Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

(1)

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGEMBANGAN SAPI BALI DI

LUAR DAN DI DALAM KAWASAN PETERNAKAN TERPADU DI

KECAMATAN LINGE KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

OLEH :

SANDRI SASTRAWAN 127040003

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGEMBANGAN SAPI BALI DI

LUAR DAN DI DALAM KAWASAN PETERNAKAN TERPADU DI

KECAMATAN LINGE KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

OLEH :

SANDRI SASTRAWAN

Untuk memperoleh Gelar Magister Peternakan dalam Program Studi Ilmu Peternakan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

Judul : STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGEMBANGAN SAPI BALI DI DALAM DAN DI LUAR KAWASAN PETERNAKAN TERPADU DI KECAMATAN LINGE KABUPATEN ACEH TENGAH

NamaMahasiswa : Sandri Sastrawan

Nim : 127040003

Program Studi : Ilmu Peternakan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

A.n Ketua Program Studi Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MP

Tanggal Ujian : 20 Agustus 2014 Tanggal Lulus : 20 Agustus 2014


(4)

Tesis ini telah diuji di Medan pada

Tanggal : 20 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si

Anggota : Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

Penguji : 1. Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS

2. Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam tesis STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGEMBANGAN SAPI BALI DI LUAR DAN DI DALAM KAWASAN PETERNAKAN TERPADU DI KECAMATAN LINGE KABUPATEN ACEH TENGAH adalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang di gunakan dalam tesis ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain.

Medan, Agustus 2014

Sandri Sastrawan NIM 127040003


(6)

ABSTRAK

Sandri Sastrawan (127040003). Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah, dibawah bimbingan Ma’ruf Tafsin dan Rahmanta.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni tahun 2014 di dalam dan di luar kawasan peternakan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variabel-variabel yeng mempengaruhi produktivitas sapi bali di kedua lokasi, mengetahui perbedaan penambahan populasi sapi bali di kedua lokasi serta mengetahui strategi pengembangan usaha sapi bali di dalam dan di luar kawasan di Kecamatan linge di Kabupaten Aceh Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan observasi lapangan dengan bantuan kuisioner, menggunakan data primer dan data skunder. Analisa data dilakukan dengan metode analisis regresi linier berganda dan strategi analisis SWOT. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas di dalam kawasan peternakan adalah mortalitas dan manajemen, sedangkan di luar kawasan peternakan adalah pekerjaan dan mortalias. Sedangkan penambahan populasi yang tertinggi peternak sapi bali yang berada di luar kawasan peternakan dengan persentasi sebesar 48,97 sedangkan di dalam kawasan peternakan sebanyak 0,17 persen. Strategi pengembangan sapi bali di dalam dan di luar kawasan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah berfokus pada WO yaitu memanfaatkan seluruh peluang dan dengan cara meminimalkan kelemahan, antara lain 1) memberikan pelatihan dan penerapan teknologi kepada peternak, 2) menerapkan pengawasan yang efektif oleh dinas terkait, 3) mengaktifkan peranan penyuluh peternakan di lapangan.

Kata Kunci : Sapi Bali, Penambahan Populasi, Kawasan Peternakan Terpadu, Strategi Pengembangan


(7)

ABSTRACT

Sandri Sastrawan (127040003). Comparative study of Bali Cattle Development System Outside and Inside Integrated Ranch area in District Linge in Central Aceh, with Supervisor Ma’ruf Tafsin and Rahmanta.

This research was condukted from March to June 2014 inside and outside integrated Ranch area in district Linge in Central Aceh, the purpose of this research is to know about variables that affecting productivity Bali cattle in the both location, to know the different addition population of bali cattle in the both location and then to know the development strategy business of bali cattle inside and outside area in district Linge in Central Aceh. The Reseach method used is survey method and observation location with questionnaires, using primary data and secondary data. Analysis of data doing with multiple regression linear analysis method and SWOT analysis strategy. The Result regression analysis give point that variables is affecting to productivity in ranch area is mortality and management, while the outside ranch area is main zob and mortality. The addition population of bali cattle at the outside integrated ranch (49,97%), the area of the farm us much us (0.17 %). The development strategy of bali cattle inside and outside in district Linge Central Aceh is focus to WO that is opportunity and to minimalize the weakness, include : 1). Provide training and application of technology to farmer, 2). Applying see the affective by relevant office, 3). Activate farm extention of ranch in the location.

Keyword : Bali cattle, Addition population, Region Ranch integrated, Development Strategy.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kutacane pada tanggal 27 Maret 1987 dari ayahanda M. Saleh. SH dan Ibunda Sumarni sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Takengon pada tahun 2005. Tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sarjana Peternakan dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai staf pengajar di SMK Negeri 2 Takengon. Akhir tahun 2011 di rekomendasi sebagi staf pengajar di Universitas Gajah Putih Takengon hingga saat ini.

Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Peternakan di Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis menikah dengan Malahayati, Amd, Kep pada tahun 2012 dan dikaruniai satu orang putri yang bernama Rana Balqi.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada ALLAH SWT atas segala karunia- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Adapun judul tesis penelitian saya adalah Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tesis ini tidak akan mungkin bisa tanpa bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Ucapan Terimakasih penulisan sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si selaku ketua pembimbing dan kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, selaku anggota pembimbing, Ketua Program Megister Ilmu Peternakan (Alm) Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP, Sekertaris Program Magister Ilmu Peternakan Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ayah , Ibu tersayang, istri tercinta, dan seluruh keluarga atas segala do’a dan kasih sayang nya.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan dan pengembangannya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan tesis ini kami harapkan sehingga sempura dan dapat bermanfaat.

Medan, Agustus 2014

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ………... iii

ABSTRAK ………... iv

ABSTRACT ………... v

RIWAYAT HIDUP ………... vi

KATA PENGANTAR ... ... vii

DAFTAR ISI ... ... viii

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

DAFTAR LAMPIRAM ……….. .. ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... ... 1

Rumusan Masalah ... ... 3

Hipotesis ………. ... ... 4

Tujuan Penelitian………. ... ... 4

Manfaat Penelitian………. ... ... 4

Ruang Lingkup Penelitian………. ... ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Sapi Potong ... ... 6

Pertumbuhan Ternak Sapi ... ... 6

Karakteristik Sapi Bali ………... ... ... 7

Karakteristik Peternak ……….. ... ... 8

Pendidikan ………... ... ... 8

Pengalaman Peternak ……... ... ... 9

Umur ……….. ... ... 9

Tanggungan …… ... ... 10

Penambahan Populasi Ternak ……… ... ... 10

Pakan ……… ... ... 10

Calving Interval ……… ... ... 11

Reproduksi ……… ... ... 12

Produksi ……… ... ... 12

Ratio Jantan dan Betina ……… ... ... 13

Mortalitas ……….. ... ... 13

Regresi Linier Berganda ………... ... ... 13

Kerangka Pemikiran ………. ... ... 14 viii


(11)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian………... ... ... 16

Pendekatan penelitian ……….. ... ... 16

Jenis Dan Sumber Data ………... ... ... 16

Teknis Pengumpulan Data dan Informasi ……… ... ... 17

Metode Penentuan Sampel ………... ... ... 17

Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………. ... ... 18

Analisis Komparasi Produktivitas ternak ……… ... ... 18

Analisa Variabel ………... ... ... 19

Matrik (SWOT) ……… ... ... 20

Batasan Penelitian ………... ... ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum pada kawasan peternakan dan diluar kawasan .. ... ... 24

Topografi ……… ... ... 24

Jumlah Penduduk ………... ... ... 24

Peternakan ………. ... ... 25

Gambaran Umum Responden ………... ... ... 25

Variabel yang mempengaruhi Populasi di dalam dan di luar kawasan.. ... ... 34

Uji Asumsi Klasik ………. ... ... 34

Uji Asumsi Multikolinierritas ……… ... ... 34

Uji Asumsi Heteroskedastisitas ………. ... ... 35

Uji Normalitas ... ... 36

Uji Kesesuaian ... ... 37

Uji pengaruh variabel secara parsial ………. ... ... 39

Matriks IFAS ……… ... ... 48

Matriks EFAS ………... ... ... 53

Matriks SWOT ……….. ... ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... ... 62

Saran ... ... 64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jumlah Peternak di lokasi penelitian ……… 18

2. Matriks SWOT ……… 21

3. Lokasi penelitian di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah ……… 25

4. Karakteristik responden dilokasi penelitian berdasarkan usia ……… 25

5. Karakteristik responden dilokasi penelitian berdasarkan tingkat pendidikan …. 26

6. Status pekerjaan responden ………. 27

7. Karakteristik responden dilokasi penelitian berdasarkan tingkat pengalaman … 28

8. Karakteristik responden dilokasi penelitian berdasarkan jumlah tanggungan … 29

9. Jumlah responden yang mengikuti pelatihan ……….. 30

10. Penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan ………. 31

11. Penambahan populasi sapi bali di luar kawasan peternakan ……….. 32

12. Penambahan ternak di lokasi penelitian ………. 33

13. Mortalitas/kematian ternak dilokasi penelitian ……….. 33

14. Hasil uji asumsi multikolinieritas ……….. 34

15. Analisa faktor penambahan populasi di luar kawasan ……… 38

16. Analisa faktor penambahan populasi di dalam kawasan ……….. 38

17. Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Sumary) ………. 48

18. Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Sumari) ……… 53

19. Hasil Matriks SWOT ……… 56


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pemikiran ……….. 15

2. Regression Standardized residual di luar kawasan ……….. 35

3. Regression Standardized residual di dalam kawasan ……….. 35

4. Devenden variabel populasi di luar dan di dalam kawasan ……… 36

5. Matriks grand strategi di dalam kawasan ……… 59

6. Matriks grand strategi di dalam kawasan ……… 60


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Multikolonieritas penambahan populasi sapi bali di luar kawasan peternakaN ……….66 2. Multikolonieritas penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan peternakan …. 67 3. Penambahan populasi sapi bali di luar kawasan peternakan ………. 71

