27
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui program pelatihan dengan dana yang didukung oleh sekolah yang bersangkutan.
2.6. ANALISIS TUGAS
Keunikan tugas guru pendidikan jasmani terletak pada misi yang diemban untuk mencapai tujuan pendidikan yang bersifat menyeluruh. Meskipun
keterjadian proses belajar ditandai dengan aneka aktifitas jasmani sebagai pengalaman belajar, tetapi seluruh adegan pendidikan,juga tertuju pada
peningkatan kemampuan penalaran dan pengembangan sifat-sifat kepribadian. Tugas Guru Pendidikan Jasmani, menurut Tousignant dan Siedentop, 1982,
diklarifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Tugas Managerial yaitu tugas yang mencakup pengecekan kehadiran dan
kelengkapan pakaian,
2.Tugas Instruksional yaitu tugas yang difokuskan pada fase transisi, mencakup
pengorganisasian kelompok dan penempatan serta pengaturan perlengkapan.
Tugas yang diemban guru pendidikan jasmani untuk mencapai taraf efektifitas pengajaran yang memuaskan mencakup beberapa dimensi
management, meliputi : 1. Management tugas-tugas ajar,
2. Management perilaku, dan 3. Management waktu serta perlengkapan.
28
Para guru tersebut bukan hanya merencanakan unit-unit dan pelajaran, tetapi juga bekerja bersama dengan guru lainnya di sekolah. Mereka juga perlu
merencanakan penempatan perlengkapan dan pemanfaatanya, dan bahkan untuk kasus Indonesia, guru pendidikan jasmani mengadakan sendiri alat-alat dan
kelengkapan yang diperlukan. Mereka tidak hanya perlu memiliki ketrampilan untuk mengelola perilaku siswa dalam konteks pengajaranya, tetapi juga
memanfaatkan dukungan sumber-sumber daya dari luar misalnya guru bantu, relawan, pelatih klub dll. Sebagai guru di sebuah sekolah, ia juga perlu
memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan koleganya sesama satu sekolah dan bahkan dengan guru-guru sekolah lainnya.
Guru pendidikan jasmani juga sering dipercaya untuk menangani anak- anak bermasalah. Sebagai guru, Dia perlu memiliki ketrampilan sebagai konselor
dengan beberapa sifat yakni hangat, tulus, dan penyayang terhadap siswanya dengan niat untuk membantu mengatasi masalah di sekolah dan diluar sekolah.
Guru juga memiliki citra sebagai wakil dari sekolah, sehingga kemanapun dia pergi dan berada, masyarakat akan memandang dan memanfaatkanya sebagai
guru. Di lingkungan daerah yang masih memerlukan tenaga terampil untuk
membangun, maka guru diharapkan tampil sebagai agen pembaruan guna memacu percepatan perubahan sosial untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Tidak mengherankan bila ia harus menangani aneka tugas diluar tugasnya sebagai pengajar.
29
Isu sentral dalam pengajaran pendidikan jasmani adalah bagaimana meningkatkan efektifitas pengajaran, disamping penelaahan tentang indikator
efektifitas itu sendiri. Dalam kaitan ini maka, upaya meningkatkan jumlah waktu aktif berlatih, dipandang sebagai predictor yang paling dapat diandalkan untuk
memahami masalah efektifitas pengajaran. Rink, 1985, misalnya, menulis tentang strategi pengajaran untuk penciptaan keterjadian belajar teaching for learning
dengan menurunkan konsep-konsep teoritis hasil kajian dalam subdisiplin motor learning.
Seperti halnya tulisan Siedentop, 1991, yaitu bahwa Tema central dari pengajaran adalah penciptaan kondisi bagi pengajaran yang efektif dalam
pendidikan jasmani, melalui penciptaan ekologi pengajaran yang terkait dengan management atmosfir dan management perilaku yang erat kaitanya dengan
pembinaan disiplin dan ketrampilan interpersonal. Landasan etika pengajaran merupakan masalah yang amat esensial, karena bukan saja menyangkut
pemberian layanan, tetapi juga perkara kontak badan antara guru dan siswa, misalnya, pada waktu memberikan bantuan dalam senam dan renang. Pada tataran
praktis, aspek perencanaan unit pengajaran dan strategi pengajaran yang bersifat umum, menjadi titik tolak bagi pengajaran yang sukses.
Secara keseluruhan, keberhasilan tugas itu perlu didukung oleh seperangkat kompetensi dasar, yang selanjutnya digunakan untuk merancang
strategi pengembangan pendidikan tenaga guru pendidikan jasmani. Berdasarkan tinjauan literatur dalam pendidikan jasmani, terdapat
sekurangnya 5 kompetensi guru pendidikan jasmani, yaitu :
30
1. Pemahaman dan penghayatan etika dan tindakan moral yang melandasi
profesi dalam Pendidikan Jasmani, utamanya dalam pemberian perlakuan misalnya memberikan instruksi, mengoreksi dan lain-lain yang dapat
dipertanggungjawabkan secara etika , termasuk nilai-nilai agama. 2. Penguasaan ketrampilan gerak dan dasar-dasar ketrampilan beberapa
cabang olahraga, termasuk pengetahuan yang berkaitan dengan cabang atau aktivitas jasmani yang bersangkutan misalnya, peraturan dan
ketentuan khusus dalam suatu cabang olahraga. 3. Penguasaan konsep dan teori dalam beberapa subdisiplin ilmu
keolahragaan yang bersifat integratif sebagai landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga, guna memfasilitasi proses pembelajaran, terutama
disesuaikan dengan azas pentahapan pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik. 4. Kompetensi dalam menerapkan kurikulum dalam konteks metoda dan
strategi umum atau khusus dalam pembelajaran, termasuk kompetensi alam melaksanakan asesmen hasil belajar.
5. Kompetensi sosial yang melibatkan ketrampilan sosial, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, maupun kemampuan
kerjasama dalam
tim. Dengan memperhatikan kelima kompetensi yang telah dipaparkan diatas,
maka pembekalan calon guru diarahkan untuk menguasai dengan baik kemampuan yang terkait dengan masing-masing kompetensi.
31
Banyak kritik yang mengungkapkan kekurangan para guru pendidikan jasmani yang cenderung tampil sebagai ”tukang” dan lemah dalam kemampuan
bernegosiasi atau menjual ide kepada pihak lain di sekitarnya. Kompetensi pengajaran merupakan jantung dari kekuatan profesi, setelah
didukung oleh ilmu-ilmu pengantar dan penguasaan kiat mengajar itu sendiri. Para kandidat, harus belajar, bagaimana mengajar, selain memahami seluk beluk
perencanaan tugas ajar dan prinsip kurikulum serta pengembanganya.
32
BAB III METODE PENELITIAN