LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR MK. SISTEM AG

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN & BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR MK. SISTEM AGRIBISNIS
DAN AGROINDUSTRI (SAG)
 
 
 
Anggota Kelompok :
1. Anesti Adiratna
2. Mohammad Arief Dharmawan
3. Muhammad Fahrudin
 
 
 
Kelas E.56
 

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Pertanyaan 1: Prospek Agribisnis Ke Depan: Tantangan dan Kesempatan
Menurut Jim Rogers, tokoh ternama di Wall Street, jika Anda ingin kaya ia memberikan nasihat
untuk kembali menjadi petani. Kata dia, kita tidak memerlukan lebih banyak bankers tetapi
lebih banyak petani di masa yang akan datang. Berita selengkapnya dapat Anda baca di :
http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,2080767,00.html
http://www.elitetrader.com/et/index.php?threads/jim‐rogers‐farmers‐will‐make‐more‐than‐
bankers.223245/
(a) Apa alasan Jim Rogers berpendapat demikian? Setujukah Anda dengan
pendapatnya?
Jawaban:
Dalam interview dengan The Prospect Group, Jim Rogers menyatakan beberapa hal yang
menyebabkan mengapa petani akan menjadi profesi yang lebih menguntungkan dibandingkan
dengan bankers:
1. Jumlah konsumsi pangan dunia telah melebihi jumlah yang dapat diproduksi, hal ini
ditunjukkan dengan tingkat persediaan pangan yang terendah sepanjang sejarah (historical
low).
2. Semakin sedikit orang yang beprofesi dan mau berprofesi sebagai petani:
a. Banyak generasi muda lebih suka belajar hal-hal lain seperti public relations, teknik, dan
lain sebagainya dibandingkan belajar ilmu pertanian.

b. Rata-rata umur petani di berbagai negara sudah cukup tua, contohnya:
• Amerika Serikat
: 58 tahun
• Korea
: 65 tahun
• Jepang
: 66 tahun
• Australia
: 58 tahun
c. Kehidupan petani yang sulit.
Di negara-negara maju seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, petani mendapatkan
subsidi yang cukup banyak dari pemerintah sehingga banyak petani di berbagai belahan
dunia lainnya (misalnya: Afrika, Asia, dan lain-lain) mengalami kesulitan dalam bersaing
dengan pertanian yang sudah modern dan didukung subsidi pemerintah. Harga-harga
komoditas pertanian runtuh dan banyak petani beralih profesi. Selain itu persepsi
kehidupan petani yang sangat sulit telah menjadi umum membuat semakin sedikit yang
mau menjadi petani.
Kami setuju dengan pendapat Jim Rogers tersebut yang juga merupakan realitas kehidupan
petani di Indonesia:
• Kesulitan kehidupan pertanian di pedesaan baik di Jawa maupun luar Jawa telah

membuat banyak petani Indonesia beralih profesi dan berpindah ke kota (urbanisasi)
untuk mencari sumber penghasilan yang lebih baik.
• Banyak lahan-lahan pertanian produktif telah beralih fungsi menjadi perumahan,
kawasan industri, kawasan wisata, lapangan olahraga, dan lain sebagainya.

(b) Diskusikan tentang tantangan dan kesempatan agribisnis di Indonesia. Sebutkan
sumber-sumber pertumbuhan dari demand‐ side dan supply‐ side agribisnis di Indonesia.
Bagaimana menurut Anda strategi terbaik untuk meningkatkan daya saing agribinis di
Indonesia?
Jawaban:
Tantangan terbesar pengembangan agribisnis Indonesia saat ini adalah upaya rekonstruksi peran
agribisnis secara lebih utuh dan terintegrasi ke dalam pembangunan ekonomi makro secara

1

nasional. Rekonstruksi agribinis ini sebenarnya dapat diukur dengan seberapa besar tingkat
diversifikasi usaha ke arah penerimaan ekonomis yang lebih baik (upward diversification).
Pergeseran komoditas agribisnis dari bahan pangan berbasis padi ke komoditas non-padi
seperti hortikultura, buah-buahan, tanaman keras, dan lain-lain adalah salah satu bukti tingkat
kelayakan usaha ekonomis yang lebih tinggi dari komoditas non-padi tersebut. Namun

demikian, langkah diversifikasi usaha ini pun tidak akan dapat berjalan mulus apabila
pendapatan overall petani produsen masih rendah. Mereka memerlukan tambahan modal
kerja dan investasi untuk adopsi teknologi baru, akses informasi, intensitas tenaga kerja proses
produksi, manajemen pengolahan, pemasaran, dan pasca panen lain, baik secara individual
maupun secara kelompok sebagaimana disyaratakan dalam sistem agribisnis. Apabila pilihan
dan kesempatan tersedia, petani produsen pasti akan lebih leluasa melakukan diversifikasi
usaha. Inilah perspektif mikro kelayakan usaha yang terus-menerus harus dibangun dan
diberdayakan. Sedangkan dalam perspektif makro, negara (dan daerah) wajib untuk
menyediakan atau memfasilitasi “lapangan” diversifikasi usaha tersebut dengan serangkaian
kebijakan yang afirmatif yang tepat sasaran.
Keputusan Indonesia untuk meratifikasi dan mengikatkan diri dengan ketentuan dan skema
perdagangan dunia (WTO) telah membawa konsekuensi tantangan persaingan dunia yang
semakin keras. Penguatan basis depan (front-line) sistem agribisnis Indonesia juga perlu
diterjemahkan dengan langkah pemihakan yang sunggguh-sungguh terhadap dunia agribisnis,
terutama bagi petani sebagai pelaku terpenting. Daya saing agribisnis Indonesia ditentukan oleh
keseriusan seluruh pelaku ekonomi, akademisi dan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi,
mutu produk dan intelijen pasar yang memang amat dibutuhkan di era keterbukaan.
Membiarkan produk agribisnis Indonesia “dihantam” oleh produk agribisnis asing apalagi di
rumah sendiri jelas bukan merupakan sikap dan langkah terpuji. Era keterbukaan tentu saja
masih harus diikat dengan etika dan kesantuan yang menjunjung tinggi level-palying field yang