4. Kwisioner penelitian ………. 75


(15)

ABSTRAK

Sandri Sastrawan (127040003). Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah, dibawah bimbingan Ma’ruf Tafsin dan Rahmanta.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni tahun 2014 di dalam dan di luar kawasan peternakan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variabel-variabel yeng mempengaruhi produktivitas sapi bali di kedua lokasi, mengetahui perbedaan penambahan populasi sapi bali di kedua lokasi serta mengetahui strategi pengembangan usaha sapi bali di dalam dan di luar kawasan di Kecamatan linge di Kabupaten Aceh Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan observasi lapangan dengan bantuan kuisioner, menggunakan data primer dan data skunder. Analisa data dilakukan dengan metode analisis regresi linier berganda dan strategi analisis SWOT. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas di dalam kawasan peternakan adalah mortalitas dan manajemen, sedangkan di luar kawasan peternakan adalah pekerjaan dan mortalias. Sedangkan penambahan populasi yang tertinggi peternak sapi bali yang berada di luar kawasan peternakan dengan persentasi sebesar 48,97 sedangkan di dalam kawasan peternakan sebanyak 0,17 persen. Strategi pengembangan sapi bali di dalam dan di luar kawasan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah berfokus pada WO yaitu memanfaatkan seluruh peluang dan dengan cara meminimalkan kelemahan, antara lain 1) memberikan pelatihan dan penerapan teknologi kepada peternak, 2) menerapkan pengawasan yang efektif oleh dinas terkait, 3) mengaktifkan peranan penyuluh peternakan di lapangan.

Kata Kunci : Sapi Bali, Penambahan Populasi, Kawasan Peternakan Terpadu, Strategi Pengembangan


(16)

ABSTRACT

Sandri Sastrawan (127040003). Comparative study of Bali Cattle Development System Outside and Inside Integrated Ranch area in District Linge in Central Aceh, with Supervisor Ma’ruf Tafsin and Rahmanta.

This research was condukted from March to June 2014 inside and outside integrated Ranch area in district Linge in Central Aceh, the purpose of this research is to know about variables that affecting productivity Bali cattle in the both location, to know the different addition population of bali cattle in the both location and then to know the development strategy business of bali cattle inside and outside area in district Linge in Central Aceh. The Reseach method used is survey method and observation location with questionnaires, using primary data and secondary data. Analysis of data doing with multiple regression linear analysis method and SWOT analysis strategy. The Result regression analysis give point that variables is affecting to productivity in ranch area is mortality and management, while the outside ranch area is main zob and mortality. The addition population of bali cattle at the outside integrated ranch (49,97%), the area of the farm us much us (0.17 %). The development strategy of bali cattle inside and outside in district Linge Central Aceh is focus to WO that is opportunity and to minimalize the weakness, include : 1). Provide training and application of technology to farmer, 2). Applying see the affective by relevant office, 3). Activate farm extention of ranch in the location.

Keyword : Bali cattle, Addition population, Region Ranch integrated, Development Strategy.


(17)

PENDAHULUIAN Latar Belakang

Semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia berdampak pada peningkatan kebutuhan protein yang berasal dari ternak, semakin meningkatnya permintaan daging maka akan semakin meningkatkan pengembangan disektor peternakan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa permintaan telur dan daging ayam dalam negeri saat ini telah dapat dipenuhi oleh produksi lokal, akan tetapi daging sapi masih memerlukan pasokan dari luar negeri. Berbagai usaha pembangunan peternakan telah diupayakan oleh pemerintah sampai kepelosok daerah namun masih terdapat kekurangan produksi yang akan mensuplai kebutuhan protein hewani (Rahmat , 2000).

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Aceh yang memiliki jumlah penduduk yang lebih dari 300.000 jiwa, merupakan pasar yang menjanjikan dibidang peternakan, peternakan merupakan sub sektor pertanian yang menjadi salah satu preoritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Aceh Tengah, terkait dengan peranannya terhadap peningkatan ketahanan pangan hewani dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan serta mengacu perkembangan wilayah. Setiap tahunnya sektor peternakan mengalami peningkatan yang sangat siknifikan, jumlah ternak sapi mencapai 4.561 ekor, sapi perah 2 ekor, dan kerbau sebanyak 15.654, menurut data tahun 2011 jumlah ternak sapi sebanyak 6.203 ekor, sapi perah 3 ekor, dan kerbau sebanyak 23.423 ekor (Dinas Peternakan, 2005)

Kawasan peternakan terpadu dibentuk pada tahun 2005 berada di Kecamatan Linge dan seluruh pengelolaanya di jalankan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggah sebagai kawasan peternakan. Mendukung hal tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah memberikan anggaran secara bertahap disebabkan anggarannya begitu besar mencapai puluhan milyar, sesuai pendataan awal pada kawasan peternakan penyaluran ternak mencapai 1.214 ekor sapi untuk 100 kepala keluarga. Adapun fasilitas yang diberikan Pemerintah Daerah diantaranya, pengembangan fisik, pakan ternak, jatah hidup yang diberikan Pemerintah Daerah terhadap peternak sejumlah Rp 750.000/bulan, serta fasilitas yang mendukung dalam pengembangan peternakan diberikan diantaranya perumahan 1 unit/ KK, lahan seluas 2 Ha dan pembekalan beternak. Fasilitas yang diberikan tidak berkolerasi positif terhadap peningkatan jumlah ternak yang ada di dalam Kawasan Peternakan Terpadu.

Melalui Keputusan Bupati Aceh Tengah Nomor 119 tahun 2004 tentang penetapan lokasi pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh


(18)

Tengah. Kecamatan Linge merupakan salah satu kawasan pengembangan peternakan di Aceh Tengah dengan penetapan lokasi perencanaan di Kawasan Peternakan dengan Luas 650 Ha. Sementara di luar Kawasan Peternakan Terpadu, lahan dalam pengembangan peternakan tidak diberikan oleh pemerintah melainkan hanya mengandalkan lahan kosong dan hutan perbukitan.

Pola pengembangan yang dilaksanakan adalah dengan sistem mini Ranch dan Kreman (Penggemukan). Lahan yang dikembangkan seluas 200 Ha diperuntukkan pada 100 kepala keluarga. Masing-masing kepala keluarga diberi 2 Ha lahan dimana dalam lahan tersebut dibangun tempat tinggal, bak penampung air, pagar, kandang, lahan penanaman pakan ternak dan lahan pengembalaan, sedangkan peternak di luar Kawasan Peternakan Terpadu hanya mengandalkan alam dalam pengembangan ternaknya yaitu hutan sebagai lahan pengembalaan dan pola pengembangannya dengan sistem tradisional yang merupakan pemahaman secara turun temurun dalam pengembangan ternak.

Kawasan Peternaka Terpadu merupakan lokasi yang baik untuk pengembangan sapi bali, memiliki ketinggian 500-700 m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1500-2000 mm3

Selain di kawasan peternakan terpadu Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Tengah membina peternak yang berada di luar kawasan, namun yang membedakan keduanya ialah peternak yang diluar kawasan peternakan terpadu tidak diberikan fasilitas yang mendukung dalam pengembangan usaha peternakan diantaranya tidak diberi lahan hijauan, rumah, gaji, tenaga teknis, dan bibit hijauan disini peternak hanya mengandalkan fasilitas yang ada dan pengalaman dalam menjalankan pengembangan usaha.

pertahun. Topografi lahan di lokasi kawasan ini bergelombang dan berbukit landai, sehingga secara teknis cocok untuk pengembangan sapi bali. Kawasan Peternakan Terpadu telah berjalan selama 7 tahun. Pengadaan ternak sapi dimulai dari tahun 2005 hingga tahun anggaran 2009 dari APBN, APBA dan APBD. Ternak yang diberikan kepada masyarakat sebanyak 16 ekor dengan pertimbangan teknis dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah dan UPTD, ukuran sapi yang diberikan berkisar 18-24 bulan. Sama halnya dengan peternak yang diluar kawasan peternakan terpadu ukuran sapi yang mulai dipelihara dengan rataan umur berkisar 18-24 bulan, sedangkan Penambahan ternak ini tersebar di 30 Kepala Keluarga (KK). Secara matematis bahwa dapat dikatakan dari 100 KK peternak telah berhasil mengembangkan sapi yang diberikan yaitu sebesar 30 %, akan tetapi sapi bali di kawasan peternakan terpadu di Kecamatan Linge memiliki laju kematian yang termasuk tinggi.


