Sosialisme Abad 21 (Studi Kasus: Kebijakan Politik Hugo Chavez)

(1)

SOSIALISME ABAD 21

(Studi Kasus: Kebijakan Politik Hugo Chavez)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH:

NURHIDAYAT

050906062

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ABSTRAKSI

Sejarah ternyata belum berakhir. Semenjak berakhirnya perang dingin,

nyaris perdebatan yang bersifat ideologis tidak lagi kelihatan. Semuanya telah mengadopsi konsep dan ideologi yang seragam dengan menerima developmentalisme sebagai arus utama kebijakannya, tanpa sedikit pun melakukan penolakan terhadap rezim pasar bebas. Sosialisme Abad 21 yang ditawarkan Chavez merupakan bentuk dari sosialisme di masa kini. Sosialisme Amerika Latin yang membedakannya dengan praktek-praktek sosialisme yang pernah ada di Eropa. Sosialisme yang dilakukan oleh seorang perwira menengah militer dengan organisasi yang dibangunnya. Dengan mengambil inspirasi dari tokoh perjuangan lokal yang sangat inspiratif dalam menentang imperialisme kolonial Eropa yang telah mengeksploitasi benua tersebut. Sosialisme yang direbut dengan mengikuti mekanisme pemilihan umum elektoral, akan tetapi melakukan bentuk-bentuk revolusioner dalam setiap kebijakannya. Sosialisme yang memberikan gambaran bahwasanya masih ada alternatif lain dalam melakukan pembangunan didunia ini yang lebih berkeadilan dan berkemanusiaan. Berangkat dari pemahaman akan gerakan sosialisme yang ada tersebut, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dan kajian terhadap bentuk dan kebijakan dari ideologi tersebut. Adapun rumusan masalah yang penulis coba temulan jawabannya dari penelitian ini adalah : “Hal apakah yang melatarbelakangi keputusan Chavez mengarahkan kebijakannya menuju sosialisme serta model kebijakan sosialisme seperti apakah yang diambil oleh Chavez”.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Yaitu penelitian yang bersifat memberikan gambaran mengenai kondisi yang terjadi dalam usaha-usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, melakukan kajian kepustakaan terhadap dokumen-dokumen yang ada melalui buku, jurnal, koran harian, website dan media pendukung lainnya.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, secara teoritik ideologi sosialisme abad 21 Chavez adalah ideologi sosialisme yang bercirikan tradisional, memasukkan unsur perjuangan kolektive kebangsaan dalam semangat anti-imperialisme dan anti-kapitalisme yang melatar belakangi lahirnya sosialisme abad 21. Bentuk sosialismenya adalah keinginan menciptakan keadilan dan kemanusiaan dengan cara merebut kekuasaan bukan melalui revolusi proletariat akan tetapi melalui proses elektoral serta keluar dari doktrin dogmatis sosialisme. Kata Kunci : Ideologi, sosialisme, sosialisme abad 21, imperialisme,


(3)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Penguasa segala Ruh dan Alam Semesta ini atas segala nikmat iman, kesehatan dan kekayaan intelektual yang telah diberikannya selama ini semoga kita semua mampu memperbaiki diri agar lebih baik lagi untuk kedepannya. Semoga penulis termasuk orang-orang yang bisa bersyukur. Shalawat beriring salam dihantarkan kepada Nabi Muhammad SAW, Seorang Revolusioner Sejati yang mampu merubah peradaban kelam ummat manusia menjadi peradaban yang berakhlak dan mulia. Yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran sejati untuk mendapatkan ridho Illahi. Amiinnn.

Skripsi ini disusun sebagai aplikasi secara teoritis dan pengembangan kemampuan intelektual saya yang telah ditempuh selama aktif di perkuliahan dan akan menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “ Sosialisme Abad 21 (Studi Kasus : Kebijakan Politik Hugo Chavez).

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Bapak Saya Mulyono, yang telah memberikan pelajaran berarti di setiap kritikan-kritikan dan “amarahnya”. Kepada Ibu Saya (Alm. Farida Hanum) yang begitu setia dan sabar dalam mendidik dan membimbing diri saya, hingga menjelang akhir hayatnya penulis belum mampu membahagiakannya…, semoga beliau tersenyum melihat penulis ketika Wisuda nanti. Amiinn. Kakak pertama saya Yenny Mulyono, Alhamdulillah Kak akhirnya aku tamat juga, Makasi ya kak atas bantuannya selama ini… Abang saya yang juga sudah tiada, Alm. Sanjaya (Bang Kiki) yang selama masa hidupnya terus mengupayakan ketersediaan dana bagi kelancaran kuliah penulis. Memberikan


(4)

nasehat-nasehat yang selalu penulis ingat hingga saat ini… Abang Kedua Saya, Ardiansyah Ramadhan (Bang Andi), Hahaha… Bang tamat juga akhirnya aku… makasi yang bang atas bantuan dan dukungannya selama ini… serta Kak Sarah, kakak terakhir penulis yang saat ini sedang jauh berada dari penulis.

Skripsi ini saya persembahkan juga kepada My Special One _Weni Fikarunisa_… Yang telah membantu saya dengan penuh kasih dan cinta… hehehehe… mendampingi dan memberikan perhatian yang begitu besar terhadap saya baik itu hal yang bersifat materi hingga dukungan moril yang tidak mungkin bisa tergantikan… Makasi telah mendampingiku hingga saat ini… U’re My Only One… Hehehe… Juga untuk keluarga besar Pak Munir (Ayahanda Weni Fikarunisa)… Terutama Ibundaku Nery Surya dan Pak Munir yang juga begitu banyak membantu dan memberikan perhatian kepada penulis. Mas Dana dan Mbak Ani… Doakan selalu ya semoga penulis sukses selalu…

Skripsi ini juga saya persembahkan kepada para revolusioner dan pejuang-pejuang keadilan, serta siapa saja yang hari ini sangat benci terhadap keangkuhan kapitalisme, semoga Keadilan meraih kemenangannya di dunia ini. Selanjutnya kepada semua pihak yang selama ini membantu penulis dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, saya hendak menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik. Terima kasih atas semua perhatian dan kebijaksanaan serta motivasi yang telah diberikan. Bapak Drs. Anthonius Sitepu, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Politik. Terima kasih atas semua


(5)

perhatian dan kebijaksanaan serta motivasi yang telah Bapak berikan selama perkuliahan. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA selaku dosen pembimbing yang banyak membantu saya selama pengerjaan skripsi ini dan memberikan hal-hal yang baru dalam menulis karya ilmiah. Serta seluruh Staff Pengajar dan Pegawai FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Politik yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan wawasan hingga saat ini.

Keluarga besar HMI Komisariat FISIP USU, tempat dimana saya banyak sekali memperoleh ilmu, dan belajar banyal hal didalamnya, semoga semua perjuangan dan perkaderan yang dilakukan dilandaskan dengan hati yang ikhlas semata-mata hanya mengharap ridho dari Allah SWT. Semoga suatu saat ini regenerasi Revolusioner di masa datang akan mampu menghancurkan tembok besar Kapitalisme dan menegakkan keadilan di muka bumi ini. Amiinn…

Untuk Sahabat dan kawan-kawanku semua stambuk 2005 di HMI komisariat FISIP USU, The Best For The Lom’s End Pa’dex. Ayo Ketua… cepat dikit, si Lomang mau kejar target tuch… Hahahaha… truss ada Bedoel si ada sikit… Agung “PB” gak jelas kau… Mas Jack yang diam2 ternyata si entrepreneur… Anti dan Nia yang udah mapan, enaklah kelen… Ama yang tukang merepet… Tika Si “Sartikem” heheh… Mirina Si “Micha” End Mimi Cenyo Si “Michi”… Riri yang lagi ngelanjutin sekolahnya, Kak Lia Ndut End Siska yang udah meried… Wasekum aku dulu Dina Endriana, semoga sukses dirimu disana y… Lia “Eden” yang resek gak pernah diam dan udah balek ke kampungnya… rindu juga samamu ya yak… hahaha… Truss Juga ada Coen-coen, Bang Roby Iskandar Pohan, “Bang” Wina Vahluvi… hehehe… Kak Andien Ietzche… Arif Es Kusung, Liza “Lizzie”, Putra Kharisma, Bang Mamet Kribo,


(6)

dan kawan-kawan yang lainnya… Kita punya memori indah kawan… dan itu tak kan terlupakan…

Truss ada kawan2 stambuk 05 Ilmu Politik thanks atas masukan-masukan dan idenya selama ini kepada aku kawan… Nanda Ozzom Gembung, Asola Akbar, Fildza Azmi, Saipul Arifin, yang sama-sama berjuang hingga saat ini bersama saya… yang masuk dalam kategori Kloter Terakhir… Hehehe… Ayo Kawan… Pokoknya Kita Harus Tamat… Hahahaha…

Kawan-kawan stambuk 06 Ismeher Remedhen… si hehehe… Kapan Kita Jalan-jalan lagi… ??? Jgn ke Siantar lagi lah… Ntah ke Bali Kek… Tapi jangan parah kalilah kau… Hahaha… Ketua Ryan… Amardin Hrp… Bang Mustakim… Bang Regar… Ikhwanul Tandamato, gak jadi kita kempingnya Y… Adel yang sekolah lagi… Bang Ryan Sos… Ayies Bukan Anyies… Ulfah M Nur… Kak Diah Winarsih… Desi “Bejo”… Afif Azhari rangkuti… Rezani… dan yang lainnya yang belum ditulis disini… makasi banyak atas dukungan dan kebersamaannya selama ini… dan tunjukkan bahwa kalian lah Is The Best…

Roland dan kawan-kawannya… Ada Akbar “Gembul”, Arief Ya Sudahlah… “AA” Ara Auza… Rrrrrooozzziii, hehehe… Amir, Bang Dika & Kak Miftah, Achong, Bang Ridho, Budi Irwansyah, Ferdi Gober, Edo, Ojan, Topik AN, “Babe” Yoga, Dedi, Afdhal, Indri “Kocik, Nenda, Kiki, Tri Yunita, Wirdha, Firdha, Herlina “Ayink”, Siti Maryam, Ika-ika Bakso, Rini, Wandha, Sari, Fauzi Antro, Bang Boy dan Ovi Semangat Adinda-adinda… Semoga menjadi terbaik kedepannya…

Adinda-adinda Pengurus HMI Komisariat Fisip USU yang sekarang, Ketua Umum Amin, Doni, Iskandar, Bang Andre “Bancet”, Oka, Ririn, Bang


(7)

Randa Sinaga… yang udah ngasih pinjam laptopnya disaat-saat terakhir, makanya bisa nulis kata pengantar ini… Makasi ya Bang Randa… Truss ada adinda-adinda departemen Afghan, Sandhy, Aga Prima Aries, Said furqon, Jhoni Gayo, Hotang, Moly, Martua, Franky, Hamzah, Dudunk, Teguh, Melly, Zulfah, Ocik, Citra, Kak Via, Dan tentunya Bang Amri “Kanjen” Band… Manusia Antik yang banyak membantu penulis juga dalam penyelesaian skripsi ini… tanpa Bang Amri mungkin skripsi ini belum tentu selesai… Hehehe… Sory ya Bang Amri Ikan-ikan Mengelepar… Disini aja ditulisnya y… The Best lah untuk Bang Amri.. Wkwkwkwkw… Dan kawan2 lainnya yang gak dimasukin disini namanya… Makasi y…

Kawan-kawan Ku yang ada di kos sekarang, Untuk Bang Two-pik kawan sekamarku… sering tempat bertukar pikiran… Semangat adindaku… Dirimu pasti bisa menaklukkan dunia ini… Iphin Si “Sariphin” Pergi Ke Pasar… Hehehe… Sukses Selalu Youw… Adinda Nanda, Eghi, Adith, End Bastian God Bless U Adinda… Thanks Y untuk dukungan dan hiburannya… hahaha...

