Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

(1)

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI-IPA SMAN 3 Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

FITRIAH

NIM 106016300647

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PADA KONSEP FLUIDA DINAMIS

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Kelas

xI-IpA SMAN

3 Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuilah Jakafta

Oleh: FITRIAH NIM: 106016300647

Di bawah Bimbingan:

Pembimbing I

.!t!/144

Dr. Nada Marnada, M.Eng NrP.195 8. 1208. 1983 03. 1 .006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432Ht2011

M


(3)

'[ogether (NHT) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Fluida Dinamis (Eksperimen

di

SMAN

3

Tangerang Selatan)" disusun oleh Fitriah

NIM.

106016300647,

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

dinyatakan LULUS dalam ujian munaqasah pada tanggal 27 September 2011 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada bidang Pendidikan Fisika.

Jakarta, 27 September 2011 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

Baiq Hana Susanti. M.Sc NrP.1970 0209 200003 2 001

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih. M.Pd

NrP.19790s10 2006 0420 Penguji I

Dr. Sujiyo Miranto. M.Pd NIP. 1 968 1 228200003 1 004

Penguji II

Diah Mulha)'atiah. M.Pd NIP. 1 97 9030920080 1 20 1 6

t\ - \a- gou

1o -

q'

*ort

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguman

UIN Syarif Hidayatullah Jakarla

a\

a

Prof.Dr. e Rosyada, M.A.


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

'.TtmU.H...

rempat/rgt.

Lahir'

.TAYfi.?5 A.,. . \.!. . ..9g.sS.y.gl ...nV b

NIM

,

\99919

?ee

4J

Judul Skripsi

(W

l\SygEep?

99np

S9IETH9S

(1Hr_)

Tprrl

ptq

Pf\rlf

f

-t!:ttr

$tlyl

?tp+

He$:rv

t\u,on

enravr5 nosen

pembimbing

'

i.

h,.\JSlt....M4g.ttAg.f

, Y...9!.g..

z

ha-P-til

SuffiTl*\,

\t!,pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya berlanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakafta,

Mahasiswa Ybs. ^/lETERAITENI.PEL

F/'T MEilBANEUN BINOE^

TGL 2A

141

4ffi'ffiffi<

\1rt1. 1g5g lV,W

q


(5)

i

Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengtahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap pemahaman siswa pada konsep fluida dinamis. Model penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan melibatkan 34 siswa kelas XI-5 sebagai kelas eksperimen dan 34 siswa kelas XI-7 sebagai kelas kontrol. Penelitian dilakukan di SMAN 3 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2011. Instrumen yang digunakan berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan NHT berpengaruh terhadap pemahaman siswa pada konsep fluida dinamis. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji-t pada taraf signifikansi 5% dan dk = 66, diperoleh nilai ttabel ≤ thitung yaitu 2 ≤ 2,37, maka pada penelitian ini

dapat dinyatakan bahwa thitung ≥ ttabel, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol

(H0) di tolak dan hipotesis penelitian (Ha) di terima.

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif, Pemahaman konsep fisika, Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)


(6)

ii

Study Physics Education, Majors of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, State Islamic University Syarif Hidayatullah

Jakarta.

The research aim to know the Influence of Cooperative Learning Model Numbered Heads Together Type to Improving the Understanding Of Student At The concept Fluida Dynamic. The research mothod used was a quasi-experiment involving 34 student of class XI IPA-5 as a group experiment and 34 student XI IPA-7 as a group control. This research is conducted is SMAN 3 Tangerang Selatan of school years periode 2011. The multiple choise is the instrument of this theysis get the result. The multiple choise have been tested with validation and reliabitation ways. The result of this research can be conclude, the implementation of teaching model of Cooperative Learning Numbered Heads Together Type effect on improve the understanding of student physics concept at the subject fluida dynamic. This can be seen from the calculation of hypothesis

testing by t test, in the significant level 5% at dk = 66, the result is ttable≤ tcount or

2 ≤ 2,37 So that the null hypothesys (H0) are rejected and hypothesys of research

(Ha) are accepted.

Keyword : Cooperative Learning, Understanding of Physics Concept, Model of Cooperative Learning Numbered Heads Together Type


(7)

iii khalifah di muka bumi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., Ketua Prodi Fisika yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis hingga selesai dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Bapak Dr. Nada Marnada, M.Eng Dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyikapi semua permasalahan dalam skripsi ini. 6. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. H. Sujana, M.Pd., Kepala SMAN 3 Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan observasi dan penelitian skripsi.


(8)

iv

9. Seluruh guru, karyawan dan siswa-siswi SMAN 3 Tangerang Selatan yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan observasi dan penelitian skripsi.

10.Ayahanda H. Sapri dan Ibunda Hj. Hamdah yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih dan sayangnya dikala sakit maupun sehat, dikala susah maupun senang, dikala sulit maupun mudah, serta membantu penulis dengan segenap kemampuan dan doa-doanya dalam setiap sholat, serta tak henti-hentinya mengingat dan memberi semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

11. Kakak (Arsudin, Ahmad Fathony) dan Adik (Nuraini, Ika dan Mimi Jamilah) yang luar biasa dengan sabar membantu dan mendukung keberhasilan penulis. 12.Nina Nurinayah, Lulu, Mimin, Sinta, Sis Dharma, Ade Yusman, Riska serta

teman-teman Fisika angkatan 2005 dan 2006 yang mungkin disebutkan satu persatu yang juga selalu memberikan semangat dan doanya.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.

Jakarta, Agustus 2011

Penulis


(9)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 7

A. Kajiani Teoritis ... 7

1. Teori Pembelajaran Kooperatif ... 7

a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 8

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Koperatif ... 9

c. Perbedaan Kelas Tradisional dan Kooperatif ... 9

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 10

3. Hasil Belajar ... 12

4. Pemahaman Konsep ... 16

a. Menginterpretasi (Interpreting) ... 20

b. Mencontohkan (Exemplifying) ... 20

c. Mengklasifikasi (Classifying) ... 21

d. Membuat Kesimpulan (Summarizing) ... 21

e. Meringkas (Inferring) ... 22


(10)

vi

C. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian... 33

B. Disain Penelitian ... 33

C. Prosedur Penelitian... 34

D. Tempat dan Waktu ... 36

E. Populasi dan Sampel penelitian ... 37

F. Variabel Penelitian ... 37

G. Teknik Pengambilan Sampel... 37

H. Teknik Pengambilan Data ... 37

I. Instrumen Penelitian... 38

J. Instrumen Tes Hasil Pemahaman Belajar ... 39

1. Validitas Instrumen ... 39

2. Reliabilitas Instrumen ... 40

3. Taraf Kesukaran ... 41

4. Daya Pembeda ... 42

K. Teknik Analisis Data ... 42

1. Uji Prasyarat Analisis ... 42

a. Uji Normalitas ... 43

b. Uji Homogenitas ... 44

c. Uji Hipotesis ... 45

d. Uji Normal Gain ... 46

2. Teknik Analisis Data Hasil Observasi ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Data ... 47


(11)

vii

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 51

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

E. Hasil Observasi ... 55

BAB V PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57


(12)

viii

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen ... 39

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas ... 41

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian (Pretes, Postes dan N-Gain) ... 48

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat ... 50

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 50

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji t ... 51

Tabel 4.5 Uji-t... 52

Tabel 4.6 Data Hasil Observasi ... 55


(13)

ix

Gambar 4.1 Histogram Rekapitulasi Data Penelitian Tes Hasil


(14)

Lampiran3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran4 Validitas Instrumen

Lampiran5 Hasil Pretes Kelas Eksperimen

Lampiran6 Hasil Pretes Kelas Kontrol

Lampiran7 Hasil Postes Kelas Eksperimen

Lampiran8 Hasil Postes Kelas Kontrol

Lampiran9 Perhitungan Uji Normalitas

Lampiran10 Perhitungan Uji Homogenitas

Lampiran 11 Perhitungan Uji Hipotesis

Lampiran 12 Perhitungan Uji Normal Gain Eksperimen

Lampiran 13 Perhitungan Uji Normal Gain Kontrol


(15)

1 A.Latar Belakang Masalah

Sebagian besar orang beranggapan belajar merupakan kegiatan yang tidak menarik dan membosankan. Padahal dengan belajar manusia akan terbuka pemahamannya terhadap hakikat segala sesuatu. Dengan belajar manusia akan dapat memahami hakikat diri, lingkungan, dan hakikat pencipta diri dan lingkungannya.