(19)

Rumusan Masalah

Dalam upaya pengembangan sapi bali di kawasan peternakan terpadu yang telah di programkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah, yang dilihat masih kurang baik maka perlu adanya perbandingan antara peternak sapi bali yang berada di luar kawasan peternakan terpadu.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana perbedaan peningkatan populasi ternak sapi bali di luar dan di dalam kawasanan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

b. Variabel apa saja yang mempengaruhi penambahan populasi sapi bali di luar dan di dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. c. Bagaimana strategi pengembangan sapi bali di luar dan di dalam Kawasan Peternakan

Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. Hipotesis

a. Kawasan peternakan terpadu lebih tinggi penambahan populasinya dibandingkan dengan di luar Kawasan Peternakan.

b. Kawasan peternakan terpadu lebih banyak variabel yang mempengaruhi penambahan populasinya dibandingkan dengan di luar kawasan peternakan terpadu.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui fakto-faktor apa saja yang menyebabkan lambatnya penambahan populasi sapi di dalam kawasan peternakan terpadu serta membandingkan dengan di luar kawasan peternakan dengan melihat perkembangan ternak diantaranya :

a. Mengetahui perbedaan penambahan populasi sapi bali di luar dan di dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

b. Menganalisis Variabel apa saja yang mempengaruhi penambahan populasi di luar dan di dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. c. Mengetahui strategi pengembangan usaha sapi bali di luar dan di dalam Kawasan


(20)

Manfaat Penelitian

a. Pemerintah : Agar pemerintah dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang berpihak terhadap peternak, sehingga kesejahteraan peternak akan dapat ditingkatkan.

b. Peternak :Agar peternak mampumengevaluasi program yang dibuat Pemerintah Daerah dalam usaha peternakan sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai harapan. c. Akademisi : Dengan adanya penelitian ini maka kalangan akademisi dapat berperan

aktif pada program pemerintah daerah ini dengan cara memberi masukan dan sebagai referensi lebih lanjut bagi pengembangan usaha peternakan sapi bali.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan peternakan terpadu dan di luar kawasan peternakan terpadu di Kecamatan Linge Kebupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Lokasi penelitian ditingkat Kecamatan yang merupakan basis pengembangan dan usaha penggemukan sapi bali yang melibatkan 30 kepala keluarga yang merupakan peternak di dalam kawasan dan 30 kepala keluarga yang merupakan peternak yang berada di luar kawasan.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Sapi Potong

Sulistia, 2007 menjelaskan bahwa sapi potong asli Indonesia adalah sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia, tetapi sudah berkembang biak dan di budidayakan di Indonesia dalam waktu yang sangat lama, sehingga sudah mempunyai ciri khas tertentu. Sapi Bali (Bos

sondaekus) merupakan sapi potong asli Indonesia, sedangkan yang termasuk sapi lokal adalah

sapi Madura dan sapi Sumba Ongole (PO). (Anggorodi, 1984) menjelelaskan bahwa di Indonesia terdapat beberapa jenis sapi dari bangsa tropis, beberapa jenis sapi tropis yang sudah cukup popular dan banyak dikembang biakan di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Sapi Bali, 2. Sapi Madura, 3. Sapi Ongole, 4. Sapi American Brahman.

Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi intensif, dan intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberi pakan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi dilepas dipadang pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari (Rahardi, 2003). Dijelaskan oleh (Sembiring et al, 2002) sektor peternakan sejak awal masa pembangunan merupakan salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Mungkin hal tersebut disebabkan oleh besarnya penduduk yang tinggal di pedesaan dan berprofesi sebagai peternak.

Pertumbuhan Ternak Sapi

Pertumbuhan pada hewan merupakan satu fenomena universal yang bermula dari telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai hewan menjadi dewasa. Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan pengukuran bobot badan yang dilakukan dengancara penimbangan, (Tillman et al, 1991).

Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan- jaringan pembangun seperti urat daging, tulang otak, jantung dan semua jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak), serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah protein dan zat - zat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni, (Tilman et al, 1991).

Proses pertumbuhan ternak sapi digambarkan dalam kurva berbentuk seperti huruf ” S”, kurva ini menunjukan saat pembuahan berlangsung, kelangsungan lambat, dan menjadi agak cepat pada saat menjelang kelahiran. Sesudah pedet lahir pertumbuhan semakin cepat, hingga


(22)

usia penyapihan dan usia pubertas masih bertambah pesat. Akan tetapi dari usaha pubertas hingga usia dijual laju mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa dan akhirnya pertumbuhan berhenti.

Perkembangan usaha peternakan di Provinsi Aceh sampai saat ini masih relatif rendah tingkat kemampuan pasokan produksi ternak dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan hasil ternak yang terus meningkat. Hal ini menyebabkan wilayah Provinsi Aceh menjadi salah satu pasar hasil ternak yang sangat terbuka bagi wilayah lain. Pemenuhan kebutuhan daging sapi banyak dipenuhi dari daerah lain seperti Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.

Potensi pengembangan komoditas peternakan di Provinsi Aceh sangat besar, mengingat kapasitas produksi yang masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Provinsi Aceh tahun 2006 dan 2007, rata-rata peluang bisnis peternakan di Provinsi Aceh sebesar 46%. Salah satu komoditas peternakan unggulan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Provinsi Aceh adalah sapi potong. Kapasitas Produksi daging sapi tahun 2007 di Provinsi Aceh sebesar 5.277.864 kg sedangkan kebutuhan akan daging sebesar 6.877.800 kg, berarti sebesar 1.599.936 kg (23,26%) daging sapi belum terpenuhi. (Diskeswan, 2002)

Karakteristik Sapi Bali

Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia hasil domestikasi dari banteng Bibos banteng dan merupakan sapi asli pulau bali (Panjono, 2004). Ditinjau dari taksonominya, sapi bali termasuk family Bovidae yang memiliki keunggulan sebagai berikut :

1. Persentase karkas tinggi

2. Memiliki daya cerna pakan yang baik 3. Dapat hidup dilahan kritis

4. Mudah beradaptasi dengan lingkungan 5. Kandungan lemak rendah

6. Fertilitas berkisar 83-86 %

7. Periode kebuntingan 280-294 hari

8. Persentase kebuntingan mencapai 86,56 % Karakteristik Peternak

(Miriani, 2011) menyatakan bahwa karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam bentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan.


(23)

Karakteristik peternak sebagai individu yang perlu diperhatikan untuk melihat apakah faktor-faktor ini akan mempengarihi respon peternak terhadap inovasi.

Karakteristik individu adalah bagian dari pribadi dan melekat pada diri seseorang. Kerakteristik ini mendasari tinggkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi lainnya (David, 2006).

Pendidikan

David (2006) menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berfikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Oleh karna itu pendidikan sedikit banyaknya dapat berpengaruh terhadap pengembangan usaha pendidikan merupakan upaya untuk mengadakan perubahan prilaku berdasarkan ilmu dan pengalaman yang sudah diketahui.

David (2006) menyatakan bahwa para ahli pendidikan mengenal tiga sumber utama pengetahuan bagi setiap orang yaitu : (1) Pendidikan informal yaitu proses pendidikan yang panjang diperoleh dan dikumpulkan seseorang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap hidup dan segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman pribadi sehari-hari dari kehidupan dalam masyarakat. (2) Pendidikan formal, yaitu struktur dari sisitem pendidikan/pengajaran yang kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah sampai ke perguruan tinggi. (3) Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk mengetahui keperluan khusus seperti penyuluhhan pertanian.

Pengalaman Peternak

Gitingger (1968) menyatakan bahwa pengalaman beternak akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam menjalankan usaha, peternak yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan hati-hati dalam bertindak, pengalaman beternak cukup lama akan lebih mudah diberi pengertian. Selanjutnya dijelaskan oleh Sutrisno (2002) menerangkan bahwa pengalaman yang baik, menyenangkan maupun yang mengecewakan berpengaruh pada belajar seseorang.

Umur Peternak

Umur seorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas peteni maupun peternak dalam mengelola usahanya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berfikir. Makin muda umur petani, cendrung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahanya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua.


(24)

Selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usahataninya umur pengajar maupun pelajar merupakan salah satu karakteristik penting yang berkaitan dengan efektivitas belajar seseorang, tetapi menurut perkembangan umur. Kapasitas belajar akan naik sampai usia dewasa dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur.(Ayuni, 2005)

umur pengajar maupun pelajar merupakan salah satu karakteristik penting yang berkaitan dengan efektivitas belajar seseorang, tetapi menurut perkembangan umur. Kapasitas belajar akan naik sampai usia dewasa dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur.

Daryanto ( 2009) menyatakan bahwa kapasitas belajar akan terus naik sejak anak mengenal lingkungan dimana kenaikan tersebut berakhir pada dewasa yaitu 25 tahun sampai 28 tahun, kemudian menurun secara drastis setelah umur 50 tahun.

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan peternak merupakan satu karakteristik yang dapat mempengaruhi keputusan produksi. Selanjutnya Soetanto (2000) menjelaskan jumlah tanggunga keluarga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak suatu teknologi baru.

Rangguti (2002) menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia yang dimiliki peternak, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu usaha ternaknya tanggungan keluarga juga bisa menjadi beban keluarga jika tidak aktif bekerja.

Penambahan populasi Ternak Pakan

Pakan sapi pada dasarnya merupakan sumber pembangun tubuh. Untuk memproduksi protein tubuh, sumbernya protein pakan, sedangkan energi yang diperlukan bersumber dari pakan yang di konsumsi, sehingga pakan merupakan kebutuhan utama dalam pertumbuhan ternak (Santosa, 2003).

Syamsu (2005) menyatakan bahwa ternak ruminansia harus mengkonsumsi hijauan sebanyak 10 % dari bobot badan setiap hari dan konsentrat sekitar 1,5-2 % dari jumlah tersebut termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karna itu hijauan dan sejenisnya terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia.

Pakan adalah semua bahan yang diberikan dan bermanfaat bagi ternak dan tidak menimbulkan racun dan pengaruh negatip terhadap tubuh ternak. Pakan yang diberikan harus


(25)

berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral (Sudrajad, 2000).

Ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaannya berlangsung secara optimal. Sumber utama serat kasar adalah hijauan. Oleh karna itu, ada batasan minimal pemberian hijauan dalam ternak ruminansia. Untuk penggemukan ternak ruminansia miasalnya, kebutuhan mineral hijauan berkisar antara 0,5-0,8 % bahan kering dari bobot badan ternak yang digemukkan (Anggorodi, 1984).

Calving Interval

Pohan, AC (2004) menjelaskan bahwa Calving interval atau jarak beranak adalah jumlah hari/bulan antara kelahiran yang satu dengan kelahiran yang berikutnya. Panjang pendeknya selang beranak merupakan pencerminan dari fertilitas ternak. Selang beranak dapat diukur dengan masa laktasi ditambah masa kering atau waktu kosong ditambah masa kebuntingan. Selang beranak yang lebih pendek menyebabkan produksi susu perhari menjadi lebih tinggi dan jumlah anak yang dilahirkan pada periode produktif menjadi lebih banyak dan lama kebuntingan pada sapi bali sekitar 280-294 hari.

