AKTIVITAS BADMINTON SEBAGAI KOMUNIKASI SOSIAL DAN TINGKAT PARTISIPASI SOSIAL KEMASYARAKATAN

(1)

Desa Kebonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

D 1206526

FAID KURNIAWAN

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI S1 NON REGULER

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

ii

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Persetujuan pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

iii

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Selasa Tanggal : 7 Juli 2009

1. Ketua : Drs. Mursito BM, SU

NIP. 19530727 198003 1 001

( )

2. Sekretaris : Dra. Sri Urip Haryati, M.Si NIP. 19570821 198303 2 001

( )

3. Penguji I : Dra. Sofiah, M.Si

NIP. 19530726 197903 2 001

( )

4. Penguji II : Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si NIP. 19690207 199512 2 001

( )

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

NIP. 19530128 198103 1 001 Drs. H. Supriyadi, SN.SU


(4)

iv

Kejarlah dunia seolah kau akan hidup selamanya.... ( Hadist Nabi )

Sedikit pengetahuan yang digunakan untuk berkarya sungguh lebih berharga daripada banyak pengetahuan yang disimpan saja..

( Kahlil Gibran )

Barang siapa menempuh satu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan maka Allah SWT akan memudahkan padanya jalan menuju surga

( HR. Muslim )

Dengan ilmu hidup menjadi mudah Dengan cinta hidup menjadi indah Dengan agama hidup menjadi terarah


(5)

v

Tidak ada yang abadi di dunia ini, Termasuk kebahagiaan dan kesengsaraan Untuk itu diperlukan kejujuran dari lubuk hati yang paling dalam untuk melihat secara positif semua hal itu sebagai pernak pernik kehidupan

Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya

Atas nama Kehidupan, Cinta, dan Kedamaian, aku persembahkan karya kecil ini untuk :

1. Bapak dan Bundaku yang paling kusayang dan kucintai melebihi apapun di dunia ini. 2. Saudara-saudaraku, Sahabatku, dan

Teman-temanku

3. MySweety Nina ku.. ,atas cinta dan kasih sayangmu, bersamamu hidupku terasa lebih indah dan berwarna.


(6)

vi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Tak lupa sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan pengikutnya. Dengan mengucap Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “AKTIVITAS BADMINTON SEBAGAI KOMUNIKASI SOSIAL DAN TINGKAT PARTISIPASI SOSIAL KEMASYARAKATAN”. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Di balik penyusunan skripsi ini terdapat banyak orang-orang luar biasa yang memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan kepada penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN.SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dra. Sofiah, M.Si dan Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si selaku dosen

pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.


(7)

vii bantuannya.

5. Bapak Usman JR selaku bendahara Perkumpulan Badminton Kharysma desa Kebonan, terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan bantuannya sehingga penulis diterima dengan baik selama penyusunan skripsi

6. Bapak Carik desa Kebonan yang telah banyak membantu dalam mendapatkan data – data yang menunjang dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih atas bantuan bapak sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, 3 Juni 2009 Penulis


(8)

viii

PERSETUJUAN …………...………. ii

PENGESAHAN ………. iii

MOTTO ……….. iv

PERSEMBAHAN ………….………. v

KATA PENGANTAR ……..……….. vi

DAFTAR ISI ……….………. viii

DAFTAR TABEL ……….. xi

ABSTRAK ………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. ………...………...………….. 1

B. Rumusan masalah ………. 6

C. Tujuan penelitian ……….………. 6

D. Manfaat penelitian ……….………... 7

E. Kerangka Teori ………....………. 7

F. Hubungan Antar Variabel ………..………. . 22

G. Hipotesa Penelitian……… 26

H. Definisi Konsepsional……… 27

I. Definisi Operasional……….. 30

J. Metodologi penelitian 1. Jenis Penelitian ……… 34


(9)

ix

K. Analisa data………... 36

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran umum Desa Kebonan Kecamatan Karanggede a. Kondisi Geografis ………... 39