Proses pembelajaran diartikan sebagai kegiatan belajar yang dapat terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas, dengan bantuan guru atau tanpa bantuan guru. Selain itu, proses yang terjadi dalam kegiatan belajar-mengajar sebaiknya merupakan proses yang membuat nyaman siswa dan guru, dengan memperhatikan proses interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan. Dengan demikian diharapkan terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran juga merupakan proses yang difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Peran guru yang utama dalam kegiatan belajar adalah menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga siswa nyaman dalam belajar. Oleh sebab itu, diperlukan guru yang kreatif, guru yang mampu memilih model, metode, serta pendekatan yang tepat dengan kondisi siswanya. Proses pembelajaran seperti ini merupakan proses pembelajaran yang berkualitas, efisien, dan mempunyai daya tarik bagi siswa sehingga siswa mengalami proses pembelajaran yang menyenangkan. Pada akhirnya, pemahaman konsep yang mereka capai dapat menjadi optimal.

Pada dasarnya, siswa belajar mulai melalui hal-hal yang konkrit yang selanjutnya dapat diikuti dengan hal-hal yang abstrak secara bertahap sesuai dengan perkembangan siswa yang bersangkutan. Materi-materi dalam fisika sebagian besar merupakan materi yang abstrak ditambah lagi jika materi itu telah


(16)

2

hal yang dikonsepkan tersebut. Salah satu konsep fisika yang dianggap sulit dipahami adalah konsep fluida dinamis. Pada konsep Fluida dinamis ini banyak sekali konsep yang diajarkan, salah satunya mereka agak kesulitan dalam menentukan kecepatan aliran fluida, persamaan kontinuitas, tekanan pada energi potensial fluida dan aplikasi azas Bernoulli. Hal ini umumnya terjadi karena model pengajaran yang digunakan hanya model pembelajaran yang monoton, jarang sekali menggunakan model yang bervariasi.

Sudah sejak lama fisika menjadi materi pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian besar siswa di Indonesia, tidak terkecuali siswa yang telah masuk ke dalam jurusan IPA di sekolahnya. Jika melihat kenyataan bahwa fisika merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sains dan sekaligus memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan dan kemajuan teknologi di dunia, sehingga ketidaktertarikan sebagian besar siswa perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang lebih baik yang menyangkut berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitasnya

Beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar fisika yang sering ditemukan, yaitu proses pembelajaran fisika yang secara umum lebih menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian materi semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun karakter individu siswa. Selain itu, rendahnya hasil belajar fisika siswa adalah sebagian guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar dan masih merasa terbebani dalam pembelajaran fisika, dan tidak kalah penting penyebab rendahnya hasil belajar fisika adalah siswa itu sendiri, misalnya ketidakmampuan siswa dalam memahami dan menarik kesimpulan dari konsep yang disampaikan guru sehingga siswa kurang mampu dalam menyelesaikan soal-soal dan memberi jawaban dengan asal-asalan. Fenomena yang terjadi adalah siswa menjadi enggan belajar


(17)

3

model tersebut mengharuskan adanya suatu perubahan lingkungan belajar. Kurang tepatnya menggunakan model pembelajaran, dapat menimbulkan kebosanan, monoton atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Untuk itu model yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep fisika khususnya pada konsep fluida dinamis yaitu model pembelajaran cooperative learning NHT yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya sehingga siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu belajar dan dapat memanfaatkan potensi seluas-luasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara, guru tidak lagi menjadi pusat pengetahuan dalam proses belajar-mengajar. Materi yang diajarkan menjadi materi yang dapat dikembangkan sendiri oleh siswa sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki. Hal inilah yang nantinya membentuk siswa yang mandiri dan cerdas memproses informasi yang mereka terima menjadi informasi yang lebih berguna.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Menurut Spencer Kagan (1992)1, model NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengukur pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Model ini selain mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama juga merupakan cara pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk menjadi kritis, analisis argumentatif dalam mencari jawaban-jawaban berbagai masalah yang dihadapi, melalui pengalaman-pengalaman dan sumber lainnya.

Model pembelajaran NHT dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam proses ilmiah dalam waktu yang singkat. Hasil penelitian Noor

1


(18)

4

pembelajaran fisika. Hal ini karena model NHT lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar, siswa terlebih dahulu mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya ilmiah setelah itu siswa mendiskusikan hasil ilmiah pada kelompok masing-masing kemudian mempresentasikannya dengan kelompok lain dan kelompok lain juga sebaliknya. Hal itu akan lebih membuat belajar fisika menjadi lebih menyenangkan dan lebih berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Fisika merupakan generalisasi dari gejala alam yang tidak perlu dihapal tetapi perlu dimengerti, dipahami dan diterapkan.

Pemahaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pemahaman yang menjadi dasar fundamental berpikir siswa untuk bisa memahami konsep yang lebih tinggi, sehingga siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami konsep-konsep fisika, khususnya pada konsep-konsep fluida dinamis.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis terdorong untuk mencoba menerapkan model pembelajaran tipe NHT agar dapat berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa dalam hal menginterpretasi, mencontohkan, mengklasifikasi, membuat kesimpulan, meringkas, membandingkan, dan

menjelaskan. Oleh karena itu, judul dalam skripsi ini adalah “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Fluida Dinamis

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa masih menghadapi kesulitan dalam memahami konsep fisika

2. Kurang tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran yang menimbulkan kebosanan, monoton dan kesulitan siswa dalam memahami konsep


(19)

5 rendahnya hasil belajar fisika

5. Model pembelajaran kurang melibatkan siswa untuk aktif dan kreatif yang selama ini diterapkan.

C. Pembatasan Masalah

Mengacu pada masalah-masalah yang muncul diatas, maka penulis membatasi hasil belajar fisika siswa hanya pada ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yaitu pada C2 (memahami) yang terdiri dari

menginterprestasi (interpreting), mencontohkan (exemplifying), mengklasifikasi

(classifying), menyimpulkan (summarizing), meringkas (inferring), dan

menjelaskan (explaining).2

D.

Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

“Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis?”

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran tipe NHT terhadap hasil belajar siswa.

2

Lorin W. Anderson, David R. Krathwol; whit Peter W. Airasian (et.al), A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, (New York: Longman, 2001), h.70 – 76.


(20)

6

khususnya tentang model pembelajaran tipe NHT

2. Bagi siswa, dapat membantu meningkatkan minat dan hasil belajar mereka pada konsep fluida dinamis

3. Bagi guru, dapat memberikan masukan tentang alternatif model pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek produk.


(21)

7

A. Kajian Teoritis

1. Teori Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.1

Pembelajaran koooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Setiap manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itulah manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh sehingga terciptalah masyarakat belajar (learning

community).2 Siswa tidak hanya belajar dari buku, namun juga dari sesama teman.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.3

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 4 1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka ”sehidup

sepenanggungan bersama”;

1

Rusman, Manajemen Kurikulum,…h.199

2

Heri Damhudi, Pengaruh Metode Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Ekosistem. (Jakarta: UIN. 2007). h. 15

3 Heri Damhudi, Pengaruh Metode Numbered Head Together…., hal.15

4

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konse, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, (Jakarta : Kencana,2009), h. 50


(22)

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompok, seperti milik mereka sendiri;

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompok memiliki tujuan yang sama.;

4. Siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama diantara anggota kelompok yang sama;

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan oleh anggota kelompok;

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya;

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individual maupun secara kelompok.5 Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. 6 Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda-beda latar belakangnya.7 Jadi siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

5

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana, 2009), Cetakan 1, h.57

6

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,… h. 57

7

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Proresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 58


(23)

b. Prinsip- Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Ada empat prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu8:

1. Prinsip ketergantungan positif (positif interpendence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantunng pada usaha yang dilakukan oleh kelomppok tersebut

2. Tanggungjawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain;

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

Dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif lebih menekankan siswa untuk bertanggung jawab pada kelompok bukan hanya intelektualitas yang diperlukan dalam kelompok tetapi kebersamaan untuk mencapai suatu tujuan.

c. Perbedaan Kelas Tradisional dan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat diwujudkan dengan cara mudah yaitu dengan cara menjalankan pembelajaran secara bersama dimana guru dapat mengawal lebih banyak di dalam kelas. 9 Apabila siswa membiasakan diri dengan cara bekerjasama, saling bergatung antara satu sama lain untuk memperoleh ilmu, maka mereka akan berkembang untuk menjadi siswa yang kooperatif.