Lama kebuntingan dipengaruhi oleh jenis kelamin, iklim, kondisi pakan dan umur induk Panjono (2004), selanjutnya ditambahkan oleh Hardjusubroto (1994) bahwa perkembangan fetus juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Jarak beranak yang panjang disebabkan oleh anestrus pasca beranak (62 %) gangguan fungsi ovarium dan uterus (26 %) 12 % oleh gangguan lain (Wiyatna, 2000). Dalam upaya memperbaiki produktivitas dan reproduktivitas sapi yang mengalami keadaan seperti itu, perlu dilakukan penerapan teknologi reproduksi secara terpadu antara induksi birahi dan ovulasi dengan Insiminasi Buatan (IB). Performans reproduktivitas yang tinggi pada sapi bali ditandai dengan aktivitas ovarium dan perkawinan kembali kurang dari 2 bulan sesudah beranak (Ayuni, 2005). Sehingga memberikan tingkat efisien reproduksi yang blebih baik dibandingkan dengan sapi PO (Tanari, 1999). Selanjutnya (Sutardi, 1997) menyatakan bahwa sapi bali rela mengorbankan anaknya dengan cara meminimkan produksi susunya agar aktifitas reprokuksinya (siklus birahi) aktif kembali setelah melahirkan, sedangkan sapi potong lainnya kebalikannya yaitu menghentikan aktivitas reproduksinya dan fokus pada pembesaran anaknya. (Ayuni, 2005).

Reproduksi

Haryanto (2002) menjelaskan bahwa usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala, yang mengakibatkan produktivitas ternak masih rendah. Salah satu kendala tersebut adalah masih banyaknya gangguan reproduksi menuju kemajiran


(26)

pada ternak betina, akibatnya, efisiensi reproduksinya akan rendah dan kelambanan perkembangan populasi ternak. Dengan demikian perlu adanya pengelolaan ternak yang lebih agar daya reproduksi meningkat sehingga menghasilkan efisiensi reproduksi tinggi yang diikuti dengan produktivitas ternak yang tinggi pula.

Berbagai permasalahan dalam pengembangan sapi potong yaitu : 1) Usaha bakalan kurang diminati para pemilik modal, 2) Keterbatasan pejantan unggul, 3) Ketersediaan pakan tidak kontinyu, 4) Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan kurang efektif, 5) Efisien reproduksi masih rendah dengan jarak beranak yang panjang (Pohan, 2004).

Produksi

Tingkat produksi rendah akibat faktor tujuan pemeliharaan dan penggunaan bibit belum memadai, serta pakan yang tersedia. Pada umumnya ternak sapi yang dipelihara terdiri dari beberapa tujuan sehingga produksi ternak sapi per unit rendah, hal ini menyebabkan ternak sapi yang dipelihara terus sampai umur tua, kasus ini akan menyebabkan penundaan pemotongan ternak, terlebih lagi sampai saat ini petani masih menggunakan ternak sapi sebagai tenaga kerja sehingga tidak dapat dipastikan sampai kapan sapi tidak dipergunakan untuk tenaga kerja (Purbowati, 2009)

Beberapa faktor yang menyebabkan produksi rendah yaitu :

a. Populasi rendah, karena umumnya sebagai besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam sekala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas. b. Produksi rendah, diakibatkan faktor tujuan pemeliharaan dan penggunaan bibit belum

memadai, serta pakan yang masih rendah (Susanto, 2010). Rasio Pejantan dan Betina

Disamping kualitas genetik pejantan, perbandingan pejantan dengan betina sangat mempengaruhi produktivitas. Penentuan antara pejantan dan betina dipengaruhi banyak faktor, antara lain keadaan tofografi padang pengembalaan, umur pejantan, kondisi pasture, pakan dan sumber air yang tersedia dan lama perkawinan. Pakan merupakan faktor penting pada penampilan produksi dan reproduksi sapi terutama pasca beranak, perbandinga jantan dan betina antara 30-60 telah diperaktekan secara luas, (Siregar, 2007)

Perbandingan jantan dan betina, jumlah pejantan per satu kelompok perkawinan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan daya kompetisi pejantan untuk mengawini ternak betina ataupun sistem rotasi dimana selalu satu ekor pejantan per satuan jangka waktu tertentu. (Santosa, 2003).


(27)

Mortalitas

Kematian merupakan jumlah ternak yang mati tiap periode waktu dibagi dengan jumlah ternak yang hidup diawal periode waktu tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian antara lain penyakit, predator, bencana alam dan iklim, (Sofyan, 2003).

Regresi Linier Berganda

Analisa regresi menjelaskan hubungan dua atau lebih dari Varibel sebab akibat. Artinya Variabel yang satu dipengaruhi Variabel yang lain. Besarnya pengaruh variabel ini dapat diduga dengan besar yang ditunjukan oleh koefisien regresi. Persamaan regresi yaitu Y = f( X1, X2, X3, X4

dimana

…….. Xn )

Y = variabel yang dijelaskan ( dependen variabel ) X = variabel yang menjelaskan ( indevenden variabel )

Hubungan Y dan X adalah searah, dimana X akan selalu mempengaruhi Y, dan tidak mungkin terjadi hal yang sebaliknya. Oleh karna itu dalam model development, maka pemilihan variabel Y dan X harus cermat dan benar (Soekartawi, 1984).

Analisa regresi berganda merupakan salah satu metode regresi untuk mengitemasi α dan

β yang disebut dengan metode Ordinary Leas Squars Method (OLS), dengan regresi linier

berganda dapat mengedintifikasi hubungan-hubungan yang terjadi antara peubah-peubah bebas dengan peubah tetap. Analisis ini juga dapat mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh peubah bebas tertentu terhadap peubah tetapnya. Dalam penelitian ekonomi dan bisnis, banyak hal yang tidak bisa dikendalikan sehingga regresi berganda sering dibutuhkan untuk menduga pengaruh yang diberikan oleh berbagai peubah secara simultan (Soekartawi, 1984) dalam Daslina 2006. Model umum regresi linier berganda adalah :

Yi = α + βX1i + β2X2i + β3X3

Dengan α merupakan intercept/ constanta , β i………+ βnXni +εi

1, β2 …….βn koefisien regresi yang mengambarkan pengaruh yang diberikan oleh peubah bebas (X1, X2, …Xn) terhadap peubah tak bebas (Y), dan ε merupakan galat model yang mengkombinasikan kesalahan pendugaan,

sedangkan subscript I menunjukan amatan (responden) ke i Kerangka pemikiran

Dalam rangka pengembangan di luar dan di dalam kawasan peternakan terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah, maka perlu diketahui masalah apa saja yang terdapat didalamnya sehingga menyebabkan rendahnya penambahan populasi ternak,


(28)

sehingga didapat solusi yang bersifat membangun. Dalam penelitian ini akan mengamati perbedaan yang terdapat di luar dan di dalam Kawasan Peternakan Terpadu yang merupakan kawasan peternakan yang dibiayai Pemerintah Daerah dengan dana, APBN, APBA, dan APBD.

Populasi

Luar kawasan Dalam kawasan peternakan peternakan Terpadu Kec. Linge Terpadu Kec. Linge

Faktor yang mempengaruhi penambahan populasi

Ternak Peternak

Dalam kawasan peternakan Luar kawasan peternakan Kecamatan Linge Kabupaten Kecamatan Linge Kabupaten

Aceh Tengah Aceh Tengah

Pakan Umur Faktor Selang beranak Pendidikan penambahan Pertama birahi Jumlah tanggungan populasi Umur pertama beranak Pengalaman

Mortalitas Pekerjaa Starategi Manajemen

SWOT

Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan

MengetahuiPerbedaan penambahan populasi sapi bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan di

Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah


(29)

METODE PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitan

Penelitan ini dilaksanakan di luar dan di dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2014.

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey dan analisis dengan jenis penelitian studi kasus, yang dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Penggunaan jenis penelitian survey ditujukan untuk menggambarkan keadaan secara detail dari objek yang diteliti, sehingga diketahui faktor-faktor strategi yang berpengaruh dalam usaha pengembangan ternak sapi potong di luar dan di dalam kawasan peternakan terpadu di Kabupaten Aceh Tengah.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini meliputi 1. Umur, 2. Pendidikan, 3. Jumlah tanggungan, 4. Pengalaman, 5. Pekerjaan, 6. Pakan, 7. Calving interval, 8. Umur pertamabirahi, 9. Umur pertama beranak, 10. Mortalitas, 11. Manajemen. Keseluruhan datanya diambil dari peternak di luar dan di dalam kawasan peternakan terpadu dengan menggunakan metode wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder meliputi 1. Populasi Ternak sumber data dari Dinas Peternakan, 2. Jumlah Penduduk sumber data dari Dinas Kependudukan, 3. Penyuluhan sumber data dari Badan Penyuluh, 4. Perencanaan sumberdata dari Bapeda.

Teknik Pengumpulan Data dan Informasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara :

Metode wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan terhadap responden yaitu peternak sapi bali dan juga responden penentu kebijakan peternakan sapi potong dari instansi terkait yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah.


(30)

Metode Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan tentang strategi dan pola pengembangan ternak sapi potong yang telah dilaksanakan selama ini dan menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola pengembangan ternak sapi bali tersebut. Data primer yang dikumpulkan dari penentu kebijakan adalah dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah meliputi keterlibatan stakeholders dalam pengelolaan peternakan, faktor internal dan eksternal yang paling berpengaruh, strategi pengelolaan yang diharapkan, dan pandangan terhadap kebijakan yang berhubungan dengan pemberdayaan peternak. Data sekunder terdiri dari strategi, kebijakan, dan program kegiatan peternakan, perkembangan populasi ternak sapi bali, perkembangan produksi dan konsumsi, perkembangan usaha dan laporan-laporan penelitian yang relevan. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dengan mengkaji laporan, bahan tertulis dan hasil penelitian yang berasal dari instansi terkait seperti BPS, Bappeda, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tenggah.