Pengurus dan Kakanda-kakanda zaman dahulu, Bang Taufan Damanik, Bang Dadang, Bang Hendry Saragih, Mas Dho”, Bang Densi, Bang Ridwan Rangkuti, Bang Lagut, Bang Iin, Bang Zacky, Bang Topik Ramadhan, Bang Sutan, Bang Naldi, Bang Mike, Bang Haris, Bang Doni, Mas Pur End Bang Didi, Bang Brem, Bang Wawan, Bang Phyan, Bang Zulham, Bang Amek. Dan abang-abang lainnya beserta rombongannya…

Kakanda-kakanda Di stambuk 03, Bang Fuad Ginting dan Bang Tata tempat saya sering sharing, Bang Mario, Bang Choky, Bang Roland, Bang Zulfan,


(8)

Bang “Anyar”, Bang Veni, Bang Fandi, Bang Miqdad, Bang Dika, Irsan… Dan abang-abang lainnya beserta rombongannya…

Untuk My Inspiring People : Muhammad SAW, Imam Hassan dan Hussein, Fatimah Az-zahra, Ibnu Rusyid, Ibnu Sina, Imam Khomeinei, Ali’ Syariati, Ahmadinejad, Ernesto Che Guevara, Fidel Castro, Subcommandante Marcos, Hugo Chavez, Evo Morales, Paulo Freire, Franzt Fanon, Ir. Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Syahrir, Soe Hok Gie, dan Muhammad Natsir… Semoga kalian bisa terus menginspirasi generasi muda di dunia ini…

Medan, 13 Februari 2012

Penulis Nurhidayat


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata pengantar ...i

Daftar Isi...viii

Abstraksi...ix

BAB I. PENDAHULUAN……...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah...9

C. Tujuan Penelitian...10

D. Manfaat Penelitian...10

E. Operasional Variabel...10

F. Metode Penelitian...17

BAB II. SEJARAH REPUBLIK BOLIVARIAN VENEZUELA DAN GERAKAN KIRI BARU...18

A. Sejarah Berdirinya Negara Venezuela...18

B. Revolusi Bolivarian...21

C. Letak Geographis dan Geopolitik Venezuela...………..28

D. Gerakan Kiri Baru…..……….29

E . Konfigurasi Kekuatan Di Venezuela…...………..34

BAB III. LATAR BELAKANG KEBIJAKAN POLITIK CHAVEZ MENGARAH KE SOSIALISME...39


(10)

B. Kebijakan Chavez Mengarah Ke Sosialisme...46

BAB IV. MODEL SOSIALISME ABAD 21 CHAVEZ………...……...54

A. Sosialisme dan Variannya….……...54

A.1. Sosialisme Ilmiah Karl Marx …..……...55

A.2. Sosialisme Demokrat ...73

B. Sosialisme Abad 21 Chavez...……...79

C. Kebijakan Politik Hugo Chavez...85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...108


(11)

ABSTRAKSI

Sejarah ternyata belum berakhir. Semenjak berakhirnya perang dingin,

nyaris perdebatan yang bersifat ideologis tidak lagi kelihatan. Semuanya telah mengadopsi konsep dan ideologi yang seragam dengan menerima developmentalisme sebagai arus utama kebijakannya, tanpa sedikit pun melakukan penolakan terhadap rezim pasar bebas. Sosialisme Abad 21 yang ditawarkan Chavez merupakan bentuk dari sosialisme di masa kini. Sosialisme Amerika Latin yang membedakannya dengan praktek-praktek sosialisme yang pernah ada di Eropa. Sosialisme yang dilakukan oleh seorang perwira menengah militer dengan organisasi yang dibangunnya. Dengan mengambil inspirasi dari tokoh perjuangan lokal yang sangat inspiratif dalam menentang imperialisme kolonial Eropa yang telah mengeksploitasi benua tersebut. Sosialisme yang direbut dengan mengikuti mekanisme pemilihan umum elektoral, akan tetapi melakukan bentuk-bentuk revolusioner dalam setiap kebijakannya. Sosialisme yang memberikan gambaran bahwasanya masih ada alternatif lain dalam melakukan pembangunan didunia ini yang lebih berkeadilan dan berkemanusiaan. Berangkat dari pemahaman akan gerakan sosialisme yang ada tersebut, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dan kajian terhadap bentuk dan kebijakan dari ideologi tersebut. Adapun rumusan masalah yang penulis coba temulan jawabannya dari penelitian ini adalah : “Hal apakah yang melatarbelakangi keputusan Chavez mengarahkan kebijakannya menuju sosialisme serta model kebijakan sosialisme seperti apakah yang diambil oleh Chavez”.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Yaitu penelitian yang bersifat memberikan gambaran mengenai kondisi yang terjadi dalam usaha-usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, melakukan kajian kepustakaan terhadap dokumen-dokumen yang ada melalui buku, jurnal, koran harian, website dan media pendukung lainnya.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, secara teoritik ideologi sosialisme abad 21 Chavez adalah ideologi sosialisme yang bercirikan tradisional, memasukkan unsur perjuangan kolektive kebangsaan dalam semangat anti-imperialisme dan anti-kapitalisme yang melatar belakangi lahirnya sosialisme abad 21. Bentuk sosialismenya adalah keinginan menciptakan keadilan dan kemanusiaan dengan cara merebut kekuasaan bukan melalui revolusi proletariat akan tetapi melalui proses elektoral serta keluar dari doktrin dogmatis sosialisme. Kata Kunci : Ideologi, sosialisme, sosialisme abad 21, imperialisme,


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Walaupun kapitalisme saat ini masih menemukan kejayaannya, akan tetapi benih-benih kehancuran terhadap ideologi ini semakin mendekati. Ditandai dengan semakin memudarnya peranan Amerika Serikat di negara-negara dunia ketiga. Bahkan, hampir seluruh wilayah di Amerika Latin sudah melakukan perlawanan terhadap Amerika Serikat sebagai simbol dari kapitalisme internasional. Pengalaman pahit yang pernah terjadi di Amerika Latin menjadi pelajaran yang berharga bagi mereka. Kini Amerika Latin bergerak menuju arah “kiri”, menemukan bentuk pemerintahannya sendiri serta membuat kebijakan sendiri tanpa didasari intervensi yang dilakukan oleh pihak asing.

Berbagai “resep” neo-liberalisme yang diterapkan diwilayah tersebut semakin memperburuk kondisi perekonomian di wilayah tersebut semenjak abad 19. Memberikan efek negative bagi Amerika Serikat dan negara-negara kapitalisme lainnya. Kemudian menjelma menjadi suatu ruh baru dalam melakukan pembebasan dari cengkeraman hegemoni kapitalisme, dan perusahaan-perusahaan multinasional. Mengeluarkan kebijakan yang pro rakyat, seperti melaksanakan program pembaharuan agraria dengan merampas tanah dari perusahaan multinasional dan membagikannya kepada rakyat, melakukan nasionalisasi asset-aset public serta membangun blok kekuatan bersama di Amerika Latin.

Hugo Chavez adalah seorang mantan perwira menengah di Venezuela yang prihatin terhadap kondisi masyarakat yang ketika itu mengalami segala bentuk


(13)

ketertindasan. Melalui sejarah yang cukup panjang, Chavez akhirnya berhasil menjadi seorang Presiden melalui proses pemilu elektoral di negara tersebut. Dalam setiap kebijakan politik yang dikeluarkannya, Chavez terlihat sangat “sosialis” dan anti terhadap Amerika Serikat sebagai simbol dari kedigdayaan kapitalisme.

Sosialisme Abad 21 adalah sebuah frase yang dipopulerkan oleh Chavez, ditandai dengan proses inisiasi sosialisme yang dilakukannya di wilayah Amerika

Latin.1 Membangun konsolidasi diantara sesama wilayah negara Amerika Latin

dalam upaya mengatasi kertergantungan terhadap Amerika Serikat, memperkuat hubungan bilateral dan perekonomian wilayah, yang diberi nama Alternative Bolivarian Untuk Amerika Latin (ALBA). Sebuah bentuk boikot terhadap FTAA - Free Trade Area Of The America’s - yang disponsori oleh Amerika Serikat. Gerakan ekonomi politik yang dibangun ialah mendorong blok perdagangan berorientasi sosial, egaliter dan keadilan bagi kemanusian. Sangat kontras perbedaannya dengan FTAA ataupun blok-blok kekuatan ekonomi politik yang lain. Jika FTAA dan lainnya berorientasi untuk kepentingan modal internasional dan mengejar liberalisasi mutlak dari perdagangan barang, jasa, dan investasi, ALBA menekankan pada perjuangan melawan kemiskinan dan ekslusi social. Tujuan ALBA adalah membangun masa depan Latin Amerika yang sejahtera, menghancurkan ketidaksetaraan social yang menjijikkan dan menjadikan wilayah ini sebagai kekuatan yang mempu menjalankan model perekonomian sendiri di tengah dunia yang mengglobal, melalui strategi ekonomi alternatifyang juga

1


(14)

memajukan lapangan budaya, lingkunganhidup, politik, masyarakat, dan ekonomi

dari kekayaan yang ada di kawasan Amerika Latin.2

Kebijakan politik Hugo Chavez diawal menjabat terlihat sangat demokratis dengan dilibatkannya rakyat dalam proses penentuan nasib mereka. Hal pertama yang dilakukan oleh pemerintahan Chavez adalah perubahan konstitusi yang lama, yang merupakan warisan dari pemerintahan oligarki lama dan hanya menguntungkan kaum kapitalis dan pemilik tanah besar di Venezuela. Dibutuhkan sebuah konstitusi yang perancangan dan penyetujuannya dilakukan oleh seluruh rakyat Venezuela, sebuah konstitusi yang berpihak pada rakyat miskin.

Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan legitimasi dari rakyat melalui proses referendum yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 1999. Referendum pertama adalah untuk memutuskan perlu atau tidaknya melangsungkan sidang Majelis Konstituante untuk merancang konstitusi yang baru, dengan hasil 92% masyarakat

setuju3

Dalam waktu 6 Bulan tepatnya di bulan Desember 1999, rancangan konstitusi baru telah selesai dan dilakukan pemungutan suara untuk menyetujui konstitusi itu. Untuk pertama kalinya rakyat miskin Venezuela dapat menentukan konstitusi mereka sendiri. Sebanyak 71,8% suara menyetujui konstitusi tersebut,

dengan abstensi 55,6% suara.4

Konstitusi baru atau lebih popular dengan nama Konstitusi 1999, terdiri atas 350 artikel dan menjadi konstitusi terpanjang di dunia. Banyak perubahan-perubahan signifikan dalam konstitusi baru. Antara lain, perubahan-perubahan nama negara,

2

 Nurani Soyomukti, Hugo Chavez: Revolusi Bolivarian dan Politik Radikal, Yogyakarta, Resist Book, 2007, hal 138 

3

 Opcit, hal 103.  4


(15)

dari "Republik Venezuela" menjadi “Republik Bolivarian Venezuela”. Selain itu juga terdapat perubahan struktur negara, dan salah satunya adalah bahwa presiden dapat ‘direcall’ (diberhentikan) melalui referendum, satu pasal yang benar-benar demokratis. Kalau rakyat sudah tidak puas dengan kinerja presiden, mereka tidak perlu menunggu sampai masa jabatan sang presiden berakhir. Presiden tersebut dapat langsung diberhentikan oleh rakyat sendiri melalui referendum popular.

Pada tahun 2004 pemerintahan Chavez memperbolehkan referendum ini setelah pihak oposisi berhasil mengumpulkan 20% tandatangan. Namun Chavez memenangkan referendum tersebut, dengan 59% suara mendukungnya.

Akan tetapi perubahan yang benar-benar menyentuh rakyat miskin adalah bahwa konstitusi baru ini menjamin pelayanan kesehatan gratis bagi rakyat. Selain itu, isu gender juga menjadi bagian yang penting dalam perubahan ini, dimana konstitusi baru, menjamin kesetaraan antara pria dan wanita. Lebih dari itu, konstitusi baru, menjamin hak-hak ibu rumahtangga dan memberikan jaminan keamanan sosial, karena pekerjaan rumah tangga merupakan bagian dari nilai-nilai sosial yang mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran.

Itulah beberapa perubahan penting yang termaktub dalam konstitusi baru. Rakyat, kini lebih dilibatkan dalam menjalankan roda pemerintahan. Mereka dapat berpartisipasi langsung dalam mengawasi, mencegah peyelewengan kekuasaan yang dilakukan lembaga-lembaga negara. Bahkan rakyat Venezuela juga mampu menjatuhkan sanksi. Konstitusi baru, merupakan jembatan dari tatanan kekuasaan lama menuju revolusi Bolivarian.

Di pertengahan tahun 2000, Chavez mengeluarkan dekrit untuk menaikkan upah minimum di negara tersebut serta melaksanakan pemilu pertama hasil


(16)

perubahan konstitusi. Hasil pemilu tersebut memnangkan kembali Chavez menjadi Presiden dengan perolehan suara sekitar 59.76% suara dan menjadikan Chavez presiden pertama setelah perubahan konstitusi.

