PERSEPSI GURU – GURU NON PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KINERJA GURU – GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

(1)

ii Skripsi ini telah disetujui pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 04 Februari 2009

Semarang, 05 – 02 – 2009. Pemohon,

Widagdo Eko Wartono.

NIM : 6101907133

Mengesahkan :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tri Rustiadi, M.Kes. Drs. Bambang Priyono, M.Pd. NIP : 131 876 221 NIP : 131 571 552

Mengetahui : Ketua Jurusan PJKR

Drs. Hermawan Pamot Rahardjo, M.Pd. NIP : 131 961 216


(2)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 21 Maret 2009

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Laboratorium FIK UNNES

Panitia Ujian :

Ketua, Sekretaris,

Drs. M. Nasution, M.Kes. Dra. Henny Setyawati, M.Si. NIP : 131 876 219 NIP : 132 003 071

Dewan Penguji :

1. Drs. Hermawan Pamot Rahardjo, M.Pd. ( Ketua ) NIP. 131 961 216

2. Drs. Tri Rustiadi, M.Kes. ( Anggauta ) NIP. 131 876 221

3. Drs. Bambang Priyono, M.Pd. ( Anggauta ) NIP. 131 571 552


(3)

iv

MOTTO :

• Rumahku adalah surgaku • Keluargaku adalah hartaku

PERSEMBAHAN :

* Kepada Istri, anak dan kedua orang tua tercinta, * Mahasiswa PJKR PGSM 2007,

* Rekan – rekan Guru Pendidikan Jasmani.


(4)

v

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas ijin dan petunjuk-Nya saja maka skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini, saya banyak menerima bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs . Harry Pramono M. Si. , yang telah memberikan ijin penelitian,

2. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani , Kesehatan dan Rekreasi , Bapak Drs. Hermawan Pamot Rahardjo, M.Pd. , yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini,

3. Dosen Pembimbing , Bapak Drs. Tri Rustiadi M. Kes. dan Bapak Drs. Bambang Priyono , M. Pd. yang telah memberikan penjelasan, bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini,

4. Dosen – dosen PJKR , yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, 5. Kepala SMP Negeri I Semarang , selaku atasan , yang telah memberikan ijin belajar dan fasilitas – fasilitas pendukungnya,

6. Kepala Sekolah dan Guru – guru SMP non Pendidikan Jasmani di Kecamatan Semarang utara,

7. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya siap menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Februari 2009.


(5)

vi

PENDIDIKAN JASMANI SMP DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG ”.

Bagaimana persepsi Guru-guru non Pendidikan Jasmani SMP di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang terhadap kinerja Guru-guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang ?

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti persepsi Guru-guru non Pendidikan Jasmani terhadap kinerja Guru-guru Pendidikan Jasmani.

Metode penelitian ini yaitu dengan menggunakan angket atau kuesioner. Populasinya adalah seluruh Guru non Pendidikan Jasmani SMP di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang sejumlah 150 orang. Data dalam penelitian ini berupa jawaban angket atau kuesioner. Variable dalam penelitian ini yaitu persepsi Guru-guru non Pendidikan Jasmani terhadap kinerja Guru-guru Pendidikan Jasmani. Data dianalisa dengan menggunakan tekhnik deskriptif kualitatif dengan analisa statistik prosentasi, dimana data yang diperfoleh dihitung dan divisualisasikan.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa persepsi Guru-guru non Pendidikan Jasmani terhadap kinerja Guru-guru Pendidikan jasmani mencapai 83,91 % yang termasuk kategori baik. Aspek kepribadian 93,50 % dengan kategori baik, Aspek paedagogik 82,67 % dengan kategori baik, Aspek profesional 78,83 % dengan kategori baik, dan Aspek sosial 82,07 % dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kinerja Guru-guru Pendidikan Jasmani SMP di kecamatan Semarang Utara dalam kategori baik. Saran-saran yang perlu diperhatikan adalah bahwa meskipun kinerja Guru-guru pendidikan Jasmani sudah baik, mereka tetap harus selalu meningkatkan profesionalitasnya sebagai seorang Guru, mengingat kemajuan tekhnologi yang terus berkembang setiap saat.


(6)

vii

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SARI ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 11

1.3.Tujuan Penelitian ... 11

1.4.Manfaat Penelitian ... 12

1.5.Penegasan Istilah ... 12

1.5.1. Persepsi ... 12

1.5.2. Guru – guru non Pendidikan Jasmani ... 13

1.5.3. Kinerja ... 14

1.5.4. Guru – guru Pendidikan Jasmani ... 14


(7)

viii

2.3. Kepribadian Guru ... 22

2.4. Pendidikan Jasmani ... 23

2.4.1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 23

2.4.2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 24

2.5. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani ... 25

2.6. Analisis Tugas ... 27

3. METODE PENELITIAN ……… 32

3.1.Populasi ………. 32

3.2.Sampel ……… 32

3.3.Variabel Penelitian ………. 33

3.4.Tekhnik Pengumpulan Data ……… 33

3.5.Analisis Uji Instrumen ……… 34

3.5.1. Validitas Data ………. . 34

3.5.2. Reliabilitas Data ……….. . 35

3.6.Tekhnik Analisis Data ……… 35

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 38

4.1.Hasil Penelitian ……… 38

4.1.1. Validitas ………. 38


(8)

ix

4.1.3.1.Analisa Deskriptif per Aspek ... 38

4.1.3.2.Analisa Deskriptif per Indidkator ... 40

4.1.3.3.Analisa Deskriptif per Responden ... 42

4.2. Pembahasan ... 43

4.2.1. Kepribadian ... 43

4.2.2. Kompetensi Pedagogik ... 45

4.2.3. Kompetensi Profesional ... 45

4.2.4. Kompetensi Sosial ... 47

5. PENUTUP ... 48

5.1.Kesimpulan ... 48

5.2.Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN - LAMPIRAN


(9)

x

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ……….. 51

2. Perhitungan Validitas Angket ……….. 53

3. Perhitungan Reliabilitas Angket ……… 54

4. Kisi – kisi Kuesioner ………. … 55

5. Kuesioner ………... 59

6. Tabel Data Persepsi ……….. 64

7. Penentuan Kriteria Deskriptif per item ... 68

8. Penentuan Kriteria Deskriptif per Responden ... 69

9. Tabel rekapitulasi hasil analisa deskriptif per aspek ... 70

10. Tabel rekapitulasi hasil analisa deskriptif per indikator ... 71

11. Diagram rekapitulasi hasil analisa deskriptif per indikator ... 72

12. Tabel dan Diagram rekapitulasi hasil analisa deskriptif per responden .. 73

13. Hasil analisis deskriptif per responden ... 74

14. Surat usul penetapan Dosen Pembimbing ... 78

15. Surat penetapan Dosen Pembimbing ... 79

16. Surat permohonan ijin penelitian ... 80

17. Surat Keterangan dari SMP Negeri 25 Semarang ... 81

18. Surat Keterangan dari SMP Hasanudin I Semarang ... 82

19. Surat Keterangan dari SMP Muhammadiyah 5 Semarang ... 83

20. Surat Keterangan dari SMP Theresianan Tanah Mas Semarang ... 84 21. Fotho – fotho


(10)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Masalah guru merupakan topik yang tidak habis-habisnya dibahas dalam berbagai seminar, diskusi, dan workshop untuk mencari berbagai alternatif pemecahan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dilingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena guru , berdasarkan sejumlah penelitian pendidikan, diyakini sebagai salah satu faktor yang dominan dalam menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan proses transformasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta internalisasi etika dan moral. Karena itu, tidaklah berlebihan apabila masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap pendidikan selalu mengarahkan perhatianya pada aspek yang berkaitan dengan guru dan keguruan.

Diantara masalah-masalah yang berkaitan dengan guru dan keguruan biasanya berkisar pada persoalan kurang memadainya kualifikasi dan kompetensi guru, kurangnya tingkat kesejahteraan guru, rendahnya etos kerja dan komitmen guru, dan kurangnya penghargaan masyarakat terhadap profesi guru. Walaupun Pemerintah bersama orang tua dan masyarakat telah melakukan berbagai upaya perbaikan profesi guru, namun berbagai dimensi persoalan guru tetap muncul sebagai masalah utama dunia pendidikan nasional kita. Terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangan dunia guru, kita harus menyadari, mengakui, dan menerima kondisi guru saat ini dengan apa adanya. Yang paling penting harus kita


(11)

lakukan adalah menyiapkan sosok guru masa depan yang sesuai dengan tuntutan reformasi pendidikan yang sekarang ini tengah bergulir.

Selain dihadapkan dengan berbagai persoalan internal, guru juga mendapat dua tantangan eksternal, yaitu pertama, krisis etika dan moral anak bangsa, dan kedua, tantangan masyarakat global. Krisis etika dan moral yang berpuncak pada kerusuhan bulan mei 1998 telah memporakporandakan tata nilai agama dan masyarakat. Etika dan tata karma yang dijunjung tinggi selama ini telah berubah menjadi bahan retorika belaka, sedangkan dalam dunia nyata, nilai-nilai tersebut telah berganti dengan budaya-budaya anarkhis, kekerasan, dan amoral.

Era globalisasi yang sebentar lagi kita masuki akan ditandai dengan berbagai kata kunci seperti kompetisi, transparansi, efisiensi, kualitas tinggi, dan profesionalisasi. Disamping itu, masyarakat global akan menjadi sangat peka dan peduli terhadap masalah-masalah demokrasi, hak asazi manusia, dan isu lingkungan hidup. Karena itu, peran guru masa depan harus diarahkan untuk mengembangkan tiga intelegensi dasar anak didik, yaitu intelektual, emosional, dan moral. Untuk dapat melaksanakan peran tersebut, maka sosok guru masa depan harus mampu bekerja secara profesional.

Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain, memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya , dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus


(12)

( continuous improvement ) melalui organisasi-organisasi profesi, internet, buku, seminar dan semacamnya. Dengan persyaratan semacam ini, maka tugas guru bukan lagi knowledge based, seperti yang sekarang dilakukan, tetapi lebih bersifat

competicy based, yang menekankan pada penguasaan secara optimal konsep keilmuan dan perekayasaan yang berdasarkan nilai-nilai etika dan moral. Konsekwensinya, seorang guru tidak lagi menggunakan komunikasi satu arah seperti yang selama ini dilakukan, melainkan menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga terjadi komunikasi dua arah secara demokratis antara guru dan murid. Kondisi ini diharapkan dapat menggali potensi kreatifitas anak didik.

Dengan profesionalisasi guru, maka guru masa depan tidak lagi hanya tampil sebagai pengajar ( teacher ) , seperti fungsinya yang menonjol selama ini, namun juga harus bisa berperan sebagai Pembimbing ( conselor ), dan manager belajar ( learning manager ).

1. Sebagai pembimbing / konselor, guru akan berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa.

2. Sebagai manager belajar, guru akan membimbing siswanya untuk belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya.

Dengan kedua peran guru ini , maka diharapkan para siswa mampu mengembangkan potensi diri masing-masing, mengembangkan kreatifitas, dan mendorong penemuan keilmuan dan tekhnologi yang inovatif, sehingga para siswa mampu bersaing dalam masyarakat global.


(13)

Kurikulum pendidikan nasional masa depan dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar ( competency – based curriculum ). Dalam konsep ini, kurikulum disusun berdasarkan kemampuan dasar minimal yang harus dikuasai seorang peserta didik setelah yang bersangkutan menyelesaikan satu unit pelajaran, satu satuan waktu, dan atau satuan pendidikan.

Materi kurikulum pendidikan masa depan harus ditekankan pada mata pelajaran yang sanggup menjawab tantangan global dan perkembangan iptek yang sangat cepat. Karena itu, pelajaran ilmu – ilmu dasar, yaitu matematika dan IPA

menjadi inti pengembangan kurikulum disetiap jenis jenjang pendidikan. Sejalan dengan itu, mata pelajaran yang menjadi dasar keseluruhan perkembangan kepribadian peserta didik, yaitu olahraga dan kesenian juga perlu mendapatkan penekanan yang berimbang dalam kurikulum pendidikan nasional. Kedua mata pelajaran ini akan membentuk fisik yang kuat, jiwa sportif dan demokratis, sifat kreatif dan inovatif, serta jiwa apresiatif terhadap karya – karya besar bangsa yang merupakan landasan bagi pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas. Tentu saja kesemua materi kurikulum yang dikembangkan harus berlandaskan pendidikan moral dan etika, yang dikembangkan dalam mata pelajaran pendidikan agama, serta mata pelajaran yamg relevan.

Berdasarkan posisi serta tantangan seperti diuraikan diatas, bagaimanakah wujud keberadaan guru pendidikan jasmani di mata rekan-rekan guru non pendidikan jasmani ? Sudah baikkah kinerjanya ? Sudah profesionalkah kinerjanya ?


(14)

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut dan atas dasar isue – isue yang berkembang, yang menyatakan kurang baiknya kinerja guru – guru pendidikan jasmani , maka kami akan melakukan penelitian untuk memperoleh kebenaran tentang isue – isue tersebut melalui penelitian tentang persepsi guru - guru non pendidikan jasmani terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di kecamatan Semarang utara, kota Semarang yaitu di SMP Negeri 25 Semarang, SMP Theresiana Tanah Mas, SMP Hasanudin I Semarang dan SMP Muhammadiyah 5 Semarang.

Hasil survey pendahuluan secara acak ( random ) di 2 sekolah yaitu di SMP. Negeri 25 Semarang dan di SMP Theresia Tanah Mas, Semarang menunjukkan hasil sebagai berikut :

Jawaban

Pertanyaan 1. Baik Baik Sedang kurang sekali

Menurut Bapak / Ibu, bagaimanakah kinerja guru penjas yang Bapak / Ibu

ketahui ? 3 25 - 2


(15)

Pertanyaan 2 Jawaban Ya Tidak

Bagaimanakah pendapat Bapak / ibu mengenai pelajaran pendidikan jasmani.

. Apakah penting bagi anak didik ? 26 4

Jumlah 30

Pertanyaan 3. Jawaban

Sudah Belum Menurut penilaian Bapak / Ibu, apakah Guru

pendidikan jasmani sudah menunjukkan

kinerja yang profesional ? 27 3

Jumlah 30

Dari hasil angket tersebut, didapat prosentasi sebagai berikut : 1. Pertanyaan 1 :

Dari 30 responden, guru non pendidikan jasmani yang berpendapat bahwa kinerja guru pendidikan jasmani baik sekali sebanyak 3 orang (10,00 % ) , baik sebanyak 25 orang ( 83,33 % ) , Kurang sebanyak 2 orang ( 6,66 % ).


(16)

Dari data tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru pendidikan jasmani SMP di kecamatan Semarang Utara dalam kategori baik.

2. Pertanyaan 2 :

Dari 30 responden, guru non pendidikan jasmani yang berpendapat bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani penting bagi anak didik sebanyak 26 orang ( 86,66 % ), tidak penting 4 orang ( 13,33 % ) .

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani masih penting bagi anak didik.

3 .Pertanyaan 3 :

Dari 30 responden, guru non pendidikan jasmani yang berpendapat bahwa Guru pendidikan jasmani yang sudah profesional sebanyak 27 orang ( 90,00 % ) , sedangkan yang belum profesional sebanyak 3 orang ( 10,00 % ).

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru pendidikan jasmani SMP di kecamatan Semarang utara sudah profesional.

Dari hasil survey sementara tersebut diatas, didapati perbedaan yang cukup signinifikan antara opini yang berkembang di masyarakat maupun dikalangan dunia pendidikan , yang menyatakan bahwa kinerja guru-guru pendidikan jasmani kurang / tidak baik serta kurang / tidak profesional, karena hasil survey menyatakan yang sebaliknya.

Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan adanya penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam guna mencari informasi tentang keadaan yang sebenarnya. Hal tersebut sangat perlu dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti tentang bagaimana sebenarnya kinerja guru-guru pendidikan jasmani di lapangan,


(17)

sehingga dengan hasil penelitian tersebut, yang merupakan bukti faktual, LPTK, khususnya dunia kependidikan (olahraga) dapat menentukan langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang diperlukan

Sebelumnya akan kami paparkan tentang kondisi riil wujud keberadaan mata pelajaran pendidikan jasmani di Kecamatan Semarang utara ini, baik dilihat dari karakteristik wilayah, karakteristik siswanya, orang tua siswa, gurunya , kondisi sekolah secara keseluruhan maupun kondisi sosial ekonomi penduduk di kecamatan Semarang utara.

Karakteristik Wilayah

Kecamatan Semarang utara terletak dipesisir utara kota Semarang. Seperti karakter daerah pesisir pada umumnya, yaitu berhawa panas dan adanya pelabuhan yang beraktifitas sepanjang 24 jam penuh dengan irama kompetisi yang ”keras”, yang ditunjukkan dengan banyaknya cukong-cukong, makelar-makelar maupun preman-preman yang bekerja dan hidup bertempat tinggal di daerah kecamatan Semarang utara, yang kesemuanya itu secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dan membentuk sikap maupun temperamen penduduk di kecamatan Semarang utara yaitu keras dan temperamental.

Karakteristik Siswa

Siswa SMP di wilayah kecamatan Semarang utara berasal dari kalangan orang tua yang berstatus sosial menengah kebawah. Seperti dalam uraian karakter wilayah tersebut diatas, maka dalam kehidupan sehari-hari siswa di wilayah


(18)

kecamatan Semarang utara selalu berdekatan bahkan bersentuhan dengan kehidupan yang ”keras” pula. Hal tersebut sangat mempengaruhi pembentukan sikap dan mental anak-anak menjadi liar, keras, dan temperamental yang dibawa pula saat mereka menempuh pendidikan di lingkungan sekolah, sehingga dalam menempuh pendidikan, mereka cenderung tergolong siswa yang ”bermasalah”, yaitu sering bolos, sering berkelahi, suka membantah dan membangkang perintah guru.

Karakteristik Orang Tua Siswa.

Orang tua siswa SMP di wilayah kecamatan Semarang utara mayoritas sosial ekonominya dari golongan menengah kebawah dengan latar pendidikan yang rendah pula. Seperti dalam uraian karakteristik wilayah tersebut diatas, maka sebagian besar orang tua siswa bekerja di sektor jasa pelabuhan, seperti jasa angkutan, jasa keamanan dan lain-lain yang kesemuanya itu identik dengan ”dunia kekerasan”.

Seperti yang kami sebutkan tersebut diatas yaitu bahwa latar pendidikan para orang tua siswa mayoritas berpendidikan yang rendah, maka hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pula cara mereka dalam mengelola pendidikan anak-anak mereka. Orang tua cenderung kurang bahkan tidak peduli dengan pendidikan anak mereka, hal ini ditunjukkan dengan kurang komunikasinya para orang tua dengan pihak sekolah.


