Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP
MOL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT)DI KELAS X-6 SMAN 8 KOTA TANGERANG SELATAN
Aida Nadia1, Dedi Irwandi2, Erika Susianti3
1,2

Program Studi Pendidikan Kimia, FITKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
SMAN 8 Kota Tangerang Selatan
Email koresponden: 1nadiaaida94@gmail.com
Abstrak

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan
dalam dua siklus penelitian. Tahapan penelitian dalam tiap siklus meliputi perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, soal diskusi
kelompok dan soal akhir siklus. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas X-6 SMAN 8 Kota
Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 35 yang terdiri dari 13 siswa laki-laki
dan 22 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Adapun indikator keberhasilan yang dicapai KKM
adalah ≥75. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I
adalah sebesar 54,29% dengan nilai rata-rata 71,7. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 82,86% dengan nilai rata-rata 86,7. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Numbered Head Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: penelitian tindakan kelas (PTK); numbered head together (NHT); konsep mol,
hasil belajar siswa
Abstract
The method used in this research is classroom action research (PTK). which is conducted in
two cycles of research. Stages of research in each cycle includes planning, action, observation,
and reflection. The research instrument used is the observation sheet, group discussions and
questions about the end of the cycle. Subjects in the study were students of class X-6 SMAN 8
South Tangerang City in the academic year 2015/2016, the number of 35 students consisting of
13 male students and 22 female students. This study aims to improve student learning outcomes
through learning model Numbered Heads Together (NHT). The indicators of success achieved
KKM is ≥75. The result showed that the percentage of completeness of student learning
outcomes in the first cycle is equal to 54.29% with an average value of 71.7. While the
percentage of completeness of student learning outcomes on the second cycle increased to

82.86% with an average value of 86.7. From these results it can be concluded that the learning
model Numbered Head Together (NHT) can improve student learning outcomes.
Keywords: class action research; numbered head together (NHT); concept mole; learning
outcomes students

PENDAHULUAN
“Pembelajaran adalah suatu pemrosesan
informasi yang dinyatakan sebagai hasil dari
memori, kognisi, dan metakognisi yang
berpengaruh terhadap pemahaman seseorang”
(Huda, 2014). Hal ini sesuai dengan tujuan akhir

pembelajaran yaitu menghasilkan siswa yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi kelak di
masyarakat (Wena, 2014). Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar


Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8

Aida N., Dedi I., Erika S.

terlaksana
secara
efektif
dan
efisien.
Perencanaan pembelajaran dapat dituangkan
dalam
RPP
(Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran) yang terdiri dari komponenkomponen sebagai berikut: identitas mata
pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian

hasil belajar, dan sumber belajar (Rusman,
2010).
Standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk setiap mata pelajaran telah ditetapkan oleh
pemerintah. Standar kompetensi merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diharapkan dapat
tercapai pada setiap kelas atau semester.
Sementara kompetensi adalah kemampuan dasar
yang harus dikuasai para siswa pada tahap
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap.
Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai
landasan melakukan proses pembelajaran dan
penilaian siswa. Kompetensi merupakan target,
sasaran, dan standar. Menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa penekanannya adalah

ketika tercapainya sasaran atau tujuan
pembelajaran (Yamin, 2003).
Dalam proses pembelajaran, guru memiliki
peran dalam mengajar. Unsur terpenting dalam
mengajar ialah merangsang serta mengarahkan
siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak
lebih dari sekedar menolong para siswa untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap,
serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada
perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.
Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci
dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar
dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa
telah belajar dengan baik ialah tercapainya
indikator hasil belajar yang diinginkan (Ibnu
Badar, 2014).

