EKONOMI MEDIA Jawaban Ujian Akhir Semest

UNIVERSITAS INDONESIA

EKONOMI MEDIA

Jawaban Ujian Akhir Semester

oleh :
Maybi Prabowo
1406518755

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM PASCA SARJANA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
JAKAR TA
DESEMBER 2015

1) Mengamati siaran langsung media televisi nasional baik swasta maupun publik,
mengenai sidang Mahkamah Kehormatan DPR pada awal bulan Desember 2015, saudara
diminta menganalisis apakah jenis media yang termasuk kategori:
a. Pertempuran kekuasaan (battleground of power).
b. Berselingkuh dengan kekuasaan (allied with power).
c. Agen demokrasi sekaligus kapitalisme (central of democracy and capitalism).

d. Media mendorong masyarakat menjadi kritis (media create critical society).
Uraikan jawaban saudara dengan contoh yang relevan.

Jawab:
a. Media yang menjadi battleground of power
Gonjang-ganjing isu freeport episode sidang MKD ditutup dengan pengunduran diri
ketua DPR. Peperangan antara pro dan kontra hingga saat ini (17 Desember 2015)
dimenangkan oleh kubu pro menteri pertambangan dan Freeport. Bagaimanakah isu ini
bergulir bulan lalu hingga Desember ini? Bagaimanakah media sebagai medan peperangan
antar kekuatan kekuasaan pemilik modal?
Media yang menjadi tempat asal muasal peperangan isu freeport-sidang MKD
adalah media sosial khususnya Twitter. Laman Politwika menelusuri dan mencatat siapa
yang meramaikan isu ini pertama kali. Akun Twitter @LalaBinal adalah yang memulainya
sejak tanggal 11 November. Politwitka mencurigai akun ini adalah anonim. Isu ini
kemudian menggelinding bak bola panas mengkubu masing-masing menjadi pro dan
kontra. Banyak akun tertarik untuk membahas isu ini. Kalau ditelusuri di chirpstory.com
akan banyak sekali yang nimbrung menyebarluaskannya atau menciptakan tagar-tagar baru
seperti “Tak Ada #PapaMintaSaham Selain #PamanSamMintaPerpanjangan….” by
@FahriHamzah atau 100 Pelanggaran Berat Maroef Syamsuddin1.


1 Sugianto, 7 Desember 2015, Kehebohan Freeport-Sidang MKD di Medsos,
http://politwika.com/kehebohan-freeport-sidang-mkd-di-medsos/, 15 Desember 2015

Setelah beberapa hari, media tradisional ikut meramaikan isu ini. Sidang MKD
sebagai puncak ramainya isu ini menjadi tontonan live di televisi yang merebut perhatian
banyak orang. Hingga sebulan lebih setelah keluarnya pesan pertama di medsos,
tampaknya peperangan pro dan kontra atas isu ini mungkin baru mereda dengan kabar
pengunduran diri ketua DPR.
Peperangan yang terjadi khususnya di media sosial, bisa dikaji dari pendekatan teori
kekerasan simbolik (symbolic violence). Teori ini dilontarkan pertama kali oleh Sosiolog
Perancis, Pierre Bourdieu pada tahun 70-an. Pemikiran Bourdieu adalah hasil dari usahanya
mengembangkan pandangan kritis Marx tentang modal yang ia kategorikan menjadi empat,
yakni: ekonomi, sosial, kultural, dan simbolik. Modal ekonomi adalah modal yang berupa
uang, aset, peralatan produksi, dll.
Modal sosial contohnya adalah lingkaran pergaulan, jumlah teman di medsos, dll.
Modal kultural di antaranya adalah lingkup pendidikan dan budaya yang menjadi latar
belakan seseorang. Sedangkan modal simbolik contohnya adalah pangkat, jabatan, posisi,
seragam, dll.
Dengan menguasai salah satu modal seseorang bisa melipatgandakan (generate)
kekuasaannya atas modal-modal yang lain. Kelompok elit di dalam masyarakat adalah

segelintir orang yang memiliki kekuasaan atas satu atau beberapa kategori modal dalam
jumlah yang jauh lebih banyak dibanding yang dimiliki orang kebanyakan. Teori Bourdieu
menekankan kepada modal simbolik yang memiliki kecenderungan dimanfaatkan untuk
unjuk kekuatan terhadap orang-orang lain. Unjuk kekuatan inilah yang dinamakan
kekerasan simbolik2.
Peperangan antara pro dan kontra atas kasus ini tidak bisa dilepaskan dari kekerasan
simbolik yang dilakukan penguasa-penguasa modal simbolik untuk mempengaruhi publik.
Di media sosial masing-masing pihak melontarkan isu sembari menunjukkan modal
simbolik mereka berupa follower yang banyak atau tagar yang mereka ciptakan berhasil
menjadi trending topic. Di layar kaca, para 'tokoh' di pusaran isu tersebut adalah elit-elit
penguasa atas modal (ekonomi, sosial, kultural) ditampilkan oleh televisi yang dimiliki
oleh korporasi penguasa modal ekonomi dengan tujuan untuk menarik sebanyak mungkin
pemirsa untuk meraih rating (keuntungan) tinggi. Namun di balik itu semua, meskipun para
2 Sartoni, Luca, 2011, Symbolic Violence and Social Media, http://lucasartoni.com/2011/02/10/symbolicviolence-and-social-media/, 16 Desember 2015

elit tampaknya berperang, kepentingan mereka sejatinya sama, melanggengkan kekuasaan
mereka atas modal-modal tersebut. Media-media jenis ini, yang dikuasi oleh korporasikorporas, adalah media ajang kekerasan simbolik antara elit pemilik modal dan
menempatkan publik menjadi penonton atau ikut-ikutan semata (follower).

b. Berselingkuh dengan kekuasaan (allied with power).

Teori kekerasan simbolik Pierre Bourdieu mendeskripsikan bagaimana ide-ide dan
nilai-nilai dari elit penguasa baik ekonomi, sosial, budaya, dan simbolik, disampaikan
seringkali dengan cara-cara yang tidak kentara, kepada publik. Pandangan Bourdieu ini
menyoroti tentang segala materi dari berita hingga hiburan yang dimuat oleh media untuk
disampaikan kepada publik. Televisi swasta yang menayangkan live sidang MKD, menjadi
medium kekerasan ini dengan menyalurkan pesan yang dibungkus atas nama aspirasi,
namun di balik itu memuat ide dan nilai yang ingin dilanggengkan oleh kelas penguasa3.
Mengacu kepada dua pihak yang berperang, yakni ketua DPR/kubu MKD vs
menteri ESDM/Freeport, maka peperangan ini sejatinya adalah peperangan antar elit
penguasa modal. Dua televisi pemberitaan TV One dan Metro TV jelas terafiliasi dengan
dua kubu itu. TV One dimiliki oleh bos partainya ketua DPR, sementara Metro TV dimiliki
oleh bos partai pendukung pemerintah-menteri ESDM-Freeport. Freeport sendiri adalah
korporasi penguasa modal besar di bidang pertambangan dengan kepentingan
mempertahankan status quo kekasaanya atas tambang emas di Papua. Tidak ada yang
menyangkal bahwa dua televisi tersebut, meskipun berlawanan haluan, namun keduanya
juga berafiliasi dengan kubu-kubu kekuasaan. Dua Media TV jaringan nasional itu
cenderung berselingkuh dengan kekuasaan yang bertendensi untuk tidak mendahulukan
kepentingan

publik.