8

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta : Rajawali, 2009), h.198

9


(24)

2.1 Tabel Perbedaan antara Kelas Tradisional dan Kelas Kooperatif Kelas Tradisional Kelas Kooperatif

Pelajar hanya mendengar, memperhatikan dan mencatat

Pelajar secara aktif menyelesaikan masalah dan bertukar pikiran secara bersama

Pelajar tidak ikut terlibat di kelas Pelajar perlu membuat persediaan untuk menyumbang secara aktif dalam proses pengajaran di kelas

Pelajar hanya duduk diam dan tanpa interaksi dengan pelajar lain

Pelajar mengambil bagian secara aktif

Pelajar mengambil resiko rendah Pelajar mesti mengambil resiko

Perlombaan menjadi foku motivasi Kesediaan dan kefahaman kumpulan menjadi titik tumpuan

Pelajar belajar dengan cara bebas Pelajar belajar saling kebergantungan

Pelajar menetapkan secara individu tanggungjawabnya

Individu dalam kumpulan menetapkan tanggung jawab bersama

Pelajar secara tersendiri mengenal pasti apa yang hendak dicapai

Hal yang hendak dicapai ditentukan bersama

Sumber pengetahuan yang utama dari guru dan buku

Pengetahuan dari buku teks, guru, teman sekelompok, teman sekelas di lihat sebagai sumber informasi dan ilmu

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) a. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together NHT

Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal, sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. 10

NHT merupakan pendekatan struktural pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagan, Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada

10


(25)

penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.11 NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.12

Tabel 2. 2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif NHT

11

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : Kencana 2009), h.82

12

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep….h.82

Fase Tingkah Laku

Fase I

Pendahuluan : Persiapan

a) Guru menjelaskan tentang

pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT).

b) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

c) Guru melakukan apersepsi d) Guru memberikan motivasi pada

siswa

Fase II

Kegiatan inti : Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT).

Tahap pertama

1) Penomoran : Guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5

2) Guru menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dipelajari. 3) Siswa bergabung dengan tim atau

anggotanya yang telah ditentukan

Tahap kedua

Mengajukan pertanyaan : Guru

mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

Tahap ketiga

Berpikir bersama : Siswa berfikir


(26)

3. Hasil Belajar

Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar-mengajar.14

13

Noor Azizah, Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together ) dengan Pemanfaatan LKS pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balik) Siswa Kelas VIII SMPN 6 Semarang, (Semarang :UNS 2007), h.21-24

14

Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2008), h.3 terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

Tahap keempat

1. Menjawab : Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan

tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Dalam memanggil suatu nomor guru secara acak menyebut nomor dari 1 sampai x (x adalah banyaknya kelompok dalam kelas siswa). Anak yang terpilih dari tahap 4 dalam

kelompok x adalah anak yang

diharapkan menjawab

2. Guru mengamati hasil yang diperoleh oleh masing-masing kelompok yang berhasil baik, dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik (jika ada).

Fase 3

Penutup : Evaluasi

1) Dengan bimbingan guru siswa mebuat rangkuman

2) Siswa diberi PR dari buku paket atau buku panduan lain.

3) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.13


(27)

Belajar adalah merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan sendiri atau kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.15

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.16

Belajar adalah salah satu proses atau upaya sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat memperoleh pengalaman dari interaksi tersebut. Perubahan yang diperoleh dari hasil belajar diharapkan dapat membawa pada perubahan yang lebih baik.

Dalam buku teori-teori belajar, Ratna Wilis Dahar menulis: menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.17

Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.18

Hasil belajar sendiri adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.19 Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom’s

Taxonomy (Taksonomi Bloom). Kemampuan hasil belajar diklasifikasikan ke

dalam tiga kategori, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja.

15

Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia,…. 4

16

Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.(Jakarta: Rieneka Cipta. 2010), h.2.

17

Ratna Wilis Dahar. Teori-Teori Belajar,… h.11

18

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 13.

19

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya. h.22.


(28)

Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan suatu kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Hasil belajar pada aspek kognitif dibagi kedalam enam jenjang, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun aspek kognitif yaitu: 20

1) Pengetahuan/ingatan –knowledge

2) Pemahaman –comprehension

3) Penerapan –application

4) Analisis –analysis

5) Sintesis –synthesis

6) Evaluasi - evaluation

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya ialah faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri sendiri, faktor internal ini meliputi dua aspek :

1. Aspek fisiologis

Spek fisiologi ini merupakan kondisi umum jasmani dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

2. Aspek psikologis

Kejiwaan seseorang mempengaruhi aktiviatas belajar seseorang. Aspek kejiwaan ini terdiri dari :

a. Inteligensi siswa merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

20

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung persada, 2006), h.14


(29)

tepat. Tingkat keberhasilan siswa ditentukan oleh tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ).

b. Sikap adalah gejala internal yang bedimensi afektif. Sikap seseorang dalam melakukan suatu kegiatan sangat berpengaruh sekali terhadap kegiatan yang dilakukan. Bagaimana seseorang dapat menyikapi semua kegiatan yang dilakukannya tergantung dari motivasi melakukan kegiatan tersebut. Sikap seorang siswa dalam belajar khususnya dalam pembelajaran fisika harus selalu menyikapinya dengan pemahan yang positif, karena jika kita menyikapinya dengan sikap yang negatif maka akankah tujuan pembelajaran fisika dapat tercapai.

c. Bakat adalah kemampuam yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan memiliki bakat terhadap suatu kegiatan tertentu akan mudah untuk lebih mengembangkan bakat tersebut.

d. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu

e. Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Motivasi ini dapat mendorong seseorang lebih maju

dalam melakukan suatu kegiatan. Penemuan-penemuan penelitian

menunjukan bahwa basil belajar pada umumnya akan meningkat jika motivasi belajar bertambah.21

Selain faktor intern belajar juga dipengaruhi oleh faktor ekstern. Adapun faktor-faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.22

1. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga

21

Syaipul Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 157

22

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi . (Jakarta: Rieneka Cipta. 2010) h. 60


(30)

2. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal dari kegiatan siswa dalam massyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.23

Faktor yang terakhir adalah pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang efektivitas dan proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

Dari pendapat diatas, diketahui bahwa strategi merupakan salah salah satu faktor yang menentukan dalam pembelajaran fisika. Pembelajaran fisika akan lebih bermakna apabila diimbangi dengan strategi belajar yang tepat, dalam hal ini pemilihan metode dan penggunaan model pembelajaran yang tepat sebagai alat hasil belajar siswa. Pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, terlebih lagi jika mereka dapat bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Pemahaman Konsep

Pemahaman individu pada dasarnya merupakan pemahaman keseluruhan kepribadian dengan segala latar belakang dan interaksinya dengan lingkunganya.24 tanpa pemahaman individu sulit untuk berinteraksi dan bersosial dengan orang lain (siswa) dengan baik.