b. Kondisi Sosial Budaya Desa Kebonan 1. Kependudukan………. 40

2. Ketenagakerjaan……….. 42

3. Pendidikan………... 44

4. Agama……….. 45

B. Perkumpulan Badminton Kharysma a. Sejarah……….. ……….. 46

b. Logo PB. Kharysma ………... 48

c. Visi, Misi dan Kegiatan………….……….. 49

d. Struktur Organisasi………. 50

BAB III PENYAJIAN DATA A. Aktivitas Badminton Sebagai Komunikasi Sosial……….. 57

B. Status Sosial Ekonomi………... 70


(10)

x

B. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan Partisipasi Sosial Kemasyarakatan …….……….………... 102 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 109

B. Saran ……….... 112

DAFTAR PUSTAKA ………... 113 LAMPIRAN


(11)

xi

TABEL.2.2 Jumlah Penduduk Desa Kebonan Menurut Kelompok

Umur...………... 44

TABEL2.3 Jumlah Penduduk Desa Kebonan Menurut Lapangan Pekerjaan 45 TABEL.2.4 Penduduk Desa Kebonan Menurut Pendidikannya………. 47

TABEL 2.5 Jumlah Pemeluk Agama Desa Kebonan………... 48

TABEL 3.1 Keaktifan Responden Mengikuti Badminton……….. 60

TABEL 3.2 Frekuensi Kehadiran Responden Dalam 1 Bulan Jadwal……... 62

TABEL 3.3 Intensitas Responden Dalam Mengikuti Badminton………….. 64

TABEL 3.4 Mengikuti aktivitas badminton dalam bentuk sparing partner.. 66

TABEL 3.5 Aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial………. 71

TABEL 3.6 Tingkat Pendidikan………. 73

TABEL 3.7 Pendapatan……….. 75

TABEL 3.8 Pengeluaran………. 77

TABEL 3.9 Status Sosial Ekonomi………. 79

TABEL 3.10 Tingkat kehadiran di lingkungan………. 81

TABEL 3.11 Tingkat keterlibatan responden dalam kegiatan di lingkungan… 82 TABEL 3.12 Memberi bantuan dalam kegiatan di lingkungan………. 83

TABEL 3.13 Keterlibatan dalam kerja bakti………. 84

TABEL 3.14 Membesuk apabila ada warga sakit………. 85

TABEL 3.15 Berpartisipasi apabila ada hajatan………... 86


(12)

xii

KEMASYARAKATAN. Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, 2009

Budaya gotong royong harus dikembangkan karena bisa meningkatkan persatuan, toleransi dan semangat kekeluargaan dalam masyarakat. Gotong royong bisa dilakukan dalam banyak kegiatan kemasyarakatan. Melalui kegiatan gotong royong akan terjalin komunikasi sosial yang baik antara masyarakat. Kegiatan olahraga Badminton di lingkungan masyarakat desa Kebonan diharapkan dapat menjadi sarana untuk lebih meningkatkan kegiatan komunikasi sosial kemasyarakatan. Dari aktivitas badminton banyak warga yang terdiri dari berbagai latar belakang status sosial ekonomi ikut bermain. Melalui olahraga badminton komunikasi sosial dapat terjalin dengan baik, para anggota bisa saling bertemu dan melakukan kontak sosial, sehingga terjadi suatu kerjasama yang membutuhkan partisipasi aktif semua anggotanya. Maka dari itu penulis ingin mengamati komunikasi sosial yang terjalin dari aktivitas badminton dalam wadah Perkumpulan Badminton di desa Kebonan dan tingkat partisipasi sosial kemasyarakatan anggotanya.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatan serta adakah hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dan partisipasi sosial kemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan metode survey. Lokasi penelitian adalah lingkungan Desa Kebonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus. Metode sensus adalah metode pengambilan sampel di mana semua anggota populasi dijadikan sampel. Pengumpulan data melalui kuesioner dan studi pustaka.

