporkan jenis usahanya kepada Dinas Pendapatan Daerah dengan prosedur sebagai berikut :


(43)

1. Pengukuhan wajib Pajak

Wajib Pajak Restoran wajib mendaftarkan usahanya kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya kegiatan usaha, untuk dikukuhkan dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).Jangka waktu ini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh Bupati/Walikota dimana pajak restoran dipungut.

Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat pajak terutang pajak restoran, tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan pengawasan bagi petugas Dinas Pendapatan Daerah. Apabila pengusaha restoran atau rumah makan tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Kepala Dinas Pendapatan Daerah akan menetapkan pengusaha tersebut sebagai wajib pajak secara jabatan. Jabatan dimaksudkan untuk pemberian nomor pengukuhan dan NPWPD dan bukan merupakan penetapan besarnya pajak terutang.

2. Pendaftaran dan Pendataan

Untuk mendapatkan data wajib pajak, dilaksanakan Pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak. Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendaftaran dan pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak. Setelah dokumen disampaikan kedapad wajib pajak. Selanjutnya, petugas pajak mencatat formulir pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh wajib pajak dalam daftar


(44)

Induk wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.

3. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (STPD)

Wajib Pajak Restoran wajib melaporkan kepda Bupati/walikota, dalam praktiknya kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaen/Kota tentang perhitungan pembayaran pajak restoran yang terutang. Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPPD ini diisi dengan jelas, lengkap dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada Walikota/Bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak. Seluruh data Perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut dihimpun dan dicatat atau dituangkan dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir, yang akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak terutang. Keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan dan atau dilampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Walikota Kota Medan.

4. Penetapan Pajak Restoran

Berdasarkan SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak dan pendataan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah, Walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh Walikota menetapkan pajak restoran yang terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama 30 hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Walikota. Apabila setelah lewat waktu


(45)

yang telah ditentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam SKPD, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). 5. Pembayaran Pajak Restoran

Pembayaran Pajak Restoran dilakukan wajib pajak dengan menyetorkan pajak ke Kas Daerah, Bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Namun, dalam keadaan tertentu Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak restoran terutang dalam kurun waktu tertentu. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.

6. Penagihan Pajak Restoran

Apabila pajak restoran yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, Walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan Putusan dan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

Tata Cara Penagihan Pajak Restoran

a. Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindak pelaksanaan penagihan pajak di keluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.


(46)

b. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaiman telah ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang masih harus dibayar ditagih dengan surat paksa.

c. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya.

d. Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalm jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakn Penyitaan (SPMP).

e. Setelah dilakukan penyitaan da wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melakukan Penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.

f. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam, dan tempat leleng, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak.

g. Bentuk, jenis dan isi formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah ditetapkan oleh kepala Daerah.

Dengan prosedur diatas, maka pajak restoran dapat dipungut dengan sistem yang berlaku di Indonesia, menerut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pemungutan pajak menggunakan 3 (tiga) sistem pemungutan pajak yaitu :


(47)

a. Self Assessment System adalah sistem dimana pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang.

b. Official Assessment System adalah sistem dimana pemungutan pajak daerah

berdasarkan kepada Pemerintah (fiskus) untuk menetapkan besarnya pajak terutang menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

c. With Holding System adalah sistem pemungutan yang memberi wewenang

kepada pihak ke tiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang.

Namun pada Dinas Pendapatan Kota Medan, sistem pemungutan yang digunakan adalah Self Assessment System dan Official Assessment System.


(48)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Cara Pengenaan Pajak Restoran dan Tata Cara yang dilakukan dalam Pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan

Sejak berlakunya Otonomi Daerah, sumber pendapatan bagi pemerintah daerah otonom adalah salah satunya berasal dari hasil pemungutan pajak daerah. Sumber pajak sangat penting bagi pemerintah daerah untuk memperoleh pandapatan dari sumber tersebut. Hal itu dapat dilaksanakan dengan memungut, mengadministrasikan, menetapkan tariff dan sebagainya.