November 2000, lewat Majelis Nasional, Chavez menerbitkan undang-undang Ley Habilitante. Undang-undang-undang ini memberikan kebebasan kepada presiden untuk mengeluarkan dekrit dalam jangka waktu satu tahun. Sampai di tahun 2001, melalui dekrit itu, Chavez menerbitkan 49 undang-undang yang berpihak pada buruh, tani, nelayan, dan kaum miskin tanah.

Dari 49 UU tersebut, ada tiga undang-undang yang benar-benar membuat gusar kaum oligarki Venezuela dan imperialis asing. Yang pertama adalah undang-undang pertanahan, termasuk reformasi agraria. Undang-undang itu bermaksud menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh petani miskin. Pemerintah akan membatasi kepemilikan tanah perusahaan-perusahaan swasta dan tuan tanah besar. Selain itu, pemerintah juga akan mendayagunakan tanah-tanah lebih dan tanah-tanah yang tidak berpenghuni, bahkan ekspropriasi tanah untuk kebutuhan rakyat yang tidak memiliki tanah. Dekrit tanah ini langsung menyerang basis dari oligarki Venezuela.

Lalu, undang-undang yang kedua adalah undang-undang minyak yang

meningkatkan pajak terhadap investor asing yang beroperasi di sektor minyak bumi dan gas dari 16,6% ke 30%. Sektor minyak dan gas mencakup 80% ekspor Venezuela dan 50% pendapatan negara. Undang-undang ini juga menetapkan bahwa negara harus memiliki minimum 51% saham dari perusahaan-perusahaan minyak dan gas, dan negara harus memperoleh royalti 30% dari semua gas dan minyak yang diekstrak dari Venezuela.


(17)

Yang ketiga adalah undang-undang perikanan yang melarang penggunakan kapal trawl besar dalam area 500 meter dari pesisir pantai. UU ini jelas melindungi nelayan kecil yang kerap tidak mampu bersaing dengan kapal-kapal penangkap ikan besar yang meraup semua ikan dan menghancurkan ekosistem laut.

Kebijakan ini mendapat reaksi yang keras dari pihak kapitalis Venezuela yang merasa terancam oleh Undang-undang tersebut. Puncak reaksi kaum borjuis terjadi di tahun 2001-2002. Mereka mulai mencari celah untuk menjatuhkan kekuasaan demokratik Chavez. Dimulai sejak Desember 2001, asosiasi bisnis terbesar di Venezuela, Fedecamaras, dan serikat buruh “korup” yang dipimpin oleh partai-partai politik oposisi, CTV (Federasi Buruh Venezuela), menyerukan untuk melakukan pemogokan umum dan lockout. Mereka memprotes 49 undang-undaang yang telah dikeluarkan Cavez dan menuntut agar pemerintah segera melakukan amandemen. Kelompok oposisi ini dipimpin oleh presiden Fedecamaras, Pedro Carmona Estanga.

Beberapa kebijakan politik yang ditempuh oleh Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak ekonomi, politik dan kebudayaan pada rakyat. Yang utama adalah bagaimana asset-aset dan sumber daya ekonomi dapat direbut dari tangan pemodal yang digunakan untuk menumpuk keuntungannya sendiri, dan kemudian dikuasai negara untuk membiayai program-program social dan public terutama masalah kesehatan, perumahan, pendidikan dan pelayanan-pelayanan public lainnya.

Terpenuhinya semua hak dari masyarakat tersebut adalah buah dari nasionalisasi kepemilikan di perusahaan minyak PDVSA (Petroleos de


(18)

Venezuela) dari para oligarki menjadi milik negara dengan basis dukungan politik

demokrasi rakyat.

Alasan mendasar mengapa Chavez melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan PDVSA disebabkan karena PDVSA merupakan perusahaan negara yang paling besar dan paling banyak mempekerjakan buruh, eksportir minyak kelima terbesar bagi belahan dunia barat serta terbesar ketiga bagi Amerika Serikat. Industri minyak memberikan sepertiga penuh GDP Venezuela, serta control terhadap PDVSA bukan hanya control terhadap keuntungan Venezuela, akan tetapi juga control terhadap pasar minyak dunia.

Kebijakannya dalam menjamin kesejahteraan rakyat dilakukan dengan membuat gerakan ekonomi rakyat yang telah berhasil melahirkan 70.000 Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR), dari jumlah semula yang hanya 762 BUMR ketika pertama sekali menjabat tahun 1998. BUMR ini kemudian menjalankan proyek-proyek sub kontrak dengan dengan BUMN yang ada. Demi tercapainya misi kesejahteraan tersebut, maka system operasinalnya dilakukan dengan membuat misi-misi khusus yang bertugas manangani bidang-bidang public. Misalnya, Misi pemberantasan buta huruf, pembangunan sekolah gratis bagi orang miskin, pembangunan pusat kesehatan di lingkungan kumuh, program pembuatan tanda identitas gratis serta program pemastian makanan dan sembako murah bagi rakyat

miskin.5

Di daerah pedesaan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan distribusi tanah yang tak digunakan (menganggur), untuk lahan pertanian bagi rakyat tak bertanah yang termaktub

5


(19)

dalam Ley de Tierras (Undang-undang Tanah), setelah sebelumnya melalui dekrit yang dikeluarkan pada bulan November 2001. Kemudian menegakkan reformasi agrarian (land reform) bagi pertanian Venezuela, mengenakan pajak bagi pengguna tanah, mengambil alih tanah-tanah milik swasta yang tak digunakan, dan memberikan tanah bagi petani-petani kecilsecara kolektif. Rasionalitas program ini adalah bagian dari upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan (food

security) bagi rakyat, sebuah upaya agar tidak hanya melakukan impor makanan

dari luar negeri.

Dibidang kebudayaan pengakuan terhadap warga pribumi ditegaskan dalam konstitusi yang baru (Konstitusi Bolivarian). Mission Guaicaipuro, yang dibentuk tahun 2003 merupakan suatu misi dalam rangka untuk melindungi hak-hak penduduk pribumi Venezuela dan melibatkan penduduk pribumi kedalam misi-misi lainnya, serta dibentuknya Mission Culture pada Juli 2005 yang bertugas untuk membantu adanya insiatif budaya yang muncul dari komunitas-komunitas local. Dhampir sekitar 30.000 orang dilatih untuk mengorganisir misi-misi di berbagai daerah untuk menciptakan kesempatan munculnya berbagai macam kegiatan kebudayaan.

Perempuan juga menjadi perhatian besar bagi pemerintahan Chavez, selain diakuinya hak-hak dasar perempuan baik social, budaya maupun dalam dunia polititk. Perhatian khusus untuk memajukan perekonomian perempuan dilakukan dengan mendirikan Bank Pembangunan Perempuan yang memberikan kredit bagi komunitas kaum perempuan yang berproduksi dengan bunga tahunan 12% atau 6% saja bagi kegiatan produksi yang berhubungan dengan pertanian.


(20)

Selain itu, sistem kerja yang diterapkan dalam perburuhan di Venezuela tidak bersifat eksploitatif dan berorientasi keuntungan belaka. Akan tetapi, pemerintah dengan tegas menerapkan bahwa bekerja pada perusahan-perusahan negara akan menghilangkan karakter alienasi (keterasingan) dan kerja yang dilakukan justru haruslah menjadi sebuah unsur (pembentukan) kesadaran, dengan harga jual produk yang bersifat solidaritas. Hal ini kembali ditegaskan Chavez dalam pidatonya yang melantik para pemimpin perusahaan di negara tersebut, menyatakan bahwa Perusahaan Produksi Sosial, akan bekerja menuju penghapusan hierarki dan ketidaksetaraan di tempat kerja, yang bertolak belakang

dengan kapitalisme.6

Chavez juga mendorong rakyat untuk berorganisasi dan memperjuangkan hak-hak mereka. Partai politik bukanlah jaminan terbaik bagi partisipasi rakyat dalam proses demokrasi, karena kecendrungannya yang menjadi ajang kompetisi bagi kepemimpinan organisasi (partai politik).

Organisasi terbesar yang ada di Venezuela adalah Lingkaran Bolivarian. Lingkaran Bolivarian inilah yang mengawal proses perjalanan Revolusi Bolivarian yang dijalankan oleh Chavez. Organisasi ini memiliki karakter yang kuat dan prinsip yang tegas dalam setiap kebijakannya. Lingkaran ini tidak secara eksplisit mendukung Chavez, tapi lebih utama adalah mendukung ide-ide Bolivarian Amerika Latin dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini yang menjadikan Lingkaran Bolivarian memiliki jaringan lingkaran di negara-negara Amerika Latin, termasuk Chile, Argentina, Nicaragua, El-Salvador dan Lainnya. Sedangkan posisi Chavez, tidak diletakkan sebagai tokoh dimana orang dapat

6


(21)

tergantung sepenuhnya pada dia tanpa pertimbangan rasional dan demokratis. Alasan inilah yang menjadi ancaman besar Amerika Serikat, bahwa revolusi Bolivarian Chavez berusaha keras menyatukan negara-negara Amerika Latin secara ekonomi politik, yang akan memungkinkan benua itu melawan tirani

ekonomi Amerika Serikat dan perusahaan-perusahaan multinasionalnya.7

Politik Anti Imperialisme yang dikeluaran Chavez merupakan kebijakan luar negeri yang bersifat populer dan radikal. Chavez menganggap bahwa politik anti imperialis adalah politik anti perang, karena secara hakiki imperialismelah yang menyebabkan perang. Chavez pun kemudian mengungkapkan dukungannya terhadap negara Palestina. Sikap tegasnya menarik duta besar di Israel metupakan reaksi terhadap serangan Israel pada Juli hingga Agustus 2006 yang akhirnya membuat Amerika Serikat dan Israel semakin berang. Chavez melihat bahwa serangan Israel adalah perluasan dari dorongan imperialism untuk mendominasi dunia demi keuntungan perusahaan-perusahaannya dan Israel adalah salah satu instrument tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka penelitian ini memfokuskan perumusan masalah pada :

1.Hal apa yang melatarbelakangi keputusan Chavez mengambil kebijakan kearah Sosialisme setelah kegagalan kudeta terhadap dirinya.

Sebagai seorang mantan perwira menengah militer, pada awalnya Chavez bukanlah seorang sosialis ataupun penganut ideology kiri manapun.

7


(22)

Kebijakan Chavez yang pro-rakyat diawali ketika melihat penderitaan rakyat yang semakin parah dan tertindas oleh Presiden Carlos Andres Peres. Pada saat itu Chavez hanya berinisiatif dan menginginkan kondisi masyarakat yang lebih baik dan sejahtera, akan tetapi Chavez masih tidak bisa menafikan peranan dari kapitalisme dalam sebuah negara. Inilah ideology jalan ketiga yang dianut Chavez pada saat itu.

2.Model kebijakan sosialisme seperti apa yang diambil oleh Chavez

Seperti Apakah model kebijakan yang diajukan oleh Chavez ketika dia mulai menyatakan bahwa revolusi yang dilakukan dan arah kebijakan politik Venezuela bersifat sosialisme. Siapa saja dan bagaimanakah peranan dari kekuatan-kekuatan politik yang ada di Venezuela

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pengambilan kebijakan politik sosialisme

2. Untuk mengetahui model sosialisme yang diterapkan oleh Chavez

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis, untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan

menulis karya ilmiah serta agar dapat menyelesaikan pendidikan di Strata Satu Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(23)

3. Secara Individu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti bagaimana proses pengambilan dan arah kebijakan sosialisme di abad 21 ini.

E. Kerangka Teori

Dalam melakukan penelitian, kerangka teori merupakan suatu unsur penting yang menjadi acuan dasar untuk menjelaskan suatu bentuk fenomena sosial yang terjadi. Di dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dapat dijadikan landasan berpikir.

1. Idiosincrecy

Pada Prinsipnya Sosialisme adalah ideologi yang menginginkan terciptanya masyarakat yang egalitarian tanpa ada kelas yang dominan dan menindas kelas yang lain. Sosialisme merupakan reaksi perlawanan masyarakat terhadap kondisi yang menindas sejak masa feudal hingga sistem kapitalisme. Sebagai anak kandung dari modernisasi, sosialisme mulai menampakkan wujudnya menjadi sebuah ideologi perlawanan terhadap eksploitasi yang berlebihan dan berkelanjutan, baik yang dilakukan oleh penguasa feudal maupun borjuis kapitalis.