Dari hasil uji statistik pertama diketahui besarnya harga koefisien korelasi hubungan antar kedua variabel adalah 0,418. Setelah nilai rs

Hasil uji statistik yang kedua diketahui besarnya harga koefisien korelasi hubungan antar kedua variabel adalah 0,265. Setelah nilai r

dikonsultasikan dengan nilai kritik student (t) hasil yang diperoleh adalah 2,836. Kemudian dikonsultasikan pada nilai kritik t tabel, hasilnya adalah : 2,836 > 2,042 dan 2,836 > 2,021. Dari hasil tersebut diketahui bahwa: harga t hasil lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak dengan demikian HA diterima, sehingga:“Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatan anggota PB. Kharysma”

s dikonsultasikan dengan

nilai kritik student (t) hasil yang diperoleh adalah 1,694. Kemudian dikonsultasikan pada nilai kritik t tabel, hasilnya adalah : 1,694 < 2,042 dan 1,694 < 2,021. Dari hasil tersebut diketahui bahwa: harga t hasil lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima sehingga HA ditolak, dengan demikian: “Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dan partisipasi sosial kemasyarakatan anggota PB. Kharysma”


(13)

xiii

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, 2009

Mutual assistance culture must be growing up because it can raise coalescence, tolerance and kinship spirit in a society. Mutual assistance can be doing in a lot of social activity. By means of mutual assistance activity it will be build good social communication among people in a society. Badminton activity in Kebonan be provided that it can be a medium to raise social communication activity. From badminton activity, townspeople which are consist of various social economic background are join in. By means of badminton, social communication can be build properly, the group members can meet each other and could do social contact, so it will buid cooperation that needs participation from all the group members. Then the writer want to observing social communication that build from badminton activity and social participation grade the group members in a badminton club in Kebonan.

Intention of this research is for knowing is that any significant connection between badminton as a social communication with social participation grade and between social economic status with social participation grade. This research use survey methods. Location of the research is in Kebonan, Karanggede, Boyolali.

Sampling technics of this research is census methods. Census methods are sampling method where all of the population is being the sample. Data collection is by questionnaire and book study.

From the first significance test result ascertainable that bigness of the correlation coefficient inter variable value is 0,418. After rs

The second significance test result ascertainable that bigness of the correlation coefficient inter variable value is 0,265. After r

value is consulting with student critic value (t) the result is 2,836. Then the value is consulting with t table critic value, the results are : 2,836 > 2,042 and 2,836 > 2,021. From the results ascertainable that : t output value is bigger than t table, then Ho is rejecting thereby HA is accepting, with the results that : ”That is any significant connection between badminton as a social communication with social participation grade PB. Kharysma the group members”

s value is consulting

with student critic value (t) the result is 1,694. Then the value is consulting with t table critic value, the results are : 1,694 < 2,042 and 1,694 < 2,021. From the results ascertainable that : t output value is smaller than t table, then Ho is accepting thereby HA is rejecting, with the results that : ”That isn’t any significant connection between social economic status with social participation grade PB. Kharysma the group members”


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia tak hanya mengganggu sendi-sendi perekonomian. Krisis yang berlangsung cukup panjang itu juga menimbulkan berbagai perubahan sosial dan perubahan perilaku di kalangan masyarakat yang cenderung menimbulkan keresahan dan kerawanan,

Terjadinya konflik horizontal dan kerusuhan di beberapa daerah di Indonesia merupakan salah satu indikasi menurunnya semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang berimplikasi terhadap menurunnya tingkat kohesi dan integrasi sosial di kalangan masyarakat, termasuk masyarakat pedesaan. Salah satu contoh integrasi sosial masyarakat saat ini adalah gotong royong. Budaya gotong royong semakin mulai ditinggalkan oleh masyarakat sekarang ini. Orang-orang cenderung individualistis dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat modern karena kesibukannya masing-masing sehingga melupakan kebersamaan yang indah dalam bermasyarakat. Seperti tulisan dalam Harian Suara Merdeka Rabu 19 Mei 2004 yang dikutip dari bahwa :