Tarif pengenaan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota medan yaitu 10% (sepuluh persen) dan tata cara yang dilakukan dalam pemungutan pajak atas restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan menggunakan dua system pemungutan yaitu Self Assessment System dan Official Assessment System. B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran di Kota Medan 1. Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan

Pajak Restoran merupakan sumber dana permanen dari salah satu pajak daerah yang memberikankan kontribusi setiap tahun dalam penyusunan anggaran negara. Dilihat dari data jumlah wajib pajak restoran yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Kota Medan sampai tahun 2010 sebanyak 1.444 wajib pajak.Wajib Pajak yang menggunakan Self Assessment sebanyak 315 dan yang menggunakan Official Assessment sebanyak 1. 129, antara lain :


(49)

Tabel. 4.1

Jumlah Wajib Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan Sampai dengan Desember 2010

No. Jenis Pajak Rertoran Wajib Pajak Jumlah Self

Assessment

Official Assessment

1. Restoran Cepat Saji 73 - 73

2. Restoran Nasional 141 - 141

3. Restoran Khas Daerah 67 - 67

4. Warung Nasi, Kedai kopi, Jual Mie dll

- 1.129 1.129

5. Restoran Tempat Hiburan

34 - 34

JUMLAH 315 1.129 1.444

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

2. Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran .

Berdasarkan tabel target dan realisasi Pendapatan daerah Kota Medan selama 5 (lima) Tahun. Khusus pajak restoran dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :


(50)

Tabel 4.2

Target dan Realisasi Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun Anggaran 2006 – 2010

Tahun Target (Rp)

Realisasi (Rp)

Sisa Lebih (Kurang)

Persentase (%) 2006 35.880.000.000 35.918.147.431 38.147.431 100,11 2007 36.756.400.000 37.430.647.555 674.247.555 101,83 2008 38.594.220.000 43.458.944.765 4.864.724.765 112,60 2009 45.750.127.000 48.513.407.067 2.763.280.067 106,04 2010 71.772.950.000 63.001.970.875 8.770.979.125 87,78 Sumber Data : Dinas Pendapatan Kota Medan

Dari tabel 4.2 mengenai target realisasi pajak restoran pada tahun anggaran 2006 dapat dilihat bahwa target pajak restoran untuk Tahun 2006 sebesar Rp. 35.880.000.000,- sedangkan yang terealisasi sebesar Rp. 35.918.147.431,- dengan persentase 100,11% atau dengan kata lain pada tahun ini target yang telah ditetapkan tercapai bahkan over target sebesar Rp. 38.147.431,- Target realisasi pajak restoran pada Tahun 2007 sebesar Rp. 36.756.400.000,- sedangkan yang terealisasi sebesar Rp. 37.430.647.555,- dengan persentase 101,83% atau dengan kata lain pada tahun ini target yang telah ditetapkan tercapai bahkan over target sebesar Rp. 674.247.555,-

Target realisasi pajak restoran pada Tahun 2008 sebesar Rp. 38.594.220.000,- sedangkan yang terealisasi sebesar Rp. 43.458.944.765,- dengan


(51)

persentase 112,60% atau dengan kata lain pada tahun ini target yang telah ditetapkan tercapai bahkan over target sebesar Rp. 4.864.724.765,-

Target realisasi pajak restoran pada Tahun 2009 sebesar Rp. 45.750.127.000,- sedangkan yang terealisasi sebesar Rp. 48.513.407.067,- dengan persentase 106,04% atau dengan kata lain pada tahun ini target yang telah ditetapkan tercapai bahkan over target sebesar Rp. 2.763.280.067,-

Target realisasi pajak restoran pada Tahun 2010 sebesarRp. 71.772.950.000,- sedangkan yang terealisasi sebesar Rp. 63.001.970.875,- dengan persentase 87,78% Tahun 2010 juga mengalami over target sebesar Rp. 8.770.979.125,-

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 – 2010, penerimaan melalui pajak restoran selalu dapat mencapai target. Dan bahkan pemungutan atau penagihan pajak restoran yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan sangat efektif karena realisasi penerimaannya dapat melebihi pencapaian target.