Padahal

frekuensi

yang

mereka

pakai

untuk

bersiaran

menyebarluaskan pesan adalah milik publik.

c. Agen demokrasi sekaligus kapitalisme (central of democracy and capitalism).

3 Chivers, Tom, 24 Maret 2012, The Symbolic Violence of Reality Television,

http://londonprogressivejournal.com/article/view/1069/the-symbolic-violence-of-reality-television, 17
Desember 2015

Pemikir kritis AS Noam Chomsky percaya bahwa Korporasi media adalah bagian
dari mesin propaganda yang dikontrol oleh pemerintah dan korporasi swasta. Chomsky
memopulerkan istilah "manufacturing consent" untuk menggambarkan dinamika korporasi
media sebagai organisasi kapitalistik. Kepentingan dari korporasi tersebut adalah
mengontrol arus informasi sebagai kunci menuju kesuksesan finansial. Chomsky sempat
menyorot bagaimana media AS yang sarat kepentingan kapitalisme Barat, mendukung
invasi RI atas Timor Leste pada tahun 70-an, namun di akhir tahun 90-an, di mana
kekuatan komunis Rusia sudah hancur, media AS cenderung mendukung kemerdekaan
negara bekas jajahan Portugis tersebut4.
Freeport adalah korporasi kapitalistik yang sudah kuku bisnis tambang emasnya di
tanah Papua sejak awal 70-an. Selama kandungan emas di wilayah tersebut masih
membawa keuntungan finansial bagi mereka, maka perpanjangan kontrak menjadi sebuah
keharusan. Di tengah-tengah kepentingan kapitalis Barat tersebut, muncullah kepentingankepentingan kapitalis lokal yang kadang besekongkol kadan berebut untuk menikmati
cipratan rejeki.
Media adalah satu pilar penting bagi kehiupan demokrasi. Berlandaskan demokrasi
ini, korporasi media memiliki kebebasan untuk mengemas berbagai informasi dengan
mengutamakan kepentingan kapitalis pemilik media di atas kepentingan publik. Bourdeu

mengistilahkan pesan ini sebagai pesan dengan unsur kekerasan simbolik. Pesan yang
bertujuan untuk melanggengkan kekuasaan para elit terhadap modal-modal yang sudah
mereka nikmati.

d. Media mendorong masyarakat menjadi kritis (media create critical society).
Uraikan jawaban saudara dengan contoh yang relevan.
Seperti diluas di poin-poin sebelumnya, korporasi media tidaklah berkepentingan
atas sikap kritis publik. Manufacturing consent yang digariskan oleh Chomsky
berkepentingan atas diserapnya ide-ide dan nilai-nilai oleh publik agar 'patuh' dengan
kepentingan hegemoni kekuasaan. Jikapun di dalam ulasannya, media menghadirkan para
pengamat atau ahli sebagai nara sumber, mereka dipilih untuk mendukung agenda-agenda

4 Rowen003, 1 April 2015, Mass Media and Capitalism, http://www.newsactivist.com/en/articles/mediaethics-section-07/mass-media-and-capitalism, 17 Desember 2015

korporasi media. Agenda tersebut bermuara kepada langgengnya status quo kekuasaan elit
penguasa modal.
Hadirnya Internet membawa angin segar bagi sikap kritis publik yang selama ini
tidak diakomodasi seluas-luasnya oleh media tradisional (korporasi media). Internet dengan
kekuatan sosial media lebih memberi ruang terbuka bagi publik untuk bersikap kritis dan
memberikan kontrol kepada kekuasaan para elit.

Namun bukan berarti kepentingan hegemoni kekuasaan tidak bisa masuk ke ruang
media sosial. Bergulirnya isu "papa minta saham" di medsos bermula dari akun anonim.
Banyak isu-isu politik yang berkembang juga berawal dari akun-akun anonim. Siapakah
pemilik akun anonim ini? Kepentingan siapa yang ia bawa saat mereka menggulirkan isu
tersebut?

2. Melihat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi akhir-akhir ini, bagaimana
pengaruhnya pada bisnis media konvensional seperti TV, radio, dan media cetak
khususnya di Indonesia. Jelaskan hal-hal tersebut disertai contoh yang relevan.

Jawab:
Selama lebih dari sepuluh tahun terakhir semenjak reformasi 1998, industri televisi
di Indonesia menikmati masa booming iklan televisi dengan meraih pendapatakan iklan
yang luar biasa mengalahkan media-media lain. Namun pada tahun-tahun belakangan
semenjak meledaknya penggunaan media sosial, tampaknya masa booming tersebut mulai
meredup.
Hal ini yang mulai terjadi di Indonesia ini sudah dialami di AS. Sydney Ember di
dalam artikelnya yang dimuat di New York Post memprediksi bahwa pendapatan televisi
akan anjlok pada tahun 2016. Namun di sisi lain media digital akan melanjutkan tren positif
mereka. Belanja iklan digital pada tahun 2015 telah naik sebesar 17,2 persen dan

diramalkan naik lagi sebesar 13,5 persen pada 2016. Banyak pengamat yang meyakini

bahwa pada akhir tahun 2017 belanja iklan media digital akan melampaui belanja iklan
televisi5.
Industri televisi di Indonesia juga mulai merasakan dampak serupa. Pada 2015 lalu
lintas transaksi bisnis di media baru sudah mencatat angka yang fenomenal. Menkominfo
Rudiantara menyatakan setidaknya terdapat transaksi 200 trilyun rupiah tahun 2015 ini
lewat media sosial di seluruh Indonesia. Mulai dari perdagangan produk konsumtif seharihari hingga berbagai jasa, dan juga jasa pulsa.
ATVSI, Asosiasi Televisi Swasta Indonesia mencatat bahwa setiap tahun lima
persen pangsa pasar iklan televisi di seluruh Indonesia telah direbut oleh iklan di sosial
media, menggunakan Google, Twitter, Face Book, Path, dan Instagram, lewat jasa-jasa
penggunaan link mereka.
Persentase perpindahan iklan dari media konvensional ke sosial media terus
bertambah. Tahun 2010 – 2015 , Nielsen mencatat data-data sebagai berikut6:
-

Telah terjadi perpindahan tren bermedia dari tradisional ke sosial

-


Iklan media televisi tahun 2015 sebanyak lima persen telah pindah ke media sosial

-

Unilever, perusahaan industri konsumen terbesar Indonesia, tahun 2016 akan
menyisihkan 50 persen budget iklan media konvensional mereka ke media sosial dan
online.

3) Saudara diminta menjelaskan apa yang dimaksud dengan media planning dan
pentingnya media planning bagi sebuah perusahaan media disertai contoh yang relevan
pada produk media di Indonesia.
Jawab:

5 Sydney Ember, 7 Desember 2015, Digital Ad Spending Expected to Soon Surpass TV, New York Times
6 Ishadi SK, 17 November 2015, The Change of The Mass Media Paradigm: Leave "Conventional Media",
Go To "Emerging Social Media".

