1.7.1 Teori Kerjasama Internasional
Kerjasama  internasional  muncul  karena  keadaan,  kebutuhan,  kemampuan serta  potensi  dari  suatu  negara  yang  berbeda-beda.  Hal  ini  menyebabkan  suatu
negara  bekerjasama  dengan  negara  lainnya  agar  dapat  memenuhi  kepentingan nasionalnya  di  luar  negeri.
18
Kerjasama  internasional  dapat  dilakukan  jika  suatu negara  sekurang-kurangnya  memiliki  dua  syarat  utama,  yaitu  adanya  keharusan
menghargai  kepentingan  masing-masing  negara  yang  terlibat  bekerjasama  serta adanya  keputusan  bersama  negara-negara  yang  melakukan  kerjasama  dalam
mengatasi setiap persoalan yang timbul dalam perjanjian tersebut.
19
Dalam  penulisan  skripsi  ini,  penulis  mengaitkan  teori  ini  dengan kerjasama  yang  dilakukan  oleh  negara-negara  anggota  WHO  untuk  membentuk
suatu  kerangka  kerjasama  internasional  mengenai  pengendalian  masalah tembakau.  Dalam  konvensi  ini  akan  mengatur  lebih  rinci  dan  spesifik  mengenai
upaya pemerintah untuk mengurangi dampak serta permintaan akan tembakau.
1.7.2 Teori Universalitas Hak Asasi Manusia
Teori  universalitas  berpegang  pada  teori  radikal  universalitas  HAM. Menurut  teori  ini  semua  nilai  temasuk  nilai-nilai  HAM  adalah  bersifat  universal
dan  tidak  dapat  dimodifikasi  untuk  menyesuaikan  perbedaan  budaya  dan  sejarah suatu  negara.  Teori  ini  HAM  berangkat  dari  konsep  universalisme  moral  dan
kepercayaan  akan  keberadaan  kode-kode  moral  universal  yang  melekat  pada seluruh  umat  manusia.  Universalisme  moral  meletakkan  keberadaan  kebenaran
18
Sjamsumar Dam dan Riswandi, 1995, Kerjasama ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 15.
19
Ibid, h.16.
moral  yang  bersifat  lintas  budaya  dan  lintas  sejarah  yang  dapat  diidentifikasikan secara  rasional.
20
Teori  ini  menganggap  hanya  ada  satu  pemahaman  mengenai HAM,  bahwa  nilai-nilai  HAM  sama  dimanapun  dan  kapanpun serta  dapat
diterapkan  pada  masyarakat  yang  mempunyai  latar  belakang  budaya  dan  sejarah yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai
HAM  berlaku  secara  universal.  Walaupun  kebiasaan  merokok  tersebut  telah  ada sejak  zaman  dahulu  dan  diwariskan  secara  turun  temurun,  akan  tetapi  hak  yang
dimiliki  oleh  setiap  seseorang  tersebut  sama,  sehingga  Ham  yang  berlaku  secara universal  tersebut  diselaraskan  dengan  sosial  dan  budaya  masyarakat  setempat.
Dengan demikian, hak seseorang untuk merokok dapat dilakukan sepanjang  hak seseorang  perokok  pasif    tidak  dilanggar  dan  tetap  dilindungi  demi  memperoleh
taraf  hidup sehat yang tinggi dan lingkugan yang bebas akan pencemaran.
1.7.3  Teori Kebijakan Luar Negeri