Tercapainya target pada tahun anggaran 2006 – 2010 dipengaruhi oleh penetapan target yang realitas serta adanya peningkatan kinerja Dinas pendapatan Kota Medan dalam pemungutan dan penagihan pajak restoran.


(52)

C. Masalah – Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran di Kota Medan.

Masalah – masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran yang ada di Kota Medan adalah :

1. Masih banyak masyarakat Kota Medan yang mempunyai usaha restoran/rumah makan dan sudah memenuhi syarat sebagai wajib pajak restoran. Akan tetapi, tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Padahal, jika masyarakat mendaftarkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak untuk membayar dan melaporkan jumlah pajak terutang, tentunya pendapatan atau realisasi pajak restoran di Kota Medan juga akan lebih meningkat setiap tahunnya.

2. Adanya wajib pajak yang tidak mengetahui bahwa dengan membuka restoran/rumah makan maka dikenakan pajak atas usahanya tersebut

D. Upaya – Upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Pajak Restoran. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh Dinas pendapat Kota Medan untuk Meningkatkan Pandapatan Asli Daerah kota Medan khususnya mengenai Pajak Restoran, antara lain melalui :

1. Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Restoran

Ekstensifikasi adalah kebijakan di bidang perpajakan melalui penambahan jumlah wajib pajak dan perluasan objek pajak restoran. Ekstensifikasi di bidang perpajakan sangat penting karena dengan ekstensifikasi, sumber – sumber penerimaan yang ada di Kota Medan, khususnya pada penerimaan dari pajak


(53)

restoran dapat digali lebih lagi dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak restoran dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan.

Ekstensifikasi dapat dilakukan dengan cara pendataan wajib pajak baru dengan melakukan pendataan langsung. Kegiatan pendataan dan pendaftaran wajib pajak dapat dilaksanakan untuk mengetahui data para wajib pajak. Sehingga diketahui potensi riil di lapangan. Pendataan wajib pajak baru dan wajib pajak lama di wilayah Kota Medan dilakukan per- tiga bulan (triwulan)

2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Restoran

Intensifikasi merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan agar wajib pajak membayar sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga realisasi penerimaan pajak restoran sesuai dengan target yang telah ditetapkan atu bahkan dapat melebihi target yang telah ditetapkan. Intensifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan secara berkala yaitu per-tiga bulan (triwulan).

Hal ini dilakukan untuk menilai, apakah pajak yang di laporkan oleh wajib pajak sudah benar atau tidak juga untuk meminimalisir penyimpangan atau pelanggaran yang dapat terjadi baik sengaja atau tidak sengaja yang dilakukan oleh wajib pajak.

b. Menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak yang tidak/terlambat menyampaikan SPTPD.

c. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak atas tunggakan pajak pelaksanaan kegiatan penagihan tunggakan pajak daerah ini merupakan kegiatan langsung menagih pajak daerah kepada wajib pajak yang menunggak


(54)

pajak sehingga pajak yang tertahan pada wajib pajak dapat segera masuk ke Kas Pemerintah Kota Medan.

d. Sosialisasi, kegiatan ini dilaksanakan untuk member pemahaman (sosialisasi) kepada para wajib pajak yang bertujuan agar para wajib pajak dapat membayar pajak guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan adanya gambaran umumdan uraian – uraian mengenai pajak restoran serta beberapa masalah – masalah dalam pelaksanaan pemungutan dan penagihannya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan restoran.dalam hal ini, yang dimaksud dengan restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, termasuk usaha jasa boga dan katering.

2. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Besarnya tarif ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, sehingga memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan besarnya tarif pajak restoran sesuai dengan kondisi masyarakat.