Metode Penentuan Sampel

Jumlah sampel ditetapkan secara kuota, mengacu pada pengambilan sampel dengan asumsi popuplasi menyebar secara normal. Menurut Cooper dan Emory (1996) untuk ukuran sampel cukup besaran (n > 30) rata-rata sampel akan terdistribusi disekitar rata-rata populasi yang mendekati distri normal. Penetapan peternak yang akan dijadikan sampel dilakukan memilih beberapa peternak yang sifatnya pengacakan yang ada pada lokasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini ialah peternak yang mengusahakan penggembangan sapi potong di luar dan di dalam kawasan peternakan terpadu. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja, sedangkan tempat penelitian dilakukan secara acak (random). Jumlah peternak pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah peternak di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

Lokasi Penelitian Jumlah peternak Sampel penelitian di Dalam Kawasan Peternakan

Terpadu

100 30

di Luar Kawasan Peternakan Terpadu

30 30

Jumlah 130 60


(31)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis Komparasi Produktivitas Ternak

Analisis yang digunakan meliputi : 1. Analisis Komparasi, 2. Analisa Faktor yang mempengaruhi rendahnya penambahan populasi sapi bali di luar dan di dalam kawasan peternakan terpadu dengan Regresi Linier Berganda. Dalam pengolahan data tahap pertama yang dilakukan adalah 1. Pegeditan kuisioner,2. Tabulasi data, 3. Pengolahan data, 4. Interpretasi data.

Selanjutnya untuk menyelesaikan masalah 1, digunakan model faktor yang mempengaruhi rendahnya penambahan populasi suatu usaha ialah 1. Umur, 2. Pendidikan, 3. Jumlah tanggungan, 4. Pengalaman, 5. Pekerjaan utama, 6. Pakan, 7. Calving interval, 8. Umur pertama birahi, 9. Umur pertama beranak, 10. Mortalitas, 11. Manajemen. Analisis Variabel

Metode yang digunakan menganalisa variabel yang diduga mempengaruhi rendahnya penambahan populasi ternak sapi bali di luar dan di dalam Kawasan Peternakan Terpadu ialah Persamaan regresi linier Berganda dengan rumus :

Y= α+β1X+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6β7X7+β8X8+β9X9+β10X10+β11D11 Dimana :

+€

Y = Penambahan Populasi (ekor/tahun) X1

X

= Umur Peternak (Tahun) 2

X

= Pendidikan (Tahun) 3

X

= Jumlah tanggungan (Orang) 4

X

= Pengalaman (Tahun) 5

X

= Pekerjaan Utama 6

X

= Pakan (Kg/Ekor/hari) 7

X

= Selang Beranak (Bulan) 8

X

= Umur pertama Birahi (Bulan) 9

X

= Umur pertama beranak (Tahun) 10

X

= Mortalitas (Ekor) 11

Buruk (0) = Tidak memiliki kandang, tidak memanfaatkan kandang, tidak tersedia lahan hijauan, tidak menanam hijauaan, waktu mengurus ternak di bawah 5 jam per hari.

= Manajemen (variabel dummy 0 = Buruk, 1 = Baik)

Baik (1) = Memiliki kandang dan di manfaatkan dengan baik, tersedianya lahan hijauan dan telah ditanami pakan, waktu mengurus ternak di atas 5 jam per hari.


(32)

β = Koefisien regresi

€ = Error (galat) Pengujian hipotesis : 1. Uji kesesuaian

a. Koefisien determinasi (R2 b. Uji tingkat penting

)

c. Uji serempak (uji statistik)

2. Uji asumsi pada regresi linier berganda a. Uji normalitas

b. Uji multikolinieritas c. Uji heteroskedastisitas

Serta menggunakan program SPSS 17 For Window, agar variabel yang diduga berpengaruh tersebut dapat dianalisis dengan baik.

Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)

Metode yang digunakan yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan dengan mengidentifikasikan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh baik internal maupun eksternal melalui proses curah pendapat dari para pakar. Dari hasil tersebut akan diperoleh kekuatan dan kelemahan sebagai faktor strategis internal serta peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk masing-masing faktor kemudian dilakukan analisis SWOT. Dalam mengembangkan alternatif strategi juga digunakan matriks SWOT untuk membantu dalam melakukan pencocokkan antar kekuatan dan peluang (strategi SO), kekuatan dan ancaman (strategi ST), peluang dan kelemahan (strategi WO) serta kelemahan dan ancaman (strategi WT). Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 2. Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan matriks SWOT adalah sebagai berikut:

a. Membuat daftar peluang eksternal b. Membuat daftar ancaman eksternal c. Membuat daftar kekuatan internal d. Membuat daftar kelemahan internal

e. Mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi SO

f. Mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WO


(33)

g. Mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal serta melakukan pencatatanterhadap hasil dalam kolom strategi ST

h. Mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WT.

Tabel 2. Contoh Matriks SWOT.

IFE STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

EFE Tentukan faktor kekuatan

internal organisasi

Tentukan faktor kelemahan internal organisasi

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O Tentukan peluang

eksternal yang ada

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dengan memanfaatkan peluang

THREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T Tentukan ancaman

eksternal yang ada

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dengan menghindari ancaman Sumber : David (2006)

Batasan Penelitian atau operasional variabel

Operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substanstif dari suatu konsep. Tujuan agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di defenisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukan proses atau oprasional alat ukur yang digunakan untuk kuantivikasi gejala atau variabel yang diteliti.

a. Populasi dan sampel : Semua karakteristik yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu studi komparatif sistem pengembangan sapi bali di dalam dan di luar kawasan peternakan terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

b. Teknik pengumpulan data : Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjaring data primer adalah daftar pertanyaan atau kuesioner serta dibantu dengan teknik wawancara.


(34)

Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Umur seorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas peteni maupun peternak dalam mengelola usahanya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berfikir. Makin muda umur petani, cendrung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahanya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua. Selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usaha taninya.

b. Tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berfikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Oleh karna itu pendidikan sedikit banyaknya dapat berpengaruh terhadap pengembangan usaha

c. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia yang dimiliki peternak, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu usaha ternaknya tanggungan keluarga juga bisa menjadi beban keluarga jika tidak aktif bekerja.

d. Pengalaman beternak akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam menjalankan usaha, peternak yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan hati-hati dalam bertindak dalam pemeliharaan sapi.

e. Pekerjaan akan mempengaruhi menjalankan usaha peternak, semakin fokusnya peternak mengangembangkan usaha peternakannya maka semakin baik pula hasil yang didapat dalam meningkatkan populasi ternak, sehingga tujuan dari pengembangan usaha peternakan dapat tercapai secara maksimal.

f. Pakan Sapi pada dasarnya merupakan sumber pembangun tubuh. Untuk memproduksi protein tubuh, sumbernya protein pakan, sedangkan energi yang diperlukan bersumber dari pakan yang di konsumsi, sehingga pakan merupakan kebutuhan utama dalam pertumbuhan ternak.

g. Selang beranak adalah jumlah hari/bulan antara kelahiranyang bsatu dengan kelahiran yang berikutnya. Panjang pendeknya selang beranak merupakan pencerminan dari fertilitas ternak. Selang beranak dapat diukur dengan masa laktasi ditambah masa kering atau waktu kosong ditambah masa kebuntingan. Selang beranak yang lebih pendek menyebabkan produksi susu perhari menjadi lebih tinggi dan jumlah anak yang dilahirkan pada periode produktif menjadi lebih banyak.

h. Reproduksi Usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala, yang mengakibatkan produktivitas ternak masih rendah. Salah satu kendala tersebut adalah masih banyaknya gangguan reproduksi menuju kemajiran pada ternak betina, akibatnya, efesiensi reproduksinya akan rendah dan kelambanan perkembangan


(35)

populasi ternak. Dengan demikian perlu adanya pengelolaan ternak yang lebih agar daya reproduksi meningkat sehingga menghasilkan efesiensi reproduksi tinggi yang diikuti dengan produktivitas ternak yang tinggi pula sehingga perlunya mengetahui awal birahi ternak yang dipelihara.

i. Perlunya memaksimalkan umur pertama beranak pada sapi bali dapat meningkatkan produksi sehingga produksi rendah yang disebabkan beberapa faktor. Pada umumnya ternak sapi yang dipelihara terdiri dari beberapa tujuan sehingga produksi ternak sapi per unit rendah, hal ini menyebabkan ternak sapi yang dipelihara terus sampai umur tua, kasus ini akan menyebabkan penundaan pemotongan ternak, terlebih lagi sampai saat ini petani masih menggunakan ternak sapi sebagai tenaga kerja sehingga tidak dapat dipastikan sampai kapan sapi tidak dipergunakan untuk tenaga kerja

j. Mortalitas merupakan jumlah ternak yang mati tiap periode waktu dibagi dengan jumlah ternak yang hidup diawal periode waktu tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian antara lain penyakit, predator, bencana alam dan iklim,

k. Manajemen merupakan penilaian cara pemeliharaan ternak sapi bila baik 1 dan buruk 0, dengan melihat indikator yang diamati dalam batasan penelitian.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tengah Topografi

Kabupaten Aceh Tengah terletak di Provinsi Aceh beradapada ketinggian 100-2.500 meter diatas permukaan laut, letak geografis Kabupaten ini berada pada 04010.330- 0505.7500 Lintang Utara (LU) dan 95015.40’’- 9702.025’’ Bujur Timur (BT). Kawasan peternakan terletak pada ketinggian antara 500-700 meter diatas permukaan laut, tergolong wilayah beriklim sedang dengan curah hujan berkisar antara 1500-2000 mm3

Kawasan peternak berada di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu Kecamatan sebagai kawasan pengembangan peternakan pola terpadu di Kabupaten Aceh Tengah. Luas lahan ± 650 Ha, potensi Kecamatan Linge sebagaian besar merupakan hutan belantara, hutan pinus dan tanah tandus. Secara geografis, Kecamatan Linge berada pada ketinggian sekitar 942 – 990 meter diatas permukaan laut.

pertahun serta memiliki musim basah 8-9 bulan dan musim kering 3-4 bulan dalam setahunya.