Media planning adalah proses yang dilakukan oleh pengiklan atau biro iklan
menetapkan kendaraan media yang tepat digunakan untuk beriklan7. Ketepatan menjadi
kata kunci karena menyangkut efektivitas penggunaan biaya iklan yang dikeluarkan oleh

pihak pengiklan. Iklan yang tidak tepat berarti sama saja membuang uang percuma.
Media planning sangat penting artinya bagi kesuksesan sebuah tindakan periklanan.
Media planning adalah kegiatan yang berurusan dengan porsi biaya terbesar dari aktivitas
periklanan, yakni biaya yang dialokasikan untuk membayar penempatan iklan dengan
lokasi, ukuran, waktu, dan frekuensi yang ditentukan. Media planning membutuhkan
orang-orang dengan dua keahlian sekaligus yakni di bidang marketing dan komunikasi
massa. Kenapa? Karena seorang media planner memiliki dua peran utama di dalam
aktivitas periklanan yakni sebagai analis pasar yang menjadi targey dan mengevaluasi
efektivitas saluran yang akan digunakan8.
Salah satu pendekatan yang banyak digunakan oleh para praktisi periklanan
khususnya iklan televisi saat ini adalah recency theory. Recency theory mengacu kepada
keyakinan bahwa periklanan dan promosi yang paling efektif adalah saat dilakukan
sesegera mungkin pada waktu-waktu keputusan untuk membeli sedang diambil oleh
konsumen. Semakin lama jeda dari saat-saat keputusan membeli tersebut terjadi, pengaruh
iklan dan promosi semakin berkurang. Sebagai contoh, produk makanan cepat saji diyakini
akan optimal saat diiklankan menjelang waktu makan malam. Mengiklankan film tepat jika
dilakukan pada saat film tersebut dirilis9.
Konsep recency media planning saat ini banyak diterapkan oleh para media planner
menggantikan konsep effective frequency media planning karena lebih mengefektifkan
pengeluaran iklan. Berbeda dengan konsep effective frequency, konsep recency media
planning memiliki karakteristik10:

7 Entrepreneur Staff, Media Planning, http://www.entrepreneur.com/encyclopedia/media-planning, 17
Desember 2015

8 Chand, Smriti, 2015, Importance of Media Planning In the Process of Advertising a Product!,
http://www.yourarticlelibrary.com/advertising/importance-of-media-planning-in-the-process-of-advertising-aproduct/22482/

9 Nielsen, Recency Theory, http://audiencewatch.nielsen.com/data/help/glossary/recency/index.htm
10 McDonald, Colin dan Erwin Epran, Recency Versus Effective Frequency in Media Planning,
Reader's Digest Newsletter Volume 7 Issue 1,
www.magazinescanada.ca/uploads/File/files/adpositioning/archive/Recency%20Versus%20Effective
%20Frequency%20in%20Media%20Planning.pdf

- mengutamakan jangkauan bukan frekuensi
- mengutamakan continuity bukan flighting
- mengutamakan sebaran bukan konsentrasi

4) Dalam kuliah ekonomi media dibahas topik kelayakan binis media. Sehubungan dengan
hal tersebut saudara diminta menjelaskan bagaimana menganalisi kelayakan sebuah
bisnis media, dengan makin maraknya media sosial digunakan sebagai media promosi
atau iklan? Lengkapi uraian saudara disertai contoh yang relevan.
Jawab:
Studi kelayakan bisnis media kurang lebih sama dengan studi kelayakan bisnis jenis
usaha lainnya, yakni sama-sama bertujuan untuk mengkaji apakah ide mendirikan usaha
media tersebut mampu menghasilkan level cash flow yang memuaskan dan memiliki
profitabilitas dalam rentang waktu yang panjang11. Tahap-tahap menyusun studi kelayakan
bisnis, seperti diuraikan oleh penulis dan ahli manajemen Charles Crawford, adalah sebagai
berikut:
Tahap pertama
Diawali dengan executive summary. Executive summary dibuat terakhir namun
ditampilkan di awal proposal studi kelayakan. Executive summary harus menyajikan
gambaran umum yang jelas tentang tujuan utama studi kelayakan bisnis tersebut. Executive
summary harus bisa dipahami uraiannya, dari latar belakang hingga kesimpulan, oleh
seluruh jajaran manajemen perusahaan maupun pihak-pihak luar seperti perbankan,
investor, dan para pemangku kepentingan lain tanpa perlu membaca seluruh materi studi
kelayakan tersebut. Bagi bisnis media perlu digambarkan sekilas tentang tujuan dan latar
belakang produk media informasi atau hiburan tersebut diluncurkan di wilayah sasaran,
siapa khalayak sasarannya, dan apa isinya serta peluang keberhasilannya.

11 Crawford, Charles, How to Write a Feasibility Study for a Business, Demand Media,
http://yourbusiness.azcentral.com/write-feasibility-study-business-11543.html, 17 Desember 2015

Tahap kedua
Berikan informasi yang relevan tentang produk bisnis tersebut. Berikan gambaran
keuntungan untuk customer yang menggunakannya. Deskripsikan produk secara detil
dalam bentuk gambar, detil teknis, yang mendukung pemahaman atas bisnis produk bisnis
tersebut. Tunjukkan kelebihan-kelebihan produk tersebut dibandingkan produk sejenis yang
sudah ada di pasaran. Sebutkan pihak pembuat produk tersebut dan bagaimana
mendistribusikannya. Bagaimana dengan hak cipta dan informasi-informasi terkait lainnya.
Sebagai contoh, studi kelayakan sebuah stasiun televisi atau radio selain
menyajikan data produksi program-program unggulan dan data teknis umum seperti
gelombang yang digunakan dan kekuatan sinyal pemancar, juga harus menyertakan datadata teknis lain terkait perangkat antena pemancar termasuk merk, siapa pembuatnya, dan
sertifikat alat yang digunakan. Data-data perangkat produksi seperti kamera, komputer,
VTR, switcher, mixet audio, dlll, hingga perangkat-perangkat lunak (softwares). Semua
harus ditulis lengkap.