3. Pada Dinas Pendapatan Kota Medan, sistem pemungutan pajak yang digunakan adalah Self Assessment System.

4. Pemungutan Pajak Restoran adalah suatu rangakaian mulai dari penghimpunan data objek pajak restoran dan subjek pajak restoran, dengan penentuan besarnya pajak restoran yang terutang sampai kegiatan menerima pembayaran pajak restoran tersebut dari wajib pajak.

5. Adapun prosedur pemungutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan kota Medan dimulai dari Pengukuhan Wajib Pajak, Pendaftaran dan Pendataan, Pelaporan SPTPD oleh wajib pajak, Penetapan jumlah Pajak Restoran melalui


(56)

6. SKPD, dan Pembayaran pajak Restoran.apabila pajak restoran yang terutang idak dilunasi setelah jatuh tempo maka akan dilakukan Penagihan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan.

7. Realisasi penerimaan dari pajak restoran di Kota Medan selama tahun 2006 – 2010 selalu dapat mencapai target yang telah ditetapkan, bahkan dapat melebihi dari target tersebut.

B. Saran

Dalam rangka upaya mensukseskan penerimaan Pajak Restoran di Kota Medan pada tahun 2010 dan pada masa yang akan datang penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Dinas Pendapatan Kota Medan harus dapat menciptakan iklim perpajakan yang baik dilingkungan sendiri agar masyarakat umm atau Wajib Pajak tahu bahwa dengan membayar pajak tujuaanya adalah kesejahteraan masyarakat itu sendiri, sehingga meningkatkan kesadaran aka kepatuhan masyarakat akan kewajibannya.

2. Dinas Pendapatan Kota Medan harus lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan penyuluhan – penyuluhan mengenai Pajak Daerah.

3. Dinas Pendapatan Kota Medan hendaknya lebih tegas terhadap pengusaha restoran yang tidak mau membayar pajak atas usahanya, jika dengan memberikan sanksi administrasi atau sanksi pidana bagi wajib pajak yang nakal.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan,panca,dan Agus Purwanto,2004,Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia,Bayumedia,Jakarta.

Suandy,Erly,2008,Hukum Pajak,Salemba Empat,Jakarta.

Darwin, 2010,Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Mitra Wacana Media,Jakarta

Undang-Undang Nomor.28 Tahun 2009,tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor.12 Tahun 2003,tentang Pajak Daerah Kota Medan.

Keputusan Walikota Medan Nomor.1 Tahun 2010,tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.


(1)

C. Masalah – Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran di Kota Medan.

Masalah – masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran yang ada di Kota Medan adalah :

1. Masih banyak masyarakat Kota Medan yang mempunyai usaha restoran/rumah makan dan sudah memenuhi syarat sebagai wajib pajak restoran. Akan tetapi, tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Padahal, jika masyarakat mendaftarkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak untuk membayar dan melaporkan jumlah pajak terutang, tentunya pendapatan atau realisasi pajak restoran di Kota Medan juga akan lebih meningkat setiap tahunnya.

2. Adanya wajib pajak yang tidak mengetahui bahwa dengan membuka restoran/rumah makan maka dikenakan pajak atas usahanya tersebut

D. Upaya – Upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Pajak Restoran.

Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh Dinas pendapat Kota Medan untuk Meningkatkan Pandapatan Asli Daerah kota Medan khususnya mengenai Pajak Restoran, antara lain melalui :

1. Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Restoran

Ekstensifikasi adalah kebijakan di bidang perpajakan melalui penambahan jumlah wajib pajak dan perluasan objek pajak restoran. Ekstensifikasi di bidang perpajakan sangat penting karena dengan ekstensifikasi, sumber – sumber penerimaan yang ada di Kota Medan, khususnya pada penerimaan dari pajak


(2)

restoran dapat digali lebih lagi dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak restoran dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan.