lebih beradab.
Terakhir, dalam konteks semangat desentralisasi ekonomi dan otonomi daerah yang semakin
menggebu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus merangsang dunia usaha swasta
untuk menggarap dan memanfaatkan inisiatif investasi baru di tingkat daerah untuk
mengembangkan agribisnis dan basis sumberdaya alam lain. Pemerintah daerah dilarang keras
membunuh inisiatif lokal itu, misal karena aparatnya berbeda partai atau ideologi politik
dengan pelaku ekonomi yang melakukan investasi agribisnis di daerah. Pemerintah pusat
perlu memberikan insentif yang lebih besar lagi untuk inisiatif investasi di tingkat daerah, demi
masa depan pengembangan agribisnis dan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih cerah
dan berkelajutan.
Salah satu langkah strategis dalam mencapai target pertumbuhan tersebut adalah melalui
optimalisasi pertumbuhan sector agribisnis, sektor yang cukup dominan kontribusinya terhadap
pertumbuhan ekonomi. Di samping cukup besarnya kontribusi terhadap Pendapatan Domestik
Bruto (PDB), sektor agribisnis adalah sektor yang menyerap tenaga kerja yang cukup besar
sehingga diharapkan akan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi yang dicapai.
Tabel Kontribusi Agribisnis terhadap Ekonomi Nasional (1995, 1998, dan 2003)
Uraian
Pertanian
Kontribusi terhadap PDB nasional (%)
Kontribusi terhadap ekspor nasional (%)

Penyerapan tenaga kerja (%)
Multiplier pendapatan

1995

1998

2003

17.47
1.62
57.86
0.90

18.85
1.66
44.96
0.93

15.90

2.70
46.40
1.44

2

Multiplier kesempatan kerja

1.24

1.73

1.33

Agroindustri
Kontribusi terhadap PDB nasional (%)
Kontribusi terhadap ekspor nasional (%)
Penyerapan tenaga kerja (%)
Multiplier pendapatan
Multiplier kesempatan kerja


14.58
34.74
7.24
3.28
8.66

17.19
49.22
8.75
2.32
5.64

20.80
30.90
9.30
3.13
6.28

Agribisnis

Kontribusi terhadap PDB nasional (%)
47.58
52.48
Kontribusi terhadap ekspor nasional (%)
49.22
56.50
Penyerapan tenaga kerja (%)
77.10
72.88
Multiplier pendapatan
2.33
2.04
Multiplier kesempatan kerja
0.35
1.73
Sumber: Tabel I-O Indonesia, BPS (1993, 1998, 2005) data diolah.

46.50
48.50
74.30

2.42
2.00

Pada tahun 2003, sektor agribisnis yang terbagi menjadi agroindustri dan
pertanian
menyumbang 46,5% terhadap PDB. Kontribusi tersebut sedikit menurun dari tahun 1998 yang
sebesar 52,5%. Sedangkan penyerapan tenaga kerja mencapai 74,3%, meningkat dibandingkan
tahun 1998 yang sebesar 72,9%. Sektor agribisnis yang dimaksud mencakup agribisnis berbasis
tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan kelautan, peternakan, dan kehutanan.
Ruang lingkup agribisnis mencakup up-stream, on-farm, dan down-stream atau sering disebut
bidang usaha dari hulu sampai hilir dan pendukungnya. Luasnya keterkaitan sektor agribisnis
ini akan memberikan dampak multiplier yang cukup besar apabila pemerintah dan dunia usaha
bersama-sama meningkatkan sektor ini dan memiliki konsistensi jangka panjang sehingga
perekonomian Indonesia memiliki ketahanan terhadap perubahan ekonomi yang ada.
Ketahanan sektor agribisnis terhadap tekanan perekonomian telah terbukti. Hal ini dapat dilihat
pada saat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998. Kontribusi agribisnis terhadap PDB
sebelum krisis (1995) adalah sebesar 47% dan mengalami peningkatan pada saat krisis (1998)
menjadi 52,5%. Kemampuan agribisnis tersebut antara lain disebabkan elastisitas yang tinggi
dalam substitusi input dan penyesuaian target pasar. Dari sisi pasar input (faktor produksi),
peningkatan harga barang modal disubstitusi oleh sub sektor agroindustri dan pertanian dengan

fleksibilitas teknologi yang lebih padat karya. Apabila dilihat dari sisi target pasar, pelemahan
daya beli dalam negeri disiasati dengan konsentrasi sub sektor agroindustri dan pertanian
melalui penetrasi ekspor yang memiliki prospek yang cerah sebagai dampak melemahnya nilai
rupiah terhadap mata uang asing sehingga memiliki keunggulan kompetitif dari sisi harga
jualnya. Ketangguhan agribisnis Indonesia yang demikian dimungkinkan, karena berbagai
faktor fundamental yang dimiliki agribisnis, seperti memiliki basis yang kuat di dalam negeri
(domestic resources based), memiliki kelenturan teknologi, skala usaha, dan berorientasi
ekspor.
Peningkatan produksi yang cukup pesat setelah krisis terjadi pada komoditi kelapa sawit, kopi,
kakao, dan karet. Peningkatan produksi tersebut terlihat dari kecepatan produksi komoditi
dalam kurun waktu yang cukup pendek. Pada komoditi kelapa sawit, untuk peningkatan
produksi sebesar lima juta ton CPO hanya dibutuhkan waktu lima tahun dan tanpa
menggunakan anggaran pemerintah. Hal tersebut merupakan peningkatan yang cukup tinggi
apabila melihat kondisi pada masa Orde Baru yang memerlukan waktu 20 tahun dan
menggunakan anggaran pemerintah yang cukup besar. Kondisi yang terjadi pada komoditi
kelapa sawit tersebut merupakan dampak dari kebijakan pemerintah yang sentralistik sehingga
kurang menimbulkan kreativitas pelaku usaha di sektor ini. Kebijakan pemerintah lebih