23

Slameto. Belajar dan Faktor-fakto, …h. 70

24

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), h.215


(31)

Dua tujuan utama dari pendidikan adalah untuk meningkatkan ingatan dan transfer. Ingatan adalah kemampuan untuk mengingat materi untuk beberapa waktu kemudian, dan apa yang diingat itu tetap sama seperti apa yang dihadirkan selama proses pembelajaran sebelumnya. Transfer adalah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah baru, menjawab pertanyaan baru, atau untuk memfasilitasi pembelajaran pada materi yang baru dan rmengingat apa yang telah siswa pelajari, sedangkan transfer menghendaki siswa tidak hanya untuk mengingat tetapi juga untuk membuat arti dan selanjutnya dapat digunakan oleh mereka berdasarkan apa yang telah mereka pelajari.25 Jika dua hal tersebut terlaksana, maka pembelajaran yang tersebut termasuk ke dalam pembelajaran bermakna. Belajar bermakna merupakan cara belajar memotivasikan siswa. Kebermaknaan itu bersifat personal, dimana materi tersebut terasa penting dan prinsip bagi diri siswa.26 Penyajian materi oleh guru mengandung makna bagi seluruh siswa, guru menyampaikan materi yang berkaitan dengan masa lampau, dan mengantisipasi untuk masa depan.

Dapat disimpulkan bahwa ingatan lebih fokus pada apa yang terjadi sebelumnya sedangkan transfer lebih menekankan pada apa yang terjadi kemudian. Sebagai contoh, setelah siswa membaca buku pelajaran tentang fluida dinamis, tes ingatan hanya akan meminta siswa mengingat kembali isi materi seperti menentukan volum fluida yang mengalir per satuan waktu, menyatakan jumlah tekanan energi kinetik per satuan volum dan energi potensial per satuan volum. Pada tes transfer siswa diminta untuk menganalisis soal-soal yang lebih kompleks dengan menggunakan rumusan awal mengenai fluida dinamis, seperti menentukan besar debit pada suatu aliran air yang mengalir melalui sebuah pipa dengan luas penampang dan kecepatan tertentu. Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang dipelajari. Kemampuan internal yang dituntut dalam pemahaman antara lain:27

25

Lorin W. Anderson, David R. Krathwol; whit Peter W. Airasian (et.al), A Taxonomy..., h.63.

26

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada, 2004), h. 90

27 Zainal Abidin, “Pemahaman Konseptual dan Prosedural Dalam Belajar Matematika”,


(32)

a. Translasi, yaitu kemampuan menterjemahkan atau mengubah ide-ide dari bentuk yang satu ke bentuk lain yang ekivalen.

b. Interpelasi, yaitu kemampuan mengidentifikasikan atau memahami ide-ide utama yang tercakup dalam suatu komunikasi permasalahan maupun pengertian tentang hubungan antara ide-ide tersebut.

c. Ekstrapolasi, yaitu kemampuan memperluas kecenderungan atau tendensi di luar data yang diketahui.

Dapat disimpulkan pemahaman merupakan kemampuan siswa untuk memaknai suatu masalah dengan cara menghubungkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan dan yang dapat digeneralisasikan. Suatu konsep akan terbentuk apabila dua atau lebih objek dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri umum, bentuk atau sifat-sifatnya. Konsep dapat dianggap sebagai suatu unit pikiran atau gagasan. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu konsep tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan satu sama lain dalam suatu sistem dinamik yang disebut sistem konseptual. 28

Dalam pengertian lain, konsep dapat didefinisikan dalam berbagai hal seperti berikut:29

a. Atribut. Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda, seperti atribut relevan maupun yang tidak relevan atau atribut yang berupa fisik maupun berupa fungsional.

b. Struktur. Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal yaitu konsep konjunktif, konsep disjunktif dan konsep relasional

c. Keabstrakan. Konsep-konsep dapat dliihat dan konkret, atau konsep-konsep itu sendiri dari konsep-konsep lain

d. Keinklusifan (inclusiveness). Ini ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu.

28Yuni Tri Hewindati dan Adi Suryanto, “

Pemahaman Murid…, h.63.

29


(33)

e. Generalitas dan keumuman. Bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat subordinatnya.

f. Ketepatan. Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh suatu konsep. Klausmeier (1977) mengemukakan empat tingkat pencapaian konsep (concept attainment), mulai dari tingkat konkret ke tingkat formal. Konsep-konsep pada tingkat formal yang paling tepat, sebab pada tingkat ini atribut-atribut yang dibutuhkan konsep dapat didefinisikan.

g. Kekuatan (power). Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju, bahwa konsep itu penting

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu definisi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekolompok objek pada suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lainnya. Siswa tidak selamanya dapat belajar konsep langsung dari apa yang ada pada definisi, misalnya siswa yang masih berada di bawah taraf berfikir normal. Oleh karena itu, diperlukan contoh-contoh dalam rangka memahami suatu konsep yang ada pada suatu definisi. Konsep-konsep yang berorde lebih tinggi dari konsep yang dimiliki seseorang tidak dapat selalu dikomunikasikan dengan baik kepada orang tersebut melalui suatu definisi, tetapi perlu terlebih dahulu memberikan kepadanya sekumpulan contoh-contoh konsep tersebut.30

Menurut Ausubel seperti dikutip dalam Dahar, konsep dapat diperoleh dengan dua cara yaitu pembentukan konsep dan asimilasi konsep. Menurut Gagne, pembentukan konsep dapat dipandang sebagai belajar konsep-konsep konkret, sedangkan asimilasi konsep relevan dengan belajar konsep-konsep abstrak. 31

Bentuk revisi teori kognitif yang dikemukakan oleh Bloom terhadap enam kategori proses, yaitu satu kategori yang berhubungan dengan ingatan

30

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.82

31


(34)

(mengingat) dan lima kategori lainnya yang berhubungan dengan transfer (memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta).

Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep dalam proses kognitif terutama yang berhubungan dengan

salah satu bagian dari kategori transfer yaitu memahami. “Memahami,

membangun pengertian dari pesan instruksional termasuk pesan secara lisan,

tulisan, dan komunikasi secara grapis”.32

Siswa dianggap paham ketika mereka telah mampu membangun hubungan antara pengetahuan “baru” yang mereka dapat dengan pengetahuan yang siswa miliki sebelumnya (prior knowledge). Proses kognisi pada kategori memahami termasuk: menginterpretasi,

mencontohkan, mengklasifikasi, membuat kesimpulan, meringkas,

membandingkan, dan menjelaskan.

a. Menginterpretasi (Interpreting)

Menginterpretasi (Interpreting) terjadi ketika siswa dapat mengganti satu bentuk informasi ke bentuk informasi lainnya. Menginterpretasi termasuk mengganti suatu bentuk tulisan ke bentuk tulisan lainnya, suatu bentuk gambar ke bentuk tulisan, suatu bentuk tulisan ke bentuk gambar, bentuk angka ke bentuk tulisan, bentuk tulisan ke bentuk angka, dan sebagainya.

Dalam menginterpretasi, jika siswa diberikan satu bentuk informasi mereka dapat merubahnya ke dalam bentuk yang lain. Dalam bidang sains misalnya, suatu bentuk objektif dari berbagai fenomena alam dapat dipelajari dengan menghadirkan bentuk objektif tersebut dalam bentuk gambar. Item soal evaluasi yang cocok adalah dengan meminta siswa untuk menggambarkan suatu ilustrasi, misalnya menggambarkan ilustrasi letak posisi planet pada tata surya.

b. Mencontohkan (Exemplifying)

Mencontohkan (Exemplifying) terjadi ketika siswa diberikan contoh yang spesifik dari konsep atau aturan yang bersifat umum. Mencontohkan termasuk

32

Lorin W. Anderson, David R. Krathwol; whit Peter W. Airasian (et.al), A Taxonomy..., h.70.


