Stadium Infeksi Dari bulan januari sampai maret 2013 jumlah infeksi baru HIV yang

penjamu, adalah heterogeneitas kapasitas replikatif virus dan heterogeneitas intrinsik penjamu. Antibodi muncul di sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi, namun secara umum dapat dideteksi pertama kali setelah replikasi virus telah menurun sampai ke level ‘steady-state’ . Walaupun antibodi ini umumnya memiliki aktifitas netralisasi yang kuat melawan infeksi virus, namun ternyata tidak dapat mematikan virus. Virus dapat menghindar dari netralisasi oleh antibodi dengan melakukan adaptasi pada amplopnya, termasuk kemampuannya mengubah situs glikosilasi-nya, akibatnya konfigurasi 3 dimensinya berubah sehingga netralisasi yang diperantai antibody tidak dapat terjadi Zubairi Djoerban, 2009.

2.1.6. Stadium Infeksi

Penyakit HIV memiliki perkembangan terdokumentasi dengan baik . Jika tidak diobati HIV hampir secara universal fatal karena akhirnya ia akan menguasai sistem kekebalan tubuh yang akhirnya akan menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome AIDS . ART membantu orang-orang di semua tahap penyakit HIV dan pengobatan ini dapat memperlambat atau mencegah perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya.

2.1.6.1. Infeksi akut

Dalam waktu 2 sampai 4 minggu setelah terinfeksi HIV, anda mungkin merasa sakit dengan gejala seperti flu. Hal ini disebut sebagai sindrom retroviral akut atau infeksi HIV primer, dan itu merupakan respon alami tubuh terhadap infeksi HIV. Selama periode infeksi terjadi, sejumlah besar HIV sedang diproduksi dalam tubuh. Virus ini menggunakan sel-sel sistem kekebalan tubuh penting yang disebut sel CD4 untuk membuat salinan dari dirinya sendiri dan menghancurkan sel-sel ini dalam proses tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah CD4 dapat jatuh dengan cepat. Kemampuan seseorang untuk menyebarkan HIV adalah tertinggi selama tahap ini karena jumlah virus dalam darah yang sangat tinggi. Akhirnya , respon kekebalan tubuh Universitas Sumatera Utara akan mulai untuk membawa jumlah virus dalam tubuh kembali ke tingkat yang stabil. Pada waktu tersebut, jumlah CD4 akan mulai meningkat, tapi mungkin tidak kembali ke tingkat pra-infeksi.

2.1.6.2. Latensi klinis tidak aktif atau dormansi

Periode ini kadang-kadang disebut infeksi HIV tanpa gejala atau infeksi HIV kronis. Selama fase ini, HIV masih tetap aktif tetapi mereproduksi pada tingkat yang sangat rendah. Penderita HIV mungkin tidak memiliki gejala atau sakit selama tahap ini. Orang yang memakai terapi antiretroviral ART dapat hidup dengan latensi klinis selama beberapa dekad. Bagi orang-orang yang tidak memakai ART, periode ini bisa bertahan sehingga satu dekad. Penting untuk diingat bahwa seseorang itu masih bisa menularkan HIV kepada orang lain selama fase ini meskipun memakai ART. Menjelang tengah dan akhir periode ini , virus mulai meningkat dan jumlah CD4 mulai turun. Apabila ini terjadi, penderita mungkin mulai memiliki gejala infeksi HIV karena sistem kekebalan tubuh penderita HIV tersebut menjadi terlalu lemah untuk melindungi dirinya.

2.1.6.3. AIDS acquired immunodeficiency syndrome

Ini adalah tahap infeksi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh rusak parah dan penderita menjadi rentan terhadap infeksi dan kanker yang berhubungan dengan infeksi yang disebut infeksi oportunistik. Ketika jumlah sel CD4 penderita turun di bawah 200 sel per milimeter kubik darah 200 selmm3 , dia dianggap telah berkembang menjadi AIDS . Jumlah CD4 normal adalah antara 500 dan 1.600 selmm3. Seseorang itu juga dapat didiagnosis dengan AIDS jika dia mengembangkan satu atau lebih penyakit oportunistik. Tanpa pengobatan, orang yang didiagnosis dengan AIDS biasanya bertahan sekitar hanya 3 tahun. Setelah seseorang memiliki penyakit oportunistik yang berbahaya, harapan hidup tanpa pengobatan jatuh ke sekitar 1 tahun. Orang dengan AIDS membutuhkan pengobatan medis untuk mencegah kematian CDC, 2014. Universitas Sumatera Utara

2.1.7. Diagnosis HIVAIDS

Dokumen yang terkait

Kajian Kuantitatif Pelapukan Pedokimia(C?A)pada Tanah Berbahan Induk Tuff Dasit di Desa Lingga Julu Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

5 76 53

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014

1 18 100

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 13

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 4

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 15

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 3

Hubungan Antara Perilaku dengan Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 38

Evaluasi Pengembalian Dana Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di Kecamatan Simpang Empat (Kasus: Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 0 14

Pengetahuan Orang Tua Tentang Enterobiasis dan Angka Kejadian Enterobiasis pada Siswa SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara

0 0 10