Interpretasi Citra TINJAUAN PUSTAKA

Akurasi metric Mulai dan berhenti pada citra akurasi 500 meter Mendukung akurasi geolokasi Mentarget ulang objek Akurasi Geolokasi CE90 Spesifikasi 12,2 m CE90, dengan kinerja diprediksi pada kisaran 4,6 – 10,7 meter 15-35 kaki CE90, belum termasuk efek dari kelerengan dan off-nadir. 2 meter akurasi dengan memasukkan GCP pada citra Sumber : https:sellquickbird.wordpress.comworldview

2.4. Interpretasi Citra

Data yang diperoleh melalui perekaman tenaga elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan objek berdasarkan sistem penginderaan jauh, maka hasilnya disebut dengan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh tersebut berupa data visual citra dan data citranumerik. Data tersebut belum memberikan arti dan manfaat, meskipun data yang diperoleh akurat, datanya mutakhir, karena itu agar data tersebut mempunyai arti yang penting dan bermanfaat bagi bidang lain maupun pengguna data perlu adanya teknik analisis data penginderaan jauh. Analisis citra dalam penginderaan jauh merupakan langkah-langkah untuk interpretasi citra merupakan suatu perbuatan untuk mengkaji gambaran objek yang direkam. Sutanto 1992 mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. yang paling dasar dari prinsip-prinsip ini adalah unsur-unsur interpretasi citra diantaranya: 1. Rona, merupakan tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang 0,4-0,7 ɥm. berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya. 2. Warna, merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan obyek. 3. Bentuk, merupakan atribut yang jelas sehingga obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja. 4. Ukuran, merupakan obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume, karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya. 5. Tekstur, merupakan frekuensi perubahan rona pada citra Lillesand dan Kiefer, 1990 atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang. 6. Pola atau susunan keruangan, merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah. 7. Bayangan, bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya. 8. Situs juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu daerah terhadap sekitarnya. Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu wilayah morfologi 9. Asosiasi, merupak keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lainnya. Adanya keterkaitan ini maka terlihat suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.

2.5. ArcView 3.3