Tahap ketiga
Uraikan khalayak potensial yang menjadi sasaran produk. Berikan estimasi berupa
angka yang menunjukkan besarnya potensi pasar yang dituju dari produk tersebut dan
berapa estimasi revenue yang didapat. Gambarkan berapa estimasi prosentase share yang
diperoleh dari potensi revenue yang ada di pasar sasaran. Berikan gambaran karakter
demografis dari pasar yang dituju. Seberapa besar estimasi pertumbuhannya? Bagaimana
peta persaingan produk-produk sejenis di pasar tersebut.
Untuk stasiun televisi, sangat penting untuk menggambarkan angka-angka yang
menunjukkan potensi kepemirsaan di wilayah siaran, berapa share kepemirsaan stasiun
televisi yang ingin diraih. Bagaimana karakteristik demografis khalayak pemirsa televisi di
wilayah tersebut? Dan yang terpenting, bagaimana pasar iklannya. Banyak bisnis televisitelevisi lokal didirikan di seluruh wilayah Indonesia memiliki kepemirsaan yang tidak
terlalu jelek bahkan beberapa diantaranya bisa bersaing dengan televisi jaringan nasional di

wilayah tersebut, namun potensi pasar iklan di situ tidak sanggup untuk memberikan
keuntungan yang diharapkan.
Dengan pesatnya pertumbuhan penggunaan media sosial khususnya melalui
perangkat seluler di hampir semua wilayah Indonesia, mendeteksi tren perilaku bermedia
khalayak sasaran tentu menjadi sangat penting. Banyak riset yang menunjukkan bahwa
naiknya tren bermedia sosial berpengaruh sebaliknya terhadap kepemirsaan televisi.
Maka wajib diperhatikan bagaimana tren bermedia melaui televisi yang sudah ada
di wilayah tersebut. Angkanya meningkat atau turun? Bandingkan dengan tren penggunaan
media sosial. Jika ternyata tren yang ada tidak seperti yang diharapkan, apakah masih layak
bersiaran melalui televisi di wilayah tersebut.
Tahap keempat
Tunjukkan kunci informasi keuangan tentang produk tersebut. Tunjukkan berapa
harga yang harus ditetapkan untuk produk tersebut. Berikan gambaran bahwa harga
tersebut sesuai dengan kalkulasi yang relevan terhadap semua biaya. Berikan ulasan
tentang faktor biaya produksi dan oprasionalisasi bisnis. Berikan gambaran permodalan dan
jika diperlukan, kebutuhan modal dari pihak-pihak luar. Berikan gambaran profitabilitas
yang diharapkan.
Untuk bisnis media televisi tentu harus bisa menggambarkan berapa harga iklan
(rate card) di masing-masing slot sepanjang bersiaran. Harga iklan tersebut sudah harus
diperhitungkan dengan biaya produksi dan operasional, juga dengan estimasi daya beli
pasar iklan di wilayah tersebut. Tentang permodalan, sebuah lembaga penyiaran memiliki
aturan khusus tentang permodalan yang tercantum di dalam UU Penyiaran.
Crawford menekankan bahwa studi kelayakan berbeda dengan rencana bisnis
(business plan). Studi kelayakan adalah perangkat untuk mempertimbangkan apakah bisnis
tersebut layak dijalankan. Sementara rencana bisnis adalah untuk merencanakan tindakantindakan yang dibutuhkan untuk meralisasikan ide untuk membangun usaha. Studi
kelayakan menyediakan informasi bagi rencana bisnis.

5) Akhir-akhir ini perkembangan media sosial begitu pesat, baik jenis maupun kontennya.
Saudara diminta menjelaskan berbagai jenis media sosial yang berkembang saat ini dan
tunjukkan mana di antara media sosial itu yang paling berpengaruh dalam kehidupan
sosial ekonomi dan politik masyarakat?

Jawab:
Christie Barakat, seorang pengamat media sosial menulis di laman Adweek tentang
media-media sosial yang paling berpengaruh secara global di dalam sepuluh tahun terakhir.
Tulisannya didasarkan atas infografik yang dibuat oleh Jeremy Waite dikutip dari di Adobe
Social12.

12 Barakat, Christie, 18 Maret 2014, The Most Influential Social Networks of 2014,
http://www.adweek.com/socialtimes/influential-social-networks-2014-infographic/144819

Grafik Tren Penggunaan Media Sosial

Berdasarkan grafik tersebut Barakat memberikan catatan di antaranya adalah
sebagai berikut:
-

Banyaknya profil di 21 media sosial hampir sama jumlahnya dengan total penduduk di
dunia.

-

Banyak pelaku-pelaku bisnis tidak menyadari bahwa Tiongkok memiliki tiga media
sosial yang termasuk terbesar dan terkuat di dunia. Sina Weibo (media sosial dati
Tiongkok) memiliki tingkat penetrasi yang sama dengan penetrasi Twitter di AS.

-

Beberapa merk produk dari Timur Tengah mempercayai YouTube lebih bernilai
dibandingkan Facebook atau Twitter.

-

Merk-merk dari Spanyol banyak yang tetap fokus menggunakan media sosial lokal
mereka, Tuenti dibandingkan Facebook.
Pengamat media sosial yang lain, Randy Milanovic memberikan ulasan di laman Social

Media Today tentang 21 media sosial yang menurutnya paling penting di dunia saat ini.
Dua teratas diduduki oleh Twitter dan Facebook13.

Twitter
Twitter dianggap sebagai media sosial paling simpel saat ini. Memiliki layanan antar
muka (interface) yang mudah dioperasikan, pesan pun dibatasi maksimal 140 karakter.
Twitter melahirkan istilah-istilah yang kemudian menjadi sangat terkenal di jagad media
sosial seperti trending topic, #hashtag (tanda pagar, tagar), influencer-follower, dan buzzer
(istilah marketing melalui Twitter).

Facebook
Banyak orang menganggap media sosial konotasinya adalah Facebook. Meskipun
bukan yang pertama, namun Facebook adalah media sosial dengan keanggotaan terbesar di
dunia.
Indonesia Republik Medsos
Antonny Liem, konsultan berbagai perusahaan berbasis teknologi online di Indonesia,
menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sangat aktif bermedia sosial14. Sebanyak 93
13 Milanovic, Randy, 13 April 2015, The World's 21 Most Important Social Media Sites and Apps in 2015,
http://www.socialmediatoday.com/social-networks/2015-04-13/worlds-21-most-important-social-media-sitesand-apps-2015#sthash.NM3yQ59R.dpuf, 17 Desember 2015.

14 Noor, Achmad Rouzni, 23/02/2015, Indonesia 'Negara Paling Berisik' di Media Sosial,
http://m.detik.com/inet/read/2015/02/23/062345/2839535/398/indonesia-negara-paling-berisik-di-mediasosial

persen dari pengguna internet di Indonesia, aktif mengakses Facebook. Bahkan Jakarta
tercatat sebagai kota dengan pengguna Twitter teraktif di dunia, sehingga disebut sebagai
ibukota media sosial. Jumlah mobile subscription yang aktif di Indonesia mencapai 282
jutaan. Di mana 74 persen di antaranya digunakan masyarakat kita untuk mengakses media
sosial. Antonny Liem menganggap tren ini sebagai fenomena sosial. Besarnya antusiasme
masyarakat Indonesia terhadap medsos dilatarbelakangi oleh kultur masyarakat Indonesia
yang pada dasarnya senang berkumpul dan cenderung haus terhadap hal-hal baru.