3

menitikberatkan pada pembangunan usaha tani (on-farm agribusiness) sehingga secara tidak
langsung mengurangi perkembangan hulu agribisnis sehingga proses keterkaitan antar lini usaha
tersebut kurang berjalan yang berdampak pada rendahnya produktivitas usaha tani.
Setelah krisis ekonomi, pemerintah melihat agribisnis adalah sektor yang cukup tangguh
melawan tekanan krisis ekonomi dan memiliki prospek baik untuk dikembangkan, walaupun
dinilai belum optimal oleh dunia usaha, kebijakan pemerintah sedikit banyak telah mendorong
dunia usaha untuk menanamkan investasi di sektor ini sehingga tingkat produktivitas
meningkat. Dengan dukungan kebijakan pemerintah yang tetap konsisten membangun
agribisnis, diharapkan kinerja agribisnis semakin membaik. Prospek agribisnis ke depan masih
baik dilihat dari sisi potensi produksi (supply side) dan sisi pasar (demand side). Dari sisi
permintaan, konsumsi bahan pangan di Indonesia (kecuali beras) masih tergolong rendah di
dunia, terutama sayuran, buah-buahan, daging, telur, susu, dan ikan. Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan diharapkan dapat meningkatkan kebutuhan
akan komoditi-komoditi tersebut. Selain konsumsi penduduk, permintaan komoditi agribisnis di
pasar dunia khususnya kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara semakin meningkat. Hal
tersebut sebagai dampak pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan semakin terbatasnya
produksi pertanian di kawasan tersebut. Fluktuasi harga minyak bumi disertai semakin
langkanya minyak bumi menjadikan produk berbasis minyak bumi semakin mahal sehingga
akan meningkatkan permintaan terhadap barang substitusinya, antara lain yang berbahan baku
hasil agribisnis (CPO dan ethanol). Faktor lain yang membuat semakin meningkatnya
permintaan CPO adalah semakin besarnya konsumsi minyak nabati berbahan CPO.
Dari sisi produksi, potensi lahan dan agroklimat masih cukup mendukung pertumbuhan
agribisnis. Tingkat produktivitas komoditi agribisnis juga masih jauh dari yang optimal.
Ketersediaan SDM dan pengelolaan daerah secara otonomi diharapkan dapat mendukung
perkembangan agribinis.

Faktor lain yang perlu mendapat perhatian perbankan adalah sistem agribisnis yang cukup
kompleks. Agribisnis sebagai suatu sistem mulai dari hulu (up stream agribusiness), on-farm
agribusiness, down-stream agribusiness hingga jasa penunjang. Dalam pengembangan produk
dan layanan kredit yang akan diberikan sektor agribisnis, perbankan perlu memahami seluruh
sistem suatu komoditas yang ada, sehingga pembiayaan yang diberikan akan komprehensif dan
mencakup seluruh usaha yang ada di dalamnya. Sebagai contoh agribisnis kelapa sawit, sektor
ini dapat berkembang secara berkelanjutan bila usaha perkebunan kelapa sawit (on-farm)
didukung oleh industri hulunya (up-stream agribusiness) berupa pembibitan, usaha pupuk, dan
lainnya serta dukungan dari industri hilir (down-stream agribusiness) seperti pengolahan

4

CPO. Di samping itu jasa penunjang (litbang, pendidikan, SDM, infrastruktur, dan lai-lain) juga
memegang peranan penting dalam pengembangan komoditas tersebut.
Strategi Pengembangan Agribisnis. Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya
mengembangkan kegiatan agribisnis di antaranya :
1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang
dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis. Yang sering kita dapatkan
selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan
bakunya dari impor. Di pihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh
perkembangan industri pengolahan (Membangun industri berbasis sumberdaya
domestik/lokal) sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.
2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan
komparatif. Dalam arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui
transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara :
 Mengembangkan sub sistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan
pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir dan
membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini produk
akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau
bersifat capital and skill labor intensive.
 Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Dengan
demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat
Technology intensive and knowledge based.
 Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada
peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan
permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen
secara efisien.
3. Menggerakkan kelima sub sistem agribisnis secara simultan, serentak, dan harmonis.
Untuk menggerakkan sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan
dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN, dan
swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector. Agroindustri adalah industri yang
memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan
komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertanian
sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan
perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak
langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar
komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dan lain-lain. Dalam
mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh agroindustri
penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri
pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin
perontok dan industri mesin pengolah lain.
5. Membangun sistem agribisnis melalui Industri Perbenihan. Industri Perbenihan merupakan
mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk agribisnis secara keseluruhan.
Atribut dasar dari produk agribisnis seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan
atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa, aroma, dan sebagainya) serta atribut keamanan
dari produk bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan
racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu pemerintah daerah perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan
masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan
modern.
6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis. Perlu adanya
rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau perusahaan agro-otomotif
itu sendiri.

5

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis. Pada waktu yang akan
datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking baik vertikal (dari hulu ke
hilir) maupun Horizontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan
penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah
perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaanperusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing
satu sama lain dalam mengembangkan usahanya sehingga terjadi harmonisasi integrasi
dalam sistem agribisnis, serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal
yang selama ini dikembangkan.
Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis. Koperasi perlu
mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama menjadi koperasi
pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi agribisnis. Untuk
memperoleh citra positif layaknya sebuah koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis
atau Koperasi Agroindustri atau Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai
dari hulu sampai ke hilir.
Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi agribisnis.
Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi
pengolahan serta informasi pasar.
Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah. Pembangunan
Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis sumberdaya
lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.
Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah. Untuk membangun
agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan memegang peranan
penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat menentukan maju
mundurnya agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit
perbankan pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.
Pengembangan strategi pemasaran. Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat
penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus
mengalami perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai
mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar
(konsumen).
Pengembangan sumberdaya agribisnis. Dalam pengembangan sektor agribisnis agar dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya
agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan
kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan
agribisnis.
Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis. Perlu pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta
perkembangan komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama
ekonomi.
Pengembangan Infrastruktur Agribisnis. Dalam pengembangan pusat pertumbuhan
Agribisnis, perlu dukungan pengembangan Infrastruktur seperti jaringan jalan dan
transportasi (laut, darat, sungai dan udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan
pelabuhan ekspor, dan lain-lain.
Kebijaksanaan terpadu pengembangan. Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam
pengembangan agribisnis, yaitu :
a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat perusahaan.
b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.
c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan antara
beberapa sektor.
d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.