(19)

Kondisi Guru Pendidikan Jasmani

Seperti kami sebutkan seperti tersebut diatas, bahwa kami akan melakukan penelitian di SMP Negeri 25 Semarang, SMP Theresiana Tanah Mas, SMP Hasanudin I Semarang dan SMP Muhammadiyah 5 Semarang maka kami akan memaparkan kondisi guru Pendidikan Jasmani di 4 sekolah tersebut.

Dari 4 sekolah tersebut, 3 orang Guru Pendidikan Jasmani sudah merupakan guru tetap dan 1 orang masih berstatus guru tidak tetap namun akan segera diangkat menjadi guru tetap yaitu guru pendidikan jasmani di SMP Muhammadiyah 5 Semarang sehingga secara psikologis rekan-rekan guru di 4 sekolah tersebut bertanggung jawab penuh atas proses pendidikan di sekolahnya masing-masing.

Kondisi Sekolah

Dari 4 sekolah tersebut diatas, 2 sekolah dalam kondisi ”survive” , maksudnya jumlah siswanya ideal (banyak), yaitu SMP Negeri 25 Semarang dan SMP Theresiana Tanah Mas Semarang, sedangkan 2 sekolah yang lain yaitu SMP Hasanudin I Semarang dan SMP Muhammadiyah 5 Semarang kondisinya memprihatinkan, dalam arti jumlah siswanya kurang dari jumlah ideal sebuah sekolah sehingga hanya 2 sekolah yang bisa menyediakan sarana dan prasarana yang ideal untuk kebutuhan aktifitas pelajaran pendidikan jasmani di sekolah yakni di SMP Negeri 25 Semarang dan SMP Theresiana Tanah Mas, Semarang.


(20)

Kondisi sosial ekonomi penduduk di kecamatan Semarang utara mayoritas dari golongan ekonomi menengah kebawah. Hal ini disebabkab oleh karena sebagian besar penduduk di kecamatan Semarang utara sebagian besar adalah pendatang yang bekerja sebagai buruh dan pekerjaan-pekerjaan kasar lainya, antara lain makelar,.PKL, sopir dan lainya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimanakah persepsi guru-guru non pendidikan jasmani terhadap kinerja guru-guru pendidikan jasmani ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui persepsi Guru – guru non Pendidikan jasmani terhadap kinerja Guru – guru Pendidikan Jasmani di kecamatan Semarang utara.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu : Untuk mengetahui persepsi guru-guru non pendidikan jasmani SMP di Kecamatan Semarang utara terhadap kinerja guru-guru pendidikan jasmani SMP di Kecamatan Semarang Utara.


(21)

1.5. PENEGASAN ISTILAH

Sesuai dengan judul diatas, dan untuk menghindari terjadinya salah tafsir terhadap permasalahan yang dibahas, maka peneliti membatasi istilah sebagai berikut :

1.5.1 Persepsi

Menurut Mar`at ,1981, Persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang terhadap suatu benda atau seseorang secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkunganya.

Pendapat lain, yaitu pendapat D.Sasanti,2003, menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat bergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berfikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam individu.

Rahmat, Aryanti, 1995, juga menyatakan bahwa persepsi juga ditentukan oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain yaitu kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain yaitu lingkungan keluarga, hukum yang berlaku, dan nilai-nilai/norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan faktor struktural.

Bremsdan Kassin, Lestari, 1999, menyatakan bahwa persepsi sosial memiliki beberapa elemen yaitu :


(22)

1. Person, yaitu orang yang menilai orang lain,

2. Situasional, yaitu urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk untuk menilai sesuatu,

3. Behaviour, yaitu sesuatu yang dilakukan oleh orang lain.

Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus sebagai makhluk individu mempunyai perbedaan-perbedaan. Adanya perbedaan inilah yang menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat bergantung pada bagaimana individu tersebut menanggapi suatu obyek dengan persepsinya.

Menurut Polak, 1976, Dalam proses persepsi individu, dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang bersifat negatif / positif, senang / tidak senang, dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu dan dalam situasi yang tertentu pula.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses aktif timbulnya penilaian terhadap suatu obyek, meliputi keberadaan obyek, kejadian dan perilaku obyek. Menurut Bartol & Bartol, 1994, Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari bahkan dihilangkan oleh penginderaan manusia, sehingga mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi.

1.5.2 Guru – guru non Pendidikan Jasmani

Guru – guru non pendidikan jasmani adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab dan berwenang penuh untuk melaksanakan pendidikan dengan


(23)

tugas utama menyampaikan materi pelajaran non pendidikan jasmani, sesuai dengan bidang ilmunya masing–masing kepada peserta didik pada suatu jenjang pendidikan tertentu, dengan tujuan membina generasi bangsa di era globalisasi ini, agar mempunyai akhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara serta Tuhan-nya.

1.5.3 Kinerja

Kinerja merupakan penampilan hasil kerja seseorang baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dari kinerja sejumlah individu dalam sebuah organisasi.

1.5.4 Guru – guru Pendidikan Jasmani

Guru Pendidikan Jasmani adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab dan berwenang penuh untuk melaksanakan pendidikan dengan tugas utama menyampaikan materi pendidikan jasmani kepada peserta didik pada suatu jenjang pendidikan tertentu, dengan tujuan membina generasi bangsa di era globalisasi sekarang ini, agar mempunyai akhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya serta Tuhan-nya.


(24)

15

LANDASAN TEORI

2.1. PERSEPSI

Menurut Mar`at ,1981, Persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang terhadap suatu benda atau seseorang secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkunganya.

Pendapat lain, yaitu pendapat D.Sasanti,2003, menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat bergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berfikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam individu.

Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak bisa terlepas dari adanya pengalaman sensorik terdahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasaan. Pernyataan populer bahwa ” manusia itu adalah korban kebiasaan ” secara ilmiah memang benar, mengingat

respons-respons perseptual yang ditunjukkanya. Menurut M.Dimyati Mahmud, 1989 : 44, mungkin 90 % dari pengalaman-pengalaman sensoris kita sehari-hari dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman terdahulu yang diulang-ulang.

Rahmat, Aryanti, 1995, juga menyatakan bahwa persepsi juga ditentukan oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain yaitu kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa


(25)

lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain yaitu lingkungan keluarga, hukum yang berlaku, dan nilai-nilai/norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan faktor struktural.

Bremsdan Kassin, Lestari, 1999, menyatakan bahwa persepsi sosial memiliki beberapa elemen yaitu :

1. Person, yaitu orang yang menilai orang lain,

2. Situasional, yaitu urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk untuk menilai sesuatu,

3. Behaviour, yaitu sesuatu yang dilakukan oleh orang lain. Ada 2 pandangan mengenai proses persepsi yaitu :

1. Persepsi sosial yang berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan, hanya berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas, 2. dan persepsi sosial yang prosesnya sangat kompleks yaitu mengamati

perilaku orang lain dengan teliti sehingga diperoleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour oarng yang diamati tersebut.

Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus sebagai makhluk individu mempunyai perbedaan-perbedaan. Adanya perbedaan inilah yang menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat bergantung pada bagaimana individu tersebut menanggapi suatu obyek dengan persepsinya.


(26)

Menurut Polak,1976, Dalam proses persepsi individu, dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang bersifat negatif / positif, senang / tidak senang, dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu dan dalam situasi yang tertentu pula.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses aktif timbulnya penilaian terhadap suatu obyek, meliputi keberadaan obyek, kejadian dan perilaku obyek. Menurut Bartol & Bartol, 1994, Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari bahkan dihilangkan oleh penginderaan manusia, sehingga mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi.

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu : 1. Obyek

Obyek menimbulkan stimulus yang diterima panca indera atau reseptor. Sebagian terbesar Stimulus datang dari luar individu yang

bersangkutan, yang langsung mengenai syaraf penerima, yang bekerja sebagai reseptor.

2. Reseptor

Reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu, juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.


(27)

` Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi, diperlukan adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama untuk persiapan dalam rangka mengadakan persepasi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. Menurut Bimo Walgito, 1992 : 70, perhatian merupakan syarat psikologis.

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu : Obyek menimbulkan stimulus stimulus mengena ke alat indera / reseptor .

Perlu dikemukakan bahwa antara obyek dan stimulus itu merupakan hal yang berbeda, tetapi adakalanya obyek dan stimulus menjadi satu / sama , misalnya dalam hal tekanan, benda sebagai obyek langsung mengena ke kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengena ke alat indera merupakan proses alam atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai proses kesadaran, sehingga individu tersebut menyadari apa yang dilihat, didengar, dan apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah awal / persiapan dalam proses persepsi. Hal tersebut ditunjukkan dengan kenyataan bahwa setiap individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi dikenai oleh berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan disekitarnya.


(28)

Meskipun demikian, tidak semua stimulus mendapatkan respon oleh individu tersebut untuk dipersepsi. Secara skematis hal tersebut dikemukakan sebagai berikut :

St St St St

SP RESPON

Fi Fi Fi Fi

Keterangan : St = Stimulus ( faktor luar )

Fi = Faktor intern ( faktor dalam, termasuk perhatian ) SP = Struktur Pribadi Individu

Skema tersebut diatas memberikan gambaran bahwa walaupun individu menerima berbagai macam stimulus yang datang dari lingkunganya, namun tidak semua stimulus mendapatkan respon dari individu tersebut. Individu akan menyeleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disinilah berperanya sebuah perhatian. Skema tersebut diatas dapat dilanjutkan menjadi sebagai berikut :

L S O R L

Keterangan : L = Lingkungan O = Organisme / Individu S = Stimulus R = Respon / reaksi


(29)

Namun demikian masih ada pendapat atau teori lain yang tidak melihat kaitan antara lingkungan atau stimulus dengan respon individu. Bentuk skemanya berbentuk lain yaitu :

L S R L

Keterangan : L = Lingkungan

S = Stimulus

R = Respon

Dalam skema tersebut terlihat bahwa organisme atau individu tidak berperan dalam memberi respon terhadap stimulus yang mengenainya.