Nilai-nilai tradisi masyarakat yang sudah tumbuh sejak ratusan tahun, seperti gotong royong, sambatan, hidup berdampingan secara damai juga mulai memudar. Akibat perkembangan zaman, di tengah masyarakat kini hampir segala sesuatunya diukur dengan materi sebagai imbalan. Pertanyaannya, akankah pola perubahan masyarakat yang demikian itu akan dibiarkan? Bisakah nilai-nilai


(15)

tradisi masyarakat seperti hidup berdampingan secara damai, gotong royong bantu -membantu dikuatkan dan digelorakan untuk memperkuat integrasi bangsa?1

Rupanya, pertanyaan itu telah menjadi sebuah pemikiran yang serius dari pemerintah. Salah satu upaya dalam rangka memperkuat integrasi sosial, integrasi bangsa dan memperkukuh keutuhan NKRI adalah mendayagunakan dan melestarikan nilai-nilai gotong royong yang telah tumbuh dan mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, sebagai bagian nilai budaya bangsa, dengan menggelorakan semangat kegotongroyongan melalui kegiatan Gerakan Nasional Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGR).2

Harian Lampung Pos Jumat 25 Agustus 2006 yang dikutip dari

menulis

bahwa :

Banyak bencana alam yang terjadi di Indonesia seperti tsunami, gempa bumi, dan tanah longsor, serta kerusuhan antarkelompok masyarakat. Sayangnya, berbagai peristiwa tragis tersebut mengakibatkan menurunnya semangat gotong royong di masyarakat. Padahal, selama ini nilai-nilai dan sikap saling tolong-menolong dan gotong royong telah menjadi sikap hidup dan kebiasaan masyarakat Indonesia sehari-hari. Nilai tolong menolong dapat meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat yang dilandasi semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan keiklasan menuju penguatan integritas sosial melalui kegiatan pembangunan di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Baik yang ada di kota-kota besar sampai kecamatan dan desa/kelurahan.3

Untuk meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat berdasarkan semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan gotong royong menuju pada penguatan integritas sosial. Bidang kegiatan gotong royong yang dapat dilaksanakan oleh

1

2

ibid


(16)

masyarakat di antaranya kegiatan kemasyarakatan, bidang ekonomi, sosial budaya dan agama, dan kegiatan lingkungan.

Budaya gotong royong harus dikembangkan karena bisa meningkatkan persatuan, toleransi dan semangat kekeluargaan dalam masyarakat. Gotong royong bisa dilakukan dalam banyak kegiatan kemasyarakatan. Melalui kegiatan gotong royong akan terjalin komunikasi sosial yang baik antara masyarakat. Kegiatan olahraga Badminton di lingkungan masyarakat desa Kebonan diharapkan dapat menjadi sarana untuk lebih meningkatkan kegiatan komunikasi sosial kemasyarakatan, mengingat badminton adalah olahraga favorit yang digemari masyarakat desa Kebonan. Melalui olahraga badminton komunikasi sosial dapat terjalin dengan baik, para anggota bisa saling bertemu dan melakukan kontak sosial, sehingga terjadi suatu kerjasama yang membutuhkan partisipasi aktif semua anggotanya.

Maka dari itu penulis ingin mengamati komunikasi sosial yang terjalin dari aktivitas badminton dalam wadah Perkumpulan Badminton di desa Kebonan. Di desa Kebonan terdapat beberapa perkumpulan badminton, salah satunya adalah kharysma. Dari aktivitas badminton banyak warga yang terdiri dari berbagai latar belakang status sosial ekonomi ikut bermain, meskipun tidak semuanya. Warga masyarakat yang kaya ikut bermain, yang sarjana ikut bermain dengan yang lulusan SMU. Semuanya ikut berkumpul dalam satu wadah perkumpulan mengikuti olahraga badminton ini. Yang dulunya mungkin lebih individualistis menjadi lebih bersifat kebersamaan.