6

17. Pengembangan agribisnis berskala kecil. Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan yaitu:
a. Farming Reorganization. Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan
diversifikasi usaha yang menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi
manajemen usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang ratarata kepemilikan hanya 0,1 Ha.
b. Small-scale Industrial Modernization. Modernisasi teknologi, modernisasi sistem,
organisasi dan manajemen, serta modernisasi dalam pola hubungan, dan orientasi pasar.
c. Services Rasionalization. Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi
lembaga penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing
lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang
khususnya penyuluhan.
18. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan
ekonomi. Dalam era agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung
pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial, dan
berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis.
Referensi
 Arifin, Bustanul. 2002. Formasi Makro-Mikro Ekonomi Indonesia. Jakarta: Indef.
 Badan Pusat Statistik. (berbagai tahun). Statistik Indonesia. Jakarta. BPS.
 Food and Agricultural Organization (FAO). 2002. FAO Statistics (FAOSTAT) CD Rom
Version. Rome: FAO
 Mellor, John (ed.). 1995. Agriculture on the Road to Industrialization. New Yortk: The
Johns Hopkins University Press
 Timmer, Peter. 1989. “Food Price Policy: The Rationale for Government Intervention”.
Food Policy, February 1989. pp 18-27.

7

Pertanyaan 2: Sistem Agribisnis
Pengertian agribisnis sebagai suatu sistem dikemukakan oleh pencetus agribisnis, yaitu Davis
dan Goldberg (1957) sebagai berikut: "Agribusiness is the sum total of all operations involved
in the manufacture and distribution of farm supplies; production activities on the farm; and the
storage, processing and distribution of farm commodities and items made form them"
(Agribisnis adalah jumlah total dari seluruh kegiatan yang melibatkan pembuatan dan
penyaluran sarana usahatani; kegiatan produksi di unit usahatani; penyimpanan, pengolahan dan
distribusi komoditas usahatani dan berbagai produk yang dibuat darinya).
(a) Sistem agribisnis merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen agribisnis yang
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama, menggunakan input dan
mengeluarkan output produk agribisnis melalui pengendalian proses yang telah
direncanakan. Mengapa agribisnis harus dipandang sebagai suatu sistem? Diskusikan
karakteristik atau ciri‐ciri suatu system.
Jawaban:
Agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan
dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan
pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegitan usaha yang menunjang
kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatn pertanian. Agribisnis sebagai
suatu sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas. Di sini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub
sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta
terorganisir sebagai suatu totalitas.
Dengan definisi ini dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua kegiatan
pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the manufacture and
distribution of farm supplies), produksi usaha tani (Production on the farm), dan pemasaran
(marketing) produk usaha tani ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai hubungan
yang erat, sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh terhadap kelancaran
seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya agribisnis digambarkan sebagai satu sistem yang
terdiri dari tiga sub sistem.
Agribisnis Hulu
Industri pupuk
Industri mesin pertanian
Industri alat pertanian
Industri benih
Industri pestisida
Dll



Budidaya
Usaha tani
Perkebunan rakyat
Perkebunan besar milik
swasta
PTP



Agribisnis Hilir
Tengkulak
Penggilingan padi
Industri tepung
Industri minyak goreng
Industri makanan
Pedagang besar
Pengecer
Dll

Lembaga keuangan: bank, asuransi
Lembaga penelitian: balai penelitian
Lembaga penyuluhan
Gambar Diagram Sistem Agribisnis
1. Sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi.
Sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk, obat
pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar. Pelaku-pelaku kegiatan

8

pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta,
pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya sub sistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari
berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis.
2. Sub sistem Usaha Tani.
Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buahbuahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan. Pelaku kegiatan dalam
subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak,
pengusaha tanaman hias, dan lain-lain.
3. Sub sistem Pengolahan dan Pemasaran (Tata niaga).
Dalam sub sistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha
tani, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi. Sebagian dari produk yang dihasilkan dari
usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian
lainnya mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen.
Pelaku kegiatan dalam sub sistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur
ke konsumen, pengalengan, dan lain-lain. Agroindustri yang mengolah produk usaha tani
disebut agroindustri hilir. Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena
dapat mencipakan lapangan kerja.
Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai dari
pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk
yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. Dengan
demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai sub sistem yaitu:
1. Sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan
sumberdaya manusia.
2. Sub sistem budidaya dan usaha tani.
3. Sub sistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, dan
4. Sub sistem pemasaran hasil pertanian.
 
 
(b) Elemen sistem agribisnis merupakan unsur terkecil pembentuk sistem agribisnis,
saling berinteraksi, bekerja sama membentuk kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sebutkan elemen‐elemen sistem agribisnis.
Jawaban:
Agribisnis dalam perspektif mikro terdiri dari beberapa elemen dasar. Elemen-elemen dalam
sistem agribisnis merupakan unsur terkecil pembentuk sistem agribisnis. Di antara elemen saling
berinteraksi, bekerja sama membentuk kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh organisasi/perusahaan. Elemen sistem agribisnis adalah:
1. Sumber Daya Alam dan Lingkungan bagi agribisnis merupakan modal dasar pertama
untuk dimanfaatkan atau diolah. Sumber daya alam dan lingkungan terkait erat dengan
syarat tumbuh bagi tanaman untuk melakukan proses fotosintesis, faktor tersebut ialah:
lahan, energi sinar dalam bentuk cahaya dan panas, iklim atau suhu udara. Sumber daya
alam merupakan faktor primer dalam agribisnis.
2. Sumber Daya Manusia merupakan modal dasar kedua yaitu sebagai penggerak agribisnis
baik aktif maupun pasif. Penyiapan sumber daya manusia merupakan salah satu kunci
utama keberhasilan pengembangan agribisnis. Setidaknya ada dua alasan mengapa SDM
memegang peran vital dalam agribisnis, pertama SDM mempengaruhi efisien dan
efektifitas usaha, kedua agribisnis lahir, tumbuh berkembang untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Alasan di atas menimbulkan kesadaran bahwa sumber daya manusia perlu
dikelola dengan baik, dengan sistem rancangan formal untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien dan efektif atau dengan kata lain perlu adanya Manajemen SDM.