Hubungan antara stimulus dengan respon bersifat mekanistis, dan stimulus atau lingkungan akan sangat berperan dalam menentukan respon atau perilaku organisme / individu. Pandangan yang demikian merupakan pandangan yang

behavioristik, dan hanya mementingkan peranan lingkungan terhadap perilaku atau respon organisme / individu. Pandangan ini berbeda dengan pandangan yang bersifat kognitif, yang menurut Bimo Walgito, 1980 : 72, memandang berperanya organisme / individu dalam menentukan perilaku / responya.

Tidak semua stimulus akan direspon oleh individu. Respon diberikan oleh individu terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik perhatian individu tersebut. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yang dipersepsi oleh individu ,selain tergantung pada stimulusnya, juga tergantung pada individu yang bersangkutan. Stimulus yang mendapatkan pemilihan dari individu


(30)

tergantung oleh berbagai macam faktor, salah satu faktornya adalah perhatian individu itu sendiri, yang merupakan aspek psikologis individu dalammelakukan persepsi.

2.2. KINERJA

Kinerja merupakan penampilan hasil kerja seseorang baik secara kuntitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Menurut Ilyas, 1993, Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dari kinerja sejumlah individu dalam sebuah organisasi.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja individu, perlu dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja. Berbagai kondisi lingkungan fisik sangat mempengaruhi kondisi seseorang dalam bekerja. Selain itu, kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non fisik.

Kinerja seseorang akan baik jika orang tersebut mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan / upah yang layak, serta mempunyai harapan masa depan. Pandangan

Secara teoritis, ada 3 kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu yaitu :

1. variabel individu, 2. variabel organisasi, 3. variabel psikologis.


(31)

2.3. KEPRIBADIAN GURU

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda sesuai ciri –ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri – ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru lainya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat melalui ucapan, penampilan dan tindakan sehari – hari maupun tindakan dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan. Prof.DR. Zakiah Darajat, 1980.

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan phisik. Dengan demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan gambaran dari kepribadian orang tersebut. Seseorang berbuat baik sering dikatakan bahwa orang tersebut mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia, sebaliknya, bila seseorang melakukan suatu sikap atau tindakan yang tidak baik, maka dikatakan orang tersebut berkepribadian jelek atau tidak berakhlak. Oleh karena itu, masalah kepribadian merupakan hal yang menentukan dalam soal tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dihadapan siswa, rekan guru maupun masyarakat.

Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru dengan anak didiknya. Kepribadian seorang guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatanya saat membina dan membimbing anak didiknya. Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan panutan dan idola. Seluruh sisi kehidupanya adalah figur yang paripurna. Itulah kesan terhadap sosok guru yang ideal. Sedikit saja guru berbuat tidak baik, maka akan mengurangi kharisma dan


(32)

kewibawaanya. Karena itu, kepribadian adalah masalah yang sangat sensitif sekali. Penyatuan kata dan perbuatan dituntut dari figur seorang guru .

Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan dirinya berdasarkan panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Guru yang ideal selalu ingin bersama anak didiknya didalam dan diluar lingkungan sekolah. Oleh karena itu, dalam benak guru hanya ada satu kiat, bagaimana cara mendidik siswanya agar kelak menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga, agama, nusa dan bangsanya.

Sebagai sesama guru dalam organisasi pendidikan, guru pendidikan jasmani wajib untuk menjaga hubungan baik dengan sesama rekan guru yang lain, baik dengan sesama guru pendidikan jasmani maupun rekan – rekan guru non pendidikan jasmani. Satu hal yang menurut guru – guru non pendidikan jasmani merupakan kelemahan guru–guru pendidikan jasmani yaitu kurang mampunya para guru – guru pendidikan jasmani dalam mengelola emosi saat menyelesaikan masalah–masalah tertentu, baik permasalahan dengan pimpinan sekolah, rekan – rekan guru maupun pada saat melaksanakan proses belajar – mengajar. Selain itu, guru–guru pendidikan jasmani , menurut isue– isue yang berkembang , dipandang lemah dalam segi keadministrasian proses belajar – mengajar .

2.4. PENDIDIKAN JASMANI 2.4.1. Pengertian Pendidikan Jasmani.


(33)

Pedidikan Jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan secara keseluruhan yang mengemukakan aktifitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk oertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, emosional yang serasi, selaras dan seimbang. ( Depdikbud, 1994:1 ).

Pendapat lain, yaitu pendapat Suningdjo, 1969 : 7, mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah salah satu fase atau tahap dari pendidikan total dengan menggunakan aktifitas yang terarah, yang berguna bagi setiap individu untuk perkembangan organ tubuh, intelektual dan emosional.

2.4.2.Tujuan Pendidikan Jasmani.

2.4.2.1.Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas olahraga,

2.4.2.2.Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan phsikis yang lebih baik,

2.4.2.3.Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar,

2.4.2.4.Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Jasmani yaitu sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. 2.4.2.5.Mengembangkan ketrampilan untuk manjaga keselamatan diri maupun


(34)

2.4.2.6.Memahami konsep aktifitas jasmani dan olahraga untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna yaitu sehat, bugar dan terampil, serta memiliki pandangan hidup yang positif.

2.5. KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI

Menyiapkan tenaga guru pendidikan jasmani di Indonesia, seperti yang diterapkan sejak tradisi Akademi Pendidikan Jasmani di Bandung, yang didirikan pada tahun 1954 adalah model konkuren yang ditandai dengan sebuah proses kebersamaan antara pembekalan ilmu–ilmu pengantar dan pendukung dengan penguasaan kompetensi sebagai pendidik dalam bidang pendidikan jasmani yang ”dibulatkan” dengan pengalaman praktik lapangan. Dengan struktur kurikulum yang sangat ramping dan pembekalan kompetensi yang bersifat generik, hampir – hampir tidak ada pemilahan dan penjurusan hingga berubah menjadi Sekolah Tinggi Olahraga pada tahun 1964. tetapi proses pengakraban dengan situasi pembinaan yang riil dalam kehidupan nyata berlangsung, terutama melalui tuntutan untuk mendapatkan pengalaman langsung ( misalnya, sebagai wasit, administrator penyelenggara pertandingan, dan bertanding sebagai pemain atau atlet ) yang nyata – nyata membekali ketrampilan sosial ( misalnya, kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi ).

Dalam pengajaran pendidikan jasmani, kelebihan banyak pada sentuhan pedagogik, meskipun tak seberapa kuat dalam didaktik metodik yang pada umumnya menerapkan pendekatan deduktif dalam pengajaran ketrampilan dan pengaruh sistem austria dalam pengajaran senam.


(35)

Integrasi STO dengan IKIP pada tahun 1978 membawa implikasi yang amat mendalam terutama terhadap beban kurikulum yang tergolong sangat sarat. Banyaknya ilmu-ilmu pengantar yang berorientasi pada pembekalan ilmu kependidikan, sementara yang paling merosot adalah kompetensi dalam kecabangan olahraga secara pukul rata, terutama mahasiswa yang dijaring melalui UMPTN. Administrasi akademis mengalami kemajuan dan semakin tertib setelah berubah dari situasi yang amat liberal. Persoalan umum berkisar pada kesenjangan antara teori dan praktik maupun keasingan mahasiswa dengan lingkungan pendidikan, meskipun ada pengalaman yang menjembataninya, yaitu melalui KKN dan PPL. Proses pematangan profesi dalam fase jabatan, hampir-hampir hanya mengandalkan deposit pengetahuan selama kuliah, sehingga ada bukti-bukti kuat, kian lama guru kian merosot pengetahuanya dan terpencil dari inovasi. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan program pembinaan bagi guru-guru pendidikan jasmani, ditambah dengan kondisi lingkungan yang tidak ikut serta membangun moral dan semangat bekerja.

Penyiapan tenaga guru pendidikan jasmani di Australia menganut model ”end-on”. Dalam praktiknya, seorang kandidat mendalami ilmu-ilmu dasar selama tiga tahun, yang kemudian, untuk menjadi guru SD, ditambah dengan pembekalan kompetensi untuk menjadi guru selama setahun (sejak tahun 1995 berubah menjadi dua tahun ). Pembulatan pengalaman untuk lebih mengakrabi lingkungan sekolah berlangsung sangat intensif melalui bimbingan pamong di sekolah pembina, yang didukung dengan pengawasan yang ketat dari universitas. Selama masa jabatan, kemajuan karier guru didukung oleh penyediaan kesempatan untuk


(36)

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui program pelatihan dengan dana yang didukung oleh sekolah yang bersangkutan.

2.6. ANALISIS TUGAS

Keunikan tugas guru pendidikan jasmani terletak pada misi yang diemban untuk mencapai tujuan pendidikan yang bersifat menyeluruh. Meskipun keterjadian proses belajar ditandai dengan aneka aktifitas jasmani sebagai pengalaman belajar, tetapi seluruh adegan pendidikan,juga tertuju pada peningkatan kemampuan penalaran dan pengembangan sifat-sifat kepribadian. Tugas Guru Pendidikan Jasmani, menurut Tousignant dan Siedentop, 1982, diklarifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Tugas Managerial yaitu tugas yang mencakup pengecekan kehadiran dan kelengkapan pakaian,

2.Tugas Instruksionalyaitu tugas yang difokuskan pada fase transisi, mencakup pengorganisasian kelompok dan penempatan serta pengaturan perlengkapan.