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bintang dan Kecamatan Lut Tawar. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Timur. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jagong Jeget, Kecamatan Atu Lintang. d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues.

Jumlah Penduduk

Mengacu pada data Kabupaten Aceh Tengah dalam angka, jumlah penduduk di Kecamatan Linge sampai tahun 2011 tercatat sebanyak 8.958 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 5 Jiwa/km2

Tabel 3. Lokasi penelitian di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

. Jumlah tersebut terdiri atas 4401 jiwa laki-laki dan 4.557 jiwa perempuan. Kepadatan dan persebaran penduduk menurut data yang ada di enam kampung yang merupakan cakupan yang menjadi tempat penelitian.

No Nama Luas Jumlah Kepadatan Pesebaran Kampung Kampung Penduduk Penduduk Penduduk (Km2) (Jiwa) ( jiwa/Km2) (jiwa/Km2

1 Lumut 111 732 7 8,17

)

2 Linge 250 348 1 3,09

3 Owaq 154 865 6 4,09

4 Penarun 55 180 3 2,07


(37)

Jumlah 649 2.273 19 19,07 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah 2011

Peternakan

Awalnya di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah, masyarakat lebih banyak memelihara ternak kerbau di bandingkan dengan sapi Bali, hal ini dibuktikan dengan banyaknya bekas kubangan kerbau yang tampak pada lokasi penelitian, dengan berselangnya waktu ternak kerbau sudah mulai berkurang, sehingga ternak sapi bali pada saat ini telah mendominasi di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tenggah.

Gambaran Umum responden

Penelitian ini berlangsung di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah dengan responden sebanyak 60 responden yaitu 30 responden yang berada di dalam kawasan peternakan dan 30 responden yang berada diluar kawasan peternakan terpadu.

Tabel 4. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Usia Usia Luar Kawasan Dalam Kawasan

(Tahun) Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (%) (Orang) (%)

25-35 13 43.33 9 30

36-45 8 26.67 16 53.33

46-55 5 16.67 3 10

56-65 4 13.33 2 6.67

Total 30 100 30 100

Sumber : Data primer diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 4 diatas diperoleh data usia responden diluar kawasan peternakan antara 25-35 tahun sebanyak 13 orang atau sebesar 43.33 persen, usia 36-45 sebanyak 8 orang atau sebesar 26.67 persen, usia 46-55 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 16.67 persen, usia 56-65 tahunsebanyak 4 orang atau sebesar 13.33 persen. Untuk responden didalam kawasan peternakan usia 25-35 tahun sebanyak 9 orang atau sebesar 30 persen, usia 36-45 tahun sebanyak 16 orang atau sebesar 53.33 persen, usia 46-55 tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 10 persen, usia 56-65 tahun sebanyak 2 orang atau sebanyak 6.67 persen. Petani usia lanjut umumnya panatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberi pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, begitu pula sebaliknya semakin muda usia peternak umumnya rasa keingin tahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap teknologi semakin tinggi (Rosnah, 1998). Secara umum dapat dinyatakan bahwa sebahagian besar peternak didaerah penelitian masih dikatagorikan sebagi umur produktif. Hal ini didukung dengan pernyataan Pambudi dkk (2000) yang menyatakan bahwa umur produktif untuk bekerja di negara-negara sedang berkembang umumnya adalah 15-55 tahun.


(38)

Tingkat pendidikan peternak yang di jadikan sebagi responden

Dalam suatu usaha, tingkat pendidikan sangat berperan untuk meningkat dan mengembangkan usaha. Pendidikan merupakan faktor pelancar yang dapat mempercepat pembangunan usaha pertanian dan peternakan, dengan pendidikan yang baik seorang peternak akan mudah mengadopsi teknologi baru, mengembangkan keterampilan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi (David FR, 2006)

Tabel 5. Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Luar Kawasan Dalam Kawasan

Pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (%) (Orang) (%) SD 16 53.33 8 26.67 SMP 8 26.67 10 33.33 SMA 5 16.67 12 40 Sarjana 1 3.33 0 0 Total 30 100 30 100 Sumber : Data primer diolah, 2014

Tabel 5 menerangkan bahwa karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan tingkat pendidikan di luar kawasan peternakan tingkat SD sebanyak 16 orang atau sebesar 53.33 persen, untuk SMP sebanyak 8 orang atau sebesar 26.67 persen, untuk SMA sebanyak 5 orang atau sebesar 16.67 persen, untuk sarjana sebanyak 1 orang atau sebesar 3.33 persen, sedangkan tingkat pendidikan didalam kawasan peternakan, SD sebanyak 8 orang atau sebesar 26.67 persen, untuk SMP sebanyak 10 orang atau sebesar 33.33 persen, untuk SMA sebanyak 12 orang atau sebesar 40 persen, sedangkan untuk sarjana tidak ada. Soekartawi (1984) menyatakan tingkat pendidikan cenderung mempengaruhi cara berfikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru.

Tebel 6. Status pekerjaan tingkat responden.

Status Luar Kawasan Dalam Kawasan

Pekerjaan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (%) (Orang) (%)

Peternak 10 33.35 17 56.67

Petani 18 60.00 10 33.33

Wiraswasta 1 3.33 3 10.00 PNS 1 3.33 0 0 Total 30 100 30 100 Sumber : Data primer diolah, 2014

Tabel 6 menunjukan tingkat pekerjaan responden pada lokasi penelitian, data tersebut di luar kawasan terdapat responden bekerja sebagai petani sebanyak 18 orang atau sebesar 60


(39)

persen, peternak sebanyak 10 orang atau sebesar 33.35 persen, sedangkan responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 1 orang atau 3.33 persen dan pegawai negeri sipil sebanyak 1 orang atau sebesar 3.33 persen. Sedangkan status pekerjaan sebagai peternak yang di dalam kawasan sebanyak 17 orang atau sebesar 56.67 persen, patani sebanyak 10 orang atau 33.33 persen, sementara itu yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 3 orang atau 10 persen dan tidak ada responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil atau 0 persen.

Pekerjaan sebelum beternak akan sangat mempengaruhi peternak dalam mengelola ternaknya. Pada umumnya pekerjaan sebagai peternak dapat meningkatkan motivasi untuk pengembangan usaha peternakan sebelumnya, semakin sering pekerjaan dilakukan khususnya pada bidang peternakan maka semakin memahami dan timbul rasa kecintaan terhadap pekerjaan tersebut sehingga beternak dirasakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan pendatan keluarga.

Tabel 7. Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan tingkat pengalaman Pengalaman Luar Kawasan Dalam Kawasan

Beternak Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Tahun) (Orang) (%) (Orang) (%) 1-5 19 63.33 24 80.00 6-10 7 23.34 2 6.67 11-15 2 6.67 2 6.66 16-20 1 3.33 2 6.67 >20 1 3.33 0 0 Total 30 100 30 100 Sumber : Data primer diolah, 2014

Pengalaman beternak akan mempengaruhi peternak dalam mengembangkan usaha peternakannya. Semakin lama beternak maka peternak semakin tahu bagai mana cara mengembangkan usaha peternakannya dan semakin mengarah peternakan yang menuju keberhasilan dan lebih mampu menangkap peluang dalam usaha peternakan yang dijalani.

Tabel 7. Menunjukan tingkat pengalaman responden dari lokasi penelitian, responden diluar kawasan peternakan yang memiliki pengalaman beternak selama 1-5 tahun sebanyak 19 orang atau sebesar 63.33 persen, selama 6-10 tahun sebanyak 7 orang atau sebesar 23.34 persen, selama 11-15 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 6.67 persen, selama 16-20 tahun senanyak 1 orang sebanyak 3.33 persen dan > 20 tahun sebanyak 1 orang atau sebanyak 3.33 persen, sedangkan untuk responden didalam kawasan peternak yang memiliki pengalaman beternak selama 1-5 tahun sebanyak 24 orang atau sebesar 80 persen, selama 6-10 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 6.67 persen, selama 11-15 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar


(40)

6.66 persen, selama 16-20 tahun sebanyak 2 orang atau sebanyak 6.67 persen, sedangkan responden yang beternak > 20 tahun tidak ditemukan.

Tabel 8. Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

Tanggungan Luar Kawasan Dalam Kawasan Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (Orang) (%) (Orang) (%)

0 1 3.33 1 3.33

1 4 13.33 1 3.33

2 7 23.34 4 13.33

3 8 26.67 12 40.00

4 4 13.33 3 10.00

5 6 20.00 4 13.34

6 0 0 4 13.34

>6 0 0 1 3.33 Total 30 100 30 100 Sumber : Data primer diolah, 2014

Tabel 8 menunjukan karakteristik responden di lokasi penelitian, responden di dalam kawasan peternakan jumlah tanggungan responden 0 orang sebanyak 1 orang atau sebesar 3.33 persen, jumlah tanggungan responden 1 orang sebanyak 4 orang atau 13.33 persen, sedangkan tanggungan responden sebanyak 2 orang sebanyak 7 orang atau sebanyak 23,34 persen, sedangkan jumlah tanggungan responden 3 orang sebanyak 8 orang ataupun sebanyak 26.67 persen, jumlah tanggungan responden 4 orang sebanyak 4 orang atau sebesar 13.33 orang, responden yang jumlah tanggungannya sebanyak 5 orang sebanyak 6 orang atau sejumlah 20 persen, sedangkan jumlah tanggungan 6 dan > 6 tidak terdapat pada lokasi diluar kawasan peternakan atau sebanyak 0 persen. Sedangkan responden yang berada di luar kawasan peternakan jumlah tanggungan responden 0 orang sebanyak 1 orang atau sebesar 3.33 persen, sedangkan jumlah tanggungan responden 1 orang sebanyak 1 orang atau sebesar 3.33 persen, sedangkan jumlah tanggungan responden 2 orang sebanyak 4 orang atau sebanyak 13.33 persen, untuk tanggungan responden 3 orang sebanyak 12 orang atau sebesar 40 persen, sedangkan jumlah tanggungan responden 4 orang sebanyak 3 orang atau sebesar 10 persen, sedangkan jumlah tanggungan responden 5 orang sebayak 4 orang atau sebesar 13.34 persen, sedangkan jumlah tanggungan responden 6 orang sebanyak 4 orang atau sebesar 13.34 persen dan jumlah tanggungan responden> 6 orang berjumlah 1 orang atau sebesar 3.33 persen.


