muncul karena adanya kebutuhan untuk mengkonversi laporan keuangan dari operasi perusahaan di luar negeri yang menggunakan mata uang
lokal ke dalam mata uang negara asal untuk tujuan konsolidasi dan pelaporan. Laporan keuangan konsolidasi umumnya digunakan oleh
manajemen perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan afiliasi di luar negeri. Bila kurs berubah sejak periode pelaporan sebelumnya, maka
translation atau penilaian ulang atas aset, utang, penerimaan, biaya, laba dan rugi yang didominasi dalam valas akan menyebabkan laba rugi valas
foreign exchange gain or losses . Kemungkinan laba rugi valas ini diukur oleh angka eksposur akuntansi.
2.1.2. Metode Konversi Mata Uang Asing Dalam Analisis Eksposur Akuntansi
Dalam menganalisis eksposur akuntansi, maka diperlukan pendekatan-pendekatan berupa metode-metode konversi mata uang
asing. Metode konversi mata uang asing dalam analisis eksposur akuntansi terdiri dari 4 metode, yaitu :
a. Metode Current NonCurrent Metode ini merupakan metode yang paling tua diantara metode
konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancar dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang
negara asal dengan kurs saat ini, yaitu pada saat neraca disusun. Sedangkan aset dan kewajiban yang tidak lancar dikonversikan pada kurs
15
historis, yaitu kurs pada saat aset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki
modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang lokal akan meningkatkan resiko rugi translation loss akibat devaluasi dengan metode current
noncurrent. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negatif dalam mata uang lokal berarti terdapat keuntungan translation gain akibat revaluasi
dengan metode tersebut. b. Metode Monetary Non monetary
Aset moneter terutama kas, surat berharga, piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang dan kewajiban moneter terutama
utang lancar dan utang jangka panjang dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos moneter, seperti stok barang, aset tetap dan investasi
jangka panjang, dikonversi pada kurs historis. Pos-pos dalam Laporan Rugi Laba dikonversi pada kurs rata-rata
pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan aset dan kewajiban nonmoneter. Biaya depresiasi dan
biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang
berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan.
16
c. Metode Temporal Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter
nonmoneter. Perbedaannya, dalam metode moneter nonmoneter, persediaan inventory selalu dikonversi dengan kurs historis. Sedang
dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs historis, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila
persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evaluasi biaya historis
ataukah pasar . Pos-pos dalam laporan rugi-laba umumnya dikonversi dengan kurs
rata-rata pada periode pelaporan. Sedangkan biaya penjualan, cicilan utang dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca
dengan kurs historis harga di masa lalu . d. Metode Current Rate
Metode ini merupakan metode yang paling gampang karena semua pos neraca dan rugi-laba dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini
direkomendasi oleh Ikatan Akuntansi Inggris, Skotlandia dan Wales. Secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan
metode ini, bila aset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devaluasi akan menghasilkan kerugian.
Variasi dari model ini adalah mengkonversi semua aset dan kewajiban, kecuali aset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
17
2.1.3. Pentingnya Mengukur Eksposur Akuntansi