Penurunan Harga Sapi Penurunan Populasi Sapi

Makalah disampaikan pada acara Focus Gr oup Discussion Penyelamat an sapi bet i na pr odukt if, BPTP, Denpasar 1 Okt ober 2015 7 memasarkan sapi peternak. Oleh karena itu berikanlah keuntungan yang lebih besar kepada peternak. Di sini dituntut peran pemerintah yang lebih besar melalui kebijakan tepat yang mampu menciptakan pasar yang lebih adil, yang tidak hanya mampu mensejahterakan pedagang, tetapi juga mampu mensejahterakan peternak. Kebijakan Pemasaran Selisih harga yang menarik antara di bali dengan di daerah sentra konsumsi seperti Jakarta dan tingginya permintaan pasar di luar bali terhadap sapi potong yang dihasilkan di bali menyebabkan perdagangan sapi potong dari Bali ke daerah tersebut tumbuh pesat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pemerintah cq Dinas Peternakan Provinsi Bali, jika populasi sapi di Bali akan menurun. Untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut, maka Pemerintah Provinsi Bali menetapkan dua kebijakan yang terkait dengan pemasaran sapi dari Bali ke luar, yaitu Kebijakan KuotaJatah dan Perda No 2 th 2003. Kebijakan Kuota Perdagangan Kebijakan kuota perdagangan sapi potong antar pulau merupakan kebijakan yang mengatur jumlah sapi yang boleh diperdagangkan dari Bali ke luar Bali, dan ditetapkan setiap tahun berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bali. Penentuan jumlah kuota dilakukan berdasarkan jumlah populasi yang ada dan perkiraan pertumbuhannya, serta perkiraan kebutuhan pasar lokal Bali. Untuk menentukan besarnya kuota sebetulnya diperlukan data populasi sapi yang akurat sebagai dasar penentuan kuota. Jika data yang digunakan tidak akurat, maka jumlah kuota yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut juga salah. Kesalahan dalam penentuan kuota dapat menimbulkan permasalahan baru yang justru dapat merugikan peternak, pedagang, dan pemerintah, antara lain penurunan harga sapi, penurunan populasi sapi, penurunan kesejahteraan peternak, pendorong penyelundupan sapi, praktek jual beli kuota, peluang masuknya daging sapi impor, dan mengurangi PAD.

1. Penurunan Harga Sapi

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa data yang tersedia yang terkait dengan penentuan kuota disangsikan keakuratannya, sehingga kuota yang ditetapkan masih jauh di bawah jumlah sapi yang sebenarnya dapat dikirim ke luar bali underestimate. Sebagai bukti, hampir setiap tahun perdagangan sapi antar pulau terhambat oleh masalah ijin pengeluaran Makalah disampaikan pada acara Focus Gr oup Discussion Penyelamat an sapi bet i na pr odukt if, BPTP, Denpasar 1 Okt ober 2015 8 ternak yang terbatas, dengan alasan kuota sudah habis, padahal sapi yang memenuhi ketentuan untuk dikirim keluar masih banyak di peternak. Oleh karena pasar lokal tidak mampu menyerap kelebihan stok sapi yang seharusnya dapat dikirim ke luar bali akibat terhentinyaberkurangnya pengiriman ke luar bali, maka permintaan sapi potong oleh pedagang antar pulau menurun, sehingga harga sapi di peternak menurun padahal harga sapi di sentra konsumen seperti di Jakarta sangat tinggi. Harga yang tinggi tersebut selanjutnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan impor seperti pengalaman pada saat bulan ramadan. Hal ini menjadi satu kondisi yang sangat ironis dimana peternak di Bali kelebihan produksi namun tidak bisa memasarkan ke luar bali sehingga harga di Bali anjlok sementara di daerah konsumen seperti di jakarta kekurangan sapi dan harganya sangat tinggi. Oleh karena itu, kebijakan ini justru seringkali menjadi bumerang bagi peternak, sehingga menurunkan gairah mereka beternak dan dapat berpengaruh negatif terhadap populasi.

2. Penurunan Populasi Sapi

Turunnya harga sapi karena keterbatasan kuota jelas akan menurunkan pendapatankeuntungan peternak, sehingga surplus peternak kesejahteraan peternak dalam pengertian ekonomi akan menurun. Turunnya keuntungan peternak dalam jangka panjang akan menurunkan motivasi atau gairah peternak untuk memelihara sapi. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap penurunan populasi sapi di bali. Dengan demikian maka kesalahan dalam penentuan kuota underestimate justru akan berdampak negatif terhadap populasi sapi, yang sangat bertolak belakang dengan tujuan meningkatkan populasi.

3. Penurunan Kesejahteraan Peternak