9

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan modal dasar ketiga yaitu sebagai
pengetahuan dan teknologi yang digunakan sumber daya manusia dalam mengelola
sumber daya alam. Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkait dengan
ketersediaan, kesesuaian, dan keberlanjutan penerapannya. Pengetahuan dan teknologi
tidak berarti harus teknologi mutakhir dan canggih, tetapi yang cocok, yang dapat
diterapkan dan dikembangkan sendiri oleh masyarakat agribisnis. Alih teknologi harus
dipelajari, diadopsi atau dimodifikasi, dikembangkan, dan diterapkan. Masalah mendasar
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi adalah
dukungan prasarana pertanian sehingga masih ada hambatan introduksi mesin-mesin
pertanian. Pengelolaan SDA, pengaturan dan manejemen pengairan, serta jalan-jalan
transportasi pertanian perlu dikelola secara sungguh-sungguh dan profesional.
4. Pasar merupakan muara dari agribisnis sehingga diperlukan pemahaman mengenai pasar,
pemasaran terutama manajemen pemasaran untuk mendirikan, mengembangkan,
mempertahankan dan meregenerasikan sistem agribisnis. Pasar dalam ilmu ekonomi
diartikan sebagai pertemuan permintaan dan penawaran, pasar dalam arti sederhana
adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) antara penjual dan
pembeli pada waktu dan tempat tertentu. Pasar terbentuk karena ada konsumen yang
membutuhkan produk dan ada produsen yang menawarkan produk sesuai kebutuhan
konsumen sehingga terjadi pasokan pertukaran produk dengan aliran finansial atau
transaksi. Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk/barang atau jasa
dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua belah
pihak yang bertransaksi.
5. Aspek Finansial/Modal Kerja merupakan salah satu tujuan sistem agribisnis selain
melestarikan lingkungan, membuka lapangan kerja, mengembangkan IPTEK, membuka
pasar, dan mengembangkan organisasi. Dapat dikatakan ketahanan finansial merupakan
faktor pendukung untuk memulai agribisnis, untuk mengembangkan agribisnis, untuk
mempertahankan agribisnis, untuk regenerasi agribisnis. Finansial secara internal
berfungsi untuk modal kerja, investasi, dan piutang sedangkan secara eksternal finansial
berfungsi untuk membangun ketahanan finansial. Kedua performa ini akan meningkatkan
kepercayaan pihak-pihak terkait (agribusiness stakeholder) sekaligus penguasaan sistem
agribisnis untuk meningkatkan keunggulan posisi dalam persaingan.
6. Organisasi/Kelembagaan merupakan wadah bagi sekelompok SDM yang melakukan
kegiatan dan memiliki hubungan kerja untuk mencapai tujuan bersama. Peran organisasi
dalam agribisnis dapat dikategorikan sebagai pelaku dan penunjang agribisnis. Pelaku
adalah yang terlibat langsung pada kegiatan agribisnis sedangkan penunjang adalah yang
tidak terlibat langsung pada kegiatan agribisnis. Bentuk organisasi badan usaha agribisnis
ada beberapa macam, pada umumnya berbentuk : Usaha perorangan, Firma, Persekutuan
Komanditer (CV), Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Daerah,
Koperasi, dan Yayasan.

(c) Buatlah sebuah sketsa bagan arus sistem komoditi agribisnis terpilih (kelapa sawit
atau gula) secara singkat dan padat. Identifikasi dan sebutkan: (1) para
pelakunya (“agribusiness participants system”), apa peranannya dalam sistem agribisnis
yang bersangkutan, dan (2) para pembina dan pemadu sistem (“agribusiness coordinators
system”), dan apa pula peranannya.
Jawaban:
Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis Kelapa Sawit
Konsep integrasi vertikal sistem agribisnis kelapa sawit merupakan keterpaduan sistem
komoditas secara vertikal yang membentuk suatu rangkaian pelaku-pelaku yang terlibat dalam
sistem tersebut, mulai dari produsen/penyedia input/sarana produksi pertanian, distributor
input/sarana produksi, usaha tani, pedagang pengumpul, pedagang besar, usaha pengolahan

10

hasil pertanian (agroindustri), pedagang pengecer, eksportir, hingga konsumen domestik dan
internasional. Arah panah ke atas menunjukkan aliran produk dan sebaliknya arah panah ke
bawah merupakan arah aliran uang atau nilai produk.
Di luar sistem aliran produk dan uang tersebut terdapat para fasilitator mekanisme sistem
yang berperan sebagai pembina dan pemandu sistem, seperti pemerintah, manajer, pendidik,
dan peneliti. Pemerintah berperan sebagai pembina, pengatur, dan pengawas beroperasinya
mekanisme sistem agribisnis kelapa
sawit secara vertikal. Pembinaan dilakukan oleh
pemerintah sebagai upaya untuk memperkuat ikatan keterpaduan antar pelaku. Pengaturan
dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pemenuhan hak dan kewajiban antar pelaku secara
proporsional, sekaligus menyediakan sarana pelayanan yang mampu menjamin terselenggaranya
integrasi sistem agribisnis kelapa sawit dengan kuat. Pengaturan ini tidak dimaksudkan sebagai
campur tangan pemerintah pada system agribisnis kelapa sawit secara langsung (seperti tata
niaga), atau sebagai pelaku. Pengawasan dilakukan sebagai upaya untuk menjamin
terselenggaranya sistem agribisnis kelapa sawit berdasarkan prinsip efektivitas, efisiensi, dan
proporsional. Dengan pengawasan ini, pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan
pengendalian jika terjadi penyimpangan arah dan tujuan sistem.