Sosialisme, sebagai ideologi dan bentuk perubahan sosial yang akan dituju oleh Venezuela diungkapkan Chavez ketika Dia menyadari bahwa Rakyat sangat mendukungnya pada saat Chavez dicoba kudeta pada April 2002. Dengan kekuatan rakyat (people power) Venezuela, Chavez berhasil dikembalikan ke Istana Milaflores.

Hal ini disebabkan karena latar belakang Chavez bukanlah seorang sosialis, aktivis sosial, ataupun akademisi sosialis bahkan bukanlah seorang yang pernah


(24)

memiliki paham “kiri”. Chavez merupakan seorang perwira menengah yang dididik secara militer di kesatuan dan memiliki kemampuan berperang yang baik. Pada saat masa kepemimpinan presiden Carlos Andres Perez, Chavez berpangkat Kapten.

Awal mula kesadaran Chavez berubah ketika pada saat itu kekuatan imperialisme Amerika Serikat dan negara-negara sekutu di Venezuela semakin membawa kehancuran di negara tersebut. Kebijakan meliberalisasikan sector public kepada perusahaan-perusahaan TNC (Transnasional Corporation) dan MNC (Multinasional Corporation) akhirnya memicu timbulnya kenaikan harga-harga kebutuhan dasar dan BBM, semakin tingginya tingkat pengangguran serta pengeksploitasian kekayaan alam besar-besaran Venezuela oleh negara-negara kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Hal ini memicu reaksi rakyat Venezuela yang menginginkan Presiden Carlos Andres Perez segera mundur dari jabatan. Gejolak kerusuhan massal besar-besaran di Venezuela tidak terelakkan dan sulit untuk diredam. Dengan menggunakan kekuatan militer, presiden Carlos Andres Perez memerintahkan untuk melakukan penembakan ditempat terhadap para demonstran. Tak ayal lagi, korban yang berjatuhan begitu banyak, hal ini kemudian membuat sebagian militer berpikir ulang dan berubah membela rakyat, dan terjadi perpecahan di kubu militer. Chavez merupakan satu dari sebagian militer yang “membelot” dan membantu para demonstran ketika menggulingkan Presiden Carlos Andres Perez. Chavez kemudian dipenjarakan bersama dengan sebagian perwira lainnya.

Bersama rekannya sesama perwira menengah, Chavez membangun dan berjuang dengan membentuk kelompok studi perjuangan bersama. turun


(25)

bergerilya dan melakukan advokasi terhadap masyarakat. Terinsiprasi dari Simon Bolivar, seorang pejuang pembebasan Amerika Latin dari tangan penjajah Spanyol dan ingin menyatukan Amerika Latin. Kelompok ini bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan dan meneruskan perjuangan Simon Bolivar untuk membebaskan Venezuela dari imperialisme. Selama perjalanannya hidup bersama rakyat, Chavez kemudian mulai memahami kondisi masyarakat dan bertekad untuk menjadi ‘Simon Bolivar” berikutnya.

Ketika Chavez berhasil memenangkan pemilu dan menjadi presiden, dia mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap rakyat. Perubahan terhadap konstitusi dengan melakukan amandemen terhadap Undang-Undang, membuat rakyat Venezuela menaruh simpati kepadanya. Akan tetapi hal ini bukan menjadi landasan bahwa Chavez sudah menganut sosialisme. Chavez masih belum meyakini bahwa sosialisme akan menjadi solusi terhadap perubahan social di Venezuela, dan meyakini bahwa sector pasar masih memiliki peranan dalam membangun perekonomian Venezuela. Chavez kemudian menganut Jalan Ketiga (Third Way) yang dikemukakan oleh mantan perdana menteri dan politisi Inggris Tony Blair. “Third Way” merupakan ideology yang menjembatani ataupun menengahi antara sosialisme dan kapitalisme. Atau dengan kata lain ideology yang tetap mengangungkan pasar bebas, akan tetapi tetap melakukan tanggung jawab social terhadap masyarakat.

Setelah percobaan kudeta terhadap dirinya digagalkan rakyat, bersamaan dengan berdirinya organisasi lingkaran Bolivarian yang memiliki ideology “kiri’ yang melakukan pengawalan terhadap revolusi Bolivarian akhirnya Chavez menyadari bahwa sosialisme merupakan tujuan akhir dari revolusi yang telah


(26)

dibangun dan diperjuangkannya bersama rakyat dengan ciri khas tersendiri dan menjadi ‘icon’ anti kapitalisme didunia dan menjadi inspirasi bagi negara-negara di belahan Amerika Latin.

Beberapa factor diatas menjelaskan bahwa Chavez “tidak sengaja” bertemu dengan sosialisme dan menjadi seorang yang sangat sosialis disebabkan oleh kondisi rakyat yang semakin parah dengan kepercayaan penuh rakyat yang diberikan kepadanya. Serta lahirnya kelompok Lingkaran Bolivarian yang mengawal dan bersama dengan Chavez berjuang melawan Imperialisme kapitalisme dunia.

2. Teori Struktur

Teori struktural Marxis mengungkapkan bahwa dunia terbagi menjadi dua kelas sosial yang selalu berada pada konflik yang terus berlangsung. Kelas sosial tersebut terbentuk sebagai akibat paling logis dari ketidakadilan itu sendiri. Ketika orang mulai mengambil hasil lebih yang diproduksi orang lain, tidak bisa tidak hal

itu akan membelah masyarakat.8 Proses produksi yang terjadi pada industri

kapitalis sesuai dengan mode produksinya menyebabkan adanya sekelompok orang yang bekerja dan diperintah, dengan sekelompok orang yang menikmati hasil lebih kerja dari pekerja tersebut. Hal ini terjadi karena sebagian kecil orang yang menikmati hasil kerja tersebut ialah orang yang berstatus memiliki ‘alat

produksi’. Alat produksi inilah yang akhirnya memecah masyarakat menjadi dua

kelas yang selalu berkontradiksi, yaitu kelas borjuis sebagai pemilik alat produksi serta kelas proletar sebagai pekerja.

8

 Ken Budha Kusumandharu, Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme: Sanggahan Terhadap Franz


(27)

Di Venezuela, penguasaan atas alat produksi ini dikontrol oleh kaum oligarki. Semenjak abad 20 ditandai dengan kekuasaan tunggal yang kejam dan korup. Kekuasaan mutlak kaum oligarki semakin kuat setelah Perang Dunia I, orientasi ekonomi Venezuela berubah dari pertanian kemudian bertumpu pada industri minyak untuk ekspor. Inilah awal dari masuknya Venezuela menjadi industri modern. Pertentangan kelas pun terjadi ketika para konglomerat swasta yang menguasai perusahaan minyak untuk kepentingannya sendiri. Kondisi ini kemudian menyediakan basis bagi ketidakpuasan rakyat yang kemudian

memunculkan gerakan revolusioner di negara Venezuela.9

Namun Karl Marx juga tidak menafikan adanya kelas-kelas sosial lain yaitu para pengusaha kecil, para pedagang kelontong, kaum artisan (seniman bebas), dan kaum tani sebagai “kelas menengah ke bawah”. Para preman, tukang palak, para criminal dan “sampah masyarakat” digolongkan kedalam “kelas yang berbahaya”. “Kelas menengah kebawah” itu kini lazim disebut petty bourgeoisie atau borjuis kecil dan “kelas berbahaya” tersebut dengan sebutan

lumpenproletariat atau der Lumpen dalam bahasa Jerman yang berarti “kain

gombal”. Marx menempatkan kelas-kelas tersebut dalam kategori kelas non-pokok. Kelas non-pokok ini merupakan sisa dari sistem produksi yang terdahulu. Karena kelas-kelas non-pokok tersebut merupakan sisa dari sistem lama, sistem yang baru – kapitalisme – harus menempanya menjadi sesuai dengan sistemnya sendiri. Tidaklah mengherankan bahwa kelas-kelas non-pokok ini terus termarginalkan, tersingkirkan, oleh kapitalisme melalui suatu proses yang dikenal dengan istilah proletarisasi.

9

 Nurani Soyomukti, Hugo Chavez: Revolusi Bolivarian dan Politik Radikal, Yogyakarta, Resist Book, 2007, hal 74 


(28)

Melalui proses proletarisasi tersebut, kaum borjuis kecil tersebut dengan cepat kehilangan hak miliknya yang hanya sedikit tersebut. Kondisi kehidupan yang sedemikian rupa ini akhirnya menyiapkan mereka ada yang menjadi kaki-tangan bayaran dari intrik kaum borjuasi dan ada yang berjuang melawan ketidakadilan tersebut bersama dengan kekuatan revolusioner proletariat. Namun watak konflik yang terbangun antara kaum borjuis kecil tersebut dengan kapitalisme tidak revolusioner dan bersifat konservatif dalam spectrum politik dengan cara mempertahankan pola kehidupan lama yang tidak cocok dengan

“kemajuan zaman”.10 Hal ini kemudian terjadi pada gerakan-gerakan populis di

Venezuela yang telah berlangsung semenjak awal 1990-an. Gerakan ini terbangun sebagai reaksi terhadap kondisi sosial dan perekonomian Venezuela yang semakin terpuruk. Puncak dari perlawanan rakyat yang semakin besar ini terjadi ketika presiden Carlos Andres Perez mulai menempuh paket atau program neoliberal yang disponsori oleh IMF. Kerusuhan massif pun tidak dapat dihindarkan dan berakhir dengan pembunuhan sekitar 2000 orang oleh polisi dan militer untuk mengatasi kekacauan. Gambaran pergolakan perlawanan dari rakyat Venezuela ini bukan hanya terdiri dari kaum proletar yang dirampas haknya, tetapi juga bersama dengan kekuatan-kekuatan borjuis kecil yang terkena proses proletarisasi tersebut. Sehingga gerakan tersebut menjadi tercerai-berai, dan belum menyentuh akar persoalan dan mudah dipatahkan.

Kesadaran akan kondisi ekonomi yang semakin menyiksa di Venezuela, belumlah menyentuh akar persoalan yang ada. Kesadaran kelas haruslah tercipta dengan baik agar proses perlawanan struktural, politik dan aksi massa mencapai

10


(29)

tingkat keberhasilan melalui proses-proses politik yang berlangsung. Proses

reifikasi yang dilakukan oleh organisasi maupun partai revolusioner sangat

diperlukan. Suatu peranan yang dilakukan dari kesadaran dan praxis bahwasanya pengalaman menjadikan realisasi “objek” dalam hal ini struktur-struktur sosial dan ekonomi, merupakan suatu produk manusia dan bahwa manusia pada gilirannya diproduksikan oleh produk-produknya, dibentuk oleh masyarakat yang

mereka hasilkan.11 Sehingga manusia haruslah memiliki kesadaran untuk secara

kolektif mengontrol organisasi dan struktur sosialnya sendiri dan menghancurkan sistem yang menjadikan mereka sebagai objek. Hal inilah yang dilakukan oleh Organisasi Lingkaran Bolivarian di Venezuela. Kelas ini haruslah mendapatkan kesadaran revolusioner agar perlawanan mereka terhadap kapitalisme tidak bersifat pragmatis ataupun populis.

Masih kuatnya struktur oligarki Venezuela pada masa pemerintahan Chavez, kerap melakukan gerakan-gerakan yang hendak menumbangkan Chavez. Puncaknya pada percobaan kudeta yang dilakukan oleh kekuatan penguasa lama yang didukung oleh militer pada tahun 2002, namun gagal karena bukan hanya tidak didukung oleh rakyat, akan tetapi kudeta tersebut digagalkan oleh rakyat. Sangat jelas terlihat, konflik yang timbul di Venezuela ialah cerminan dari “konflik kelas”. Kekuatan kelas borjuis Venezuela yang melakukan gerakan-gerakan oposisi adalah orang-orang kanan yang pro-kapitalisme. Terdiri dari partai-partai tradisional yang telah ada sebelum Chavez berkuasa seperti COPEI dan Democratic Action Party, kelompok-kelompok kanan yang terdiri dari para pekerja kerah putih seperti Venezuelan Project dan Justice First, para pengusaha,

11

 Ian Craib, Teori-teori sosial modern : dari Parsons sampai Habermas, Jakarta, Rajawali, 1986, Hal 270 


(30)

LSM, para jenderal yang setia pada pemerintahan lama, para pemimpin serikat

buruh, dan beberapa organisasi mantan gerilya seperti Mas dan Bandera Roja.12

Adapun kekuatan kelas proletariat ataupun kelas yang mendukung Chavez terdiri dari rakyat miskin Venezuela, serikat buruh Union Nacional de los Trabajadores (UNT, Serikat Buruh Nasional) yaitu federasi serikat buruh yang terbentuk dan diorganisir oleh para buruh yang mendukung Chavez, dan Organisasi Lingkaran Bolivarian.

F. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Yaitu penelitian yang bersifat memberikan gambaran mengenai kondisi yang terjadi dalam usaha-usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Tekhnik Pengumpulan Data

Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik pengumpulan data kepustakaan. Dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan judul dan permasalahan penelitian dari berbagai literature, seperti buku, jurnal, artikel, situs internet dan bentuk litreratur lainnya yang terkait.

Tekhnik Analisa Data

Adapun tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisi data kualitatif , dimana tekhnik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

12

 Nurani Soyomukti, Hugo Chavez: Revolusi Bolivarian dan Politik Radikal, Yogyakarta, Resist Book, 2007, hal 91  


(31)

BAB II

SEJARAH REPUBLIK BOLIVARIAN VENEZUELA DAN GERAKAN KIRI BARU

A. Sejarah Berdirinya Negara Venezuela

Cristopher Columbus menemukan Venezuela pada saat pelayarannya yang ketiga menuju dunia baru. Pada tanggal 1 Agustus 1498 Columbus tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya didaratan utama Amerika Selatan. Kemudian Ia menghabiskan waktu dua minggu untuk meneliti daerah delta Rio Orinoco. Colombus mempercayai bahwa yang ditemukannya adalah “Taman Eden” (Garden of Eden) setelah dia kagum terhadap sumber-sumber alam yang membentang, air yang segar dan bersih, serta

perhiasan-perhiasan mutiara yang dipakai penduduk setempat.13

Ekspedisi Spanyol yang kedua, selang satu tahun kemudian, dipimpin oleh Alfonso de Ojeda dan Amerigo Vespuci. Mereka berlayar kearah barat menyusuri pantai Tierra Firme (Sebagaimana kemudian dikenal sebagai Amerika Selatan) sejauh Lago de Maracaibo. Disana, gubuk-gubuk orang pribumi dibangun diatas gundukan batu diatas danau yang kemudian dikenang sebagai Vespucci of Venice, itulah yang menyebabkan ia memberikan nama daerah penemuannya sebagai

Venezuela atau Little Venice.14 Dengan cepat berita ini menyebar ke seluruh

dataran Spanyol dan ekspedisi-ekspedisi selanjutnya dilakukan secara rutin, dikendalikan oleh nafsu untuk menguasai, mencari kekuasaan dan kekayaan. Penyebabnya tak lain adalah mutiara-mutiara indah serta hasil pertambangan lainnya, dan dimulailah penjajahan di benua tersebut.

13

 Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 65 14


(32)

Konon, perampasan Venezuela oleh bangsa Spanyol berjalan lambat dan sulit, tetapi berangsur-angsur mereka berhasil merebut kawasan itu dan membangun jaringan kota. Pada tahun 1528, Charles V Raja Spanyol dan Kaisar Romawi Suci, melimpahkan hak menempati dan mengembangkan Venezuela kepada Perusahaan Bank Welser Jerman. Administrasi Welser melakukan banyak hal, tetapi tindakan itu menimbulkan permusuhan rakyat sehingga pada tahun 1556 Raja Spanyol membatalkan konsesi Welser. Pengendalian Venezuela kembali ketangan Spanyol, yang kemudian mengambilalih tugas mengkolonisasi Venezuela. Caracas dibangun pada tahun 1567 dan menjadi ibukota pada tahun 1577.

Selama masa penjajahan, Venezuela diperintah oleh perwakilan kerajaan Spanyol. Para birokrat kerajaan memegang pucuk pemerintahan, sedangkan para pastur Spanyol memegang jabatan gereja tertinggi. Golongan Criollos, kulit putih kelahiran Amerika, memiliki lahannya dan mengendalikan politik dan agama, tetapi hanya pada tingkat lokal.

Golongan Mestizo ditempatkan pada posisi yang lebih rendah oleh golongan minoritas kulit putih. Suku Indian yang hidup di pedalaman benar-benar terpisah dari kehidupan sosial dan budaya Eropa, sedangkan golongan Negro dipekerjakan sebagai budak di perkebunan pantai Karibia. Karena rasa tidak puas, baik dari golongan Kreol yang paling kaya maupun yang amat miskin, terjadilah gerakan untuk kemerdekaan. Keinginan untuk memerintah sendiri bertambah kuat setelah revolusi di Amerika Serikat pada tahun 1776 dan di Perancis pada tahun 1789 berhasil. Masa akhir penjajahan akhirnya tiba setelah pada bulan April 1810, dengan jatuhnya Spanyol ke tangan Napoleon Bonaparte. Kreol Venezuela


(33)

menyingkirkan gubernur Spanyol di Caracas dari jabatannya dan membentuk dewan mengambil alih pemerintahan.

Kemerdekaan Venezuela diproklamirkan pada tanggal 5 Juli 1811 dengan negara yang berbentuk suatu konfederasi. Pernyataan itu meledakkan suatu perang dasawarsa antara patriot Kreol melawan kerajaan yang berakhir dengan kemenangan yang menentukan bagi patriot di pertempuran Carabobo pada tanggal 24 Juni 1821. Akhirnya Venezuela melepaskan rantai kolonialisme yang mengikatnya atas Spanyol.

Dua tokoh perlawanan Venezuela adalah putera Caracas, Simon Bolivar (negarawan prajurit besar Amerika Selatan) dan Fransisco de Miranda (nenek moyang gerakan kemerdekaan). Simon Bolivar adalah pembebas bukan hanya bagi negerinya sendiri, tetapi juga bagi Kolumbia, Ekuador, Peru, dan Bolivia. Dari Republic Venezuela, Granada Baru, Ekuador, dan yang sekarang menjadi Republik Panama, ia menempa republic KolumbiaRaya. namun impiannya tentang gabungan yang kuat negara-negara ini tidak terwujud. Berbagai negara itu tidak saling sependapat dan pada tahun 1830 Venezuela menarik diri dan tegak berdiri sendiri sebagai sebuah republik yang merdeka.

Ia adalah presiden pertama Bolivia ketika negara tersebut merdeka dari penjajahan Spanyol pada tahun 1824. Ia menikah dengan Maria Teresa Rodriguez del Toro y Alaysa. Bolivar meninggal karena penyakit demam (fever). Simon Bolivar juga dikenal sebagai George Washingtonnya Amerika Latin. Di Spanyol dia dikenal sebagai “ El Libertrador’. Ia dilahirkan di Caracas yang sekarang menjadi Ibukota Venezuela. Tokoh inilah yang mengilhami gerakan revolusioner dibawah Hugo Chavez dalam menjalankan gerakan dan pemerintahannya.


(34)

Dari tahun 1830 hingga akhir abad 19, republik Venezuela mengalami krisis besar yang berturut-turut. Negara itu hanya mempunyai sedikit pengalaman tentang pemerintahan sendiri, maka tahun-tahun kemerdekaannya dikacaukan oleh berbagai perang saudara berdarah, diktator kejam, pameran kekuasaan golongan, dan ketidakacuhan terhadap azas politik serta partai politik. Namun, kendati terjadi berbagai keributan, Venezuela selamat dan berhasil menegakkan dasar organisasi politiknya, untuk menciptakan sebuah pola bagi struktur sosialnya, dan untuk meningkatkan ekonominya.

Abad ke-20 ditandai oleh masa panjang kekusasaan tunggal yang kejam dan korup, seperti dicerminkan oleh Kediktatoran Capriano Castro (1899-1908) dan Juan Vicente Gomez (1908-1935). Pemerintahan Gomez dilukiskan sebagai bentuk kediktatoran yang paling kasar. Ia meninggal pada tahun 1935, setelah 27 tahun dengan kekuasaan mutlak. Ia membiarkan negeri tanpa politik, lembaga perwakilan atau kebebasan masyarakat. Berbagai upaya untuk mendirikan pemerintahan demokratis memperoleh hasil cukup baik ketika Romulo Gallegos terpilih menjadi presiden pada tahun 1948.

Sayang, 10 bulan kemudian ia didesak pergi oleh dewan militer. Maka militerpun memegang kembali pemerintahan hingga tahun 1952. Kolonel Marcos Perez Jimenez mulai memerintah pada akhir tahun 1952 dan mengepalai suatu pemerintahan yang juga amat korup. Ia digulingkan pada tahun 1958 dan terpilihnya bekas presiden Romulos Betancourt pada tahun itu mengantarkan Venezuela ke jaman baru pemerintahan demokrasi yang jujur. Ia merupakan presiden pilihan rakyat pertama yang menyelesaikan masa jabatannya. Penggantinya, Raul Leoni, yang dipilih pada tahun 1963 waktu itu adalah orang


(35)

pertama yanmg mengambil alih kepresidenan secara damai. Sejak saat itu Venezuela mempunyai pergantian pemeintahan secara teratur dan demokratis sampai paling akhir pada tahun 1984 ketika Jaime Lusinchu dilantik sebagai sebagai presiden.

B. Revolusi Bolivarian

Revolusi adalah sebuah bentuk klimaks dari proses evolusi serangkaian peristiwa pergolakan yang terjadi. Proses panjang revolusi melalui tahapan-tahapan yang didalamnya terdapat keberanian, sikap tegas dan tindakan strategis dan taktis dalam menghancurkan tembok tirani kekuasaan yang kokoh. Melawan arogansi dan represifitas penguasa yang mengakibatkan banyaknya timbul korban jiwa dan harta demi sebuah perubahan. Dan sejarah adalah akumulasi dari kejadian-kejadian yang dibuat oleh manusia.

Pola historisitas tersebut juga dialami oleh Venezuela. Setelah mengalami fase perang saudara yang panjang, proses penggulingan pemerintahan melalui kudeta-kudeta hingga kepemimpinan yang berkiblat pada Neo-liberalisme. Menjalankan “resep-resep” busuk Neoliberalisme yang mengakibatkan hancurnya stabilisasi perekonomian di negara tersebut. Pengeksploitasian dan penghisapan yang dilakukan oleh Kapitalisme yang dimotori oleh Amerika Serikat yang sangat berlebihan menyebabkan rakyat semakin tertindas.

Hampir semua negara di belahan bumi selatan Amerika mengalami nasib serupa, sebagai bagian dari konsekwensi logis penerapan imperialisme yang dilakukan dengan cara-cara baru, melalui berbagai macam propaganda mengenai mitos pasar bebas. Setidaknya, ada tiga komponen utama Neoliberalisme.


(36)

ekonomi dan mediasi arus barang dan modal (melalui penghapusan bantuan dan patokan harga, perdagangan bebas, nilai tukar yang ditentukan pasar, dll). Kedua, meningkatkan peran dan lingkup serta hak milik sektor swasta (melalui swastanisasi, deregulasi, dll). Ketiga, menggembar-gemborkan ide “kebijakan ekonomi yang kuat” melalui anggaran berimbang, fleksibilitas pasar tenaga kerja,

inflasi rendah, dll. 15

Dalam ranah politik, Neoliberalisme memiliki mitos akan memajukan demokrasi, pemerintahan yang baik, kebijakan ekonomi yang kuat di negara-negara berkembang dengan berbagai cara. Pertama, kebebasan ekonomi yang berkaitan dengan ekonomi pasar akan meruntuhkan otokrasi dan kleptokrasi.

Kedua, investor internasional umumnya menghindari negara korup atau

pemerintahan otokrasi. Ketiga, Neoliberalisme menggabungkan pemerintah dan swasta dalam komunitas global, sehingga mendorong penggabungan

norma-norma manajemen kebijakan dengan praktik bisnis.16

Ternyata mitos ini juga terbantahkan, bahkan Neoliberalisme meruntuhkan beberapa aspek penting, seperti akuntabilitas, pluralisme, dan otonomi negara.