Bagaimana media sosial berpengaruh terhadap dinamika politik di Indonesia?
Toto Sugiarto, Peneliti Senior dari Soegeng Sarjadi Syndicate, memberi pandangan
bahwa bagi kalangan yang relatif terdidik, kampanye politik menggunakan media sosial
saat ini lebih efektif ketimbang baliho dan spanduk15. Orang yang relatif terdidik dan
memiliki wawasan tidak akan percaya isi baliho atau spanduk, tapi lebih percaya pada
perkataan teman atau koleganya di media sosial. Toto menganggap media sosial efektif
sebagai sarana pertukaran ide. Penyebaran berbagai ide, termasuk isi kampanye via media
sosial, berlangsung amat cepat dan hampir tanpa batas. Di Twitter, hanya dengan men-twit,
informasi tersebar luas ke seluruh follower, begitu seterusnya dengan cara kerja seperti
multi-level marketing.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cesty Nur Tribuana tentang pilpres 2014 yang
dimuat di laman kementrian luar negeri menunjukkan bahwa media sosial seperti Twitter
dan Facebook menjadi pilihan media untuk mengampanyekan visi dan misi dari dua
kandidat Presiden dan Wakil Presiden RI, Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa16. Melalui media sosial, pendukung kedua kandidat Presiden dapat
membagi kegiatan kampanye maupun menggalang gerakan massa. Dibandingkan dengan
media kampanye lain, media sosial memiliki kelebihan-kelebihan yang membuatnya dipilih
sebagai media kampanye politik. Kemampuan untuk menembus batas ruang dan waktu,
serta kemudahan akses media sosial dan rendahnya biaya yang dibutuhkan, menjadi alasan
mengapa media sosial menjadi pilihan para politisi dalam mengampanyekan visi dan
15 Sugiarto, Toto, 2 Maret 2014, Media Sosial dalam Kampanye Politik,
http://nasional.kompas.com/read/2014/03/29/1153482/%20Media.Sosial.dalam.Kampanye.Politik, 17
Desember 2015

16 Tribuana, Cesty Nur, 2014, Demokrasi Media Sosial pada Masa Pemilihan Presiden 2014,
http://www.kemlu.go.id/pusdiklat/Documents/01%20Politik/Demokrasi%20Media%20Sosial%20pada
%20Masa%20Pemilihan%20Presiden%202014%20(Politik).pdf

misinya kepada masyarakat. Pemanfaatan media sosial untuk kampanye politik tentu bukan
tanpa alasan. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan
pengguna media sosial terbanyak di dunia. Sebagaimana dirilis oleh Webershandwick, pada
akhir tahun 2013 pengguna Facebook di Indonesia mencapai 65 juta pengguna aktif.
Sedangkan untuk pengguna Twitter di Indonesia pada kurun waktu tersebut sebesar 19,5
juta dari 500 juta pengguna global. Kondisi tersebut menjadi peluang bagi para politisi
maupun para simpatisan tokoh-tokoh politik untuk mengampanyekan program-program
politik di Indonesia.
Bagaimana pengaruh medsos terhadap kehidupan ekonomi masyarakat? Wartawan
senior Budiarto Shambazy memandang bahwa penggunaan media sosial di Indonesia saat
ini belum sepenuhnya digunakan untuk kepentingan di bidang ekonomi bisnis seperti apa
yang dilakukan negara berkembang. Menurutnya Indonesia, tidak seperti AS, yang
menggunakan medsos untuk kemajuan di bidang ekonomi, khususnya kemajuan UKM, di
antaranya memotong jalur pemasaran dengan meminimalkan perantara bagi petani atau
nelayan, sehingga keuntungan bisa maksimal17.

6) Dengan berbagai potensi yang dimiliki media, apakah saudara melihat peluang media
dimanfaatkan untuk kepentingan (ekonomi, ketahanan, dan politik) nasional? Lengkapi
uraian saudara dengan contoh yang relevan.

Jawab:
Media dan kepentingan ekonomi nasional
Urusan kepentingan ekonomi nasional dengan media mencakup bagaimana media
secara isi berpihak kepada kepentingan dan memberikan nilai tambah terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Media yang memproduksi dan menyebarluaskan isi
sebagai komoditas, secara langsung memberikan nilai tambah terhadap nilai sumber daya
komunikasi (kreatif), obyek traveling, kuliner, produk teknologi baru, kerajinan, dan

17 Yunisa, 26 November 2015, Netizen Diharapkan Sering Sampaikan Pesan Nasionalisme di Media Sosial,
http://www.harianterbit.com/m/nasional/read/2015/11/26/48698/0/25/Netizen-Diharapkan-Sering-SampaikanPesan-Nasionalisme-di-Media-Sosial

obyek-obyek lain yang menarik serta talenta-talenta yang mendapatkan nilai tambah
langsung dari industri media.
Di luar industri media itu sendiri, industri ini mendorong laju pertumbuhan pada
industri lain seperti periklanan, rumah produksi, elektronika, termasuk di dalamnya
teknologi komunikasi informatika-komputer (hardware dan software) di mana media baru
mengambil peranan yang signifikan. Dari sudut pandang kepentingan nasional, munculnya
merk-merk produk perangkat elektronika keras dan lunak dalam negeri selayaknya
mendapatkan apresiasi dan stimulus agar mengarah kepada kemandirian ekonomi nasional.
Peningkatan pesat penggunaan media sosial telah membuka keran arus uang ke
beberapa daerah yang memiliki potensi menarik untuk traveling. Selain itu, medsos juga
berperan menyebarluaskan materi pendidikan-tutorial kepada para pengguna lain dan di
dalam praktiknya terbukti memicu aktivitas produksi yang membawa nilai tambah. Namun
memudarnya sekat-sekat nasional pada media baru membawa kepada isu pelanggaran hak
kekayaan intelektual dari sebuah negara oleh negara lain. Kasus penayangan tradisi-tradisi
Indonesia pada materi video pariwisata Malaysia menimbulkan pergesekan di level maya
maupun level hubungan diplomatik.

Media dan kepentingan ketahanan nasional
Perkembangan bisnis media saat ini tak bisa lepas dari dinamika penggunaan media
sosial. Penggunaan media sosial di Indonesia yang jumlahnya sudah melampaui seratus
juta orang menunjukkan dominasi media baru ini dibandingkan media-media lain (media
tradisional). Dilihat dari kepentingan penggunaannya, Hariqo Wibawa Satria dari
Komunikonten membagi publik media sosial ke dalam tiga level, yakni; pertama, mereka
yang menggunakan medsos untuk kepentingan pribadi; kedua, mereka yang menggunakan
medsos untuk kepentingan organisasi, dan; ketiga, mereka yang menggunakan media sosial
untuk kepentingan nasional.
Terkait dengan kepentingan nasional, Hariqo menengarai jumlah pengguna media
sosial untuk kepentingan nasional belum banyak, meskipun terus meningkat, terlihat dari
banyaknya anak-anak muda yang mempromosikan pariwisata, kuliner dan produk-produk
lokal Indonesia dengan sukarela di media sosial18. Namun untuk isu separatisme seperti
18 Dinisari, Mia Chitra, 28 November 2015, Ini 3 Tipe Pengguna Media Sosial di Indonesia,
http://m.bisnis.com/lifestyle/read/20151128/220/496661/ini-3-tipe-pengguna-media-sosial-di-indonesia, 13
Desember 2015