Pada kenyataannya, sebagian besar pola
pembelajaran masih bersifat transmitif. Pengajar
mentransfer konsep secara langsung ke peserta

didik. Akibatnya, siswa secara pasif menyerap
struktur pengetahuan yang diberikan guru atau
yang
terdapat
dalam
buku
pelajaran.
Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta,
konsep, prinsip, dan keterampilan kepada siswa.
Guru yang efektif ialah guru yang menemukan
cara dan selalu berusaha agar anak didiknya
terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran,
presentasi waktu belajar akademis yang tinggi
dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan
teknik yang memaksa, negatif, atau hukuman
(Ibnu Badar, 2014).
Guru seharusnya memberdayakan otak
siswa dengan cara melakukan pembelajaran
dalam suasana ramah lingkungan, menuntut
siswa untuk memecahkan masalah, berpikir

kreatif, berpikir kritis, dan belajar mandiri
(Yamin,
2003).
Pembelajaran
tersebut
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang
berhubungan
dengan
fungsi
kognitif.
Perkembangan fungsi kognitif ini dipengaruhi
oleh empat faktor yaitu lingkungan fisik,
kematangan, pengaruh sosial dan proses
pengaturan diri.
Dalam materi konsep mol siswa dituntut
untuk dapat menghitung jumlah mol suatu zat
sehingga dapat menghitung perhitungan kimia
lainnya. Materi konsep mol ini menuntut
pemahaman siswa dalam memecahkan masalah
perhitungan. Siswa akan mengalami kesulitan

dalam belajar jika hanya mendengarkan
penjelasan guru saja. Oleh karena itu, siswa
harus memberdayakan otaknya dalam proses
pembelajaran. Jadi, tidak hanya mendengarkan
saja melainkan siswa dapat berperan aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran
akan lebih bermakna.
Hasil wawancara dengan guru kimia di
SMAN 8 Kota Tangerang Selatan, berbicara

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,113-119
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

bahwa berdasarkan pengalamannya dari tahun
ke tahun banyak siswanya yang sulit memahami
pokok bahasan konsep mol dan perhitungan
kimia. Berdasarkan hasil wawancara tersebut
maka dipilihlah materi pembelajaran yang akan

dibahas yaitu tentang konsep mol.
Pada tahun pelajaran ini (2015/2016) di
kelas X6, nilai Ulangan Harian (UH) 1 siswa
dengan materi daya hantar larutan, persamaan
reaksi, redoks dan tata nama senyawa kimia
sangat rendah dan hanya sedikit yang mencapai
KKM yaitu hanya 21,95%. Rata-rata nilai UH
siswa adalah 59, sementara nilai minimal yang
harus dicapai siswa adalah 75. Nilai tersebut
sangat jauh dari target yang harus dicapai siswa.
Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian siswa
pada proses pembelajaran di kelas, seperti yang
telah diamati oleh peneliti di kelas tersebut yaitu
masih terdapatnya siswa yang mengobrol dan
bermain sendiri. Oleh karena itu, perlu
diterapkan metode yang dapat membuat siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran di
kelas. Hal ini dikarenakan dengan peran aktif
siswa, diharapkan siswa tersebut dapat lebih
mengerti dan memahami materi yang sedang

dipelajari, serta perhatian siswa akan terfokus
pada kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung.
Metode pembelajaran yang menuntut
peran aktif siswa diantaranya adalah metode
kerja kelompok dan diskusi. Metode kerja
kelompok ini tercakup dalam suatu model
pembelajaran cooperatif learning. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pengajaran yang
baik di dalam kelompok kecil dengan siswa
yang memiliki tingkat keahlian berbeda,
menggunakan
ragam
aktivitas
untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada sebuah
subyek (mata pelajaran) (Zulfiani, Feronika dan
Suartini, 2009). Kemampuan siswa akan
berkembang jika ada lingkungan model
pembelajaran yang memadai (Jensen, 2011).