(35)

mengidentifikasi yang dibatasi oleh tanda-tanda dari konsep atau aturan yang bersifat umum. Siswa diberikan konsep atau aturan dan diharuskan memilih atau membuat contoh yang spesifik dari konsep atau aturan tersebut yang tidak diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam sains, sebagai contoh yang objektif, siswa harus dapat memberikan contoh dari beberapa macam perubahan wujud suatu benda. Tes yang diberikan meminta siswa untuk dapat membedakan perubahan wujud fisika atau perubahan wujud kimia (reaksi kimia) dalam studi lapang yang dilakukan dan menjelaskan mengapa perubahan wujud benda tersebut termasuk ke dalam perubahan wujud fisika atau kimia.

c. Mengklasifikasi (Classifying)

Mengklasifikasi (Classifying) terjadi ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu termasuk ke dalam kategori tertentu, sebagai contoh konsep atau aturan. Mengklasifikasi termasuk mendeteksi tanda-tanda relevan yang “cocok” dengan dua hal yaitu contoh spesifik atau dengan konsep (aturan). Mengklasifikasi merupakan pelengkap dari proses mencontohkan (exemplifying). Mencontohkan

(exemplifying) dimulai dengan konsep atau aturan umum dan menuntut siswa

untuk menemukan contoh-contoh spesifik, mengklasifikasi (classifying) dimulai dari contoh spesifik dan kemudian menuntut siswa untuk menemukan konsep atau aturan yang lebih umum.

d. Membuat Kesimpulan (Summarizing)

Membuat kesimpulan (Summarizing) terjadi ketika siswa menyarankan sebuah pertanyaan yang menggambarkan informasi yang ada atau gambaran dari tema umum. Membuat kesimpulan termasuk di dalamnya membangun suatu penggambaran dari informasi, seperti pengertian dari adegan dalam suatu pertunjukan, dan penggambaran dari menyimpulkan itu sendiri seperti menentukan sebuah tema atau pikiran utamanya. Bentuk alternatif dari menyimpulkan adalah menggeneralisasi (generalizing) dan penggambaran

(abstracting). Contoh objektif dalam sains, menyimpulkan kontribusi utama dari


(36)

yang sesuai, meminta siswa untuk membaca karya tulis yang ditentukan misal tentang Daniel Bernoulli dan meyimpulkan pikiran utamanya.

e. Meringkas (Inferring)

Meringkas (Inferring) termasuk di dalamnya menemukan suatu bentuk dari suatu kumpulan contoh. Meringkas terjadi ketika siswa dapat menggambarkan sebuah konsep atau aturan yang berupa data hitung dari seperangkat contoh dengan memasukkan kode (encoding) tanda-tanda yang relevan dari setiap contoh dan yang paling penting adalah dengan mencatat hubungan antara mereka.

Proses dari meringkas termasuk membuat perbandingan antara contoh sampai hubungan antar kalimat dari seluruh set. Sebagai contoh, untuk menentukan nomor berapa yang akan muncul nantinya, siswa harus mengidentifikasi pola-pola bilangannya terlebih dahulu.

f. Menjelaskan (Explaining)

Menjelaskan (Explaining) terjadi ketika siswa dapat membangun dan menggunakan prinsip sebab-akibat dari suatu sistem. Dalam menjelaskan, ketika diberikan penggambaran dari suatu sistem, siswa mengembangkan dan menggunakan model sebab-akibat dari sistem tersebut. Sebagai contoh dalam sains, suatu objek dapat dijelaskan prinsip kerjanya berdasarkan hukum fisika. Penilaian yang berhubungan meminta siswa yang telah belajar asas Bernoulli untuk menjelaskan apa yang terjadi pada sayap burung ketika terbang mengepak-ngepakkan sayapnya, udara yang bergerak melalui sayap burung menghasilkan gaya angkat, atau meminta siswa untuk melakukan percobaan dengan memegang lembar kertas folio yang disejajarkan kemudian meniup dengan kuat di sisi atas selembar folio yang dipegang mendatar, kemudian siswa menjelaskan terjadinya dua pristiwa tersebut.


(37)

5. Fluida Dinamis 1. Konsep Fluida Ideal

Fluida dinamis adalah fluida bergerak atau fluida mengalir, fluida disebut mengalir jika fluida itu bergerak pada lingkungannya. Secara umum fluida ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Tak kompresibel (tak termampatkan), artinya tidak mengalami perubahan massa jenis.

b. Aliran fluida tidak turbulen. atau dengan kata lain aliran fluida dianggap laminar (streamline).

c. Aliran fluida terjadi secara stasioner, artinya kecepatan pada setiap titik dalam fluida adalah konstan (tetap).

d. Fluida tidak kental, sehingga semua gesekan yang muncul akibat viskositas fluida diabaikan. Dengan asumsi, fluida tidak termampatkan, tidak kental, dan memiliki aliran tunak inilah kemudian diturunkan semua persamaan yang berkaitan dengan fluida dinamis.

2. Konsep Aliran Fluida

Setiap partikel dalam fluida dinamis, akan bergerak menurut jenis aliran tertentu. Lintasan yang ditempuh oleh satu partikel dalam fluida yang mengalir dinamakan garis alir (flow line). Ada dua jenis aliran fluida: (a) aliran laminer /aliran garis arus (streamline), dan (b) aliran turbulen. Pada aliran tunak kecepatan aliran partikel fluida pada setiap titik konstan terhadap waktu, sehingga partikel-partikel fluida yang lewat pada suatu titik akan bergerak dengan kecepatan dan arah yang sama, lintasan yang ditempuh oleh aliran fluida ini dinamakan garis arus. Nama lain dari garis arus adalah aliran berlapis atau aliran laminer. Pada aliran turbulen ditandai dengan adanya aliran yang berputar, adanya partikel yang bergerak dengan arah yang berlawanan dengan arah laju fluida secara keseluruhan.


(38)

3. Konsep Debit Fluida

Debit fluida didefinisikan sebagai besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir melalui suatu penampang tertentu dalam satuan waktu tertentu. Debit fluida adalah nama lain dari laju aliran fluida, dan secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Debit = volume fluida

selang waktu atau � =

∆ �3/ …..………..(2.1)

Fluida mengalir melalui penampang pipa seluas A dan setelah selang waktu t menempuh jarak S, maka volume fluida adalah V = A.S sedang jarak S = v t, sehingga debit fluida yang mengalir lewat pipa tersebut adalah:

Q = A . v (m3/s) . …..………(2.2)

Dimana: A: luas penampang pipa (m2) v: laju aliran (m/s)

4. Konsep Kecepatan Aliran Fluida

Tinjau aliran fluida tunak, massa fluida yang masuk ke satu ujung pipa adalah sama dengan massa fluida yang keluar pada ujung yang lainnya dalam selang waktu yang sama. Pada aliran tunak tidak ada fluida yang keluar melalui dinding-dinding pipa. lihat gambar (1.2) aliran fluida pada suatu pipa. Jika di lihat daerah (1) dan daerah (2) sebagai tempat pengukuran laju fluida dan massa fluida yang mengalir, maka:

_ A1 dan A2 adalah luas penampang pipa pada (1) dan (2).

_ ρ1dan ρ2 adalah massa jenis fluida pada (1) dan (2).

_ v1 dan v2 adalah laju partikel-partikel fluid pada (1) dan (2).

Selama selang waktu t, fluida pada (1) bergerak kekanan menempuh jarak x1 = v1

t, dan fluida pada (2) bergerak kekanan menempuh jarak x2 = v2 t. Sehingga

volume fluida yang mengalir masuk lewat (1) pada pipa adalah v1 = A1. x1 = A1.

v1 t, dan volume fluida yang mengalir keluar lewat (2) pada pipa adalah V2= A2.


(39)

Massa fluida yang masuk pada bagian (1) selama selang waktu t:

m1 = ρ1. V1

= ρ1. A1.X1

= ρ1. A1.v1.t1 …………..…….(2.3)

Dengan cara yang sama, massa fluida yang keluar bagian (2) selama selang waktu m2 = ρ2. V2

= ρ2. A2.X2

= ρ2. A2.v2.t2 ………..…(2.4)

Karena massa fluida yang masuk pada bagian (1) sama dengan fluida yang keluar pada bagian (2), maka dari persamaan (2.3) dan (2.4), diperoleh:

ρ1. A1.v1 = ρ2. A2.v2 ……….….……(2.5)

Dan persamaan (2.5) dikenal dengan persamaan kontinuntas. Karena fluida yang kita bahas adalah fluida tak termampatkan (non-compresible), maka massa jenis fluida tidak mengalami perubahan selama perjalanan mengalirnya, dengan kata lain untuk kasus ini berlaku ρ1 = ρ2, sehingga persamaan (2.5) dapat

disederhanakan menjadi:

A1.v1 = ρ2. A2.v2= konstan ……...……….…(2.6)

Jadi pada fluida yang tak termampatkan, berlaku hasil kali luas penampang dengan laju fluida adalah konstan. Dan karena terdahulu telah dinyatakan bahwa debit fluida Q = A v, maka ungkapan lain dari persamaan (2.6) adalah:Persamaan debit konstan.

