Teori Revolusi Kerangka Teori

11 mampu memberikan masukan pemikiran – pemikiran baru bagi para civitas akademika yang nantinya juga akan melakukan penelitian perihal yang sesuai dengan masalah tersebut .

6. Kerangka Teori

6.1 Teori Revolusi

Revolusi adalah manifestasi perubahan sosial yang paling spektakuler. Revolusi menengarai guncangan fundamental dalam proses sejarah, membentuk kembali masyarakat dari dalam dan merancang lagi bangsa. Revolusi tidak membiarkan apa pun seperti sebelumnya, revolusi menutup satu zaman dan membuka zaman baru. Pada saat revolusi, masyarakat mengalami puncak perannya, ledakan potensi transformasi diri. Dengan kata lain revolusi adalah tanda kesehatan sosial. 11 Menurut Sztompka, paling tidak ada lima ciri yang membedakan revolusi dari jenis-jenis perubahan sosial lainnya yaitu : 1. Revolusi menimbulkan perubahan pada skala yang paling luas, menyentuh semua tahap dan dimensi masyarakat, ekonomi, politik, budaya, organisasi sosial, kehidupan sehari-hari, kepribadian manusia. 2. Pada semua bidang kehidupan ini, perubahannya bersifat radikal, fundamental, mencapai akar atau inti dari konstitusi dan fungsi masyarakat. 3. Perubahan berlangsung dengan sangat cepat, seperti sebuah ledakan dinamika yang terbesit dari arus lamban proses sejarah. 11 Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar?, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000 hal 188 12 4. Revolusi juga menunjukkan perubahan yang paling kentara karena itu paling dikenang. 5. Revolusi menimbulkan reaksi emosional dan intelektual yang sangat istimewa pada para peserta atau saksi revolusi, semangat yang membara, ledakan mobilisasi massa, optimisme, perasaan perkasa, kegembiraan dalam keikutsertaanpada pesta revolusi, aspirasi yang melangit dan utopia masa depan. Secara singkat, revolusi ditandai dengan tiga hal. Pertama, perubahan yang fundamental, komprehensif dan multidimensional, menyentuh inti tatanan sosial. Kedua, revolusi melibatkan massa yang besar dan dimobilisasikan serta bergerak dalam gerakan revolusioner. Ketiga, selalu melibatkan kekerasan dan koersi. Akan tetapi, ada revolusi walaupun tidak banyak yang dijalankan tanpa kekerasan. Sztompka menyebut adanya sepuluh tahap revolusi yaitu : 1. Semua revolusi dimulai dengan keadaan yang disebut sebagai revolutionary prodrome; yakni intesivikasi kekecewaan, keluhan, kekacauan dan konflik karena krisis ekonomi atau keuangan. Krisis ini memukul paling berat kelas sosial yang justru sedang naik. Secara ekonomis mereka lebih baik dari kebanyakan rakyat. Mereka melihat kehancuran bangsanya sebagai akibat kerakusan kelompok aristokrat. 2. Muncul apa yang disebut sebagai The transfer of allegiance of the intellectuals, suara-suara kritis yang menuntut pembaharuan, berbagai agitasi, suara-suara keras menentang rezim mulai muncul. Ada wacana 13 protes di kalangan para cendekiawan. Sebuah kesadaran sosial, semangat revolusi perlahan menyebar di tengah-tengah masyarakat. 3. Rezim ini berusaha mengendalikan gerakan protes ini dengan reformasi setengah-setengah tetapi tindakan rezim ini dianggap terlambat dan terpaksa. Rezim makin kehilangan legitimasinya. 4. Negara tidak dapat menggunakan alat pemaksa selalu militer untuk mengatasi keadaan. Terjadilah apa yang disebut Goldstone sebagai “paralysis of state” yakni kelumpuhan negara. Ini memberikan peluang pada kaum revolusioner untuk merebut kekuasaan. 5. Rezim lama tumbang. Muncul “bulan madu revolusi”. Ada periode euphoria setelah kemenangan. 6. Terjadi perpecahan internal di kalangan revolusioner yang menang. Kaum konservatif ingin meminimalkan perubahan. Kaum radikal ingin bergerak cepat, kaum moderat ingin perubahan gradual. 7. Kaum reformis moderat menang. Mereka berusaha membuat hubungan dengan massa dengan menggunakan lembaga dan pejabat administratif yang lama. Keadaan ini mengecewakan rakyat pendukung revolusi, yang menaruh harapan akan perbaikan nasibnya. 8. Kaum radikal dan ekstrem mengeksploitasi frustasi yang meluas, memobilisasi massa, dan menggantikan kelompok moderat. 9. Massa terror terjadi karena kaum radikal ingin memaksakan suatu tatanan dengan melenyapkan sama sekali sisa-sisa rezim yang lama. Gejolak 14 masyarakat memberikan peluang kepada diktator atau kekuatan militer untuk merebut kekuasaan. 10. Akhirnya, terjadi keseimbangan “thermidor” atau kesembuhan dari demam revolusi ketika akses kaum radikal dikecam, dan perhatian beralih dari perubahan politik ke kemajuan ekonomi dalam kerangka institusi yang stabil. 12 Dari pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa revolusi adalah sejenis aksi kolektif yang mempunyai dua karakteristik, didorong oleh situasi revolusi dan berakhir dengan hasil revolusi. Situasi revolusi bermula ketika pemerintah yang memegang kedaulatan tunggal berhadapan dengan pesaingnya, yang juga mengklaim kedaulatan. Akan tetapi James Davies menyatakan bahwa Revolusi paling mungkin terjadi jika periode panjang pembangunan ekonomi dan sosial diikuti oleh periode pendek penurunan yang tajam. Efek sangat penting pada pikiran orang dalam masyarakat tertentu ialah menghasilkan. Selama periode terdahulu, ekspektasi kemampuan terus-menerus untuk memuaskan kebutuhan yang terus meningkat dan kemudian pada periode berikutnya terjadilah keadaan mental berupa keresahan dan frustasi ketika realitas yang tampak menjauh dari realitas yang diharapkan. Dan dalam pemikiran Karl Marx revolusi merupakan kajian sebuah idiologi politik yang dicita-citakan Karl Marx untuk mencapai sosialisme menuju komunisme yang pada hakikatnya merupakan senjata moril kelas buruh, kelas tertindas dan bangsa- bangsa terjajah di muka bumi melawan keserakahan kaum kapitalis. Perjuangan kelas 12 Jalaluddin Rakhmat, Ibid, hal 206-208 15 buruh dan kelas tertindas melawan kapitalis adalah suatu keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan Marx. Untuk mengakhiri antagonisme kelas ini harus ditempuh jalan melalui revolusi. Oleh sebab itu, revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat yang lama telah digantikan dengan sistem yang baru, yang telah melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak membelenggu. Bagi Marx, peralihan kekuasaan politik merupakan langkah awal, syarat perlu bagi revolusi yang sesungguhnya. Marx mencermati mutlak pentingnya peralihan kekuasaan politik ke tangan borjuasi dalam rangka penegakan sistem ekonomi kapitalisme. 13 Bahkan, tanpa peralihan kekuasaan politik ini sistem ekonomi kapitalisme tidak akan tumbuh subur bahkan bisa saja tidak akan tumbuh karena terhalang oleh keseluruhan sistem ekonomi politik kaum feodal. 6. 2. Teori Kebijakan 6.2.1. Konsep dan Pengertian Kebijakan