Terdapat
beberapa
macam
model
pembelajaran yang termasuk pada cooperative
learning salah satunya model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT). Model NHT
merupakan suatu model yang di dalamnya skor
kelompok dipertanggungjawabkan oleh setiap
individu, sehingga siswa lebih termotivasi dalam
belajar, antusias dan kerjasama. Pada saat
pembelajaran pun, siswa berpartisipasi aktif atau
terlibat langsung pada kegiatan pembelajaran,
sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan
(Zulfiani, Feronika dan Suartini, 2009).
Dengan
berbagai
pertimbangan
berdasarkan permasalahan yang terjadi, penulis
ingin memperbaiki kegiatan pembelajaran kimia
di kelas dengan menggunakan model yang
menuntut peran aktif siswa untuk meningkatkan
hasil belajar siswa melalui penelitian tindakan
kelas di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan.
Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “ Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Konsep Mol melalui Model Numbered Head
Together (NHT) di Kelas X-6 SMAN 8 Kota
Tangerang Selatan”.
METODE
Penelitian
yang
digunakan
adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu
penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama
dengan orang lain. Dalam PTK peneliti
merancang, melaksanakan, dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang
bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas melaui suatu
tindakan tertentu dalam suatu siklus (Kunandar,
2013).
Subjek pada penelitian ini adalah siswa
kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan
semester genap tahun pelajaran 2015/2016, yang
berjumlah 41 orang, akan tetapi dalam penelitian

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,114-119
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Aida N., Dedi I., Erika S.

ini yang akan dijadikan subjek penelitian adalah
siswa yang mengikuti seluruh siklus penelitian,
dan siswa yang mengikuti seluruh siklus
penelitian hanya berjumlah 35 orang. Terdiri
dari 13 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa
perempuan. Subjek penelitian ini diambil dari
siswa yang mengikuti kegiatan penelitian siklus
I sampai akhir siklus II.
Pemilihan
subjek
penelitian
ini
berdasarkan pada nilai Ulangan Harian (UH) 1
dengan rata-rata paling rendah yaitu 59 sehingga
hanya 21,95% siswa yang mencapai KKM.
Proses pembelajaran pada kelas ini berdasarkan
observasi yang telah dilakukan masih berpusat
pada guru dengan menggunakan metode
ceramah sehingga peserta didik hanya menerima
pembelajaran secara pasif.
Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai perencana, pelaksana, penafsir data, dan
sebagai pelapor hasil penelitian. Peneliti dibantu
oleh guru bidang studi dan rekan mahasiswa
pendidikan kimia sebagai observer yang
menyaksikan dan menilai kinerja peneliti
sebagai guru dan kinerja siswa.
Hasil intervensi tindakan yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil
belajar siswa pada konsep mol yang secara
langsung dapat terlihat dari hasil tes kemampuan
kognitif yang diberikan.
Indikator
tercapainya
penelitian ini diantaranya:
1.

keberhasilan

Meningkatnya hasil belajar siswa kelas X-6
SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
(2015/2016) pada materi konsep mol
melalui tes kemampuan kognitif, yakni
peningkatannya sebesar 75% siswa yang
mengalami ketuntasan belajar dengan nilai
≥ 75 dalam materi konsep mol. Hal ini
dikarenakan nilai KKM mata pelajaran
kimia pada SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan sebesar 75.

2.

Kinerja guru dan siswa sekurang-kurangnya
mencapai kategori baik.

Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Data tersebut akan dianalisis
berdasarkan hasil dari lembar observasi kinerja
guru, lembar observasi kinerja siswa dan tes
kemampuan kognitif terhadap siswa. Sumber
data dalam penelitian ini meliputi siswa, guru,
teman sejawat dan kolaborator.
Penelitian ini menggunakan instrumen tes
dalam bentuk essay. Instrumen ini digunakan
untuk mengetahui penguasaan konsep siswa,
sehingga dapat diidentifikasi hasil belajar dalam
aspek kognitif siswa. Soal tes yang baik bisa
didapatkan setelah peneliti melakukan validasi
dengan dosen pembimbing dan guru bidang
studi kimia.
Data penelitian meliputi data kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan
membandingkan persentase ketercapaian setiap
indikator pada siklus I dengan siklus II. Data
kualitatif dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif, yaitu uraian deskriptif berdasarkan
hasil
observasi
saat
proses
kegiatan
pembelajaran.
Untuk menghitung presentase ketercapaian
hasil belajar siswa dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
% hasil belajar
jumlah siswa tuntas
=
x 100%
jumlah subjek penelitian
Sementara untuk menghitung data
observasi kinerja guru dan kinerja siswa
digunakan rumus sebagai berikut:
% Kriteria kinerja
skor yang didapat
x 100%
=
jumlah skor maksimal
Selanjutnya
data
kuantitatif
yang
didapatkan diinterpretasikan ke dalam beberapa
kriteria sebagai berikut:

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,115-119
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor (Ridwan, 2010).