Tugas yang diemban guru pendidikan jasmani untuk mencapai taraf efektifitas pengajaran yang memuaskan mencakup beberapa dimensi management, meliputi :

1. Management tugas-tugas ajar, 2. Management perilaku, dan


(37)

Para guru tersebut bukan hanya merencanakan unit-unit dan pelajaran, tetapi juga bekerja bersama dengan guru lainnya di sekolah. Mereka juga perlu merencanakan penempatan perlengkapan dan pemanfaatanya, dan bahkan untuk kasus Indonesia, guru pendidikan jasmani mengadakan sendiri alat-alat dan kelengkapan yang diperlukan. Mereka tidak hanya perlu memiliki ketrampilan untuk mengelola perilaku siswa dalam konteks pengajaranya, tetapi juga memanfaatkan dukungan sumber-sumber daya dari luar ( misalnya guru bantu, relawan, pelatih klub dll. ) Sebagai guru di sebuah sekolah, ia juga perlu memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan koleganya sesama satu sekolah dan bahkan dengan guru-guru sekolah lainnya.

Guru pendidikan jasmani juga sering dipercaya untuk menangani anak-anak bermasalah. Sebagai guru, Dia perlu memiliki ketrampilan sebagai konselor dengan beberapa sifat yakni hangat, tulus, dan penyayang terhadap siswanya dengan niat untuk membantu mengatasi masalah di sekolah dan diluar sekolah. Guru juga memiliki citra sebagai wakil dari sekolah, sehingga kemanapun dia pergi dan berada, masyarakat akan memandang dan memanfaatkanya sebagai guru.

Di lingkungan daerah yang masih memerlukan tenaga terampil untuk membangun, maka guru diharapkan tampil sebagai agen pembaruan guna memacu percepatan perubahan sosial untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tidak mengherankan bila ia harus menangani aneka tugas diluar tugasnya sebagai pengajar.


(38)

Isu sentral dalam pengajaran pendidikan jasmani adalah bagaimana meningkatkan efektifitas pengajaran, disamping penelaahan tentang indikator efektifitas itu sendiri. Dalam kaitan ini maka, upaya meningkatkan jumlah waktu aktif berlatih, dipandang sebagai predictor yang paling dapat diandalkan untuk memahami masalah efektifitas pengajaran. Rink, 1985, misalnya, menulis tentang strategi pengajaran untuk penciptaan keterjadian belajar ( teaching for learning ) dengan menurunkan konsep-konsep teoritis hasil kajian dalam subdisiplin motor learning.

Seperti halnya tulisan Siedentop, 1991, yaitu bahwa Tema central dari pengajaran adalah penciptaan kondisi bagi pengajaran yang efektif dalam pendidikan jasmani, melalui penciptaan ekologi pengajaran yang terkait dengan management atmosfir dan management perilaku yang erat kaitanya dengan pembinaan disiplin dan ketrampilan interpersonal. Landasan etika pengajaran merupakan masalah yang amat esensial, karena bukan saja menyangkut pemberian layanan, tetapi juga perkara kontak badan antara guru dan siswa, misalnya, pada waktu memberikan bantuan dalam senam dan renang. Pada tataran praktis, aspek perencanaan unit pengajaran dan strategi pengajaran yang bersifat umum, menjadi titik tolak bagi pengajaran yang sukses.

Secara keseluruhan, keberhasilan tugas itu perlu didukung oleh seperangkat kompetensi dasar, yang selanjutnya digunakan untuk merancang strategi pengembangan pendidikan tenaga guru pendidikan jasmani.

Berdasarkan tinjauan literatur dalam pendidikan jasmani, terdapat sekurangnya 5 kompetensi guru pendidikan jasmani, yaitu :


(39)

1. Pemahaman dan penghayatan etika dan tindakan moral yang melandasi profesi dalam Pendidikan Jasmani, utamanya dalam pemberian perlakuan ( misalnya memberikan instruksi, mengoreksi dan lain-lain ) yang dapat dipertanggungjawabkan secara etika , termasuk nilai-nilai agama. 2. Penguasaan ketrampilan gerak dan dasar-dasar ketrampilan beberapa

cabang olahraga, termasuk pengetahuan yang berkaitan dengan cabang atau aktivitas jasmani yang bersangkutan (misalnya, peraturan dan ketentuan khusus dalam suatu cabang olahraga).

3. Penguasaan konsep dan teori dalam beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan yang bersifat integratif sebagai landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga, guna memfasilitasi proses pembelajaran, terutama disesuaikan dengan azas pentahapan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

4. Kompetensi dalam menerapkan kurikulum dalam konteks metoda dan strategi umum atau khusus dalam pembelajaran, termasuk kompetensi alam melaksanakan asesmen hasil belajar.

5. Kompetensi sosial yang melibatkan ketrampilan sosial, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, maupun kemampuan kerjasama dalam tim.

Dengan memperhatikan kelima kompetensi yang telah dipaparkan diatas, maka pembekalan calon guru diarahkan untuk menguasai dengan baik kemampuan yang terkait dengan masing-masing kompetensi.


(40)

Banyak kritik yang mengungkapkan kekurangan para guru pendidikan jasmani yang cenderung tampil sebagai ”tukang” dan lemah dalam kemampuan bernegosiasi atau menjual ide kepada pihak lain di sekitarnya.

Kompetensi pengajaran merupakan jantung dari kekuatan profesi, setelah didukung oleh ilmu-ilmu pengantar dan penguasaan kiat mengajar itu sendiri. Para kandidat, harus belajar, bagaimana mengajar, selain memahami seluk beluk perencanaan tugas ajar dan prinsip kurikulum serta pengembanganya.


(41)

32 3.1. POPULASI

Menurut Suharsimi Arikunto (1996:115), populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah guru – guru non pendidikan jasmani se-kecamatan Semarang utara. Jumlah yang akan kami teliti yaitu 150 orang guru non pendidikan jasmani di kecamatan Semarang utara.

3.2. SAMPLE

Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto,1993:104 ). Apabila populasi dibawah 100 dapat menggunakan total sample, sedangkan terhadap populasi diatas 100 digunakan sample 15 % dari populasi. ( Winarno Surahmmad, 1990 : 180 ).

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, maka dalam pengambilan sample digunakan beberapa tahap langkah kerja yaitu sebagai berikut :

Tahap 1 : Peneliti datang kesekolah tempat penelitian untuk meminta ijin kepada Kepala Sekolah. Setelah ijin diberikan, langsung berkoordinasi dengan Guru Pendidikan Jasmani sekolah setempat untuk mendata Guru-guru non Pendidikan Jasmani. Setelah data diperoleh, maka peneliti menyiapkan kuesioner sejumlah responden dan menjelaskan cara pengisianya.


(42)

Tahap 2 : Peneliti datang kembali ke sekolah tempat penelitian untuk mengambil lembar-lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden , sekaligus minta surat keterangan dari sekolah sebagai bukti fisik bahwa peneliti telah melaksanakan penelitian disekolah tersebut.

Tahap 3 : Peneliti mengolah data kuesioner, kemudian menyimpulkan.

3.3. VARIABEL PENELITIAN

Sebagai variabel dalam penelitian ini adalah persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap kinerja guru – guru pendidikan jasmani. Yang dimaksud dalam hal ini adalah pendapat atau keyakinan guru non pendidikan jasmani terhadap obyek, yang dalam hal ini adalah kinerja guru pendidikan jasmani .

3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Faktor penting dalam penelitian yang berhubungan dengan data adalah metode pengumpulan data. Dan untuk dapat mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian, Peneliti terlebih dahulu harus memilih metode pengumpulan data yang tepat. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner sebagai alat pengukur data penelitian dirumuskan dengan kriteria tertentu, kuesioner yang dirumuskan tanpa kriteria yang jelas, tidak banyak manfaatnya dilihat dari tujuan penelitian dan hipotesis yang akan diuji


(43)

Metode kuesioner ini digunakan sebagai alat pungumpulan data tentang persepsi guru-guru non pendidikan jasmani terhadap kinerja guru-guru pendidikan jasmani di Kecamatan Semarang utara Kota Semarang.

Kuesioner di susun dengan menyediakan pilihan jawaban yang lengkap, sehingga responden hanya memberi tanda silang ( X ) pada jawaban yang dipilih, sedangkan alternatif jawabannya berupa ”ya”, ”tidak”, ”tidak tahu” .

3.5. ANALISIS UJI INSTRUMEN 3.5.1 Validitas Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kualitas atau kesahihan suatu instrumen (suharsimi arikunto, 2002: 146).

Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

} ) ( }{ ) (

{ 2 2 2 2

)

)(

(

Y Y N X X N

N

XY

X

Y

∑ − ∑ ∑ − ∑ ∫

Keterangan : xy

r = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y X = nilai faktor tertentu

Y = nilai faktor total N = jumlah peserta


(44)

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan dengan harga r kritik product

moment dengan taraf nyata 5% adalah validitas 0.361. jika harga rxy hitung lebih besar dari r tabel maka dikatakan item soal atau instrumen tersebut valid.

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002 : 154)

Dalam penelitian ini untuk mencari reliabilitas alat ukur digunakan teknik dengan menggunakan rumus alpha:

⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∑∂ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =

t

b k k r 2 11 1 1

Keterangan = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2

b

∑ = jumlah varians butir t

∂ = varians total (Suharsimi Arikunto, 2002 : 171)

Hasil perhitungan dikkonsultasikan engan harga tabel r kritik product moment dengan taraf nyata 5 % adalah reliabilitas 0,361. jika harga r11 lebih besar dari rtabel maka dikatakan instrumen tersebut reliable.

