Latar Belakang Analisis Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis Pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan Tahun 2016.

terdapat di Kabupaten Tabanan dengan 13.098 kasus dan untuk penyakit DM kasus tertinggi terdapat di Kabupaten Buleleng dengan 4.887 kasus dan kasus DM tertinggi kedua terdapat pada Kabupaten Tabanan yaitu sebesar 4.837 kasus Dinkes Provinsi Bali, 2014. Berdasarkan laporan STP Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan tahun 2014, untuk penyakit DM tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kediri I dengan 1.120 kasus dan untuk kasus hipertensi tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Penebel II dengan 2568 kasus. Indonesia tentunya memiliki upaya-upaya untuk mengatasi terjadinya peningkatan penyakit degeneratif. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional JKN tentunya dilakukan segala upaya untuk mensejahterakan kesehatan masyarakat seluruh Indonesia termasuk upaya untuk mengatasi penyakit degeneratif yang semakin meningkat. Pembiayaan yang dikeluarkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan untuk penyakit degeneratif cukup besar terutama untuk penyakit-penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, gagal ginjal, stroke, DM dan penyakit degeneratif lainnya. Sehingga BPJS kesehatan melakukan upaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit dan peningkatan penyakit degeneratif, agar pembiayaan kesehatan untuk penyakit degeneratif dapat diminimalisir serta dapat memberi kesejahteraan terhadap kesehatan para peserta pengguna BPJS Kesehatan. Salah satu upaya promotif dan preventif yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan adalah Program Pengelolaan Penyakit Kronis Prolanis. Program Pengelolaan Penyakit Kronis Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien BPJS Kesehatan, 2014. Adanya program Prolanis ini untuk meningkatkan kualitas hidup peserta BPJS yang menderita penyakit kronis terutama diabetes melitus DM tipe II dan hipertensi. Prolanis ini dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama FKTP baik FKTP pemerintah maupun FKTP swasta. Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya Permenkes RI No.75 Tahun 2014. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan kontak pertama diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan sampai di tingkat primer saja dan mengurangi jumlah pasien yang dirujuk. Berdasarkan peraturan BPJS No. 2 Tahun 2015 dinyatakan bahwa sistem pembayaran dari BPJS ke FKTP adalah dengan sistem kapitasi, dimana dilakukan dengan kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan. Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen layanan ini adalah penyesuaian besaran tarif kapitasi berdasarkan hasil penilaian pencapaian indikator pelayanan kesehatan perseorangan yang disepakti berupa komitmen pelayanan FKTP dalam rangka peningkatan mutu layanan. Indikator komitmen pelayanan yang dilakukan oleh FKTP adalah angka kontak AK, rasio rujukan rawat jalan non spesialistik RRNS, dan rasio peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP RPPB. Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen layanan ini mewajibkan setiap FKTP untuk melaksanakan Prolanis, karena Prolanis ini merupakan salah satu indikator yang dinilai. Selain itu melalui Prolanis diharapkan FKTP mampu menurunkan angka kejadian PTM terutama untuk penyakit DM tipe II dan hipertensi, karena penyakit tersebut dirasa mampu ditangani di FKTP dan dapat melakukan deteksi dini terkait penyakit tersebut. Saat ini sebagian besar FKTP pemerintah atau puskesmas sudah bekerjasama dengan BPJS kesehatan. Untuk di Kabupaten Tabanan tercatat ada 20 puskesmas yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Puskesmas se-Kabupaten Tabanan sudah secara aktif melaksanakan kegiatan Prolanis. Rata-rata rasio kunjungan peserta prolanis di Puskesmas se-Kabupaten Tabanan periode Juli-Desember 2015 sebesar 95. Puskesmas dengan rata-rata rasio kunjungan prolanis tertinggi adalah Pukesmas Kediri I yaitu sebesar 100, sedangkan rata-rata rasio kunjungan peserta prolanis yang terendah adalah Puskesmas Penebel II yaitu sebesar 86 BPJS Kesehatan Cabang Denpasar, 2016. Rasio kunjungan merupakan indikator yang dinilai dari implementasi Prolanis, dimana jika rasio kunjungan Prolanis tinggi dapat diasumsikan bahwa implementasi Prolanis yang dilakukan FKTP lebih aktif, begitu pula sebaliknya. Belum ada penelitian terkait pelaksanaan Prolanis pada Puskemas Kabupaten Tabanan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, puskesmas yang dipilih adalah Puskesmas Kediri I sebagai Puskesmas yang memiliki rasio kunjungan Prolanis tertinggi dan Puskesmas Penebel II yang memiliki rasio kunjungan Prolanis terendah. Pemilihan puskesmas tersebut dilakukan berdasarkan rasio kunjungan Prolanis karena dalam penelitian ini ingin melihat perbedaan implementasi Prolanis pada Puskesmas dengan rasio kunjungan Prolanis tertinggi dan terendah. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui hambatan-hambatan serta permasalahan yang dialami saat pelaksanaan program. Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan Prolanis kedepannya agar lebih baik dan dapat memfasilitasi peserta BPJS Kesehatan serta dapat mencapai target yang telah ditentukan sehingga mampu mencapai derajat kesehatan yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah

Kabupaten Tabanan merupakan kabupaten dengan kasus DM dan hipertensi yang tinggi, sehingga program Prolanis sangat diperlukan di Kabupaten Tabanan. Puskesmas se-Kabupaten Tabanan sudah secara aktif melaksanakan kegiatan- kegiatan Prolanis. Berdasarkan rekapitulasi data BPJS Kesehatan periode Juli – Desember tahun 2015 diketahui bahwa puskesmas dengan rata-rata rasio kunjungan prolanis tertinggi adalah Pukesmas Kediri I yaitu sebesar 100, sedangkan rata-rata rasio kunjungan peserta Prolanis yang terendah adalah Puskesmas Penebel II yaitu sebesar 86. Selain itu kasus DM tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kediri I dan kasus hipertensi tertinggi terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Penebel II. Belum pernah dilakukan penelitian terhadap pelaksanaan Prolanis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap proses implementasi program sehingga bisa menjadi dasar bagi pengembangan program.

1.3 Pertanyaan penelitian

Bagaimana implementasi program pengelolaan penyakit kronis Prolanis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui implementasi Prolanis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui ketersedian input yang menunjang pelaksanaan Prolanis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016. 2. Untuk mengetahui proses dan output dari persiapan pelaksanaan Prolanis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016. 3. Untuk mengetahui proses dan output pelaksanaan aktivitas layanan Prolanis pada Pukesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016. 4. Untuk mengetahui proses dan output pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan Prolanis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016. 5. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Prolanis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016. 6. Untuk mengetahui persepsi peserta prolanis terhadap layanan Prolanis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam implementasi Prolanis bagi BPJS Kesehatan beserta Puskesmas se-Kabupaten Tabanan.

1.5.2 Manfaat Teoritis

1. Bagi Mahasiswa

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

BAB 2 Prolanis Program Pengelolaan Penyakit Kronis

1 9 9

Analisis Implementasi Pelayanan PONED di Puskesmas Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

17 134 123

this PDF file Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Poasia Kota Kendari | Ramsar | Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 1 PB

0 0 4

PENGARUH PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI BERBASIS TEORI CARING (Di Puskesmas Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang Tahun 2017) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 10

PENGARUH PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI BERBASIS TEORI CARING (Di Puskesmas Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang Tahun 2017) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

5 28 108

HUBUNGAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) TERHADAP STATUS KESEHATAN PENDERITA HIPERTENSI (Studi Di Puskesmas Singgahan Kabupaten Tuban) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 136

GAMBARAN PENGELOLAAN PELAYANAN KESEHATAN BERDASARKAN FUNGSI MANAJEMEN PADA PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DI PUSKESMAS TAMANGAPA MAKASSAR TAHUN 2016

1 5 96

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN DAN HARAPAN PASIEN PADA PELAYANAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA

0 0 19

KAJIAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI PADA PASIEN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) SKRIPSI

0 0 15