Cukup

61% - 80%

Baik

81% - 100%

Sangat Baik

Setelah tindakan pada siklus I selesai
dilakukan dan hasil yang diharapkan belum
mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan,
maka akan ditindaklanjuti dengan melakukan
tahapan siklus II melalui perencanaan
pembelajaran.
Adapun perencanaan tindakannya adalah
peneliti mempersiapkan instrumen penelitian
lembar observasi kinerja guru, lembar observasi
kinerja siswa, dan tes kemampuan kognitif
siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembelajaran dengan penerapan metode
Numbered Head Together (NHT) dapat
meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif dan
aktivitas siswa. Perbandingan hasil belajar siswa
antar siklus dapat disajikan pada tabel dan grafik
di bawah ini:
Tabel 2. Deskripsi Hasil Belajar Siklus I dan II
Nilai
Deskripsi
Siklus I
Siklus II
Maksimal
100
100
Minimal
40
39
Rata-rata
71,7
86,7

Gambar 1. Deskripsi Hasil Belajar Siklus I dan II

Gambar 2. Hasil Tes Individu Post-test Siswa
Persentase Hasil Observasi
Kinerja Guru

41% - 60%

Persentase Hasil Belajar

Kriteria
Sangat buruk
Buruk

Gambar 3. Hasil Observasi Kinerja Guru

Persentase Hasil Observasi
Kinerja Siswa

Angka
0% - 20%
21% - 40%

Gambar 4. Hasil Observasi Kinerja Siswa

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,116-119
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Aida N., Dedi I., Erika S.

Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri
8 Kota Tangerang Selatan dengan subjek
penelitian siswa kelas X-6 yang berjumlah 35
orang. Penelitian ini dilakukan pada hari selasa
untuk siklus I dan setiap hari kamis pada siklus
II, yang dimulai dari tanggal 03 Mei sampai 19
Mei 2016. Setiap siklus pembelajaran
dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Penelitian ini
terbagi ke dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi.
Siklus I membahas tentang konsep mol
(hubungan mol dengan massa, hubungan mol
dengan jumlah partikel, dan hubungan mol
dengan volume). Tahap perencanaan yang
dilakukan
dalam
siklus
ini
adalah
mempersiapkan RPP mengenai konsep mol,
bahan ajar PPT (Power point), kartu soal diskusi
kelompok, papan skor kelompok, dan nomor
kepala setiap anggota kelompok. Pada tahap
pelaksanaan, peneliti menerapkan model
pembelajaran
NHT
(Numbered
Heads
Together). Berdasarkan teori, Numbered Heads
Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama
merupakan
jenis
pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional. Numbered
Heads Together (NHT) bertujuan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut (Trianto, 2007). Prinsip pada
model pembelajaran NHT yaitu setiap anggota
kelompok diberi nomor kepala 1-5, ketika salah
satu nomor kepala tersebut dipanggil maka
seluruh nomor yang sama dari seluruh kelompok
harus berdiri untuk menunggu panggilan satu
nomor dari kelompok yang dipilih. Pada
pembelajaran ini setiap kelompok diberi kartu
soal kelompok untuk didiskusikan pertanyaan