Matriks Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis Kelapa Sawit Indonesia

11

Pertanyaan 3: Perusahaan Agribisnis Kelas Dunia
Setiap tahun majalah FORTUNE menerbitkan peringkat 500 perusahaan terbesar di Amerika
Serikat (AS). Pada tahun 2012 misalnya majalah ini menempatkan sebanyak 17 perusahaan
agribisnis dalam jajaran 500 perusahaan terbesar di AS. Perusahaan‐perusahan tersebut antara
lain:
Archer Daniel Midlands, Dow Chemical, Merck, CHS, Dupont, John Deere, Tyson Foods,
TIAA/CREF, Eli Lilly, Land O’Lakes, Monsanto, Smithfield Foods, Mosaic, AGCO, Seaboard,
CF Industries dan The Andersons.
(a) Carilah di interet peringkat terbaru (2014) 500 perusahaan terbesar di AS menurut
majalah FORTUNE tersebut. Apakah perusahaan‐perusahan agribisnis di atas tetap
berada dalam daftar 500?
Jawaban:
Berikut ini adalah peringkat terbaru dalam daftar Fortune 500 untuk perusahaan-perusahaan
agribisnis di Amerika Serikat pada tahun 2014 dan 2015. Perusahaan seperti Smithfield
Foods keluar dari daftar Fortune 500 sejak 2014 karena dijual ke perusahaan Cina (Leidos
Holdings dan NII Holdings). Sedangkan CF Industries dan The Andersons sudah tidak lagi
termasuk dalam daftar Fortune 500 pada tahun ini.
Perusahaan Agrobisnis
Archer Daniels Midland
Dow Chemical
Merck
CHS
DuPont
Deere
Tyson Foods
TIAA-CREF
Eli Lilly
Land O’Lakes
Monsanto
Smithfield Foods
Mosaic
AGCO
Seaboard
CF Industries
The Andersons

Kode
Saham
ADM
DOW
MRK
CHSCP
DD
DE
TSN
LLY
MON
x
MOS
AGCO
SEB
CF
ANDE

Peringkat
2015
34
48
71
69
87
86
83
92
151
203
197
x
320
296
417
543
569

Peringkat
2014
27
48
65
62
86
80
93
95
129
199
197
214
283
262
387
463
453

Perubahan
Turun
Tetap
Turun
Turun
Turun
Turun
Naik
Naik
Turun
Turun
Tetap
X
Turun
Turun
Turun
(keluar)
(keluar)

Penentuan peringkat Fortune 500 didasarkan pada revenue, profit, balance sheet, employees,
earnings per share, total return to investor, median, dan credit perusahaan.

12

(b) Faktor‐faktor apa saja yang mempengaruhi dinamika kinerja perusahaan agribinis
kelas dunia di atas?
Jawaban:
Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika perusahaan-perusahaan tersebut:
1.

Perubahan cuaca, sebagai contoh musim kering yang berkepanjangan mempengaruhi
produktivitas lahan.
2. Hama/penyakit tanaman dan ternak.
3. Perubahan permintaan dunia (global demand), perubahan produksi dunia (global
production) dan kompetisi yang kesemuanya mempengaruhi jumlah dan harga penjualan,
tingkat pendapatan dan keuntungan dari perusahaan.
4. Fluktuasi musiman. Beberapa perusahaan-perusahaan di daftar Fortune 500 tersebut
mampu meminimasi dampak dari fluktuasi musiman ini dengan melakukan diversifikasi
dan keragaman jenis tanaman, ternak, dan produknya.
5. Harga pasar untuk komoditas minyak mentah, gas alam, pupuk, dan bibit. Sebagai contoh,
pergerakan (volatility) harga energi, seperti bahan bakar diesel atau gas, menyebabkan
biaya transportasi dan pengolahan turut bergerak dan mempengaruhi pendapatan, serta
keuntungan.
6. Regulasi terkait lingkungan (environmental regulation) yang dapat menyebabkan biaya
tidak terduga dan mengurangi keuntungan perusahaan.
7. Regulasi terkait teknologi baru seperti bioteknologi, contohnya pada perusahaan yang
memproduksi bibit yang dimodifikasi secara genetis.
8. Inovasi dengan penemuan-penemuan yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang
(contoh: DuPont).
9. Efisiensi operasi, seperti penyederhanaan rantai pasokan, pengurangan biaya overhead, dan
penghapusan operasi-operasi yang berhimpitan (overlapping operations).
10. Perubahan demografis, seperti pada perusahaan jasa keuangan dan asuransi TIAA-CREF.
11. Perubahan suku bunga, yang mempengaruhi ketersediaan modal investasi.

13

Pertanyaan 4: Daya Saing Perusahaan Agribisnis
Dalam video yang diputarkan di kelas, kita menyaksikan bahwa salah satu perusahaan
agribisnis di dunia adalah Charoen Pokphand Group (CP Group) yang kantornya berpusat di
Bangkok. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1921 oleh Chia brothers, dan saat ini merupakan
salag satu konglomerat terbesar di Asia. Dengan portfolio usaha di bidang agribisnis, bisnis ritel
dan telekomunikasi, perusahaan saat ini memperkerjakan 250 ribu karyawan yang tersebar di
seluruh dunia. Total penjualan perusahan ini pada akhir tahun 2010 sebesar US$ 30 milyar.
(a) Menurut Anda, apakah CP Group tumbuh, berkembang dan mapan seperti sekarang
bertumpu kepada prinsip‐prinsip “economies of scale”, “economies of scope” dan
“research and development”? Jelaskan ketiga prinsip tersebut.
Jawaban:
1. Economies of scale menyatakan semakin banyak volume output maka biaya rata-rata
produksi semakin kecil sehingga keuntungan semakin besar.
Ilustrasi: Seiring dengan terjadinya peningkatan output, biaya rata-rata perusahaan untuk
menghasilkan output akan cenderung menurun, setidaknya dalam beberapa hal atau input
produksi. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa hal seperti:
• Jika perusahaan beroperasi pada skala yang lebih besar, karyawan dapat
mengkhususkan diri dalam kegiatan di mana mereka paling produktif.
• Skala dapat membuat pekerjaan lebih fleksibel. Dengan adanya variasi dari kombinasi
input yang digunakan untuk menghasilkan output perusahaan, manajer dapat mengatur
proses produksi yang lebih efektif.
• Perusahaan mungkin dapat memperoleh beberapa input produksi dengan biaya yang
lebih rendah karena mereka membeli dalam jumlah besar. Kombinasi dari input
mungkin berubah jika manajer mengambil keuntungan dari input biaya lebih rendah.
Akan tetapi, pada suatu titik tertentu kemungkinan biaya rata-rata produksi akan mulai
meningkat dengan output bisa saja terjadi. Beberapa alasan yang mengakibatkan perubahan
ini, antara lain:




Dalam jangka pendek, ruang pabrik atau kapasitas pabrik dan mesin membuat lebih
sulit bagi para pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Mengelola perusahaan yang lebih besar mungkin menjadi lebih kompleks dan tidak
efisien karena jumlah tugas yang semakin banyak.
Keuntungan membeli dalam jumlah besar mungkin telah menghilang setelah mencapai
jumlah tertentu. Pada titik tertentu, pasokan yang tersedia untuk input pokok mungkin
terbatas, dan hal ini akan mendorong biaya yang akan dikeluarkan menjadi lebih
banyak.

Hal di ataslah yang disebut dengan analisis long run dan short run, di mana dalam analisis
inilah kemudian diketahui atau ditemukan suatu istilah yang dinamakan economies of scale,
yaitu situasi dimana output yang dihasilkan atau didapatkan oleh perusahaan bisa dua kali
lebih banyak dari sebelumnya, tanpa membutuhkan biaya sebesar dua kali lipatnya.
Praktek economies of scale sangat lumrah dilakukan dalam dunia industri, termasuk bidang
agroindustri. Charoen Pokphand Group (CP Group) merupakan perusahaan multinasional
terkemuka dengan diversifikasi usaha yang luas dan berpusat di Thailand. CP Group
merupakan grup perusahaan multinasional yang bergerak di bidang agroindustri yang juga
telah menerapkan prinsip economies of scale. Secara historis aktivitas utama CP Group
adalah dalam sektor agribisnis yang mencakup produksi pakan ternak dan produk-produk

14

unggas terkemuka di dunia. Praktek economic of scale terlihat dari skala produksi yang besar
dengan petugas yang ahli di bidangnya masing-masing. Biaya produksi untuk semua jenis
proses industri dari pembibitan/bahan mentah, proses, hingga menghasilkan beragam output
produk yang mempunyai nilai tambah dapat ditekan sehingga mampu menghasilkan
diversifikasi produk yang berkulaitas namun dengan biaya yang lebih murah. Dalam
beberapa tahun terakhir, CP Group telah melakukan diversifikasi usaha ke sektor
telekomunikasi. Dengan adanya diversifikasi ini memberikan dampak secara tidak langsung
pada aspek keuangan perusahaan. Keberhasilan penggunaan sistem informasi
mengakibatkan operasional perusahaan lebih terukur sehingga efisiensi akan tercapai dan hal
tersebut akan membantu perusahaan mencapai economies of scale yang secara simultan
membawa perusahaan untuk memiliki daya saing yang tangguh.
2. Economies of scope menyatakan apabila perusahaan menghasilkan beragam jenis output
maka biaya rata-rata produksinya akan semakin kecil. Sebagai gambarannya ialah situasi di
mana joint output dari satu perusahaan lebih besar dibandingkan dengan output yang akan
dicapai oleh dua perusahaan berbeda yang memproduksi barang yang sama. Atau singkatnya
di mana satu perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis barang. Untuk mengukur derajat
dari economies of scope, kita harus tahu berapa persen biaya produksi yang disimpan apabila
dua atau lebih produk barang diproduksi secara bersama sama dibandingkan secara
individual (satu perusahaan memproduksi satu jenis barang).
Dalam economies of scale, pengurangan biaya rata rata produksi digunakan untuk
menambah total produksi dalam jenis barang yang sama, sedangkan untuk economies of
scope, penurunan biaya rata rata produksi akan digunakan untuk memproduksi dua jenis
barang atau lebih. Oleh sebab itu, dalam perusahaan akan ada keragaman hasil produksi.
CP Group juga telah menerapkan praktek economies of scope, di mana dalam video kita bisa
melihat dari produk ayam ada beberapa diversifikasi produk hilirnya, dari frozen meat, fried
chicken dalam kemasan, telur organik (cangkang maupun kemasan khusus). Dengan adanya
system end to end yang baik, CP Group juga mampu menyalurkan setiap jenis produknya ke
pasar yang sesuai dengan segmennya. Dari sini kita bisa melihat dengan adanya penurunan
biaya rata-rata produksi, CP Group mampu mengembangkan beragam produk sesuai
permintaan masing-masing segmen pasar.
3. Research and development merupakan divisi khusus dalam setiap industri yang sudah
berkembang (penelitian dan pengembangan). Persaingan usaha yang semakin ketat membuat
perusahaan harus selalu memliki inovasi untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasar,
tidak terkecuali CP Group. Perusahaan multinasional ini menyadaari bahwa prinsip
economies of scale dan economies of scope tidak cukup untuk bertahan di era globalisasi.
Keragaman pasar dan pilihan produk membuat CP Group terus melakukan riset dan
pengembangan produk. Riset dan pengembangan ini dilakukan mulai dari pembibitan yang
baik hingga proses pasca panen, dari pengolahan yang sistematis hingga pelayanan ke
pelanggan. Berbagai macam industri/perusahaan tidak bisa terlepas dari sistem riset dan
pengembangan, terlebih lagi peternakan dan perkebunaan yang merupakan bisnis yang
sangat tergantung sama alam. Riset terus dilakukan guna mengimbangi perubahan cuaca
yang semakin ekstrim guna tetap bisa menghasilkan produk yang sehat dan berkualitas bagi
kebutuhan pasar.
.
.