Papua merdeka yang dengan rapi disampaikan kelompok separatis di internet, intervensi
negara-negara lain ke Indonesia, belum banyak pengguna media sosial yang melakukan
pembelaan terhadap NKRI. Prinsip membela kepentingan nasional menurut Hariqo, bisa
dilakukan di media sosial dengan kaidah "use soft word, hard argument" yang berbasis
data.
Bagaimana dengan kepentingan nasional bisnis media tradisional? Dennis McQuail, di
dalam bukunya Teori Komunikasi Massa memaparkan uraian tentang teori ekonomi-politik
media19. Pendekatan ini selain memberi perhatian kepada dinamika media berdasarkan
prinsip-prinsip ekonomi, juga kepada pengaruh politik-ideologi terhadap media tersebut.
Politik-ideologi suatu negara sangat mempengaruhi isi dan muatan media tersebut. Isu
kepemilikan terhadap organisasi media menjadi hal yang krusial.
Terkait hal ini, guru besar Ilmu Komunikasi Unpad, Dedi Mulyana berpendapat bahwa
Indonesia mempunyai ideologi dan agenda yang tidak sama dengan negara lain 20.
Kepemilikan asing terhadap media harus dibatasi karena media bisa dipaksa untuk
mendahulukan kepentingan asing, namun merugikan Indonesia. Dedi menggaris bawahi
bahwa pembatasan kepemilikan asing tersebut menyangkut seluruh jenis media massa, baik
televisi, radio, cetak, dan portal. Media-media massa tersebut harus dijalankan dengan
kepemilikian mayoritas nasional, sehingga diharapkan lebih mendahulukan kepentingan
dan karakter bangsa ke depan dan tidak hanya kepentingan ekonomi semata.

Media dan kepentingan politik nasional
H.J.Morgenthau mendefinisikan kepentingan nasional sebagai kepentingan bangsa
secara menyeluruh terlepas dari kepentingan di wilayah-wilayah subordinat atau kelompokkelompok atau bangsa-bangsa (negara-negara) lain atau kelompok-kelompok supra
nasional21.

19 McQuail, D. (2005) McQuail's Mass Communication Theory. (5th edition). London: Sage Publications.
20 Antara, Kepemilikan Asing di Media Harus Dibatasai,
http://www.antaranews.com/print/243120/kepemilikan-asing-di-media-massa-harus-dibatasi, 13 Desember
2015

21 Meriam Webster Dictionary, National Interest, http://i.word.com/idictionary/national%20interest, 14
Desember 2015

Konsep kepentingan nasional digunakan di dalam ilmu politik baik pada tataran analisis
maupun praktik. Di dalam tataran analisis konsep ini digunakan untuk mendeskripsikan,
menjelaskan, atau mengevaluasi sumber-sumber dari kebijakan luar negeri sebuah negara.
Sementara di dalam tataran praktis, konsep kepentingan nasional digunakan sebagai
landasan untuk menjustifikasi, menyuarakan, atau menawarkan kebijakan-kebijakan22.
Lalu apa kepentingan nasional Indonesia? Di laman Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bapenas) tertulis hakikat dari kepentingan nasional Indonesia adalah menjamin
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 194523. Uraiannya
sebagaimana yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, yakni melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kepentingan nasional tersebut
diaktualisasikan salah satunya dengan pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif.
Bagaimana posisi media? Jabaran kepentingan politik nasional di dalam tataran praktik
tidak semudah seperti apa yang dikonsepkan. Media sebagai saluran dari berbagai
kepentingan ditantang untuk jeli melakukan verifikasi pesan-pesan yang disuarakan dari
sumber-sumber yang mengatasnamakan kepentingan nasional, tapi bisa jadi di balik itu
terselip kepentingan kelompok tertentu.
Di dalam kondisi media seperti ini, perspektif kritis memandang media massa telah
menjadi saluran yang menyebarkan kepentingan kelompok yang berkuasa dalam rangka
mengekalkan kekuasaannya. Kepentingan kelompok yang berkuasa ini selalu dibungkus
dengan kemasan kepentingan nasional. Kelompok berkuasa berusaha agar kelompokkelompok lain tunduk atas kepentingan mereka dengan sukarela atau tanpa disadari.
Kondisi ini disebut “hegemoni”24.

22 Rosenau, James, 2008, National Interest, http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3045000855.html, 14
Desember 2015

23 Soenanda, Moenir Ari, 2007, Kepentingan Nasional Indonesia Di Dunia Internasional,
http://ditpolkom.bappenas.go.id/?page=news&id=31

24 Patters, Reiza, 20 Jun 2015, Media dan Pers di Indonesia: Intervensi Modal dan Majikan dalam Regulasi
dan Pemberitaannya, http://www.konfrontasi.com/content/opini/media-dan-pers-di-indonesia-intervensimodal-dan-majikan-dalam-regulasi-dan#.dpuf, 14 Desember 2015

Di Indonesia pada masa Orde Baru, semua media massa dikontrol ketat oleh penguasa.
Kebanyakan media menjadi corong untuk melanggengkan kekuasaan ABRI dan Golongan
Karya atas kehidupan politik serta sektor-sektor lainnya. Dengan alat kontrol berupa surat
ijin usaha penerbitan (SIUP) yang setiap saat bisa dicabut sepihak tanpa harus melalui
proses hukum, kekuasaan orde baru benar-benar mengekang kebebasan pers.
Bagaiamana media setelah reformasi 1998? Pada praktiknya masih setali tiga uang.
Hegemoni kekuasaan atas sumber-sumber modal dan politik menjadikan media tunduk
kepada segelintir pemiliknya. Bahkan kini media tradisional terjebak ke dalam konstelasi
kepentingan-kepentingan kekuasaan yang bersifat partisan. Media mendukung dan
menyuarakan kepentingan pihak tertentu dan menegasikan kepentingan pihak lawan
politik.
Hal tersebut tampak sangat menonjol pada pemilihan presiden 2014. Media televisi
seperti MetroTV dan TVOne tidaklah menyajikan informasi secara seimbang dan
proporsional namun sudah menjadi partisan pihak-pihak yang bersaing di dalam pemilihan
presiden. Apakah kedua televisi itu melakukan praktik tersebut berlandaskan kepentingan
nasional?

7) Bila dilihat operasional media di Indonesia dari sisi kepentingan publik, bagaimana
saudara menjelaskannya disertai contoh yang relevan.

Jawab:
Mengacu kepada the Random House Dictionary, definisi kepentingan publik adalah25:
1. Kesejahteraan atau kebaikan untuk publik secara umum; kesejateraan umum.
2. Sesuatu yang menarik atau relevan dengan perhatian publik.

Media massa adalah intitusi yang bekerja dengan memberi perhatian kepada kepentingan
publik. Terpenuhinya kebutuhan dan kebaikan bagi publik oleh pemerintah menjadi
25 Wikipedia, Public Interest, 2015, https://en.m.wikipedia.org/wiki/Public_interest, 14 Desember 2015.

orientasi utama media massa agar senantiasa terjamin. Televisi swasta yang bersiaran
menggunakan frekuensi publik seharusnya lebih terbebani oleh tanggung jawab ini.
Sebagai contoh, publik saat ini membutuhkan sarana transportasi umum yang lebih
layak. Maka media bisa secara konsisten mengulas;
1. Kondisi-kondisi nyata bagaimana kesulitan publik yang menggunakan sarana
transportasi umum.
2. Dampak dari tidak maksimalnya sarana transportasi umum di antaranya kemacetan
yang semakin parah, pemborosan bahan bakar, polusi di jalan raya dan ekonomi
biaya tinggi.
3. Upaya-upaya pemerintah dalam rangka perbaikan dan pembangunan sarana
transportasi umum.
4. Pandangan-pandangan kritis dari berbagai kelompok kepentingan (ekonomi, bisnis,
ideologi-politik, profesi, buruh, pedagang kecil, petani-nelayan dll) terhadap
pemerintah yang tidak maksimal membangun sarana tranportasi umum.
5. inovasi-inovasi baik pemikiran maupun temuan yang memberikan solusi bagi
permasalahan di bidang transportasi umum.