3.6. TEKHNIK ANALISIS DATA


(45)

3.6.1. Dari data angket yang didapat berupa data kualitatif diubah menjadi data kuantitatif ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 96 ). Menguantitatifkan jawaban item pertanyaan dengan memberikan tingkat-tingkat skor untuk masing-masing jawaban sebagai berikut :

Jawaban ”ya” diberi skor 3 Jawaban ”tidak” diberi skor 2 Jawaban ”tidak tahu” diberi skor 1

3.6.2. Menghitung frekwensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada masing-masing variabel atau sub variabel.

3.6.3. Dari hasil perhitungan dalam rumus, akan dihasilkan angka dalam bentuk prosentase. Adapun rumus untuk analisis Deskriptif Prosentase ( DP ) adalah :

n

DP = ---- x 100 %

N

Keterangan :

DP : Skor yang diharapkan N : Jumlah skor maksimum N : Jumlah skor yang diperoleh

( sutrisno Hadi, 1980 : 164 ).

3.6.4. Analisis data penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga digunakan analisis prosentase.Hasil analisis diprosentasikan dengan tabel kriteria deskriptif prosentase. Kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.


(46)

Langkah-langkah perhitungannya yaitu sebagai berikut : 1.Menetapkan skor tertinggi

2.Menetapkan skor terendah

3.Menetapkan presentase tertinggi = 100% 4.Menetapkan presentase terendah = 25%

5.Menetapkan rentang persentase = 100%-25% = 75% 6.Menetapkan interval = 75%:4 = 18.75%

Interval Keterangan 81.25% - 100%

62.50% - 81.25% 47.35% - 62.50% 25.00% - 43.75%

Tinggi Sedang Rendah Rendah sekali


(47)

38 4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Validitas

Dari hasil uji coba diperoleh nilai product moment dengan menggunakan taraf signifikan 5% = 0,361 dengan N = 30. maka dari perhitungan validitas diperoleh

r

xy >

r

tabel yaitu 0,731 > 0,361, maka instrument dinyatakan valid.

Selanjutnya kuesioner dapat dipakai dalam penelitian dan digunakan untuk pengambilan data.

4.1.2. Reliabilitas

Berdasarkan data uji coba, yang kemudian dihitung dengan rumus alpha, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa

r

11 = 0,918. untuk taraf signifikan 5% = 0,361 dengan N = 30, dari perhitungan reliabilitas persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap kinerja guru pendidikan jasmani diperoleh 0,918 > 0,361, maka dinyatakan reliable.

4.1.3 Hasil Analisa Data

4.1.3.1.Analisa Deskriptif per aspek

Data penelitian yang terdiri 4 aspek yaitu kepribadian sebagai pendidik, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial diperoleh data sebagai berikut :


(48)

Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisa deskriptif per aspek

Aspek N N Dalam Prosen

Kepribadian 3366 3600 93,50%

Pedagogik 2976 3600 82,67%

Profesional 3902 4950 78,83%

Sosial 2216 2700 82,07%

Diagram 1. Rekapitulasi hasil analisa deskriptif per aspek

93,5

82,67 78,83 82,07

70 75 80 85 90 95

PR

OSEN

TASE

1 2 3 4

ASPEK

PERSEPSI GURU NON PENJAS

Keterangan 1. Aspek kepribadian 2. Pedagogik 3. Profesional 4. Sosial

Dari tabel dan gambar grafik dapat diketahui bahwa dari keempat aspek dalam penelitian tersebut menunjukkan :

1. 95,50 % Guru Pendidikan Jasmani telah memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang pendidik , masuk kategori baik.


(49)

2. 82,67 % Guru Pendidikan Jasmani telah memiliki kompetensi pedagogik sesuai bidangnya, masuk kategori baik.

3. 78,83 % Guru Pendidikan Jasmani telah profesional sebagai seorang pendidik, masuk kategori baik.

4. 82,07 % Guru Pendidikan Jasmani telah baik kompetensi sosialnya, masuk kategori baik.

4.1.3.2.Analisa Deskriptif per Indikator

Dari data hasil penelitian per aspek kemudian dirinci lagi menjadi tiga belas indikator yang dapat dilihat dalam tabel dan diagram sebagai berikut :

Tabel 2. Rekapitulasi Análisis Deskriptif per Indikator

Persepsi Guru non Pendidikan jasmani n N dalam persen Kategori

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Indikator 8 Indikator 9 857 207 205 204 210 571 156 149 187 900 225 225 225 225 675 225 225 225 95,22% 92,00% 91,10% 90,70% 93,30% 84,60% 69,30% 83,10% 66,20% Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik


(50)

Indikator 10 Indikator 11 Indikator 12 Indikator 13 425 1951 628 470 450 2475 675 675 94,44% 78,83% 94,52% 69,63% Baik Baik Baik Cukup

Diagram 2. Rekapitulasi Análisis Deskriptif per Indikator

Persepsi Guru Non Penjas

Keterangan 1. Memiliki kepribadian yang jujur 1. Memiliki kepribadian dewasa 2. Memiliki kepribadian arif

3. Memiliki kepribadian yang berwibawa

4. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan 5. Memahami peserta didik

6. Merancang pembelajaran 7. Melaksanakan pembelajaran 8. Evaluasi hasil belajar 0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

92.2 92 91.10190.7 93.3 84.59 69.3 66.2 83.1 94.44 78.83 94.52 69.63 P R O S E N T A S E INDIKATOR


(51)

10.Mengembangkan peserta didik

11.Menguasai bidang studi secara luas dan mendalam 12.Berkomunikasi secara efektif

13.Begaul secara efektif

4.1.3.3. Analisa Deskriptif per Responden

Selain dilihat dari aspek-aspek penelitian, kemudian dirinci dalam indikator-indikator, juga dilihat dari tiap responden. Jumlah responden keseluruhan adalah 150 responden, hasil deskripsinya di gambarkan pada tabel dan diagram sebagai berikut:

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisa Deskriptif Responden

Kriteria Jumlah Dalam prosen

Persepsi Guru Non Penjas Baik Cukup Kurang 122 28 0 81,33% 18.67% 0.00%

Diagram 3. Rekapitulasi Hasil Analisa Deskriptif Responden

81,33 18,33 0 0 20 40 60 80 100 PR O S E N T A SE

Baik Cukup Kurang

KRITERIA

PERSEPSI

 

GURU

 

NON

 

PENJAS

Tabel gambar grafik diatas terlihat bahwa persepsi responden terhadap kinerja guru penjas adalah 81,33% dalam kategori baik dan 18,67 cukup


(52)

4.2. PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil secara umum , bahwa kinerja guru non Pendidikan Jasmai terhadap kinerja guru-guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang dalam kategori baik dengan presentase 83,91%. Empat aspek kenerja guru-guru pendidikan jasmani di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang yang dinilai terdiri dari aspek kompetensi kepribadian, aspek kompetensi pedagogik, aspek kompetensi profesional dan aspek kompetensi sosial diperoleh hasil dalam kategori baik. Nilai prosentase terletak antara 77,8%-100% dalam kategori baik.

Terkait dengan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini maka dapat dibahas hal-hal sebagai berikut :

4.2.1. Kepribadian

Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik, dimana dalam segala hal tindakannya harus sesuai norma-norma yang ada di masyarakat, dan dalam segala penampilannya harus mencerminkan pribadi yang jujur, berahlak mulia, dewasa, arif dan berwibawa sehingga dapat menjadi teladan bagi para siswa.

Secara umum berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepribadian guru- guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang sudah baik.

Dari 150 guru non pendidikan jasmani yang menjadi responden dalam penelitian ini, 93,50% menyatakan kepribadian guru- guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang dalam kategori baik.


(53)

Dengan telah baiknya kepribadian guru-guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang, memungkinkan mereka dapat membimbing dan mengarahkan anak didik saat proses belajar mengajar dengan baik pula. .Lebih dari itu, mereka dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa terkait dalam berperilaku dan bertutur kata.

Unsur kepribadian guru yang dewasa, arif, dan berwibawa serta memiliki akhlak mulia, yang dapat menjadi teladan bagi para siswanya, sangatlah penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, sebab tanpa adanya kepribadian yang baik dari guru, maka proses pembelajaran tidak akan dapat terlaksana dengan baik. Lebih lanjut dalam peraturan Mentri Pendidikan Nasional no. 16 tahun 2007 tanggal 4 mei tahun 2007 ditegaskan bahwa setiap guru dituntut untuk dapat bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan dalam kehidupan bermasyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa, menunjukan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, mempunyai rasa percaya diri, dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Selain itu, agus S. Suryobroto, 2001 : 28, juga menegaskan bahwa agar dapat melakukan pengelolaan kelas yang efektif dan efisien, maka guru pendidikan jasmani dituntut untuk tidak mudah marah, mampu memberikan penghargaan dan pujian kepada siswa, berperilaku teratur dan tertib, dapat melaksanakan kegiatan yang bersifat akademis, aktif dan kreatif.


(54)

Kompetensi pedagogik dari seorang guru berkaitan langsung terhadap kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, sebab tanpa dimilikinya kompetensi pedagogik yang baik dari setiap guru yang mencakup kemampuan guru dalam memahami perserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi belajar, dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal tidaklah mungkin proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dapat mencapai hasil yang optimal.