Pertama, sistem pasar cocok dengan berbagai macam struktur politik, mulai dari

pemerintahan represif hingga demokratis. Kedua, Neoliberalisme global mengancam demokrasi dengan menganugrahi para investor dan perusahaan dunia ‘hak veto’ atas pilihan kebijakan domestik yang mereka tentang. Aspek fundamental pemerintahan demokratis adalah hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap mereka yang dipengaruhi oleh kebijakan. Namun, dibawah payung neoliberal, pemilik faktor produksi berskala

15 

Ha-Joon Chang & Ilene Grabel, Membongkar Mitos Neolib : Upaya Merebut Kembali Makna

Pembangunan, Yogyakarta, Insist Press, 2008, Hal 12 16


(37)

internasional (khususnya investor besar dan kaum borjuis) memiliki ‘hak veto’ yang kian besar atas wilayah politik dan legislative. Ketiga, Neoliberalisme memperburuk kesenjangan dalam negeri dan antar bangsa. Neoliberalisme telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dan menciptakan ketidaksetaraan internasional. hal ini disebabkan arus modal swasta cenderung terkonsentrasi di negara-negara yang telah memiliki siklus pertumbuhan,

investasi, dan produktivitas yang baik, dalam hal ini negara-negara maju.17

Bahkan, pengalaman sejarah membuktikan bahwa “pasar bebas” yang terbentuk di Amerika Latin secara sangat baik sebagai reaksi terhadap keberhasilan reformasi sosial dan dibangun diatas landasan intervensi politik

dengan kekerasan.18 Washington bersama-sama dengan militer Amerika Latin

menggulingkan pemerintah-pemerintah yang dipilih secara demokratis, Chile, Argentina, Brasil dan Uruguay. Diktator-diktator baru yang didukung lembaga-lembaga keuangan internasional, kemudian membongkar rintangan-rintangan sosial dan proteksionis, mendenasionalisasikan sektor-sektor industri dan

perbankan, serta memprivatisasi sektor-sektor publik.19

Upaya penggulingan dan kudeta terhadap pemerintahan demokratis Chavez juga pernah dilakukan pada bulan April 2002. Militer yang dipimpin oleh Panglima Angkatan Darat Jenderal Efrain Vasquez dan Kepala Kamar Dagang Industri Venezuela Pedrio Carmona Estranga menuntut Chavez mundur, menangkap dan membawanya ke markas Angakatan Darat di Fort Tiuna lalu dipindahkan ke suatu pulau di lepas pantai Venezuela. Membubarkan parlemen,

17

 Opcit, Ha-Joon Chang & Ilene Grabel, Hal 20  18 

James Petras & Henry Veltmeyer, Imperialisme Abad 21, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2002, Hal 139

19  Ibid


(38)

mahkamah agung , komisi pemilihan umum, serta semua pemerintah negara dan

provinsi.20 Keterlibatan Washington sangat jelas terlihat ketika ada klaim bahwa

dua orang perwira angkatan laut AS terlihta bersama-sama para pemimpin kudeta di Fort Tiuna pada malam tanggal 11-12 April. Disertai dengan keterlibatan Media Asing seperti Associated Press, kantor berita yang memasok 90% berita tentang Venezuela, ternyata berpihak tanpa syarat pada kelas borjuasi yang sedang

berjuang untuk menggulingkan Chavez.21 Pada Agustus 2006, Washington juga

mengucurkan dana puluhan juta dolar AS kepada pihak oposisi dengan tujuan

mewujudkan “program pro-demokrasi’.22 Dana ini disalurkan melalui Lembaga

United States Agency for International Development (USAID). Sekitar 26 juta dolar AS mengalir ke berbagai kelompok dalam negeri yang memusuhi Chavez. Sehingga sangat meyakinkan bahwa semua dana yang disalurkan Washington tidak lebih dari upaya penggantian pemerintahan Chavez, dan tak ada keraguan, pemerintah AS menjadikan misi kemanusiaan yang terhormat sekedar topeng

belaka bagi niat jahatnya.23

Hal inilah yang menjadi bukti bahwa mitos yang selama ini digulirkan oleh Rezim Neo-Liberal dalam menumbuhkembangkan iklim demokrasi pada negara-negara berkembang hanyalah kedok dan kebohongan yang sangat jelas terlihat. Sebagaimana sengitnya intervensi dan usaha-usaha penggulingan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Chavez sebagai seorang pemimpin yang demokratis dan dipilih secara demokratis pula.

20

 Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 88 21

 Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 95  22 

Mohammad Shoelhi, Diambang Keruntuhan Amerika, Jakarta, Grafindo Khazanah Ilmu, Hal 143

23


(39)

Gerakan revolusioner Venezuela dipicu oleh kebijakan rezim Neo-liberal Presiden Carlos Andres Perez pada tahun 1989 yang menjalin kerjasama dengan International Monetary Fund (IMF). Kerjasama itu dilakukan dengan dalih memajukan perekonomian Venezuela yang tidak stabil akibat korupsi dan birokratisasi. Sejak itu reformasi ekonomi neoliberal mulai dijalankan. Semua sektor-sektor perekonomian yang tadinya dikendalikan oleh negara mulai diserahkan kepada swasta. Instabilitas dalam negeri semakin melonjak di segala bidang. Harga-harga naik tak terkendali, sistem kerja kontrak mulai diterapkan, perusahaan-perusahaan asing dibebaskan untuk membawa 100% keuntungan mereka ke negara asalnya, pengangguran mencapai 14%, inflasi mencapai 80,7%,

dan lebih dari 80% massa rakyat Venezuela hidup dalam kemiskinan.24

Rakyat yang semakin sadar dengan kondisi ketertindasan mereka, meluapkan amarah, menjadi sebuah energi besar yang meledak dalam bentuk kerusuhan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah Venezuela. Presiden Carlos Andres Perez menyikapi kerusuhan tersebut dengan memerintahkan polisi dan tentara untuk menembaki rakyat dengan peluru tajam. Hingga korban yang berjatuhan diprediksi mencapai 3.000 jiwa. Pemantik kerusuhan tersebut adalah kebijakan pemerintah Carlos Andres Perez yang menaikkan tarif bus 30% dan harga BBM sebesar 100%. Peristiwa ini dikenal dengan Kerusuhan Caracazo (El Caracazo). Ini adalah bab gelap dalam sejarah Venezuela dan menjadi cikal bakal dari Revolusi Bolivarian.

Peristiwa Caracazo ternyata membawa dampak terhadap kesatuan di dalam angkatan bersenjata. Para tentara yang diperintahkan untuk menembaki rakyat

24

 http://www.militanindonesia.org/teori/sejarah/8086-gerak-menuju-sosialisme.html, diakses pada tanggal 10-05-2011, pukul 00:32


(40)

jelata mulai mempertanyakan pemerintahan mereka, dan para tentara pun terbelah dua. Sekelompok perwira junior yang berpangkat Kapten kemudian membentuk Pergerakan Revolusioner Bolivarian 200, atau MBR-200. Kelompok ini terdiri dari Felipe Acosta Carlos, Jesus Urdaneta Hernandez, Rafael Baduel dan Hugo Chavez Frias. Mereka berkomitmen membentuk gerakan revolusioner untuk membebaskan Venezuela dari belenggu penindasan.

Gerakan MBR-200 dimulai dalam bentuk kelompok diskusi, serta pengorganisiran tentara-tentara generasi yang baru lahir yang kebanyakan berasal dari kaum tani dan kelas pekerja miskin. Sejak transformasi tahun 1971, mereka tidak lagi mengenyam pendidikan di Fort Benning AS, melainkan di Akademi Militer Nasional Caracas. Karena itu ada ikatan organik antara tentara dan kaum tani miskin, berbeda jika mereka berkiblat pada militer Amerika Serikat seperti militer Indonesia. Hingga terlahirlah kekuatan militer organik yang berinisitaif

untuk melakukan kudeta dan perebutan kekuatan dari rezim Neo-liberal.25

Kudetapun dilakukan oleh Chavez dan kawan-kawan pada tanggal 4 Februari 1992. Namun, pemberontakan tersebut masih bisa digagalkan dan Chavez pun menyerah dengan syarat mendapat kesempatan berpidato di depan televisi nasional. Dengan baret merah, Chavez menyatakan tanggungjawabnya

atas kudeta tersebut, sebelum dipenjara selama dua tahun.26 Saat Chavez dipenjara

gerakan rakyat menolak neoliberalisme semakin menguat. Meski, berada dalam penjara, Chavez tetap membangun kontak dengan kalangan pergerakan.

Menjelang pemilu tahun 1993 di Venezuela, para politisi menggunakan isu-isu populis untuk meraih dukungan rakyat. Bahkan kudeta militer yang terjadi di

25

 Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 59  26


(41)

tahun 1992 menjadi isu yang diangkat ke permukaan untuk mendongkrak perolehan suara. Pemilu 1993 mengantarkan Rafael Caldera meraih kursi kepresidenan. Ia mendapat dukungan dari partai-partai kiri, sosial demokrat dan kelompok sayap kanan-tengah. Dan tahun 1994, Caldera membebaskan mereka yang terlibat dalam percobaan kudeta tahun 1992, termasuk Hugo Chavez. Caldera diwarisi pemerintahan yang bobrok dari masa kepemimpinan sebelumnya. Kondisi perekonomian Venezuela semakin tidak stabil akibat krisis di tahun 1994 yang membuat gejolak pada rakyat. Krisis kapitalisme di Venezuela semakin dalam dan memaksa Bank Sentral Venezuela menyelamatkan sedikitnya 14 bank yang bangkrut. Di sisi lain, pemasukan keuangan pemerintah semakin menurun drastis karena harga minyak yang terjun bebas. Walau pemilu telah menghasilkan kepemimpinan baru, namun rezim belum berubah. Caldera, beserta kelompok-kelompok kiri yang mendukung pemerintahannya, tidak memiliki alternatif untuk membebaskan massa rakyat dari krisis. Untuk menutupi defisit yang dialami, maka pemerintahan Venezuela, di bawah kepemimpinan Rafael Caldera melanjutkan kebijakan-kebijakan seperti yang diarahkan oleh IMF. Perusahaan-perusahaan milik negara diprivatisasi dalam jumlah yang lebih besar, salah satunya yaitu perusahaan besi dan baja SIDOR (Orinoco Steel).

Sejak dibebaskan dari tahanan, Chavez bersama MBR-200 mulai bergerak ke pelosok-pelosok negeri untuk menghimpun kekuatan rakyat dengan membentuk komite-komite Bolivarian dan menyerukan pembentukan Majelis Konstituante. Bersama gerakannya, Chavez melakukan program-program yang tersusun secara sistematis untuk mengetahui harapan dan keinginan rakyat, serta melakukan kerja-kerja nyata untuk mengubah kondisi massa rakyat. Pada pemilu


(42)

tahun 1998, Chavez berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan suara sebesar 59 %. Sedangkan dua partai kanan lainnya hanya kebagian 9% suara setelah selama 40 tahun meraih sekitar 90% suara saat menghadapi Partai Republik Kelima Chavez.

Revolusi yang pertama sekali dilakukan oleh Chavez adalah perubahan konstitusi yang berpihak kepada rakyat. Dengan melibatkan patisipasi seluruh rakyat melalui mekanisme pemilu dalam menentukan persetujuan rakyat terhadap konstitusi hasil perubahan tersebut. Chavez sangat memahami bahwa setiap revolusi membutuhkan konstitusi sebagai upaya mengatur dasar-dasar pengelolaan negara dan bagaimana ia harus dijaga dengan kekuatan aktif dari bawah. Konstitusi baru, merupakan jembatan dari tatanan kekuasaan lama menuju revolusi Bolivarian.

C. Letak Geographis dan Geopolitik Venezuela

Venezuela adalah negara republik bekas jajahan Spanyol yang terletak di pantai utara Amerika Selatan sepanajang Laut Karibia. Negara ini berbatasan dengan Kolombia di Barat, Guyana di Timur, dan Brazil di Selatan. Luas Wilayah Venezuela sekitar 912.050 kilometer persegi dengan Ibukota Caracas. Sebuah kota terbesar dan termodern di Venezuela. Nama Venezuela diberikan oleh penjelajah Spanyol yang pertama kali mencapai benua Amerika Selatan. Saat itu mereka menemukan perkampungan Indian berdiri diatas danau, yang mengingatkan mereka pada perkampungan yang berdiri diatas sungai di Venezia di Italia. Venezuela dalam bahasa Spanyol yang berarti Venezia Kecil.

Keadaan alam Venezuela terletak diujung barat laut Amerika Selatan, dengan panjang garis pantai 2.800 kilometer. Deretan pegunungan memanjang


(43)

dibagian utara dan selatan, sementara dibagian tengah berupa dataran rendah. Pola pegunungan ini membagi Venezuela menjadi empat daerah, yaitu : Lembah Maracaibo, Dataran Tinggi Andean, daerah Lianos, dan Dataran Tinggi Guiana. Lembah Maracaibo terletak di bagian barat laut, disini terdapat danau Maracaibo yang luasnya 3.512 kilometer persegi dan merupakan danau terbesar di Amerika Selatan. Di daerah ini juga terdapat lading minyak terbesar di Amerika Selatan. Dataran Tinggi Andean yang terbentang dari barat daya lembah Maracaibo, terdiri atas Pegunungan Merida, Dataran Tinggi Tengah dan Dataran Tinggi Timur Laut dengan puncak yang tertinggi adalah Puncak Pico Bolivar.