Ironisnya media-media di Indonesia setiap musim Lebaran seolah 'merayakan' sebuah
kegagalan kronis pemerintah mengatasi masalah tranportasi dengan melaporkan dengan
sudut pandang 'penuh pemahaman' atas kemacetan parah yang terjadi di sepanjang jalur
mudik. Dari tahun ke tahun kemacetan arus mudik semakin parah, namun sudut pandang
liputan media tidaklah menjadi semakin tajam.
Di sisi lain, bagaimana dengan tajamnya televisi mengulas seputar kehidupan pribadi
selebritas? Apakah itu merupakan kepentingan publik? Berita-berita yang populer disebut
infotainment ini jauh dari apa yang dinamakan kepentingan publik. Meskipun infotainment
mungkin dirasa penting bagi sebagian publik, namun informasi ini bukanlah kepentingan
publik. Infotainment tidak terkait dengan pajak yang dibayar publik ke pemerintah.

8) Saudara diminta melakukan penelitian dan analisa sederhana mengenai perkembangan

bisnis dan industri media 3 (tiga) tahun terakhir dari kepentingan sosial, content, serta
kontribusinya terhadap kenyamanan dan kerukunan sosial di masyarakat.

Jawab:
Pertumbuhan media online di tanah air memang telah menyodok pertumbuhan bisnis
media cetak. Namun pemilik Jawa Pos Grup Dahlan Iskan pada 2015 ini masih meyakini
bisnis media cetak di Indonesia tidak akan mati oleh gerusan media online. Media news
online, berdasarkan pengamatannya, belum dapat menjadi bisnis yang bisa diandalkan.
Penelitian yang Dahlan lakukan selama dua tahun menunjukkan bahwa masyarakat masih
bergantung informasi kepada media cetak ketimbang online. Ia menyimpulkan bahwa
media cetak tak pernah mati, tapi hanya akan berkurang jumlahnya26.
Selain itu, berdasarkan pengalamannya selama puluhan tahun mengelola bisnis media,
kondisi saat ini oleh Dahlan Iskan disamakan dengan era kemunculan radio. Saat itu
banyak yang menganggap era media cetak sudah habis. Kemudian muncul era televisi yang
dinilai bakal mengubur radio. Namun semua prediksi itu ternyata tidak terbukti.
Keyakinan Dahlan Iskan bisa jadi ada benarnya. Sejarah bisnis surat kabar di Indonesia
sudah cukup lama dan tak lepas dari perjalanan sejarah modern bangsa ini. Hingga lebih
dari tiga abad sejak media cetak terbit pertama kali di bumi Indonesia, terbukti hingga kini
surat kabar masih beredar di tengah masyarakat meski oplahnya mengalami pasang surut.
Bagaimana hubungan perkembangan bisnis surat kabar dengan konflik-konflik
horisontal yang terjadi di Indonesia? Meskipun kini tengah surut, banjir bisnis surat kabar
di Indonesia pernah terjadi sesaat setelah reformasi 1998. Saat di mana tingkat kerukunan
dan kenyamanan hidup masyarakat Indonesia berada di titik yang terhitung paling rendah.
Konflik antar agama yang meluas kemudian memuncak menjadi peperangan antara agama
Islam dan Kristen di Ambon adalah salah satu di antaranya.
Saat itu ekspansi bisnis surat kabar tengah merebak hampir di seluruh kota di
Indonesia. Kelompok bisnis media Jawa Pos News Network (JPNN) adalah termasuk yang
terdepan. Begitu bersemangatnya ekspansi bisnis yang dilakukan oleh group media yang
berpusat di Surabaya ini, di kota Ambon, di mana tengah terjadi konflik peperangan antara
26 Wasono, Hari Tri, 8 Desember 2015, Banjir Media Online, Dahlan Yakin Media Cetak Tetap Eksis,
http://m.tempo.co/read/news/2015/12/08/092725845/banjir-media-online-dahlan-yakin-media-cetak-tetapeksis, 17 Desember 2015

agama Islam dan Kristen, mereka mendanai beroperasinya bisnis dua surat kabar sekaligus.
Satu surat kabar yakni Suara Maluku yang didominasi wartawan beragama Kristen dan satu
lagi Ambon Ekspress yang didirikan belakangan, berisi wartawan-wartawan Islam27.
Keberadaan dua surat kabar ini menambah panas konflik yang terjadi karena keduanya
hanya memberitakan berdasarkan kepentingan masing-masing kubu yang bertikai secara
sepihak. Kondisi ini memicu keprihatinan dan keraguan terhadap komitmen bisnis media
untuk kepentingan kerukunan hidup masyarakat.
Kini masa booming bisnis surat kabar sudah lewat sejak merebaknya media internet
melalui perangkat nirkabel. Dengan keunggulannya yang tidak mampu ditandingi oleh
surat kabar, aplikasi berita online dan media sosial kini lebih digandrungi masyarakat.
Pengaruh content surat kabar terhadap kehidupan sosial masyarakat pun meredup. Peran ini
digantikan oleh media sosial.
Agak berbeda dengan surat kabar yang sempat dicurigai berpihak kepada konflik di
tengah masyarakat, media sosial lebih memiliki peluang untuk meredakannya. Wartawan
senior, Budiarto Shambazy mengamati bahwa keberadaan media sosial berpeluang besar
menjadi perangkat baru dalam penanggulangan terhadap ancaman perpecahan yang setiap
saat bisa terjadi di Indonesia. Menurutnya kini masyarakat tidak lagi menyimak laporan
dari intelijen namun lebih melirik kepada media sosial.
Pemerintah bisa mengambil keuntungan dari merebaknya penggunaan media sosial di
tengah masyarakat dengan memanfaatkannya sebagai saluran sosialisasi informasi terkait
keamaan nasional secara lebih efektif. Direktur SMCE Rouf Qusyairi menganjurkan
kepada pemerintah dalam upayanya menanggulangi isu perpecahan dengan memanfaatkan
media sosial untuk lebih cepat meredam gerakan-gerakan yang mengancam kerukunan
hidup masyarakat28.
Di sisi lain ancaman terhadap kerukunan dan kenyamana hidup masyarakat tetap ada
melalui media sosial. Merebaknya paham garis keras seperti ISIS ke Indonesia terjadi

27 Khairuddin, Fahrul, 26 Januari 2013, Sejarah Konflik Dibalik Lahirnya Koran Ambon Ekspres,
http://www.kabarkami.com/sejarah-konflik-dibalik-lahirnya-koran-ambon-ekspres.html, 17 Desember 2013

28 Yunisa, 26 November 2015, Netizen Diharapkan Sering Sampaikan Pesan Nasionalisme di Media Sosial,
http://www.harianterbit.com/m/nasional/read/2015/11/26/48698/0/25/Netizen-Diharapkan-Sering-SampaikanPesan-Nasionalisme-di-Media-Sosial, 17 Desember 2015

melalui media sosial. Keahlian seperti merakit bom dan senjata lain yang dimiliki pelaku
teror di sini, banyak yang diperoleh melalui media sosial.

