2.3 Hubungan Antara Self Efficacy dengan Intensi Berwirausaha
Terbatasnya lapangan pekerjaan menyebabkan jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat dan jika keadaan tersebut terus belanjut maka
keadaan ekonomi di Indonesia akan semakin memburuk. Untuk mengurangi jumlah pengangguran maka lulusan SMK diharapkan dapat berwirausaha setelah
lulus sekolah agar lapangan pekerjaan baru dapat tercipta. Oleh karena itu intensi berwirausaha menjadi penting. Intensi berwirausaha merupakan
niat yang dimiliki individu untuk menciptakan lapangan kerja baru yaitu dengan cara mengubah
sesuatu yang tak bernilai atau bernilai rendah menjadi sesuatu yang bernilai. Intensi merupakan penjembatan antara sikap dan perilaku. Mengukur sikap
terhadap niat sama dengan mengukur perilaku karena hubungan antara niat dan perilaku adalah yang paling dekat Sarwono, 2002:245. Intensi berwirausaha
menjadi prediktor sukses jika seseorang akan berwirausaha karena untuk meramalkan perilaku seseorang maka cara terbaik untuk memprediksinya adalah
dengan melihat intensinya. Jika intensi yang dimiliki tinggi maka kemungkinan untuk sukses saat berwirausaha juga akan tinggi. Sebaliknya, semakin rendah
intensi yang dimiliki maka kemungkinan untuk sukses saat berwirausaha juga akan rendah.
Intensi berwirausaha ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah self efficacy. Self efficacy adalah keyakinan yang ada dalam diri seseorang bahwa
individu tersebut mempunyai kemampuan untuk menentukan perilaku yang tepat sehingga dapat mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan. Agar berhasil
dalam berwirausaha maka individu harus memiliki rasa percaya diri yang kuat dan
komitmen yang kuat. Selain itu kemampuan dalam membaca peluang juga diperlukan agar usaha yang dijalankan terus berkembang. Individu juga harus
memiliki keberanian dalam mengambil resiko agar individu siap dengan segala resiko yang didapat ketika berwirausaha. Apabila individu sudah yakin bahwa
dirinya sudah memiliki kemampuan-kemampuan tersebut maka intensi untuk berwirausaha yang dimiliki menjadi lebih tinggi daripada individu yang tidak
memiliki keyakinan akan kemampuannya tersebut. Self efficacy selain berhubungan dengan intensi, self efficacy berhubungan
juga dengan perilaku secara langsung. Individu yang memiliki self efficacy tinggi dalam situasi tertentu akan menampilkan tingkah laku, motivasi, dan afeksi yang
berbeda dengan individu yang memiliki self efficacy yang rendah. Maksudnya adalah individu yang memiliki self efficacy tinggi memiliki motivasi yang tinggi
pula terhadap suatu tugas, sehingga akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Semakin tinggi tingkat self efficacy
maka semakin tinggi pula untuk kerja individu dan berlaku sebaliknya Baron dan Byrne, 2004:183. Apabila individu memiliki self efficacy yang tinggi maka
intensi untuk berwirausaha yang dimiliki juga akan tinggi dan memiliki motivasi yang tinggi untuk berwirausaha sehingga akan berusaha semaksimal mungkin
agar dapat sukses dalam berwirausaha. Sebaliknya, individu dengan self efficacy yang rendah maka intensi yang dimiliki untuk berwirausaha juga rendah dan
motivasi untuk berwirausaha yang dimiliki juga akan rendah. Kesempatan untuk sukses dalam berwirausaha berhubungan dengan
tingginya tingkat self efficacy yang berkaitan dengan kewirausahaan pada individu
tersebut. Tinggi atau rendahnya tingkat self efficacy seseorang mempunyai dampak yang serius pada keyakinan individu akan kemampuannya untuk
berwirausaha. Intensi seseorang untuk berwirausaha akan semakin kuat apabila individu memiliki keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga
mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan. Apabila individu yakin bahwa individu nantinya akan sukses dan berhasil dalam berwirausaha maka intensinya
untuk berwirausaha menjadi semakin kuat. Untuk lebih memperjelas hubungan kedua variabel maka peneliti mencoba
menggambarkan hubugan kedua variabel dengan menggunakan bagan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Hubungan antara self efficacy dengan Intensi Berwirausaha
2.4. Hipotesis