D. Gerakan Kiri Baru

Sejak tahun 1930-an sampai pertengahan 1970-an, imperialisme Amerika Serikat di Amerika Latin senantiasa ditantang oleh rezim-rezim gerakan-gerakan

nasionalis, populis, dan sosialis demokratik.27 Secara umum, tantangan-tantangan

ini bersifat reformis daripada revolusioner, dimana mereka mempertanyakan elemen-elemen proyek imperialis, dan bukannya sistem secara keseluruhan.

Gerakan perlawanan terhadap neoliberalisme di kawasan Amerika Latin bukan tanpa sebab. Akar sejarah ekonomi-politik negara-negara Amerika Latin yang mengalami ketergantungan terhadap penetrasi kekuatan kapitalisme global, sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan kondisi negara dunia ketiga lainnya. Proses globalisasi yang di “back-up” proyek neoliberalisme (Washington

Consensus) ternyata justru melahirkan berbagai persoalan sosial-politik dan

27


(44)

ekonomi yang semakin parah di Amerika Latin. Menjadikan masyarakat di benua itu semakin miskin, terutama kelompok indegeneous-nya.

Kemudian, Amerika Serikat sejak berakhirnya perang dingin, tidak terlalu menaruh perhatian kepada wilayah Amerika Latin lagi, meski untuk waktu yang sangat lama wilayah ini disebut sebagai “backyard” (halaman belakang) Amerika Serikat. Sekarang ini, Amerika Serikat lebih berkonsentrasi di Timur Tengah, sehingga perhatiannya terhadap gerakan-gerakan sosialis dan komunis di Amerika Latin semakin ditinggalkan.

Ambruknya Uni Soviet dan Eropa Timur serta berakhirnya Perang Dingin, bukan berarti mengakhiri sebab-sebab kelahiran ideologi dan program “kiri” di Amerika Latin. Justru membantu “kiri” Amerika Latin mengubah stigma geographis yang ada sebelumnya. Pemerintahan “kiri” atau “kiri-tengah” di Amerika Latin tidak lagi harus memilih antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Tidak ada lagi labelling negara mana yang menjadi satelit dari negara komunis ataupun kapitalis. Ide-ide “kiri” di Amerika Latin ini juga semakin relevan dengan kondisi ketidakmerataan, kemiskinan, konsentrasi kekuasaan, keadilan, disparitas

sosial yang semakin akut di wilayah Amerika Latin.28

Perubahan ke arah “kiri” yang banyak dianut di Amerika Latin sering disebut sebagai radically democracitizing democracy (mendemokratiskan demokrasi), mereka membangun kekuatan politik dan merebut kekuasaan politik melalui politik electoral. Oleh karena itu, mereka tidak menolak demokrasi, tetapi demokrasi prosedural tidaklah cukup sehingga harus didemokratiskan. Inilah yang

28


(45)

disebut dengan demokrasi substansial yang melibatkan masyarakat, dan untuk kepentingan publik ditujukan demokrasi tersebut.

Munculnya para pemimpin “kiri” Amerika Latin sejak tahun 1990-an pada umumnya memiliki karakter “sosialis” ataupun “populis”. Namun demikian, tentu saja “kiri” dewasa ini di Amerika Latin berbeda dengan “kiri” masa lalu. Meskipun tujuan dan prioritasnya sama, tapi cara mencapainya mengalami perkembangan dalam konteks globalisasi.

Jika harus lebih mengartikan apa yang disebut sebagai “kiri” Amerika Latin, maka bisa diartikan sebagai upaya pemimpin, partai dan gerakan sosial dalam mengatasi masalah kemiskinan dan ketidakadilan sosial melalui berbagai cara atau manifestasi, baik dengan mobilisasi “akar rumput” dari bawah (bottom-up), inisiatif kebijakan dari atas (top-down) yang dilakukan para pemimpn kharismatik atau populis, maupun cara legislasi oleh partai politik yang berkuasa di

parlemen.29

Ada 3 elemen utama dari “kiri” Amerika Latin yang bisa kita catat, yakni ;

Pertama, Adanya komitmen yang kuat, baik secara ideologis maupun politis,

dalam upaya untuk mempromosikan egalitarian. Kedua, adanya keinginan untuk menjadikan “negara” sebagai kekuatan penyeimbang pasar. Ketiga, penekanan pada partisipasi rakyat (popular participation).

Secara sederhana, perjalanan “kiri” baru di Amerika Latin bisa dibagi menjadi dua bagian besar. Yakni ; Pertama, open minded reformis. Mereka bercirikan “terbuka” dan berakar dari partai komunis yang dulu sangat berorientasi pada Uni Soviet, dan lebih banyak memilih gerakan bersenjata.

29


(46)

Ambruknya Uni Soviet menyadarkan mereka bahwa cara-cara bersenjata sebagaimana mereka lakukan selama ini tidak dapat dilakukan lagi. Oleh karena itu, mereka masuk kedalam demokrasi elektoral. Uruguay, Brazil dan Chile adalah negara-negara yang termasuk dalam kategori ini. Mereka menaruh perhatian pada masalah kemiskinan dan ketimpangan sosial, tapi saat bersamaan mereka sangat fleksibel terhadap soal-soal ekonomi karena pada dasarnya mereka tidak menolak pasar. Mereka umumnya menekankan pada kebijakan sosial, meski disaat bersamaan mereka sepakat dengan hampir semua kebijakan ekonomi ortodoks.

Kedua, close minded populis. Trend ini memiliki ciri “tertutup” dan berkembang

di Venezuela, Bolivia, Argentina, Paraguay, Nikaragua dan Kuba. Bersifat nasionalis, vocal dan secara historis akarnya berasal dari tradisi populisme Amerika Latin. Karakternya yang otoritarian dan hirau pada kekuasaan, pada umumnya sangat peduli pada rakyat miskin. Membangun struktur korporatis dalam memformulasikan relasi antara negara dan masyarakat, serta memiliki kecendrungan gandrung dengan proyek nasionalisasi perusahaan besar dan multinasional. Menurut Jorge Castaneda, kedua jalan ini merupakan serangan

balik “kiri” terhadap neoliberalisme (the defensive strategy on the left).30

Di Venezuela tidak ada organisasi revolusioner seperti yang terdapat di negara-negara lain di kawasan Amerika Latin. Paling jauh, yang ada adalah gerakan pemberontakan seperti yang terjadi pada tahun 1989. Di Venezuela juga tidak ada gerakan sosial yang besar dan terorganisir layaknya ”Gerakan Petani Pedesaan Tak Bertanah” di Brasil atau ”Gerakan Buruh Pengangguran Perkotaan” di Argentina. Di Venezuela juga tidak ada partai “kiri” yang besar seperti Partai

30


(47)

Buruh Brasil, atau gerakan gerilya yang kuat seperti FARC di Columbia. Satu-satunya partai “kiri” yang ada, Democratic Action, yang menjadi anggota Socialist International, pada akhirnya juga mengalami kebangkrutan. Gerakan sosial di Venezuela relatif kecil dan terpecah-pecah ke dalam berbagai kepentinga politik dan ekonomi. Seluruh organisasi yang ada baik di tingkat partai maupun serikat buruh berlomba-lomba memperebutkan akses terhadap penguasaan minyak. Dengan kondisi gerakan seperti itu tak aneh jika perlawanan rakyat terhadap kekuasaan oligarki Venezuela selalu menemui kegagalan. Hal kebangkrutan Partai Democratica Action disebabkan karena partai yang ada di

Venezuela ini masuk dalam kategori “kanan”.31 Apalagi semenjak peristiwa

caracazo tahun 1989, melibatkan Presiden Carlos Andres Perez yang berasal dari Partai Democratica Action. Disaat Perez dipilih lagi tahun 1989, kekecewaan pada rakyat meninggi, karena Ia menempuh paket atau program yang disponsori oleh IMF. Privatisasi industry milik negara, penghilangan subsidi-subsidi, devaluasi mata uang dipaksakan ke public, dan semuanya mendapatkan protes dalam bentuk pemogokan buruh-buruh, aksi-aksi mahasiswa, dan bahkan

kerusuhan yang bernuansa kekerasan.32

Kelompok yang berpotensi besar untuk secara serius mengancam kekuasaan oligarki yang hegemonik itu adalah militer. Terlebih di dalam tubuh institusi ini mulai berkembang nilai-nilai baru yang diinspirasikan oleh gerakan yang dilakukan oleh Simón Bolívar. Dalam tubuh institusi bersenjata yang ingin menanggalkan peran tradisionalnya sebagai tukang gebuk oligarki tersebut, seorang Hugo Chávez muncul ke permukaan. Dinamika perkembangan ke arah

31

 Opcit, Jurnal Sosdem, Hal 17  32


(48)

“kiri” secara radikal di Venezuela dilakukan oleh Chavez dan kawan-kawan yang tergabung dalam Lingkar Bolivarian. Meski seorang tokoh militer, pada saat terjadi gejolak perlawanan rakyat, Chavez justru memberanikan tampil dan bergerak untuk mendukung massa rakyat yang melawan pemerintahanyang menjadi sumber dari gejolak. Chavez tidak mencari kambing hitam. Ia hadir dengan mencari sumber persoalan yang ada, yaitu pemerintah yang menerapkan

kebijakan neoliberalisme yang anti rakyat. 33

Gerakan revolusi Chavez di Venezuela bukanlah gerakan reformis dari kondisi sebelumnya. Gerakan Revolusi Bolivarian yang dituangkannya dalam bentuk kebijakan politik dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak politik, ekonomi, dan kebudayaan pada rakyat. Yang utama adalah bagaimana asset-aset dan sumber daya ekonomi dapat direbut dari tangan pemodal yang digunakan untuk menumpuk keuntungannya sendiri, dan kemudian dikuasai oleh negara untuk membiayai program-program sosial dan public terutama masalah kesehatan, perumahan,pendidikan, dan pelayanan-pelayanan public lainnya. Melibatkan partisipasi rakyat (popular participation) dalam pembentukan konstitusi, dan mensosialisasikannya secara progressif. Dimana-mana perdebatan tentang konstitusi selalu berlangsung dan membawa buku saku konstitusi di katongnya. Bahkan, pasal-pasal dalam konstitusi di Venezuela dijadikan bungkus kacang, permen, ataupun coklat agar ketika orang membeli coklat, permen ditoko-toko milik negara atau koperasi, mereka membaca pasal yang mengenai hak

mereka.34 Hal ini sangat tepat sekali ketika Chavez mengatakan, “bila kita hendak

33

 Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 84  34


(49)

mengentaskan kemiskinan, kita harus berikan kekuasaan, pengetahuan, kredit, teknologi, dan organisasi pada si miskin”.

Dalam kampanye menjelang pemilu, Chavez berjanji akan terus meningkatkan upayanya dalam menjadikan Venezuela sebagai bangsa yang lebih makmur dan egaliter. Bahkan, Chavez mempertegas gerakan kirinya bukanlah bersifat reformis, akan tetapi revolusioner sosialisme. Chavez berpesan kepada lawan-lawan politiknya, bahwa paham sosialisme tidak sepatutnya ditakuti, karena paham tersebut mengandung nilai-nilai kemanusiaan. “Kita telah menunjukkan Venezuela berwarna merah, Tidak ada yang perlu takut dengan merahnya sosialisme. Sosialisme adalah manusia dan cinta. sedangkan, imperialism harus jatuh. Amerika Serikat harus runtuh karena kita butuh dunia baru.” Chavez juga menyatakan bahwa kemenangannya, merupakan kekalahan

lain bagi setan yang selama ini mencoba mendominasi dunia.35

Revolusi Bolivarian Chavez adalah sebuah bentuk gerakan “kiri” populis progressif yang sangat menentang segala bentuk imperialism dan globalisasi kapitalisme yang dimotori oleh Neoliberalisme-nya Washington. Revolusi yang dilakukan secara radikal, mampu mengubah tatanan dunia lama yang penuh dengan intrik kekuasaan, ototritarianisme, dan perampasan hak-hak politik dan ekonomi Rakyat Venezuela, menjadi tatanan dunia baru yang demokratis substansial dan penuh dengan surga kesejahteraan bagi rakyat Venezuela.