Q1 = Q2 = konstan …………...……(2.7)

Jadi pada fluida tak termampatkan,berlaku: debit fluida di setiap bagian adalah konstan. Persamaan kontinuitas pada persamaan (2.6), dapat dimodifikasi menjadi bentuk lain, yaitu:


(40)

(1). Perbandingan kecepatan fluida dengan luas penampang:

�1

�2

=

�2

�1

………(2.8)

(2). Perbandingan kecepatan dengan diameter penampang

�1

�2

=

22 12

=

�2

2

�12

………..………..(2.9)

Jadi kelajuan aliran fluida tak termampatkan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-jari atau diameter penampang pipa.

5. Konsep Tekanan a. Pengertian tekanan

Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang itu. Dan secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

………..…(2.10)

b. Satuan dan dimensi tekanan

Satuan SI untuk gaya adalah N dan luas adalah m2, sehingga sesuai dengan persamaan (1.9), maka: satuan tekanan = N/m2 dan untuk menghormati Blaise Pascal, seorang ilmuwan berkebangsaan Prancis yang menemukan prinsip Pascal, maka satuan tekanan dalam SI dinamakan juga dalam Pascal (disingkat Pa), 1 Pa = 1 Nm-2. Untuk keperluan lain dalam pengukuran, besaran tekanan juga biasa dinyatakan dengan: atmosfere (atm), cm-raksa (cmHg), dan milibar (mb), (1 Pa = 1 N/m2, 1 atm = 76 cm Hg, 1 mb = 0,001 bar, 1 bar = 105 Pa, 1 atm = 1,01x105 Pa = 1,01 bar). Dalam hal ini perlu dipertegas bahwa istilah tekanan dan gaya jelas berbeda, konsep tekanan dalam fisika (khususnya dalam bahasan fluida: hidrostatika dan hidrodinamika), kedua istilah tersebut menjelaskan besaran yang berbeda dengan karakteristik yang berbeda. Tekanan fluida bekerja


(41)

tegak lurus terhadap permukaan apa saja dalam fluida tidak perduli dengan orientasi permukaan (tegak, mendatar atau miring). Tekanan tidak memiliki arah tertentu dan termasuk besaran skalar. Tetapi gaya adalah besaran vektor, yang berarti memiliki arah tertentu.

6. Konsep Energi Potensial Fluida

Peristiwa air terjun, bagaimana menghitung energi yang dihasilkan oleh air terjun yang mengalir dengan debit Q dari ketinggian h. Dari konsep energi, bahwa massa pada ketinggian h akan mempunyai energy potensial:

Ep = m.g.h ………..…(2.11)

Begitu juga air yang jatuh dari ketinggian h (air terjun juga memiliki energy potensial karena dia juga punya massa m).

Daya P yang dibangkitkan oleh energi potensial air setinggi h dengan debit air Q adalah:

………(2.12)

7. Azas Bernoulli a. Hukum Bernoulli


(42)

Pada gambar diatas, maka berdasarkan konsep: usaha–energy mekanik yang melibatkan besaran tekanan p (usaha), besaran kecepatan aliran fluida v (mewakili energi kinetik), dan besaran ketinggian (mewakili energi potensial), Bernoulli menurunkan persamaan matematis, yang dikenal dengan Persamaan Bernoulli, sebagai berikut:

………..(2.13)

………..(2.14)

Dimana :

1 2ρ.�

2 = energy kinetik persatuan volume

ρ .g.h = energy potensial persatuan volume

Jadi persamaan Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan, energy kinetik persatuan volume, dan energi potensial persatuan volume memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus.

8. Aplikasi Hukum Bernoulli

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan aplikasi hukum Bernoulli yang sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan manusia masa kini. Meskipun kenyataannya, tak ada jenis fluida yang memiliki kecairan dan kekentalan seperti yang disyaratkan dalam konsep dasar tersebut, yaitu kecairan yang merata dan sedikit kekentalan. Berikut ini beberapa contoh aplikasi hukum Bernoulli tersebut.

 Hukum Bernoulli digunakan untuk menentukan gaya angkat pada sayap dan badan pesawat terbang sehingga diperoleh ukuran presisi yang sesuai.

 Hukum Bernoulli dipakai pada penggunaan mesin karburator yang berfungsi untuk mengalirkan bahan bakar dan mencampurnya dengan aliran udara yang masuk. Salah satu pemakaian karburator adalah dalam kendaraan bermotor, seperti mobil.


(43)

 Hukum Bernoulli berlaku pada aliran air melalui pipa dari tangki penampung menuju bak-bak penampung. Biasanya digunakan di rumah-rumah pemukiman.

 Hukum Bernoulli juga digunakan pada mesin yang mempercepat laju kapal layar.

6. Hasil Penelitian Yang Relevan

Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman hasil belajar siswa, dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa adanya peningkatan pemahaman hasil belajar siswa melalui penerapan model NHT. Diantara Penelitian yang pernah dilakukan adalah :

1. Nyoman subratha Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha, dalam penelitiannya menyimpulkan : Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar yang ditunjukan oleh fakta-fakta yang telah dilakukan, dua orang guru fisika dan dosen LPTK melakukan diskusi untuk mengidentifikasi penyebab permasalahan tersebut. Dari diskusi tersebut terungkap beberapa faktor-faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah seperti berikut. (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru sangat monoton. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan, dan kerja rumah. Tidak ada variasi metode pembelajaran yang dilakukan guru berdasarkan karakteristik materi pelajaran yang diajarkannya, (2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintraksi dengan teman sejawat atau dengan guru dalam upaya mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada manipulasi matematis, mereka mulai dengan difinisi konsep, kemudian menyatakannya dengan matematis. Hal ini teramati pula dari catatan-catatan fisika siswa yang tidak jauh berbeda dengan catatan matematik, karena isinya hanya kumpulan rumus-rumus fisika. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Ketika mengajarkan pemecahan


(44)

masalah, guru tidak mulai dengan menganalisis masalah, tidak mendeskripsikannya dalam deskripsi fisika, tidak berusaha untuk mengambarkannya dalam diagram-diagram, namun lebih menekan pada pencocokan soal-soal dengan rumus yang dihafalkan. (5) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa yang belajar melalui model kooperatif lebih baik daripada siswa yang belajar melalaui model pembelajaran konvensional. Dan terdapat perbedaan model pembelajaran kooperatif dan konvensional dalam mengembangkan sikap ilmiah. 33

2. Heri Damhudi, dengan judul skripsi pengaruh metode numbered head together terhadap hasil belajar biologi pada konsep ekosistem. tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode NHT terhadap hasil belajar biologi pada konsep ekosistem. Dari hasil penelitiannya dikatakan bahwa metode NHT terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi pada konsep ekosistem.34

3. Ferani Puteri Habibi, dengan judul efektivitas pembelajaran metode TGT (Team Games Tournament) dan NHT (Numbered Head Together ) terhadap belajar kimia siswa MAN 9 Pondok Bambu Jakarta. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah efektivitas pembelajaran metode TGT dan metode NHT terhadap belajar kimia siswa MAN 9 Pondok Bambu Jakarta. Hasil penelitian mengatakan bahwa metode TGT tidak lebih efektif daripada metode NHT, tetapi kedua metode tersebut memiliki keunggulan masing-masing.35

33

Nyoman subratha. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Dan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar “, dalam jurnal penelitian dan pengembangan Undiksha, Desember 2007. h.136-138

34

Heri Damhudi, Pengaruh Metode Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Ekosistem. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

35

Ferani Puteri Habibi, Efektivitas Pembelajaran Metode Tgt (Team Games Tournament) Dan Nht (Numbered Head Together ) Terhadap Belajar Kimia Siswa Man 9 Pondok Bambu Jakarta. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. h.70


(45)