15

. (b) Faktor‐faktor lain apakah yang membuat perusahaan seperti CP Group memiliki
prestasi atau kinerja berkelas dunia? Jelaskan.
. Jawaban:
Salah satu faktor suskes usaha agrobisnis di CP Group adalah komitmen untuk terlibat dalam
seluruh rantai produksi, mulai dari formulasi pakan ternak hingga peternakan ayam hingga
produk olahan dengan nilai tambah. Pendekatan ini terbukti sukses dalam memastikan
keunggulan suplai roduk untuk intern perusahaan maupun untuk permintaan industri lainnya
dengan kualitas yang konsisten dari pakan ternak dan produk ayam olahan di negeri ini. Pakan
ternak adalah landasan utama bisnis Perseroan. Perseroan memastikan sebagai produsen
terbesar dan tersukses di bidang pakan ternak berkualitas tinggi. Jaringan luas dari distributor
dan agen yang terdapat diberbagai negara membuat CP Group memiliki kemudahan dan
kecepatan dalam memasarkan beragam produknya.

. (c) Apakah perusahaan melakukan vertical integration dalam usahanya? Jelaskan.
. Jawaban:
Berbicara mengenai vertical integration tidak akan pernah lepas dengan konsep value chain.
Value chain merupakan serangkaian aktivitas yang harus dipenuhi untuk menciptakan suatu
produk mulai dari bahan baku sampai produk tersebut didistribusikan ke tangan pelanggan.
Vertical integration terjadi ketika kebutuhan akan aktivitas dalam perusahaan (dalam
penciptaan produk tersebut) mampu dipenuhi oleh grup perusahaan.
CP Group sangat terkenal dengan praktek vertical integration yang membuat perusahaan ini
tumbuh dan berkembang menjadai beberapa perusahaaan yang saling mendukung. Dari
peternakan, perkebunan, telekomunikasi, retailer, whole saler, breeding farms,
slaughterhouses, processed foods production, hingga restoran yang artinya proses hulu hingga
hilir ada di CP Group.
Berdasarkan teori, setidaknya ada tiga jenis vertical integration, yaitu Full Integration,
Tapered/Partial Integration, dan Quasi Integration.
1. Full integration terjadi ketika kebutuhan aktivitas mampu dipenuhi seluruhnya oleh
supplier dalam grup perusahaan. Misalnya, PT. Bogasari mampu menyuplai seluruh
kebutuhan tepung terigu untuk pembuatan mie instan di Indofood.
2. Tapered/Partial Integration terjadi ketika tidak seluruh kebutuhan aktivitas mampu
dipenuhi oleh grup perusahaan. Misalnya, hanya 50% kebutuhan terigu mampu disuplai
oleh Bogasari, sedangkan 50% lainnya di dapat dari perusahaan penghasil terigu di luar
grup perusahaan.
3. Quasi Integration terjadi ketika perusahaan mengembangkan hubungan istimewa dengan
mitra bisnisnya (supplier, distributor, dll) untuk mendukung value chain, tetapi
perusahaan itu bukan dalam lingkup menguasai/mengontrol mitra bisnisanya. Quasi
integration biasa dilakukan dalam bentuk special agreement. Posisi kedua perusahaan
adalah di antara kontrak jangka panjang dengan kepemilikan.

16

(d) Apakah program kemitraan (contract farming) Charoen Pokphand dalam bidang
perunggasan dapat menciptakan pertumbuhan yang inklusif atau pertumbuhan yang
sekaligus menciptakan pemerataan (growth with equity)?
Jawaban:
Sistem program pertanian kontrak (contract farming) dapat memfasilitasi hubungan yang saling
menguntungkan pihak peternak (petani unggas) maupun perusahaan (Charoen Pokphand)
sebagai sponsor. Sehingga dengan program ini dapat menciptakan pertumbuhan yang inklusif
sebagaimana ditunjukkan pada penjelasan berikut ini:
• Akses ke Informasi yang lebih baik
Menurut Dr. Arief Daryanto (2007) dalam blog-nya Contract farming memungkinkan
adanya dukungan yang lebih luas serta dapat mengatasi masalah-masalah yang
berkaitan dengan minimnya informasi. (Daryanto, 2007). Dengan bermitra peternak
unggas mendapatkan bimbingan dalam memperbaiki cara beternak serta informasi
yang cukup dalam mengatasi berbagai masalah dalam pengelolaan peternakan unggas.
Perusahaan dengan skala besar seperti Charoen Pokphand telah dapat mengambil
berbagai pelajaran (lessons learned) serta praktik terbaik (best practices) dari berbagai
operasi peternakan yang dikelolanya. Informasi dan pengalaman operasi peternakan
ini sangat bermanfaat bagi peternak mitra sehingga dapat menghasilkan produktivitas
dan kualitas yang setara.
• Mengurangi Resiko bagi Peternak Unggas
Peternak unggas memiliki kepastian bahwa produk yang dihasilkannya akan dibeli.
Dalam jangka panjang mereka juga memperoleh manfaat yaitu peluang kemitraan di
masa depan serta akses terhadap program-program pemerintah. (Daryanto, 2007). Jika
dibandingkan dengan peternak yang bukan mitra, berbagai resiko peternakan harus
ditanggung sendiri oleh peternak.
• Akses ke Pasar, Kredit, Teknologi, Manajemen Resiko
Menurut Key dan Runsten (1999) manfaat dari keikutsertaan dalam kontrak adalah
pengembangan akses pasar, kredit dan teknologi, manajemen resiko yang lebih baik
(Daryanto, 2007). Hal ini dapat dipahami dengan sumberdaya pemasaran, jalur
distribusi, sistem logistic, dan teknologi dari perusahaan Charoen Pokphand
melengkapi integrasi sistem agribisnis yang sebelumnya tidak dimiliki oleh peternak
unggas yang bukan mitra.
• Kesempatan kerja dan Pemberdayaan Perempuan
Sistem pertanian mitra juga membuka