yang ada di kartu soal tersebut, dan seluruh
anggota kelompok bertanggungjawab untuk
memastikan seluruh anggota kelompoknya
paham dengan cara mengerjakan soal, karena
bisa saja nomor dia yang dipanggil.
Tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan
terlebih dahulu membagi siswa dalam 10
kelompok,
menyampaikan
materi,
dan
memberikan soal diskusi kelompok, berdiskusi,
menjawab soal diskusi kelompok dan diakhiri
dengan tes individu. Hal ini sesuai teori, di mana
langkah-langkah dari NHT terdiri dari
penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir
bersama dan menjawab (Zulfiani, Feronika dan
Suartini, 2009). Pada langkah penomoran telah
sesuai dengan teori juga, yakni guru membagi
siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri
dari 3-5 orang dan setiap anggota kelompok
mempunyai nomor yang berbeda antara 1
sampai 5 (Zulfiani, 2009). Berdasarkan hal
tersebut dikarenakan jumlah siswa yang awalnya
terdiri dari 41 orang maka sesuai teori peneliti
membaginya menjadi 10 kelompok sehingga
penomoran terdiri dari nomor 1-5. Dalam
pemberian soal, peneliti menginstruksikan ketua
kelompok untuk mengambil nomor di meja
guru. Nomor yang terpilih adalah nomor soal
yang harus dikerjakan oleh kelompok tersebut.
Selanjutnya siswa mendiskusikan jawaban soal
tersebut dengan bimbingan guru/peneliti.
Kemudian siswa siap-siap untuk dipanggil salah
satu nomor kepala dari salah satu anggotanya.
Setelah nomor kepala tersebut terpilih, maka
nomor kepala tersebut mempresentasikan
jawabannya di papan tulis serta menjelaskan
jawaban yang ditulisnya kepada seluruh
kelompok di depan kelas. Jika jawaban benar,
maka kelompok tersebut diberikan bintang untuk
ditempel di papan skor, begitu juga bagi
kelompok lain yang bisa menanggapi atau
menambahkan dan membenarkan jawaban
kelompok lain di papan tulis akan diberikan poin
juga. Langkah terakhir pada tahap pelaksanaan

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,117-119
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

yaitu evaluasi akhir siklus I yang dilakukan
secara individu untuk melihat pencapaian hasil
belajar siswa.
Tahapan observasi dilakukan oleh dua
observer dengan melihat kinerja guru dan kinerja
siswa
pada
saat
proses
pembelajaran
berlangsung. Rata-rata hasil observasi kinerja
guru dan kinerja siswa pada siklus I masing
masing adalah 92,5% dan 96%. Persentase
tersebut masuk dalam kategori sangat baik.
Tahapan selanjutnya yaitu refleksi, pada tahap
ini didapatkan beberapa kelemahan yaitu kurang
maksimalnya waktu tes akhir siklus I yaitu
hanya 10 menit. Adapun kelemahan yang terjadi
saat proses pembelajaran yaitu, penyampaian
materi yang terlalu cepat sehingga menyebabkan
siswa kurang memahami materi. Kurangnya
keterlibatan setiap anggota kelompok saat
mendiskusikan penyelesaian jawaban dari
pertanyaan yang diberikan. Hal ini berdampak
terhadap hasil tes akhir siklus. Dalam tes akhir
tersebut, siswa yang mampu mencapai nilai
KKM hanya 54,29%. Oleh karena itu, peneltian
lanjutan siklus II perlu dilaksanakan untuk
meningkatkan tes individu pada akhir siklus
dengan target 75%.
Siklus II membahas tentang rumus
empiris, rumus molekul, kadar zat, dan rumus
hidrat (air Kristal), pereaksi pembatas dan tes
akhir siklus II. Pada prinsipnya tahapan siklus II
sama dengan siklus I yakni terdapat tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Pada tahapan perencanaan, peneliti
mempersiapkan RPP perhitungan kimia pada
konsep mol. Pada siklus ini, peneliti juga
mempersiapkan PPT (Power point) yang mudah
dipahami siswa dan mengajarkan cara
pengerjaan contoh soal, kartu soal kelompok,
nomor kepala setiap anggota kelompok, dan tes
individu akhir siklus. Pada tahap pelaksanaan,
siswa diinstruksikan untuk duduk berkelompok
dan memperhatikan serta mencermati materi
yang disampaikan melalui PPT. Setelah materi