4. Ubaidillah, dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh pembelajaran kooperatif dengan teknik Kepala bernomor (Numbered Head Together) terhadap hasil belajar fisika. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh teknik NHT terhadap hasil belajar fisika pada pokok bahasan kalor, dari hasil penelitiannya terdapat pengaruh metode NHT terhadap hasil belajar fisika siswa yang signifikan.36

5. Ika Nurhikmawati, dengan judul skripsi pengaruh pembelajaran kooperatif metode numbered together (NHT) terhadap penguasaan konsep energy dan daya listrik. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh metode NHT terhadap pengusaan konsep energy dan daya listrik. Hasil penelitiannya mengatakan terdapat pengaruh yang signifikan metode NHT terhadap penguasaan konsep fisika energy dan daya listrik.37

B.Kerangka Pikir

Strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fisika belum mampu mengembangkan pemahaman yang dimiliki siswa pada umumnya, fisika dianggap sulit karena dalam pembelajarannya hanya mengembangkan potensi matematis ilmiah siswa. Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang membuat siswa dapat menyukai fisika, sehingga dapat berpengaruh positif terhadap pemahaman belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengembangkan potensi berpikir (pemahaman) yang dimiliki siswa yaitu model pembeajaran kooperatif tipe Numbered Head Together, pembelajaran ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan mengembangkan interaksi komunikasi (diskusi aktif) antar siswa yang terjadi di dalam kelas. Guru akan lebih berhasil dalam memberikan materi di kelas secara optimal. Keberhasilan guru dalam menerapkan NHT bergantung pada guru dalam

36

Ubaidillah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Kepala Bernomor (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Fisika. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. h. 67

37

Ika Nurhikmawati, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Together (Nht) Terhadap Penguasaan Konsep Energy Dan Daya Listrik. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.


(46)

mentransfornasikan pesan kapada siswa. Keberhasilan peneliti dalam menerapkan NHT diinterprestasikan melalui lembar observasi aktivitas siswa yang memuat keterlaksanaan NHT. Peneliti menduga penerapan NHT akan berpengaruh positif terhada pemahaman belajar siswa pada konsep fluida dinamis. Pemahaman belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran NHT akan lebih tinggi daripada pemahaman fisika siswa yang tidak diberi perlakuan model pembelajaran NHT.

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Pikir C.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian teoritis, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : Model pembelajaran NHT tidak berpengaruh terhadap hasil belajar (pemahaman) fisika siswa.

Ha : Model pembelajaran NHT berpengaruh terhadap terhadap hasil belajar (pemahaman) fisika siswa.

Pemahaman siswa yang belum dikembangkan secara optimal

Fisika sulit dipahami

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

NHT

Pemahaman konsep fisika siswa


(47)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment

atau eksperimen semu. Penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoeh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variable yang relevan.1 Metode

quasi eksperiment berbeda dengan eksperimen sejati, penempatan subjek pada

kelompok yang dibandingan dalam metode quasi eksperiment tidak dilakukan secara acak. Pada metode quasi eksperiment,individu subjek sudah berada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum adanya penelitian yang tidak dimaksudkan untuk tujuan eksperimen.2

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group

Pretest-Posttest Design, dimana dalam rancangan ini dilibatkan dua kelas yang

dibandingkan, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui randomisasi.3 Kelas eksperimen diberikan perlakuan untuk jangka waktu tertentu. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dan pengaruh dari perlakuan diukur berdasarkan perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir kedua kelas. Desain penelitian Nonequivalent control group pretest-posttest design tampak dalam tabel berikut :4

1

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali Pers,2010), h. 92

2

Ibnu Hadjar. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), h. 117.

3

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 102

4


(1)

LEMBAR REFERENSI

Nama

:

Fitriah

NIM

2106016300647

Judul

: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Betajar Fisika Siswa Pada Konsep Fluida Dinnmis

Trianto,

Mendesain

Model

frmbttaiaron- trnrattf

Pro gr e

sif,

(J akarta : Kencana, 2009), h. 82

Lorin W.

Anderson,

David R.

Krathwol;

whit

peter

W.

Airasian (et.al),

A

Taxonomy

for

Learning, Teaching, and

Assessing, C{ew

York:

Longman,2001), h.70

-76

BAB

II

Rusman, Manajemen

Kurikulum,...h.lgg

Heri

Damhudi, Pengaruh Metode Wu*bnred neoa

Together

Terhadap

Hasil

Belajar

Biologi

pada

Konsep Ekosistem. (Jakarta:

UIN.2007).

h. 15

Heri

Damhudi, Pengaruh Metode Numbered

Head

Together...., hal.15

Trianto,

Mendesain

Model

pembelajaron

tnoratif-Progresif

Konse, Landasan,

dan

Implementasinya pada

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan

KTS4,

(Jakirta

: Kencana,2009), h. 50

Trianto,

Mendesain

Model

Pembelajaran Inovatif

Progresif

Konsep, Landasan,

dan

Implementasi pada

Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTS?), (Jakarta :


(2)

6

Trianto,

Mendesain

Uod@

Progresif

... h. 57

.&

w

7 I

nanro,

iwendesatn

Model

pembelajaran

Inovatif-!!::rtrf

Konsep, Landasan, dan Implementasinya

paia

KTSP, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 5g

{a

$\r

\/

8

Rusman,

M,najemen

Kurikulun@

2009), h.1 9g

,("&

\y

9 z.urrranr,

ctKK, btrategt

pembelajaran Sains

,

(Jakarta

UIN

2009),h.t57

/,

fi<

v

10 r

nanro,

twendesatn

Model

pembelajaran

Inovatif_

Progresif , ...h. 21

"fu

w

11

rrranro,

tvtendesam

Model

pembelajaran

Inovatif_

Progresif

Konsep, Landasan, dan Implementasinya

pada

Kurikulum

Tingkat Satuan

pendidikan, (Jakarta

:

Kencana 2009),h.82

#{

*v

12

Trianto,

Mendesain

Model

pe@

Progr e s if Kons ep ....h.82

,/g

V

13

Noor

Azizah,

Keefektifan penggunaa"

Modet

Pembelajaran

Kooperatif Tipe

NHT

(Numbered Head

Together

)

dengan Pemanfaatan LKS

pada

pokok

Bahasan

Bangun

Ruang

Sisi

Datar

(Kubus dan

Batik) Siswa

Kelas VIII

SMPN

6

Semarang, (Semarang

:[INS

2007),h.21-24

#r-t4

Dewi

S alma Prawirad ilaga, p r i ns ip D t s

atnF

e mb e I ai ar an

Ins truc ti onal D e s i gn P r inc ipl e, (I akarta : Kencana, iOOl1,

h.4

h

v

15

Trianto,

Mendesain

Model

p"mbetaiaian

Tnovatif

Progre s

if,

(Jakarta:Kencana 2009),

h.l7

{A

\)

t6

Oemar Hamalik,

Kurikulum

don

pn*biloiara;,7i'/*u:',i

Bumi Aksara ),

h

. 55

,&

w

t7

Rusman, Manajemen

Kurikulum.

1.tat<arta

:

Rajawali

2009), h.1 5 I

,fu

.. (

\v

18

Ratna

Wilis

Dahar, Teori-Teori

Betaiar,

(Jakam


(3)

t9

Andrias Harefa,

Mejadi

@

Pemberdayaan

Diri,

Transformasi Organisasi

aon

Masyarakat

Lewat

Proses

pembelajaran,

(Jakarta

:

Kompas,

2006),h.37

&<

V

20

Arief

S.

Sadiman,

dkk,

UgbM.

Pengertian, Pengembangan, dan pemanfaatan, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.1 1.

,fu

v

21

Arief

S. Sadiman, dkk,

MEDIA

?ENDW

,a

w

22

I

Ketut

Mahardika,

"Membekali

Kemampuan Mahasirwa

Fisika

dalam

Mengevaluasi Kemampuan

Belajar

Siswa

dengan

Model

Tes Bergambar

Kartun Kejadian

Fisika,',

dalam

Jurnal

Pendidikan dan

Kebudayaaz,

No.

064

Tahun

Ke-i3,

Januari

2007,h.2.