9) Kenapa media harus memperhatikan kepentingan publik (public interest) dalam
menjalankan bisnisnya? Uraikan jawaban saudara dengan contoh.

Jawab:
Idealnya sebuah institusi media dijalankan di atas landasan kepentingan publik. Tokoh
pendidikan dari AS, John Dewey menegaskan bahwa pekerjaan media adalah untuk
menarik

perhatian

publik

terkait

dengan

kepentingan

publik29.

Terkait dengan kepentingan publik, McQuail dan van Cuilenburg (2003) menguraikan tiga
fungsi utama media, yaitu; political, social-cultural, dan economic30.
Political function dari media adalah media sebagai saluran yang menyuarakan
kepentingan publik di dalam kehidupan demokrasi. Media adalah sarana partisipasi politik
publik untuk memberikan pengaruh kepada kebijakan-kebijakan publik yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Media juga merupakan saluran bagi pandangan-pandangan yang
mengkritisi pemerintahan dan menawarkan solusi-solusi dan ide-ide baru bagi publik.
Social cultural function memandang media sebagai saluran ekspresi-apresiasi
kebudayaan dan kesenian bagi publik, baik publik sebagai pencipta maupun penikmat.
Media berperan serta di dalam penciptaan dan pelestarian identitas budaya suatu bangsa.
Hal ini juga berlaku di dalam bidang olah raga.
Tak bisa dipungkiri bahwa aktivitas media di dalam menjalankan dua fungsi di atas
menciptakan peluang-peluang bisnis yang mendatangkan keuntungan ekonomis. Dilandasi
oleh motif mencari keuntungan ini membuat institusi-institusi media banyak yang tumbuh
besar dan menjadi sebuah industri yang diperhitungkan di dalam kancah perekonomian
nasional.

29 Media in The Public Interest, 2003, http://www.mediainthepublicinterest.org/main/, 12 Desember 2015
30 van Cuilenburg, J.J. and McQuail, D. (2003) `Media policy paradigm shifts: towards a new
communications policy paradigm', in European Journal of Communication, Vol.18, No.2: hal. 181-208.

Problem mendasar dari media dan kepentingan publik di Indonesia, khususnya di
industri media televisi adalah kepemilikannya oleh segelintir orang, McQuail menyebutnya
kepemilikan yang memusat secara vertikal. Harry Tanoe (MNC grup), Surya Paloh (Metro
TV), Aburizal Bakrie (ANTV dan TV One) serta Chaerul Tanjung (Trans TV dan Trans 7),
dan Sariaatmadja (Indosiar dan SCTV). Sorotan diberikan karena adanya indikasi
pelanggaran kaidah jurnalisme, yaitu ketika berbagai pemberitaan, talk show, wawancara
yang ditayangkan televisi-televisi tersebut secaa tidak berimbang sarat dengan kepentingan
dan haluan politik dari pemiliknya31.

10) Kenapa media harus memperhatikan kepentingan sosial (social interest) dalam
menjalankan bisnisnya? Uraikan jawaban saudara dengan contoh yang relevan.

Jawab:
Konsep social interest mengacu kepada teori psikologi individual yang digagas oleh
psikiater asal Austria, Alfred Adler (1870-1937). Dipahami secara sederhana, social interest
adalah sikap individu untuk mau bersama-sama dengan orang lain melakukan kerja sama
untuk kebaikan bersama32. Gagasan Adler tentang social interest ia bahasakan dalam bahasa
Jerman dengan istilah “Gemeinschaftsgefuhl" yang terjemahannya dalam bahasa Inggris
adalah "community feeling". Social interest merupakan istilah lawan dari private interests
atau private concerns yang diartikan sebagai kepentingan pribadi. Berpijak kepada konsep
ini Adler menawarkan pemahaman tentang "style of life" atau gaya hidup seseorang yang ia
rumuskan sebagai narasi pribadi atas ujudnya di dunia ini, di mana dengan ia memiliki
social interest menunjukkan bahwa ia menganut gaya hidup yang berguna atau "useful style
of life". Namun jika ia tidak memiliki social interest maka ia hanya akan berpusat kepada
dirinya sendiri atau self-absorbed dan hanya peduli kepada dirinya sendiri dan gaya
hidupnya akan disebut sebagai "useless"33.

31 Budi, Setio, 19 Agustus 2014, Televisi dan Kepentingan Publik, Bernas Jogja,
http://fisip.uajy.ac.id/2014/09/30/televisi-dan-kepentingan-publik/, 13 Desember 2015.

32 Editor of Encyclopaedia Britannica, 17 Deaember 2015, Social interest,
http://www.britannica.com/topic/social-interest, 18 Desember 2015.

Memahami social interest dikaitkan dengan media, maka secara sederhana media
kita ibaratkan sebagai individu yang memiliki atau tidak memiliki social interest. Media
yang memiliki social interest akan bersama-sama dengan masyarakat melakukan kerjasama
demi kebaikan bersama. Media yang tidak memiliki social interest akan berpusat kepada
dirinya sendiri dan bekerja untuk kebaikan dirinya sendiri. Media dengan social interest
dikategorikan menganut useful style of business (life), sedangkan jika tidak maka media
tersebut bisa dicap sebagai useless.
Sebagai intitusi bisnis, media tradisional memang memiliki keunikan dibandingkan
institusi-institusi bisnis yang lain. Media lebih dituntut untuk memperhatikan social interest
karena produk-produk informasi yang dihasilkan, apalagi yang disalurkan melalui
frekuensi milik publik, telah diatur berdasarkan seperangkat aturan hukum dan etik demi
kebaikan bersama, bukan hanya kebaikan bagi pihak tertentu.
Kita bisa menilai seberapa besar perhatian media-media di indonesia terhadap
social interest melalui analisis terhadap isi media tersebut, baik informasi maupun hiburan,
dikorelasikan dengan hasil pengamatan terhadap publik penggunanya. Apakah setelah
sekian lama di mana media-media tradisional itu telah bertransformasi menjadi industri
besar yang menghasilkan uang triliunan rupiah tiap tahun, publik penggunanya juga
mengalami perubahan kehidupan menjadi lebih baik secara signifikan? Sebagai contoh,
apakah kenaikan signifikan revenue televisi dengan menayangkan program sinetron dan
infotainment dengan rating tinggi melalui frekuensi milik publik, berkorelasi dengan
perbaikan signifikan tingkat kehidupan publik yang mengkonsumsinya, seperti menjadi
lebih luas wawasannya, cerdas, kreatif, produktif, dan bermanfaat buat orang-or