(41)

Jumlah tanggungan peternak merupakan salah satu yang berperan dalam melakukan kegiatan pengembangan sapi, jumlah tanggungan biasanya di identik dengan anggota keluarga sehingga dapat membantu dalam melaksanakan kegiatan beternak.

Tabel 9. Jumlah responden yang mengikuti pelatihan. Keikut Sertaan

Dalam Pelatihan Luar Kawasan Dalam Kawasan

Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (%) (Orang) (%)

Belum Pernah 17 56.67 10 33.33 1-2 Kali 11 36.67 15 50.00

3-5 Kali 2 6.66 3 10.00

Rutin 0 0 2 6.67

Total 30 100 30 100 Sumber : Data primer diolah, 2014

Dari Tabel 9 diatas menunjukan diluarkawasan peternakan terdapat 17 orang atau 56.67 persen yang belum pernah mengikuti pelatihan, 1-2 kali mengikuti pelatihan sebanyak 11 orang atau 36.67 persen, 3-5 kali sebanyak 2 orang atau 6.66 persen, sedangkan responden yang rutin mengikuti pelatihan tidak ada. Sedangkan didalam kawasan terdapat 10 orang atau 33.33 persen yang belum pernah mengikuti pelatihan, 1-2 kali sebanyak 15 orang atau sekitar 50 persen, 3-5 kali sebanyak 3 orang atau sebesar 10 persen sedangkan mengikuti pelatihan rutin sebanyak 2 orang atau sebanyak 6.67 persen.


(42)

Tabel 10. Penambahan populasi sapi bali didalam kawasan dari tahun 2009 sampai dengan 2014

Peternak Jumlah ternak tahun 2009

Popolasi tahun 2009 Jantan Betina

lahir mati jual Populasi tahun 2014 Penambahan populasi tahun 2014 Persentase Penambahan (ekor) Tahun 2009-2014

1 16 1 15 4 11 0 9 -7 -8,75

2 16 1 15 8 7 0 17 1 1,25

3 16 1 15 7 8 0 15 -1 -1,25

4 16 1 15 12 9 0 19 3 3,75

5 16 1 15 6 8 0 14 -2 -2,5

6 16 1 15 11 11 0 0 0 0

7 16 1 15 10 7 0 19 3 3,75

8 16 1 15 15 3 0 28 12 15

9 16 1 15 8 7 0 17 1 1,25

10 16 1 15 10 7 0 19 3 3,75

11 16 1 15 11 9 0 18 2 2,5

12 16 1 15 8 8 0 0 0 0

13 16 1 15 9 8 0 17 1 1,25

14 16 1 15 8 9 0 15 -1 -1,25

15 16 1 15 8 7 0 17 1 1,25

16 16 1 15 10 8 0 18 2 2,5

17 16 1 15 5 9 0 12 -4 -5

18 16 1 15 4 11 0 9 -7 -8,75

19 16 1 15 7 7 0 0 0 0

20 16 1 15 13 3 0 26 10 12,5

21 16 1 15 2 12 0 6 -10 -12,5

22 16 1 15 10 7 0 19 3 3,75

23 16 1 15 7 8 0 15 -1 -1,25

24 16 1 15 12 4 0 24 8 10

25 16 1 15 9 10 0 15 -1 -1,25

26 16 1 15 14 2 0 28 12 15

27 16 1 15 9 5 0 20 4 5

28 16 1 15 5 10 0 11 -5 -6,25

29 16 1 15 4 10 0 10 -6 -7,5

30 16 1 15 6 10 0 12 -4 -5

Total 480 30 450 252 235 0 449 17 0,17

Tabel 10 menunjukkan penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan dari tahun 2009 sampai dengan 2014 di dalam kawasan yang sampel diambil sebanyak 30 responden dari tabel diatas dapat dilihat jumlah populasi awal sebanyak 480 ekor terdiri dari 30 ekor jantan dan 480 ekor betina, sedangkan penambahan populasi sapi saat ini berjumlah17 ekor/tahun atau penembahan 0,17 persen/tahun, sehingga di peroleh populasi tahun 2014 sebanyak 449 ekor.


(43)

Tabel 11. Penambahan populasi ternak di luar kawasan dari tahun 2009 sampai dengan 2014

Peternak Jumlah ternak Tahun 2009 Populasi tahun 2009

Jantan Betina

Lahir mati Jual Populasi tahun 2014 Penambahan Populasi tahun 2009-2014 Persentase Penambahan (ekor) Tahun 2009-2014

1 5 1 4 10 1 4 18 9 20

2 7 1 6 20 8 8 19 12 17,85

3 3 1 2 9 3 3 12 6 25

4 3 1 1 11 4 5 15 7 14,28

5 3 2 0 8 3 3 11 5 10

6 2 1 1 6 1 3 10 5 15

7 2 0 2 6 1 4 13 5 15

8 3 0 3 6 2 3 10 4 8,33

9 2 0 2 6 2 3 9 4 12,5

10 5 1 4 12 4 5 18 8 9,37

11 4 1 3 10 4 3 13 6 8,33

12 4 1 3 10 2 3 15 8 12,5

13 1 0 1 5 1 2 7 4 18,75

14 7 1 6 17 4 5 35 13 11,53

15 1 0 1 3 0 1 5 3 16,66

16 5 1 4 10 2 6 19 8 9,37

17 1 0 1 5 1 3 8 4 18,75

18 2 0 2 6 1 3 10 5 15

19 3 1 2 8 1 3 13 7 14,28

20 4 1 3 11 2 4 17 9 13,88

21 2 0 2 6 1 2 9 5 15

22 2 0 2 5 1 1 7 4 12,5

23 2 0 2 6 1 3 10 5 15

24 8 2 6 15 4 7 26 11 6,81

25 1 0 1 3 0 1 5 3 16,66

26 2 0 2 4 1 2 7 3 8,33

27 4 1 3 10 2 4 16 8 12,5

28 2 0 2 5 0 2 9 5 15

29 6 1 5 14 3 7 24 11 11,36

30 4 0 4 11 2 4 17 9 13,88

Total 100 18 80 258 62 107 407 196 48,97

Tabel 11 menunjukan penambahan populasi sapi bali dari tahun 2009 sampai dengan 2014 di luar kawasan yang sampel diambil sebanyak 30 responden dari tabel diatas dapat dilihat jumlah populasi awal sebanyak 100 ekor terdiri dari 18 ekor jantan dan 82 ekor betina, sedangkan penambahan populasi sapi saat ini berjumlah 196 ekor dari tahun 2009 sampai dengan 2014 atau penembahan 48,97 persen/tahun, sehingga di peroleh populasi tahun 2014 adalah sebanyak 407 ekor.

Tabel 12. Penambahan ternak di lokasi penelitian

Ternak Awal Penambahan Persentase Lokasi Penelitian (Ekor) populasi (ekor) penambahan tahun

tahun 2009 (2009-2014) (2009-2014) Luar Kawasan 100 196 49 Dalam Kawasan 480 66 0,17 Sumber : Data primer diolah, 2014


(44)

Tabel 12 menunjukkan tingkat penambahan jumlah ternak pada lokasi penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat jelas pada responden yang berada di luar kawasan peternakan dengan persentase 48,97 persen sedangkan peningkatan populasi sebanyak 196 ekor/tahun dari jumlah ternak awal 100 ekor, sedangkan dikawasan peternakan tampak penambahan populasi yaitu sebesar 66 ekor/tahun atau jumlah ternak awal sebanyak 480 dengan persentase 3,43.

Tabel 13. Mortalitas ternak di lokasi penelitian

Peternak Jumlah Ternak Jumlah Persentase Lokasi Penelitian (Orang) Awal Mortalitas (%) (Ekor) (2009-2014)

Luar Kawasan 30 100 62 3,1 Dalam Kawasan 30 480 235 48,95 Sumber : Data primer diolah, 2014

Tabel 13 diatas menunjukkan lebih tingginya tingkat mortalitas pada kawasan peternakan sebanyak 48,95 persen/ekor/tahun dengan populasi awal sebanyak 480 dengan jumlah kematian ternak sebanyak 235 dari tahun 2009 sampai dengan 2014, sedangkan diluar kawasan peternakan sebanyak 3.1 persen/ekor/tahun dengan populasi awal sebanyak 100 ekor dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 dengan jumlah mortalitas 62 ekor.

Variabel yang mempengaruhi penambahan populasi di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

A. Hasil Analisisdi luar dan di dalam kawasan peternakan Uji asumsi klasik di luar dan di dalam kawasan peternakan

Sebelum melakukan uji kesesuaian (Goodness of fit) model. Untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi dalam analisis regresi linier, model regresi linier penambahan populasi ternak pertahun, hasil pengujian asumsi klasik akan dibahas pada bagian dibawah ini.

a. Uji asumsi multikolinierritas

Uji asumsi multikolinierritasadalah untuk melihat nilai toleransi dengan nilai lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF dengan nilai lebih besar dari 5. Jika asumsi ini sesuai maka tidak terjadi multi kolinieritas. Nilai toleransi dan VIF didaerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.


(45)

Tabel 14. Hasil uji asumsi multikolinierritas model penambahan populasi ternak di dalam kawasan dan diluar kawasan peternakan Kabupaten Aceh Tengah.