"t(re

{^b

\,,

23 Oemar Hamalik, Kurikulum dan

pembetajaraa

IL7%n

&

\1

24

Hamzah

B.

fJno,

Orientasi

Baru

dok;-psl-idolog,

Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009),

h.

137

lal

V

25

Triyo

Supriyatno,

dkk,

Strat@

Partisipatori

di

Perguruan

Tinggi, (Malang

:

UIN

Malang, 2006),

h.

18

A

v

26

Tonih

Feronika,

Strategi pembelaja,oo

Ki*ia,

gakarta,

FITK

UIN

Jakarta, 2008), h.3

,dq

v

27 Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran

Kfun*

h. 4

{e

\/

28

Slameto.

Belajar Dan Foktor-fokti-

yong M e mp e n g ar uhi ny a. (J akarta : Ri eneka Cipta. 20 1

0),

h.2

/^

v

29 Ratna

Wilis

Dahar. Teori-Teori

Belajar,...

hJl

,{<

w

30

Syaiful Bahri Djamarah, psikologi

AebiarlJakartu

Rineka Cipta,

2008), h.

13

,k

v

31

Nana

Sudjana. 2005.

Penilaian

Hasil

frorns nulai*

Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.h.22

&

w

32

Ahmad

Sofyan,

dkk.,

Evaluasi

ft-brloioran

IfA

Berbasis Kompetensi,

(Jakarta:

Gaung

persada, 2006\,


(4)

33

Syaipul

Bahri Djamarah,

fstko@

Rineka Cipta,

2008),

h.

157

(<

.\

V

34 Dramero. r;etaJar dan I. aktor_Jaktor yang Mempengaruhi . (Jakarta: Rieneka Cipta. 2010) h. 60

/d"

V

35 Slameto. Belaj

ar

dan Faktor-fakto

*h.

7n

,fu

Y/

36

Nana

Syaodih Sukmadinata,

Londoton

Fikolog pro*s

Pendidikan, (Bandung

:

Remaja

Rosdakarya,

2007),

h.2t5

,k

v

37

Lorin W.

Anderson,

David R.

Kffi

Airasian (et.al),

A

Taxonomy..., h.63

l/rl

t/e<

\ry

38

Martinis Yamin,

Strategi

pemb,effi

Kompetensi,

(Jakwta:

Gaung persada, 2004),h. g0

,K

v

39

Zainal

Abidin,

"Pemahaman Konseptnal da., p.oredural

Dalam Belajar

Matematika',,

dalam

Jurnalpendidikan

dan

Pembelajaran,

No.

2

Tahun

Ke-17, Agustus

2004,

h.s7

/<

w

40

Yuni

Tri

Hewindati dan

Adi

Su.yattto,-;Ferrraharrran

Murid...,h.63

,fu

\Y

4l

Ratna

Wilis

Dahar,

Teori-Teori

Aehiarllakmu

Erlangga, 1996), h.79-80

/fu

v

42

Ratna

Wilis

Dahar,

Teori-Teori

Aehiarllakmu

Erlangga,

I996),h.82

rJ

r)

v

43

Ratna

Wilis

Dahar, Teori-Teori

Belajar,

(Jakafta

Erlangga,1989), h. 81

,k

v

44

Lorin W.

Anderson,

David R.

Krathwol;

whit

peter

W.

Airasian (et.al),

A

Taxonomy..., h.7 0

A

v

45

Nyoman

subratha. Pengembangan

Model

fembekiara"

Kooperatif

Dan

Strategi

Pemecahan

Masalah

(Intuk Meningkatkan

Hasil Belajar",

dalam

jurnal

penelitian dan

pengembangan Undiksha, Desemb er 2007 h. I 3 6- 1 3 g

/^

v

46 Heri Damhudi, Pengaruh Metode Numbered

nrid

Together Terhadap Hasil Belajar

Biologi

pada Konsep


(5)

47

Ferani

Puteri Habibi,

Efektivitas@

TGT

(Team

Games Tournament)

Dan

Nht

Q{umberea

Head

Together

)

Terhadap

Belajar

Kimia

Siswa

Man

9

Pondok Bambu

Jakarta.

Skripsi

UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta,2006. h.70

s,

4A Ubardrllah, Pengaruh Pembelajaran

Kooperatif

Dengan

Teknik

Kepala Bernomor

(Numbered

Head

Together)

Terhadap

Hasil

Belajar Fisika.

Skripsi

UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta, 2008. h. 67

k

v

49

lka

Nurhikmawati, Pengaruh pembelajaron

KoopuratiJ Metode Numbered Together (Nht) Terhadap

pengiasqan

Konsep Energ,t

Dan Daya Listrik. Skripsi

UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta, 2008

lt

v

BAB

III

I

)umaol

JuryaDrata,

Metodologi

penelitian,

(Jakarta

:

Rajawali Pers,201 0), h. 92

f"q

\

.,

Ibnu

Hadjar.

Dasar-Dasar

Metodologi

pr"rlirion

Kwantitatif

Dalam Pendidikan,

(Jakarta:

Rajawali

pers,

1e96).h.

n7

A

3 Emzir, Me t o do I o

gi

P e ne I i t i an p e ndi di

kanV"a"ti

t rt

lf da"

Kualitatif,

(Jakarta: Raja Grafindo persada, 200g),

h.

102

k

4 Emzir, Metodologi P enelitian p endidikan .., lr- 1 03

,fu

v

5

Suharsimi

Arikunto,

Prosedur

penelitian

Suan

Pendekatan Praktek, (Jakarta

: pT

Rineka

Cipta,

2006),

h.108

,k

6 Mardalis, Meto de P eneliti an Suatu p endekaianFropo s at,

(Jakarta:

Bumi

Aksara,

1995), h.55

&

\

7 Suharsimi

Arikunto,

Prosedur

penelitian...,

h.

ln.

A

$'

8

Yanti

Herlanti, Tanya Jawab

Seputar

penetttian

Pendidikan

Sains,

(Jakarla

:

Jurusan

pendidikan

IpA,

FITK,

UIN

Syarfi Hldayatullah, Z00B),h.23

v

9

Anas

Sudijono,

Pengantar

Evaluasi

pendidikan,


(6)

10

Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasa,

E

alusl-Fendiiikan,

(Jakarta:Bumi Aksara, 2006), h. 64

.& \2

11 Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasar

Evalusi

Fr"didiko^.

h.78

-#-

w

t2

Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasar

Evalusi

prndidik

^.

h. 86

/^

\3

13 Suharsimi

Arikunto,

Dasar-dasar

Evalusi

peidnikan.

h. 93

,fu

v

t4

Yanti

Herlanti,

Tanya Jawab

Seputar..., h.38

,fu

v

l5

,6^

\v

16 Suharsimi

Arikunto, Dasar-Dasar...,

h. 276

,6

,t

\J)

17 Suharsimi

Arikunto, Dasar-Dasar...,

h.

2I3.

A

\./

18 Suharsimi

Arikunto, Dasar-Dasar...,

h.

2lB.

{,A-

v

t9

Ahmad Sandy, Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa

pada Pokok

Materi

Momentum,

Impuls,

dan

Tumbukan

D e n g a n P e m anfa at an Mu I t i m e d i a p e mb e I aj ar an, (Sk rip si

Pendidikan

Fisika

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta:

t.

d.,

2008),

h.5r-52.

v

20

Ating

Somantri

dan

Sambas

Ali

Muhidin, Apllkart

Statistika

Dalam

Penelitian, (Jakarta: 2006,

pustaka

Setia),

h.294.

,A

w

2l

Amudi

Pasaribu,

Pengantar Statistik,

(Iakarta

:

Ghalia

Indonesia, 1983), h. 291

tt

v

22 Sudrajat

et.all.,

Statistik Pendidikan, (Bandung:

pustalii

Setia, 2005).

h.

171.

,(A

v

23 Yanti

Herlanti,

Tanya Jawab Seputar...., h. 7 7

tu

\3,

Jakafta,10 Agustus 2011

mbing

II

Pembimbing

I

z2

/a-[l.

Z

'v\l

v'*-/,/


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI USAHA DAN ENERGI.

0 4 12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Pe

0 2 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Pe

0 1 12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP

0 0 14