Ekstensifikasi dapat dilakukan dengan cara pendataan wajib pajak baru dengan melakukan pendataan langsung. Kegiatan pendataan dan pendaftaran wajib pajak dapat dilaksanakan untuk mengetahui data para wajib pajak. Sehingga diketahui potensi riil di lapangan. Pendataan wajib pajak baru dan wajib pajak lama di wilayah Kota Medan dilakukan per- tiga bulan (triwulan)

2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Restoran

Intensifikasi merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan agar wajib pajak membayar sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga realisasi penerimaan pajak restoran sesuai dengan target yang telah ditetapkan atu bahkan dapat melebihi target yang telah ditetapkan. Intensifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan secara berkala yaitu per-tiga bulan (triwulan).

Hal ini dilakukan untuk menilai, apakah pajak yang di laporkan oleh wajib pajak sudah benar atau tidak juga untuk meminimalisir penyimpangan atau pelanggaran yang dapat terjadi baik sengaja atau tidak sengaja yang dilakukan oleh wajib pajak.

b. Menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak yang tidak/terlambat menyampaikan SPTPD.

c. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak atas tunggakan pajak pelaksanaan kegiatan penagihan tunggakan pajak daerah ini merupakan


(3)

pajak sehingga pajak yang tertahan pada wajib pajak dapat segera masuk ke Kas Pemerintah Kota Medan.

d. Sosialisasi, kegiatan ini dilaksanakan untuk member pemahaman (sosialisasi) kepada para wajib pajak yang bertujuan agar para wajib pajak dapat membayar pajak guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan adanya gambaran umumdan uraian – uraian mengenai pajak restoran serta beberapa masalah – masalah dalam pelaksanaan pemungutan dan penagihannya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan restoran.dalam hal ini, yang dimaksud dengan restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, termasuk usaha jasa boga dan katering.

2. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Besarnya tarif ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, sehingga memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan besarnya tarif pajak restoran sesuai dengan kondisi masyarakat.

3. Pada Dinas Pendapatan Kota Medan, sistem pemungutan pajak yang digunakan adalah Self Assessment System.

4. Pemungutan Pajak Restoran adalah suatu rangakaian mulai dari penghimpunan data objek pajak restoran dan subjek pajak restoran, dengan penentuan besarnya pajak restoran yang terutang sampai kegiatan menerima pembayaran pajak restoran tersebut dari wajib pajak.


(5)

6. SKPD, dan Pembayaran pajak Restoran.apabila pajak restoran yang terutang idak dilunasi setelah jatuh tempo maka akan dilakukan Penagihan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan.

7. Realisasi penerimaan dari pajak restoran di Kota Medan selama tahun 2006 – 2010 selalu dapat mencapai target yang telah ditetapkan, bahkan dapat melebihi dari target tersebut.

B. Saran

Dalam rangka upaya mensukseskan penerimaan Pajak Restoran di Kota Medan pada tahun 2010 dan pada masa yang akan datang penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Dinas Pendapatan Kota Medan harus dapat menciptakan iklim perpajakan yang baik dilingkungan sendiri agar masyarakat umm atau Wajib Pajak tahu bahwa dengan membayar pajak tujuaanya adalah kesejahteraan masyarakat itu sendiri, sehingga meningkatkan kesadaran aka kepatuhan masyarakat akan kewajibannya.

2. Dinas Pendapatan Kota Medan harus lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan penyuluhan – penyuluhan mengenai Pajak Daerah.

3. Dinas Pendapatan Kota Medan hendaknya lebih tegas terhadap pengusaha restoran yang tidak mau membayar pajak atas usahanya, jika dengan memberikan sanksi administrasi atau sanksi pidana bagi wajib pajak yang nakal.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan,panca,dan Agus Purwanto,2004,Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diIndonesia,Bayumedia,Jakarta.

Suandy,Erly,2008,Hukum Pajak,Salemba Empat,Jakarta.

Darwin, 2010,Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Mitra Wacana Media,Jakarta

Undang-Undang Nomor.28 Tahun 2009,tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor.12 Tahun 2003,tentang Pajak Daerah Kota Medan.

Keputusan Walikota Medan Nomor.1 Tahun 2010,tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.