Signifikasi Divisiation Dalam kawasan Luar kawasan Variabel Bebas Tolerance VIF Tolerance VIF Umur 0,619 1,61 0,415 2,411 Pendidikan 0,707 1,299 0,727 1,376 Jumlah tanggungan 0,676 1,480 0,632 1,583 Pengalaman 0,620 1,612 0,497 2,013 Pekerjaan 0,125 8,029 0,801 1,249 Pakan 0,556 1,799 0,786 1,272 Selang Beranak 0,555 1,802 0,663 1,597 Awal birahi 0,678 1,474 0,631 1,584 Umur pertama beranak 0,520 1,921 0,569 1,578 Mortalitas 0,720 1,389 0,571 1,753 Manajemen 0,179 5,596 0,587 1,705 Sumber : Data primer diolah, 2014

Tabel 14 menunjukan tidak terjadi multi kolinieritas yang mana nilai toleransi lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih besar dari 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linier penambahan jumlah ternak di dalam kawasan peternakan dan diluar kawasan peternakan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah terbebas dari masalah Multikolinieritas.

B. Uji Asumsi Heteroskedastisitas di luar dan di dalam kawasan peternakan

Uji asumsi heteroskedastisitas dianalisis dengan menggunakan grafik model regresi linier berganda diantaranya terbebas dari masalah hetoroskedastisitas adalah :

a. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0

b. Titik data tidak mengumpul pada titik tertentu baik diatas ataupun disamping

c. Penyebaran titik tidak membentuk suatu pola bergelombang atau menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.


(46)

Gambar 2 Regressi Standardized Residual di dalam kawasan

Gambar 3 Regressi Standardized Residual di luar kawasan

Bila asumsi diatas tidak dilanggar maka dikatakan bebas dari masalah asumsi heteroskedastisita. Gambar 1 menunjukan bahwa titik-titik diatas besaran dibawah sekitar angka nol dan tidak membentuk satu pola, sehingga dapat dikatakan bahwa modal regresi linier untuk penambahan populasi ternak terbebas dari masalah heteroskedastisita.

C. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas menggunakan grafik p-plot of regression standadizo residual dengan melihat titik-titik pada garis diagonal dan diagram histrogram yang tidak kekanan dan kekiri. Gambar grafik uji asumsi normalitas penambahan populasi ternak di dalam kawasan peternakan dan di luar kawasan peternakan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.


(47)

Gambar 4 diatas menunjukan terlihat menyebar dan mengikuti diaknosa diagram histrogram tidak tampak condong kekanan dan kekiri, kemudian dapat dilihat bahwa data residual model rerdistribusi normalmaka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier penambahan populasi sapi bali di luar dan di dalam kawasan peternakan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah memenuhi asumsi normal.

D. Uji Kesesuaian (Test Goodnes Of Fit) Model dan Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi dan tidak terjadi kesalahan atau pelanggaran dalam asumsi selanjutnya dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis hasil analisa fakto-faktor yang mempengaruhi rendahnya penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan peternakan dan di luar kawasan peternakan. (Y) Produktivitas/ penambahan populasi, (X1) umur, (X2) pendidikan, (X3) jumlah tanggungan, (X4) pengalaman, (X5) pekerjaan, (X6) pakan, (X7) lama beternak, (X8) umur pertama birahi, (X9) umur pertama beranak, (X10) mortalitas, (X11

Hasil analisis regresi dengan SPSS N17, hasil data dan interpretasi data maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisisen regresi faktor yang mempengaruhi rendahnya populasi sapi di dalam dan di luarkawasan peternakan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah adalah sebagai berikut :

) manajemen.


(48)

Tabel 15. Analisis faktor penambahan populasi di luar kawasan peternakan di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

No Varibel Bebas Koefisien Regresi t-hit Sig Dalam Kawasan Peternakan

(Konstanta) 20,479 0,744 0,466

Umur Peternak 0,030 0,357 0,725

Pendidikan 0,050 0,232 0,819

Jumlah Tanggungan -0,312 -0,740 0,469

Pengalaman -0,067 -0,362 0,722

Pekerjaan 0,302 0,267 0,793

Pakan -0,271 -0,724 0,479

Selang Beranak -0,492 -0,676 0,507

Umur Pertana Birahi 0,215 0,529 0,603

Umur Pertama Beranak -0,051 -0,085 0,933

Mortalitas -1,978 -7,881 0,000

Manajemen 0,001 0,001 0,575

R2

F hit 9,737

0,925

Signifikan 0,000

Tabel 16. Analisis faktor penambahan populasi di dalam kawasan peternakan Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.

Luar Kawasan Peternakan Koefisien Regresi t-hit Sig

(Konstanta) -8,614 -0,469 0,644

Umur -0,037 -1,008 0,327

Pendidikan -0,239 -1,709 0,105

Jumlah Tanggungan 0,161 0,588 0,564

Pengalaman -0,060 -0,793 0,438

Pekerjaan 4,094 2,347 0,031

Pakan 0,389 1,422 0,172

Selang Beranak -0,268 -0,520 0,610

Awal Birahi -0,095 -0,369 0,716

Umur Pertama Beranak 0,540 1,308 0,207

Mortalitas 0,802 3,683 0,002

Manajemen -0,824 -0,571 0,995

R2

F hit 5,706

0,882

Signifikan 0,001

Sumber : Data primer diolah, 2014

Tabel 15 dan 16 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan peternakan dengan R2 0,925 dan F hit 9,737 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan Begitu pula di jelaskan pada Tabel 19 dan 20 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penambahan populasi sapi bali di luar kawasan peternakan dengan R2 0,882 dan F hit 5,706 dan nilai signifikansi sebesar 0,001.


(49)

Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial.

1. Pengaruh umur peternak terhadap penambahan populasi sapi bali.

Tabel 15 menunjukan variabel umur peternak memiliki signifikansi sebesar 0,725 di dalam kawasan, hal ini menunjukan variabel umur peternak tidak berpengaruh terhadap penambahan sapi bali dengan koefisien regresi sebesar 0,030 dan R2 sebesar 0,925. Begitu pula terhadap tabel 116 di luar kawasan nilai Signifikan 0,327 menunjukan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap penambahan sapi bali dengan nilai regresi -0,037 dan R2 sebesar 0,882. Umur seseorang umumnya dapat mempengaruhi aktivitas peternak dalam mengelola usahanya, di lokasi penelitian tidak berpengaruh dalam penambahan sapi bali di sebabkan sebahagian besar umur produktif di bekerja di sector pertanian.

2. Pengaruh pendidikan terhadap penambahan populasi sapi bali.

Tabel 15 menggambarkan Variabel pendidikan memiliki signifikansi sebesar 0,819, ini menunjukan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi sapi bali di dalam kawasan peternakan dan Tabel 16 menjelaskan nilai siknifikansi sebesar 0,105 di luar kawasan peternakan. Ini menunjukan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap variabel penambahan sapi bali dengan Koefisien Regresi 0,050 di dalam kawasan, ini menandakan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap penambahan sapi bali di luar kawasan peternakan dengan Koefisien Regresi n -0,239. Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berfikir seseorang, dilokasi penelitian tingkat pendidikan relative rendah terutama pendidikan di bidang peternakan sehingga peternak kurang mampu menangani ternaknya di lapangan sehingga variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap penambahan sapi bali.

3. Pengaruh jumlah tanggungan terhadap penambahan populasi sapi bali.

Tabel 15 menjelaskan tentang Variabel jumlah tanggungan memiliki Signifikansi sebesar 0,469 di dalam kawasan peternakan, angka ini nenunjukan jumlah tanggungan tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi sapi bali. Tabel 16 menjelaskan nilai signifikansi sebesar 0,564 di luar kawasan peternakan, ini menunjukan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap variabel penambahan sapi bali, dimana semakin tingginya pendidikan tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi sapi bali, begitu pula di luar kawasan peternakan jumlah tanggungan tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi sapi bali, ini menandakan bahwa jumlah tanggungan tidak berpengaruh terhadap kedua lokasi penelitian dengan koefisien regresi -0,390 dan -2,057. Semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi pula kebutuhan di dalam keluarga tersebut, di lokasi penelitian jumlah


(1)

Lampiran Gambar Observed Com Prob Penambahan sapi bali di dalam kawasan peternakan


(2)

Lampiran Gambar Regression Standadized Residual Penambahan Populasi Sapi Bali di dalam

kawasan


(3)

Lampiran 4. Penambahan populasi sapi bali di luar kawasan peternakan

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Penambahan populasi 6.533 2.78 30

Umur 39.43 10.73 30

Pendidikan 7.93 2.53 30

Jumlah tanggungan 2.86 1.38 30

Pengalaman 6.83 5.16 30

Pekerjaan .43 .50 30

Pakan 6.03 1.51 30

Selang beranak 13.03 .80 30

Awal birahi 23.73 1.46 30

Umur pertama beranak 34.86 1.04 30

Mortalitas 2.06 1.68 30

Manajemen .50 .50 30

Model Summary

Model R R Square Change Statistics

R square Change Sig. F Change

1 .882 .777 .777 .001

Anova

Model Sum of Square

df Mean

Square

F Sig

Regression 175.21 11 15.92 5.70 0.001

Residual 50.25 18 2.79


(4)

Coefficients Model Unstandardized coefficien standardized coefficien

t sig

1

B Std. error Beta

Constanta -8.61 18.34 -.46 .64

Umur -.03 .03 -.14 -1.00 .32

Pendidikan -.23 .14 -.21 -1.70 .10

Jumlah tanggungan

.16 .27 .80 .58 .56

Pengalaman -.06 .07 -.11 -.79 .43

Pekerjaan 4.09 1.74 .74 2.34 .03

Pakan .39 .27 .21 1.42 .17

Selang beranak

-.26 .51 -.07 -.52 .61

Awal birahi -.09 .25 -.05 -.36 .71

Umur pertama beranak

.54 .41 .20 1.30 .20

Mortalitas .80 .21 .48 3.68 .00


(5)

Lampiran Gambar Observed Com Prob Penambahan sapi bali di luar Kawasan


(6)

Lampiran Gambar Regression Standadized Residual Penambahan Populasi Sapi Bali di luar

kawasan