tersampaikan, perwakilan kelompok mengambil
kartu yang berisi nomor dan mengerjakan soal
yang terdapat di kartu soal kelompok sesuai
dengan nomor yang dipilihnya kemudian
menuliskan jawaban tersebut di papan tulis. Jika
jawaban benar, maka kelompok tersebut
diberikan poin, begitu juga pada kelompok yang
menanggapi akan diberikan poin juga.
Pada pertemuan akhir siklus II, terdapat
perbedaan dari pertemuan pada siklus-siklus
sebelumnya yaitu pada pertemuan ini akan
dikalkulasikan jumlah poin bintang setiap
kelompok dari setiap pertemuan dan bagi
kelompok yang mendapatkan jumlah poin
bintang terbanyak maka akan diberikan hadiah
sebagai penghargaan untuk kelompok tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka seluruh siswa
menjadi bersemangat dan aktif dalam
mengerjakan seluruh soal yang diberikan.
Sehingga bisa menambah kinerja guru dan siswa
pada siklus ini. Tahap pelaksanaan diakhir
siklus II ini dilanjutkan dengan tes akhir siklus
II. Hasil belajar siswa pada tes akhir ini lebih
baik dari sebelumnya. Hasil belajar siswa
sebesar 82,86% siswa dapat mencapai nilai
minimal 75. Hal ini sudah bisa dikatakan
mencapai indikator keberhasilan.
Tahapan observasi pada siklus II sama
dengan tahapan observasi siklus I yang
dilakukan oleh observer. Hasil observasi pada
kinerja siswa dan guru meningkat di siklus II
dan masing-masing termasuk dalam kategori
sangat baik yakni dengan persentase 97% untuk
kinerja siswa dan 94,75% untuk kinerja guru.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil karena
masing-masing aspek dalam aktivitas belajar dan
prestasi belajar yang diukur telah mencapai
target yang ditetapkan. Sehingga pada tahap
refleksi penerapan metode pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,118-119
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Aida N., Dedi I., Erika S.

peserta didik pada materi Konsep Mol pada
kelas X-6 Tahun Pelajaran 2015/2016.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: hasil
belajar aspek kognitif siswa pada materi konsep
mol dengan model pembelajaran NHT
(Numbered Heads Together) mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus
I diperoleh nilai rata-rata 71,7 menjadi 86,7 pada
siklus II, dan terjadi peningkatan ketuntasan
hasil belajar siswa dari 54,29% menjadi 82,86%
yang sudah mencapai indikator keberhasilan.
Rata-rata hasil observasi kinerja guru dan kinerja
siswa pada siklus I masing masing adalah 92,5%
dan 96%. Persentase tersebut masuk dalam
kategori sangat baik. Kinerja guru dan kinerja
siswa mengalami peningkatan pada siklus II
yaitu masing-masing menjadi 94,75% dan 97%
yang keduanya termasuk pada kategori sangat
baik.
SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, ada
beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan,
yaitu: sebaiknya dalam proses pembelajaran,
guru dapat menerapkan model pembelajaran
yang bervariasi dan menarik bagi siswa, agar
siswa tidak jenuh dan mudah menyerap materi
yang disampaikan. Motivasi sangat penting
diberikan kepada siswa. Guru seyogyanya
memberikan motivasi berupa penghargaan bagi
siswa yang mendapat nilai terbaik.

Huda, M. 2014. Model-model pengajaran dan
pembelajaran: Isu-isu metodis dan
paradigmatis (Cet.5). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ibnu

Badar, T. 2014. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual.
Jakarta:
Prenadamedia
Group.

Jensen, E diterjemahkan oleh Benyamin Molain.
2011. Pembelajaran Berbasis Otak.
Jakarta: PT Indeks.
Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Ridwan. 2010. Dasar-dasarStatistika. Bandung:
Alfabeta.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran
inovatif berorientasi konstruktivistik (Cet.
1). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wena, M. 2014. Strategi pembelajaran inovatif
kontemporer: Suatu tinjauan konseptual
operasional (Ed. 1, Cet. 9). Jakarta: Bumi
Aksara.
Yamin, M. 2003. Strategi Pembelajaran
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Zulfiani, Feronika, T., dan Suartini, K. 2009.
Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,119-119
Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

0 7 55

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

1 17 95

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

0 8 56

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Number Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Materi Ajar Sistem reproduksi (Penelitian Tindakan Kelas Di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

0 3 14

PENERAPAN MEDIA PERMAINAN CHEMOPOLY BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP MOL KELAS X SMA.

5 45 23