Sebagian besar guru pendidikan jasmani yang sudah sepenuhnya memiliki kompetensi pedagogik yang baik. Dari pernyataan 150 guru non pendidikan jasmani yang menjadi sampel dalam penelitian ini 82,67% menyatakan kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani sudah baik.

4.2.3. Kompetensi Profesional

Profesional guru dapat tercermin dari penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran / bidang yang diampu, kemampuan mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan melakukan tidakan reflektif untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna mengembangkan diri sehingga pada akhirnya guru tersebut mampu melanjutkan tugasnya secara profesional.

Pentingnya tingkat profesionalisme yang tinggi dari sekarang dikarenakan pekerjaan sebagai guru merupakan pekerjaan profesi yang menuntut tingkat profesionalisme yang tinggi terkait dengan profesi yang dijalaninya tersebut. Oleh


(55)

karena itu jabatan sebagai seorang guru menuntut penguasaan materi secara luas dan menyeluruh.

Berdasarkan hasil penelitian ini ternyata guru-guru pendidikan jasmani di kecamatan semarang utara kota semarang sudah sepenuhnya memiliki kompetensi prefesional yang baik. Menurut pernyataan guru-guru non pendidikan jasmani yang menjadi responden dalam penelitian ini, 78,83% menyatakan bahwa kompetensi profesioanl guru-guru pendidikan jasmani sudah baik.

Kondisi tersebut tentunya akan berdampak pada tercapainya pelaksanaan tugas guru sebagai tenaga profesi yang profesional yang pada akhirnya berimbas pada pencapaian hasil belajar yang akan dicapai siswa. Sebab sebagaimana digariskan dalam peraturan mentri pendidikan nasional no 16 tahun 2007 tanggal 4 mei tahun 2007, bahwa guru sebagai tenaga profesi dituntut untuk mampu menguasai materi, sturktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung dasar mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu, mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dan mengembangkan diri.

4.2.4. Kompetensi Sosial

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial dari guru-guru pendidikan jasmani di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang sudah baik.

Mereka mampu menempatkan diri sesuai kapasitas dan porsinya masing – masing. Dengan atasan ( Kepala Sekolah ) rata – rata guru pendidikan jasmani


(56)

mempunyai hubungan yang baik, hal ini ditunjukkan dengan diberikannya kepercayaan untuk menangani urusan kesiswaan, sarana – prasarana, humas dan lain sebagainya. Dengan rekan sejawat juga dapat berhubungan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan jawaban – jawaban dari rekan – rekan guru non pendidikan jasmani di lembar kuesioner. Dengan siswa juga mampu memosisikan diri dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan dekatnya mereka dengan para siswa namun tetap dalam koridor hubungan antara guru dengan murid, orang – tua dengan anak. Dalam kehidupan bermasyarakat juga dapat memosisikan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan dipercayanya sebagian besar dari mereka untuk menjadi ketua Rt dilingkunganya masing – masing.

Secara umum kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien dapat tercapai apabila guru secara sosial mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan lingkungan sosialnya.


(57)

48 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian persepsi guru-guru non pendidikan jasmani terhadap guru –guru pendidikan jasmani di kecamatan semarang utara kota semarang, yaitu bahwa kinerja guru-guru pendidikan jasmani SMP di kecamatan Semarang utara sudah di kategorikan baik.

Dalam melaksanakan tugasnya guru-guru pendidikan sudah memiliki aspek kepribadian yang baik, telah memiliki kompetensi pedagogik sesuai bidangnya, telah bekerja secara profesional dan mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya, baik itu dilingkungan kedinasan maupun dilingkungan kemasyarakatan, sehingga guru – guru pendidikan jasmani di kecamatan Semarang utara telah mampu dan dapat dijadikan suri tauladan oleh siswa-siswinya.

Guru pendidikan jasmani juga selalu menyiapkan perangkat bahkan mengembangkannya dalam proses belajar mengajar, mampu memotivasi siswa untuk berprestasi dan menyalurkan minat dan bakat anak sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing, terutama dalam cabang olahraga melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maupun mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada diluar sekolah.

Dengan demikian, isue-isue yang berkembang yang menyatakan bahwa kinerja guru-guru pendidikan jasmani kurang / tidak baik, kurang / tidak


(58)

profesional tidak terbukti, karena hasil dari penelitian menyatakan hal yang sebaliknya.

Meskipun demikian, harus diakui bahwa memang ada oknum-oknum guru pendidikan jasmani yang kinerjanya kurang / tidak baik, yang tidak mampu menjaga nama baik rekan-rekan guru pendidikan jasmani yang lain, namun hal itu hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari sekian banyak guru-guru pendidikan jasmani yang kinerjanya sudah baik. Ibarat pepatah “ karena nila setitik, rusak susu sebelanga “.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut ;

1. Meskipun secara umum kinerja guru-guru pendidikan jasmani sudah dalam kategori baik, namun mereka harus selalu mengembangkan diri, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang selalu berkembang setiap saat.

2. Rekan – rekan Guru pendidikan jasmani sangat perlu selalu meningkatkan kualitas dan kreativitas diri agar dalam pencapaian tujuan pembelajaran mata pelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai secara optimal.

3. Rekan – rekan Guru Pendidikan Jasmani agar selalu ” memosisikan diri ” sebagai seorang guru disetiap langkahnya, artinya, selalu bertutur kata dengan baik, selalu bersikap dan bertindak secara baik, yang kesemuanya mampu mencerminkan pribadi yang ” paripurna ”.


(59)

50

Bimo Walgito, 1983, Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset, Yogyakarta Depdiknas, 1994. Kurikulum SMP, Jakarta

Drs. Slamet S.R. 1994. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Penerbit P.T. Tiga Serangkai , Solo

.

Drs. Syaiful B. Djamarah dan Drs. Aswan Zain, 2000. Strategi Belajar Mengajar Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

H.Hamzah B., 2007,Profesi Kependidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Jalaludin Rahmat, 2003, Psikologi Komunikasi. Bandung.

M. Dimyati Mahmud, 1990, Pengantar Psikologi. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Mar`at, 1981, Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Ghalia Indonesia, Bandung.

Nadisah, 1992, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Dirjen. Dikti., Bandung.

Prof. Dr Rusli Lutan dkk. Supervisi Pendidikan Jasmani, 2002 Direktorat Jenderal Olahraga, Jakarta.

Purwodarminto WJS, 1976, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no : 16 tahun 2007.

Suharsimi Arikunto 1996. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, Penerbit Rineka cipta, Jakarta.

Sunaryo, 1989, Strategi Belajar-Mengajar dan Pengajaran. Depdikbud, jakarta. Sutrisno Hadi, 1987, Metodologi Research, Penerbit Andi Offset, yogyakarta. Winarno Surahmad, 1990 : 180, Penelitian Ilmiah Dasar: Metodhe Tekhnik,


(60)

Penerbit Tarsito, Bandung.


(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

TABEL DATA PERSEPSI GURU‐GURU NON PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KINERJA GURU‐GURU PEN KECAMATAN SEMARANG UTARA  KOTA  SEMARANG                  No. Respond en  No.  Item         

    1  2  3  4  5  6  7  8  9  10 11 12 13 14 15 16 17  18  19 20 21 22 23 24 1  R‐1  3  3  3  3  3  1  3  3  1  2  1  3  3  3  1  3  3  2  2  3  2  3  2  3  2  R‐2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  1  1  1  3  3  3  3  3  3  2  3  1  3  3  R‐3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  4  R‐4  3  3  3  3  3  2  2  3  3  2  1  3  2  3  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  5  R‐5  3  3  3  3  3  2  3  3  3  1  3  1  2  1  3  3  2  3  3  1  2  3  3  2  6  R‐6  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  7  R‐7  3  3  3  3  3  2  2  3  3  2  1  3  2  3  3  2  2  3  3  3  3  3  3  2  8  R‐8  3  3  3  3  3  2  3  3  3  1  3  1  2  1  3  3  2  3  3  1  2  3  3  2  9  R‐9  3  3  3  3  1  2  2  3  3  2  3  3  1  3  3  1  1  1  1  3  3  3  3  1  10  R‐10  2  3  3  3  3  2  2  3  2  2  2  3  2  1  3  2  2  2  1  2  2  3  2  2  11  R‐11  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  2  12  R‐12  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  2  2  3  2  2  2  3  3  3  2  3  3  2  2  13  R‐13  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  2  2  3  2  2  2  3  3  3  2  3  3  2  2  14  R‐14  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  3  2  2  3  2  2  2  3  3  3  2  3  3  2  15  R‐15  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  16  R‐16  1  1  3  3  3  2  2  3  3  3  3  3  2  3  3  3  2  2  3  3  3  2  2  2  17  R‐17  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  1  2  3  3  2  2  2  1  3  2  2  2  2  18  R‐18  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  19  R‐19  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  3  1  2  3  2  3  3  2  3  2  3  3  3  2  20  R‐20  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  1  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  1  21  R‐21  1  1  3  3  1  1  1  3  1  1  1  3  2  1  3  1  2  2  1  3  2  2  3  2  22  R‐22  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  1  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  23  R‐23  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  2  1  3  3  3  1  1  24  R‐24  3  2  2  2  3  3  3  3  3  3  3  1  3  1  3  3  1  1  1  3  1  1  1  2  25  R‐25  3  2  3  3  3  3  3  3  3  1  3  1  1  2  3  3  3  1  1  3  3  3  3  1  26  R‐26  3  1  2  2  3  3  3  3  3  3  3  1  1  1  3  3  1  2  2  3  1  1  1  2  27  R‐27  3  1  3  3  3  3  3  3  3  2  3  2  2  2  3  3  3  2  1  3  3  3  3  1  28  R‐28  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  2  3  3  3  2  1  3  1  1  1  1  29  R‐29  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  1  2  1  3  3  3  1  1  30  R‐30  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  31  R‐31  3  3  3  3  3  3  1  3  3  2  3  3  1  2  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  32  R‐32  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  1  2  3  3  3  3  3  3  2  3  3  2  33  R‐33  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  34  R‐34  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  35  R‐35  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  36  R‐36  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  37  R‐37  3  1  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 


