29
Mistisisme adalah falsafah hidup yang dimaksudkan untuk meningkatkan jiwa seorang manusia, secara moral, lewat latihan-latihan
tertentu, kadang untuk pemenuhan fana dalam realitas yang tertinggi serta pengetahuan tentang-Nya secara intuitif, tidak secara rasional, yang buahnya
ialah kebahagiaan rohaniah, yang hakekat realitasnya sulit diungkapnya dengan kata-kata, sebab karakternya bercorak intuitif dan subjektif Murtadho,
2002: 19. Jadi mistik merupakan bagian dari sikap manusia yang secara tidak sadar mempercayai sesuatu yang tidak rasional sebagai cara untuk melepaskan
pikiran dan perasaan yang hasilnya akan mendatangkan kebahagiaan rohani
bagi manusia.
2.5 Tokoh dan Penokohan
2.5.1 Pengertian Tokoh
Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995 : 165 adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya sastra naratif maupun drama, oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan.
Sudjiman 1991: 43 menyatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa. Sementara itu, Sayuti 1996 : 43 menegaskan bahwa
tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita itu. Aminuddin 1995: 79 berpendapat bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga pelaku itu mampu menjalin suatu cerita. Sudjiman 1991: 170 membedakan tokoh menjadi beberapa jenis menurut
kriterianya. Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi empat jenis yaitu
30
tokoh sentral atau tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh wirawan, dan tokoh bawahan.
2.5.2 Jenis-jenis Tokoh
Sudjiman 1991: 17-20 membedakan jenis-jenis tokoh berdasarkan kriterianya. Diantaranya sebagai berikut:
a. Tokoh Sentral yaitu tokoh yang memegang peranan pimpinan disebut tokoh
utama Sudjiman, 1991: 17. Tokoh utama ini selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan kisahan dalam cerita.
Terdapat adanya kriteria dalam menentukan tokoh utama suatu cerita. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama itu bukan hanya melalui
frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.
b. Tokoh Bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita,
akan tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utama Grimes dalam Sudjiman, 1991: 19.
2.5.3 Pengertian Penokohan atau Perwatakan
Suharianto 1982:31 menyatakan bahwa penokohan atau perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun keadaan
batinnya yang berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Sedangkan Aminuddin 2000:7 menyatakan bahwa
penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku.
31
Nurgiyantoro 1995 menyatakan bahwa penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Watak ialah kualitas nalar dan jiwa tokoh
yang membedakannya dengan tokoh lain Sudjiman, 1991:16. Perwatakan dalam suatu fiksi dapat dipandangdari dua segi. Pertama
mengacu pada suatu tokoh atau orang yang bermain dalam cerita, emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam satu cerita Stanson dalam
Baribin, 1985: 54. Jones dalam Nurgiantoro 2000: 165, penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah
pelukisan gambaran seseorang yang jelas yang ditampilkan dalam sebuah cerita dan mempunyai sikap-sikap tertentu.
2.5.4 Cara Menampilkan Tokoh