E. Konfigurasi Kekuatan Di Venezuela

Imperialisme di Amerika Latin memiliki akar yang panjang dan mendalam hingga tahun 1980-an sampai 1990-an. Setidaknya, perkembangan kapitalisme di

35


(50)

Amerika latin telah mencapai dua decade abad ke-20 di benua tersebut. Di tengah konsensus intelektual yang telah membentuk konsep globalisasi, imperialisme di Amerika Latin merupakan bagian dari proses-proses kerja kapitalisme Euro-Amerika.

Dalam hal konfigurasi kekuatan, ada beberapa isu penting yang menyangkut konfigurasi kekuatan politik kapitalis di Amerika Latin pada awal abad ke-21.

Pertama, Semakin kuatnya bukti akan hegemoni Amerika Serikat terhadap proses

akumulasi modal global. Sepanjang tahun 1990-an, modal Amerika Serikat dan imperialisnya berhasil menaikkan posisi dan bobotnya dalam ekonomi global, yang benar-benar terlibat dalam hiruk-pikuk merger dan akuisisi perusahaan-perusahaan terkemuka di sektor-sektor strategis. Pada tahun 1998, 244 dari perusahaan terbesar dimiliki oleh Amerika serikat (naik dari 222 pada tahun sebelumnya) dan 61 dari 100 perusahaan terbesar. Di Amerika Latin, sepuluh dari dua puluh perusahaan terbesar dimiliki oleh Amerika Serikat. Hegemoni yang baru tumbuh dan kekuasaan ekonomi yang semakin besar, serta kemerosotan model Eropa dan khususnya Jepang yang masih berkaitan, disejajarkan oleh serangkaian gerak strategis untuk memantapkan control atas lembaga-lembaga keuangan global, “pemerintahan” serta kekuasaan militer.

Kedua, kekayaan dan kekuasaan Wall Street dan Washington di Amerika

Latin yang tidak seimbang ini merupakan sebuah fenomena yang relatif baru, yang muncul setelah beberapa dekade kebijakan-kebijakan nasionalis dan populis yang yang membatasi kedalaman dan cakupan imperialisme Amerika Serikat dan memblokir hegemoninya. Hak-hak sosialnya dan diabaikannya undang-undang perburuhan yang melindungi mereka.


(51)

Ketiga, Meskipun beragam upaya untuk mengaktifkan kembali

ekonomi-ekonomi nasional di wilayah ini, namun ekonomi-ekonomi-ekonomi-ekonomi tersebut telah dijepit oleh sebuah kecendrungan menuju krisis-krisis yang semakin parah. Krisis-krisis ini berupa perampasan sumber-sumber ekonomi dengan jumlah yang mengejutkan dan pembelian besar-besaran oleh investor-investor di Amerika Serikat yang diatur oleh negara imperial Amerika Serikat dan agen-agen dalam “komunitas keuangan internasional”.

Keempat, ketika kemiskinan dan ketidakadilan sosial dalam hal distribusi

sumber-sumber produksi dan pendapatan melekat pada struktur sosial dan ekonomi yang sangat berurat akar, pengaruh imperialisme Amerika Serikat di kawasan Amerika Latin telah mengarah pada kemunduran capaian-capaian terbatas yang dihasilkan oleh kelas buruh dan menengah, dan juga pada regresi standar hidup yang serius.

Kelima, Transisi kapitalis dari ekonomi agriculture desa ke ekonomi

industry urban telah mengarah pada pembagian sosial yang baru dan fundamental dalam masyarakat Amerika Latin. Di satu sisi, ada kaum borjuis yang didominasi oleh kaum milyarder super kaya yang bersangkut –paut dengan lintasan modal global dan sekelompok kecil perusahaan multi nasional yang berorientasi ekspor. Disisi lain, ada masa pekerja yang miskin, dieksploitasi dan dimarjinalkan dengan jumlah yang semakin bertambah. Mereka bekerja disektor-sektor ekonomi urban informal yang terus berkembang, Dan langkah-langkah perburuhan keuntungan oleh kelas yang dominan dianggap sebagai prilaku agen-agen ekonomi baru yang berorientasi social dan secara subjektif dinilai penting, atau, dalam pengertian


(1)

BAB V

KESIMPULAN/SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka bisa diambil beberapa kesimpulan mengenai bagaimanakah bentuk dari sosialisme abad 21 Chavez yaitu :

1. Ide-ide sosialisme bisa hidup dan berkembang pada sebuah negara yang memiliki krisis dan keterpurukan baik di bidang ekonomi, sosial dan politik.

2. Ideologi kapitalisme dengan sistem neo-liberal yang dipaksakan di Venezuela selama beberapa dekade ternyata membawa dampak semakin hancurnya sistem tata kelola kenegaraan, pemerintahan dan perekonomian. 3. Perjalanan sejarah dan pengalaman Venezuela yang dipenuhi dengan

kudeta-kudeta yang didukung oleh Negara-negara imperialisme membuat jenuh rakyat Venezuela dan menginginkan sebuah perubahan dengan kondisi pemerintahan dan politik yang stabil.

4. Selama masih menjadi anggota militer, Chavez banyak bersentuhan dengan ide-ide sosialisme. Chavez sangat tertarik dengan buku Mao Tse Tung, seorang Pemimpin Komunis Cina yang juga seorang militer dan Chavez sangat tertarik dengan gerakan perjuangan bersenjata gerilya yang ditulis oleh Mao.

5. Revolusi Bolivarian yang dilakukan Chavez, melahirkan sebuah bentuk sistem politik kenegaraan yang baru di Venezuela meninggalkan sistem politik lama yang penuh dengan pertarungan antar sesama kelas borjuasi melalui berbagai bentuk kudeta-kudeta beradarah.


(2)

6. Sosialisme Abad 21 yang dicetuskan oleh Chavez adalah sebuah gerakan sosialisme dalam bentuk dan ide baru yang revolusioner sifatnya. Sosialisme yang tidak terlalu tekstual memandang gerakan Marxisme dan ide-ide sosialisme lainnya. Sosialisme yang hidup dan berkembang di Abad sekarang yang dipenuhi dengan prinsip-prinsip gerakan sosialisme dalam sebuah Negara yang berbentuk republik. Sosialisme yang dengan tegas menyatakan bahwa musuh utama umat manusia saat ini adalah kapitalisme dan imperialisme. Hal ini tertuang dari seluruh kebijakan yang dikeluarkannya, baik kebijakan dalam negeri maupun kebijakan luar negeri.

7. Dukungan yang besar dari rakyat, terutama kelas menengah ke bawah semakin menguatkan posisi Chavez dalam memegang kekuasaan. Hal ini disebabkan oleh semua kebijakan dalam negeri Chavez yang sangat populis terhadap rakyat kecil, walaupun mendapat serangan yang sengit dari pihak kaum borjuis Venezuela.

8. Chavez melibatkan rakyat dalam setiap pembuatan kebijakan, dan melakukan kontrol langsung terhadap kebijakan yang dibuat agar tepat sasaran dan tanpa sedikitpun menimbulkan tindakan-tindakan kecurangan. 9. Pembangunan basis akar rumput yang kuat dilakukan oleh Chavez dengan membentuk dan mendukung seluruh bentuk-bentuk organisasi kerakyatan. Melalui Undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintahannya, organisasi yang terdiri dari unit yang terkecil hingga unit yang terbesar memiliki sumbangsih terhadap keutuhan pemerintahan Chavez. Lingkaran


(3)

Bolivarian merupakan sebuah organisasi terbesar di Venezuela yang mendukung dan mengawal setiap kebijakan yang dikeluarkan Chavez. 10.Organisasi-organisasi tersebut melakukan pendidikan politik bagi

bangsanya, menguatkan identitas lokal masyarakatnya, serta membangun dan mengembangkan inisiatif lokal dan kecerdasan tradisional sebagai karakter bangsanya.

Adapun saran yang bisa diutarakan dari hasil penilitian ini, agar bisa dipelajari bagi mahasiswa, akademisi, dan intelektual serta sebagai bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan di negeri ini, yaitu :

1. Masih ada alternatif lain diluar kapitalisme sebagai ideologi dan sistem sosial politik dan ekonomi. Kita harus meyakini bahwasanya masih ada alternatif lain diluar kapitalisme yang lebih berpihak terhadap rakyat dan bersifat humanis. (Another World Is Possible)

2. Kapitalisme dan resep-resep ekonomi neo-liberal hanyalah sebuah manipulasi kesadaran rakyat dan pemimpin-pemimpin dunia untuk melanggengkan eksploitasi dan cengkeraman dominasi Negara-negara imperialisme barat.

3. Sebagai Negara dunia ketiga seperti halnya Venezuela, Indonesia juga masih berada dalam cengkeraman kapitalisme global. Kesengsaraan dan keterpurukan ekonomi juga dialami oleh masyarakat kecil, ditengah tingginya pertumbuhan makro-ekonomi Indonesia. Disinilah dibutuhkan kejujuran dari kita baik sebagai mahasiswa, maupun akademisi untuk


(4)

berkata bahwasanya sistem perekonomian dan politik Indonesia saat ini tidak berpihak kepada rakyat kecil.

4. Jurang pemisah antara masyarakat kelas bawah dengan kelas atas semakin besar setiap tahunnya, padahal anggaran untuk kesejahteraan sosial semakin diperbesar. Hal ini tak lain dikarenakan kebijakan dalam negeri yang dikeluarkan hanyalah bersifat pencitraan belaka. Anggaran ini banyak diperuntukkan hal-hal yang tidak berdampak langsung oleh masyarakat. Dan hanya diukur melalui angka-angka statistik tanpa pengawasan yang ketat dilapangan.

5. Dibutuhkan karakter bangsa yang kokoh sebagai bentuk dari internalisasi kecerdasan tradisional dan inisiatif lokal sertal identitas nasional kita sebagai upaya dalam menghempang kapitalisme global dengan kembali membangun pendidikan-pendidikan popular (Popular Education) di basis akar rumput seperti yang dilakukan oleh Lingkar Bolivarian dan organisasi lainnya di Venezuela.


(5)

Daftar Pustaka

Chang, Ha-Joon & Ilene Grabel. 2008. Membongkar Mitos Neolib : Upaya Merebut Kembali Makna Pembangunan. Yogyakarta: Insist Press.

Chilcote, Ronald H. 2004. Teori Perbandingan Politik : Penelusuran Paradigma. Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.

Craib, Ian. 1986. Teori-teori Sosial Modern : Dari Parsons Sampai Habermas. Jakarta: Rajawali.

Crick, Berdnard. 2001. Sosialisme. Surabaya: Pustaka Promothea.

Fakih, Dr. Mansour. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press.

Kusumandharu, Ken Budha. 2006. Karl Marx, Revolusi Dan Sosialisme : Sanggahan Terhadap Franz Magnis Suseno. Yogyakarta: Resist Book. Lekacham, Robert & Borin Van Loon. 2008. Kapitalisme : Teori Dan Sejarah

Perkembangannya. Yogyakarta :Resist Book.

Newman, Michael. 2006. Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif Atas Neoliberalisme. Yogyakarta: Resist Book.

Petras, James & Henry Veltmeyer. 2002. Imperialisme Abad 21. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Petras, James & Henry Veltmeyer.2003. Di Ambang Revolusi. Jakarta : C-Books. Schmandt J, Henry. 2005. Filsafat Politik : Kajian Historis Dari Zaman Yunani

kuno Sampai Zaman Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soelhi, Muhammad. 2007. Di Ambang Keruntuhan Amerika. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.


(6)

Soyomukti, Nurani. 2007. Hugo Chavez : Revolusi Bolivarian Dan Politik Radikal. Yogyakarta: Resist Book.

Soyomukti, Nurani. 2008. Hugo Chavez Versus Amerika Serikat. Yogyakarta: Garasi.

Stiglits, Joseph E. 2006. Dekade Keserahan Era 90-an Dan Awal Mula Petaka Ekonomi Dunia. Tangerang: Marjin Kiri.

Trotsky, Leon. 2009. Revolusi Permanen. Resist Book, Yogyakarta.

Jurnal

Jurnal Sosial Demokrasi. Vol 4. No. 1. Oktober-Desember 2008.

Katalog

Demi Kebebasan dan Keadilan Sosial : Program dan politik Partai Demokrasi Sosial Sejak Pertengahan Abad 19. 2008. Frederich Ebert Stiftung Foundation.