(73)

38  R‐38  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  39  R‐39  3  3  3  3  3  3  3  2  3  2  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  40  R‐40  3  3  3  3  2  3  3  2  3  2  3  2  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  41  R‐41  3  3  3  3  2  3  3  3  3  2  3  3  1  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  42  R‐42  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  2  1  3  3  3  1  1  43  R‐43  3  3  3  3  3  3  3  2  3  1  3  1  3  1  3  3  1  1  1  3  1  1  1  2  44  R‐44  3  3  3  3  3  3  3  2  3  1  3  1  1  2  3  3  3  1  1  3  3  3  3  1  45  R‐45  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  1  1  2  3  3  1  2  2  3  1  1  1  2  46  R‐46  3  3  3  3  3  3  3  1  3  2  3  2  2  2  3  3  3  2  1  3  3  3  3  1  47  R‐47  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  2  1  3  1  1  1  1  48  R‐48  3  3  2  2  1  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  2  1  3  3  3  1  1  49  R‐49  3  3  3  2  2  3  3  3  3  2  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  50  R‐50  3  3  2  3  2  3  1  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  51  R‐51  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  2  1  2  3  3  3  3  3  3  2  3  3  2  52  R‐52  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  53  R‐53  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  54  R‐54  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  55  R‐55  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  56  R‐56  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  57  R‐57  3  1  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  58  R‐58  3  3  3  3  3  3  3  2  3  2  2  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  59  R‐59  3  3  3  3  2  3  3  2  3  2  2  2  1  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  60  R‐60  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  61  R‐61  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  2  1  3  3  3  2  1  3  3  3  2  62  R‐62  3  1  3  3  2  3  1  3  2  1  2  1  3  1  1  2  3  3  2  3  3  3  2  3  63  R‐63  2  3  3  3  2  2  3  3  3  1  3  1  1  3  3  3  3  2  3  1  3  1  3  2  64  R‐64  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  2  1  3  2  65  R‐65  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  2  1  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  2  66  R‐66  3  3  3  3  3  2  3  3  3  1  1  1  3  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  2  67  R‐67  3  3  1  3  3  3  3  3  3  2  2  1  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  68  R‐68  3  3  3  3  3  2  3  3  3  2  2  2  1  3  3  3  3  3  2  2  2  2  3  2  69  R‐69  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  1  1  3  3  3  2  3  1  2  1  1  3  2  70  R‐70  2  3  3  3  3  3  3  3  3  1  2  1  1  3  3  3  3  3  3  2  2  2  3  1  71  R‐71  2  3  3  3  3  3  2  3  2  1  2  3  3  3  3  2  2  2  3  3  2  2  2  2  72  R‐72  3  3  3  2  2  3  1  3  1  1  3  3  2  1  3  2  3  2  1  2  1  2  2  1  73  R‐73  3  3  3  3  3  2  3  2  3  3  1  3  2  2  3  3  3  2  2  2  2  2  3  2  74  R‐74  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  1  2  1  3  3  1  75  R‐75  2  3  3  3  2  1  1  2  3  1  1  2  3  1  2  3  3  1  1  1  3  3  3  3  76  R‐76  2  3  3  3  2  1  1  2  3  1  1  2  3  1  2  3  3  1  1  1  3  3  3  3  77  R‐77  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  1  2  1  3  3  1  78  R‐78  3  3  3  3  3  2  3  2  3  3  1  3  2  2  3  3  3  2  2  2  2  2  3  2  79  R‐79  3  3  3  2  2  3  1  3  1  1  3  3  2  1  3  2  3  2  1  2  1  2  2  1  80  R‐80  2  3  3  3  3  3  2  3  2  1  2  3  3  3  3  2  2  2  3  3  2  2  2  2  81  R‐81  2  3  3  3  3  3  3  3  3  1  2  1  1  3  3  3  3  3  3  2  2  2  3  1  82  R‐82  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  1  1  3  3  3  2  3  1  2  1  1  3  2 


(74)

83  R‐83  3  3  3  3  3  2  3  3  3  2  2  2  1  3  3  3  3  3  2  2  2  2  3  2  84  R‐84  3  3  1  3  3  3  3  3  3  2  2  1  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  85  R‐85  3  3  3  3  3  2  3  3  3  1  1  1  3  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  2  86  R‐86  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  2  1  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  2  87  R‐87  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  2  1  3  2  88  R‐88  2  3  3  3  2  2  3  3  3  1  3  1  1  3  3  3  3  2  3  1  3  1  3  2  89  R‐89  3  1  3  3  2  3  1  3  2  1  2  1  3  1  1  2  3  3  2  3  3  3  2  3  90  R‐90  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  2  1  3  3  3  2  1  3  3  3  2  91  R‐91  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  92  R‐92  3  3  3  3  2  3  3  2  3  2  2  2  1  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  93  R‐93  3  3  3  3  3  3  3  2  3  2  2  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  94  R‐94  3  1  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  95  R‐95  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  96  R‐96  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  97  R‐97  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  98  R‐98  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  99  R‐99  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  10

R‐100  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  2  1  2  3  3  3  3  3  3  2  3  3  2 

10 1 

R‐101  3  3  2  3  2  3  1  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 

10 2 

R‐102  3  3  3  2  2  3  3  3  3  2  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 

10 3 

R‐103  3  3  2  2  1  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  2  1  3  3  3  1  1 

10 4 

R‐104  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  2  1  3  1  1  1  1 

10 5 

R‐105  3  3  3  3  3  3  3  1  3  2  3  2  2  2  3  3  3  2  1  3  3  3  3  1 

10 6 

R‐106  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  1  1  2  3  3  1  2  2  3  1  1  1  2 

10 7 

R‐107  3  3  3  3  3  3  3  2  3  1  3  1  1  2  3  3  3  1  1  3  3  3  3  1 

10 8 

R‐108  3  3  3  3  3  3  3  2  3  1  3  1  3  1  3  3  1  1  1  3  1  1  1  2 

10 9 

R‐109  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  2  1  3  3  3  1  1 

11 0 

R‐110  3  3  3  3  2  3  3  3  3  2  3  3  1  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3 

11 1 

R‐111  3  3  3  3  2  3  3  2  3  2  3  2  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 

11 2 

R‐112  3  3  3  3  3  3  3  2  3  2  3  2  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 

11 3 

R‐113  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 


(75)

4  11 5 

R‐115  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 

11 6 

R‐116  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 

11 7 

R‐117  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1 

11 8 

R‐118  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1 

11 9 

R‐119  3  3  3  3  2  3  3  3  3  3  3  3  1  2  3  3  3  3  3  3  2  3  3  2 

12 0 

R‐120  3  3  3  3  3  3  1  3  3  2  3  3  1  2  3  3  3  3  3  3  2  3  3  3 

12 1 

R‐121  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3 

12 2 

R‐122  3  1  1  3  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  1  2  1  3  3  3  1  1 

12 3 

R‐123  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  2  3  3  3  2  1  3  1  1  1  1 

12 4 

R‐124  3  1  3  3  3  3  3  3  3  2  3  2  2  2  3  3  3  2  1  3  3  3  3  1 

12 5 

R‐125  3  1  2  2  3  3  3  3  3  3  3  1  1  1  3  3  1  2  2  3  1  1  1  2 

12 6 

R‐126  3  2  3  3  3  3  3  3  3  1  3  1  1  2  3  3  3  1  1  3  3  3  3  1 

12 7 

R‐127  3  2  2  2  3  3  3  3  3  3  3  1  3  1  3  3  1  1  1  3  1  1  1  2 

12 8 

R‐128  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  3  3  3  2  1  3  3  3  1  1 

12

9  R‐129  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  1  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  13

0  R‐130  1  1  3  3  1  1  1  3  1  1  1  3  2  1  3  1  2  2  1  3  2  2  3  2  13

1  R‐131  3  3  3  3  3  3  3  3  3  2  3  3  1  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  1  13

R‐132  3  3  3  3  3  2  2  3  3  3  3  1  2  3  2  3  3  2  3  2  3  3  3  2 

13 3 

R‐133  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1 

13 4 

R‐134  3  3  3  3  3  3  3  3  1  1  3  1  2  3  3  2  2  2  1  3  2  2  2  2 

13 5 

R‐135  1  1  3  3  3  2  2  3  3  3  3  3  2  3  3  3  2  2  3  3  3  2  2  2 

13 6 

R‐136  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  3  1 


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Fotho-fotho.

51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90


Dokumen yang terkait

(ABSRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN 5 KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

0 1 2

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN 5 KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

0 0 68

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI DABIN IV KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2008/2009.

0 0 2

(ABSTRAK) SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 2

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 72

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Terhapdap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Tingkat SMP Se-Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.

0 0 81

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMP SE-KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN 2008.

0 0 2

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap Kompetensi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP/MTS di Kecamatan Demak Kabupaten Demak tahun 2009.

0 0 1

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN VII KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG TAHUN 2008/2009.

0 0 1

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMP SE KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 66