PENDIDIKAN JASMANI KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI

23 kewibawaanya. Karena itu, kepribadian adalah masalah yang sangat sensitif sekali. Penyatuan kata dan perbuatan dituntut dari figur seorang guru . Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan dirinya berdasarkan panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Guru yang ideal selalu ingin bersama anak didiknya didalam dan diluar lingkungan sekolah. Oleh karena itu, dalam benak guru hanya ada satu kiat, bagaimana cara mendidik siswanya agar kelak menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga, agama, nusa dan bangsanya. Sebagai sesama guru dalam organisasi pendidikan, guru pendidikan jasmani wajib untuk menjaga hubungan baik dengan sesama rekan guru yang lain, baik dengan sesama guru pendidikan jasmani maupun rekan – rekan guru non pendidikan jasmani. Satu hal yang menurut guru – guru non pendidikan jasmani merupakan kelemahan guru–guru pendidikan jasmani yaitu kurang mampunya para guru – guru pendidikan jasmani dalam mengelola emosi saat menyelesaikan masalah–masalah tertentu, baik permasalahan dengan pimpinan sekolah, rekan – rekan guru maupun pada saat melaksanakan proses belajar – mengajar. Selain itu, guru–guru pendidikan jasmani , menurut isue– isue yang berkembang , dipandang lemah dalam segi keadministrasian proses belajar – mengajar .

2.4. PENDIDIKAN JASMANI

2.4.1. Pengertian Pendidikan Jasmani. 24 Pedidikan Jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan secara keseluruhan yang mengemukakan aktifitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk oertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Depdikbud, 1994:1 . Pendapat lain, yaitu pendapat Suningdjo, 1969 : 7, mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah salah satu fase atau tahap dari pendidikan total dengan menggunakan aktifitas yang terarah, yang berguna bagi setiap individu untuk perkembangan organ tubuh, intelektual dan emosional. 2.4.2.Tujuan Pendidikan Jasmani. 2.4.2.1.Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas olahraga, 2.4.2.2.Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan phsikis yang lebih baik, 2.4.2.3.Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar, 2.4.2.4.Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai- nilai yang terkandung dalam Pendidikan Jasmani yaitu sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. 2.4.2.5.Mengembangkan ketrampilan untuk manjaga keselamatan diri maupun orang lain, 25 2.4.2.6.Memahami konsep aktifitas jasmani dan olahraga untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna yaitu sehat, bugar dan terampil, serta memiliki pandangan hidup yang positif.

2.5. KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI

Menyiapkan tenaga guru pendidikan jasmani di Indonesia, seperti yang diterapkan sejak tradisi Akademi Pendidikan Jasmani di Bandung, yang didirikan pada tahun 1954 adalah model konkuren yang ditandai dengan sebuah proses kebersamaan antara pembekalan ilmu–ilmu pengantar dan pendukung dengan penguasaan kompetensi sebagai pendidik dalam bidang pendidikan jasmani yang ”dibulatkan” dengan pengalaman praktik lapangan. Dengan struktur kurikulum yang sangat ramping dan pembekalan kompetensi yang bersifat generik, hampir – hampir tidak ada pemilahan dan penjurusan hingga berubah menjadi Sekolah Tinggi Olahraga pada tahun 1964. tetapi proses pengakraban dengan situasi pembinaan yang riil dalam kehidupan nyata berlangsung, terutama melalui tuntutan untuk mendapatkan pengalaman langsung misalnya, sebagai wasit, administrator penyelenggara pertandingan, dan bertanding sebagai pemain atau atlet yang nyata – nyata membekali ketrampilan sosial misalnya, kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi . Dalam pengajaran pendidikan jasmani, kelebihan banyak pada sentuhan pedagogik, meskipun tak seberapa kuat dalam didaktik metodik yang pada umumnya menerapkan pendekatan deduktif dalam pengajaran ketrampilan dan pengaruh sistem austria dalam pengajaran senam. 26 Integrasi STO dengan IKIP pada tahun 1978 membawa implikasi yang amat mendalam terutama terhadap beban kurikulum yang tergolong sangat sarat. Banyaknya ilmu-ilmu pengantar yang berorientasi pada pembekalan ilmu kependidikan, sementara yang paling merosot adalah kompetensi dalam kecabangan olahraga secara pukul rata, terutama mahasiswa yang dijaring melalui UMPTN. Administrasi akademis mengalami kemajuan dan semakin tertib setelah berubah dari situasi yang amat liberal. Persoalan umum berkisar pada kesenjangan antara teori dan praktik maupun keasingan mahasiswa dengan lingkungan pendidikan, meskipun ada pengalaman yang menjembataninya, yaitu melalui KKN dan PPL. Proses pematangan profesi dalam fase jabatan, hampir-hampir hanya mengandalkan deposit pengetahuan selama kuliah, sehingga ada bukti- bukti kuat, kian lama guru kian merosot pengetahuanya dan terpencil dari inovasi. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan program pembinaan bagi guru-guru pendidikan jasmani, ditambah dengan kondisi lingkungan yang tidak ikut serta membangun moral dan semangat bekerja. Penyiapan tenaga guru pendidikan jasmani di Australia menganut model ”end-on”. Dalam praktiknya, seorang kandidat mendalami ilmu-ilmu dasar selama tiga tahun, yang kemudian, untuk menjadi guru SD, ditambah dengan pembekalan kompetensi untuk menjadi guru selama setahun sejak tahun 1995 berubah menjadi dua tahun . Pembulatan pengalaman untuk lebih mengakrabi lingkungan sekolah berlangsung sangat intensif melalui bimbingan pamong di sekolah pembina, yang didukung dengan pengawasan yang ketat dari universitas. Selama masa jabatan, kemajuan karier guru didukung oleh penyediaan kesempatan untuk 27 meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui program pelatihan dengan dana yang didukung oleh sekolah yang bersangkutan.

2.6. ANALISIS TUGAS

Dokumen yang terkait

(ABSRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN 5 KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

0 1 2

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN 5 KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

0 0 68

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI DABIN IV KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2008/2009.

0 0 2

(ABSTRAK) SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 2

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 72

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Terhapdap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Tingkat SMP Se-Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.

0 0 81

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMP SE-KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN 2008.

0 0 2

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap Kompetensi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP/MTS di Kecamatan Demak Kabupaten Demak tahun 2009.

0 0 1

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN VII KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG TAHUN 2008/2009.

0 0 1

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMP SE KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 66