(17)

Kemudian dari aktivitas badminton dalam komunitas itu akan diketahui apakah akan mempengaruhi tingkat partisipasi sosial di dalam masyarakat. Orang berolahraga idealnya adalah mencari kesehatan, tetapi melalui kegiatan dalam perkumpulan ini warga menjadi lebih berinteraksi, karena intensitas pertemuan yang rutin. Melalui olahraga badminton selain bisa melampiaskan stres, meningkatkan jalinan kebersamaan, berinteraksi tentang berbagai masalah kehidupan, dan lain-lain. Di samping itu olahraga badminton juga berfungsi sebagai hiburan.

Dalam perkumpulan badminton yang idealnya adalah sebagai wadah dalam menyalurkan olahraga badminton tetapi faktanya banyak manfaat yang didapat selain hanya berolahraga saja. Perkumpulan badminton bisa menjadi ruang publik, yaitu ruang berkumpulnya warga dalam bermasyarakat. Dalam bersosialisasi dibutuhkan suatu kemampuan berinteraksi yang merupakan kunci dari kehidupan sosial. Suatu interaksi sosial terjadi apabila ada kontak sosial baik secara langsung maupun tidak langsung, ada komunikasi yang terjadi dalam kontak sosial tersebut, dan ada kerjasama yang terjalin akibat dari komunikasi sosial yang berjalan dengan baik. Komunikasi sosial adalah komunikasi yang berlangsung antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kolompok dengan kelompok dalam suatu masyarakat, baik langsung secara tatap muka maupun secara tidak langsung baik melalui media nirmassa atau media massa.4

4

Onong Uchana, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, 1989, hal 89.


(18)

membutuhkan suatu kemampuan berinteraksi yang baik, yaitu berupa keterampilan berkomunikasi.

Keterampilan berkomunikasi yang baik meliputi kemampuan dasar untuk mengirim dan menguraikan pesan secara akurat dan efektif untuk memperlancar pertemuan, untuk memahami cara terbaik dalam penyebaran informasi dalam sebuah komunitas, serta untuk memahami makna simbolis tindakan-tindakan seseorang sebagai anggota masyarakat. Sebagai anggota masyarakat yang baik setiap indivudu dituntut untuk saling menghormati sehingga tercipta kerukunan hidup bermasyarakat, antara lain ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan misalnya ikut rapat RT/RW, kerjabakti bersih desa, ikut pengajian, PKK, menjadi panitia perlombaan 17an, dan ikut serta dalam kegiatan olahraga dilingkungannya. Partisipasi adalah setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu.5

Dalam kegiatan komunikasi sosial dalam hal ini adalah melalui suatu kegiatan keolahragaan yakni Badminton, membutuhkan suatu partisipasi aktif dari semua masyarakat. Tingginya partisipasi masyarakat di dalam berpartisipasi dalam masyarakat menunjukkan semangat kegotongroyongan yang masih tinggi dan sebuah partisipasi yang patut dihargai. Semangat berdikari yang masih tinggi itu harus terus dikuatkan dan digelorakan agar nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan bisa dilestarikan. diharapkan masyarakat,

5


(19)

baik di pedesaan maupun perkotaan, terus bersemangat dalam berpartisipasi sosial.

Dengan mengamati aktivitas badminton masyarakat desa Kebonan yang memiliki latar belakang pekerjaan yang bervariasi mulai dari PNS hingga pengusaha, peneliti ingin melakukan penelitian apakah dengan kegiatan yang ada di masyarakat terutama kegiatan badminton masih berpengaruh terhadap keikutsertaan warga untuk meningkatkan partisipasi sosial kemasyarakatan. Penelitian ini didukung dengan metode survey untuk mengamati lebih jauh aktivitas sosial yang ada di lokasi penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan dan membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah hubungan yang signifikan antara aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatan?

2. Adakah hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dan partisipasi sosial kemasyarakatan di desa Kebonan ?

C. Tujuan Penelitian


(20)

1. Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatan.

2. Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dan partisipasi sosial kemasyarakatan di desa Kebonan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

 Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi terutama dalam bidang komunikasi sosial yang meneliti aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial terhadap peningkatan partisipasi sosial kemasyarakatan.

 Sebagai referensi bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS untuk penelitian selanjutnya dalam bidang – bidang komunikasi sosial. 2. Manfaat Praktis

 Hasil penelitiaan ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial terhadap peningkatan partisipasi sosial kemasyarakatan.

 Memberikan masukan bagi Perkumpulan Badminton desa Kebonan agar dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan partisipasi sosial kemasyarakatan.


(21)

E. Kerangka Teori

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik, sudah disadari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Akan tetapi, studi Ariestoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad 20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, setelah kehadiran kapal api, pesawat terbang, listrik, telephon, surat kabar, televisi, radio dan lain sebagainya, maka para cendekiawan di abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science)

Diantara para ahli di Amerika Serikat yang menaruh minat kepada perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovlan yang pertama kali dalam karyanya Social Communication mengetengahkan definisi mengenai ilmu komunikasi. Menurut Carl I. Hovland, “science of communication” adalah :

“a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which informationis transmitted and opinion and attitude are formed”

(upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan opini dan sikap) 6

Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang di jadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi tetapi juga pembentukan public opinion dan public attitude yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara

6

Onong Uchana Effendy,M.A, Televisi Siaran Teori dan Praktek , Penerbit Alumni, Bandung, 1984, hal. 2


(22)

khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain.

Jika berbicara menenai komunikasi, kita tidak akan lepas dari formulasi Lasswell. Komponen-komponen komunikasi menurut Laswell antara lain sebagai berikut :

1. Who ?

Who disini dimaksudkan sebagai sumber atau komunikator. Sumber bisa berupa individu maupun kelompok atau organisasi yang bertanggung jawab dalam penyampaian pesan.

2. Says what ?

Merupakan pesan yang disampaikan. Pesan adalah ide atau gagasan yang disampaikan dengan bentuk symbol-symbol yang mempunyai arti tertentu.

3. To whom ?

To Whom adalah kepada siapa sumber penyampaian pesan, yaitu kepada penerima atau komunikan.

4. In which chanel ?

Yang di maksudkan di sini adalah saluran yang digunakan sebagai alat untuk menyampiakan pesan. Surat kabar, radio, film, dan televisi, merupakan saluran media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan.

5. With what effect ?

Efek adalah hal yang dialami oleh penerima, yaitu perubahan prilaku sebagai reaksi atas penyampaian pesan yang dilakukan oleh sumber. Efek dikatakan efektif bila pesan yang disampaikan dapat merubah prilaku penerima seperti yang diharapkan oleh sumber.7

Komponen – komponen di atas merupakan komponen utama terjadinya suatu komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersona, komunikasi interpesona, Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

7


(23)

komunikasi kelompok, komunikasi antar kelompok, komunikasi organisasi maupun komunikasi dengan menggunakan media massa.

Menurut Onong Uchana Effendi, kata komunikasi berasal dari bahasa latin : comunicatio yang berarti “pemberitahuan” atau”pertukaran pikiran”. Dengan demikian maka secara garis besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan), dan komunikan (penerima pesan). 8

Definisi lain, komunikasi adalah salah suatu proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, yang mengandung arti, yang dilakukan oleh penyampai pesan dan ditujukan pada penerima pesan.9

1. Interpersonal Communications

Komunikasi terjadi antara dua orang atau lebih dimana terdapat pemaknaan yang sama atas lambang – lambang yang digunakan untuk menyampaikan gagasan, harapan dan pesan agar dapat dimengerti oleh penerima pesan. Wiliam F Glueck membagi komunikasi dalam dua bagian utama :

Proses pertukaran informasi serta pemindahan antara dua orang atau lebih di dalam kelompok kecil manusia.

2. Organization Comunications

Pembicaraan secara sistematis memberikan informasi dan memudahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi – pribadi dan lembaga – lembaga yang berhubungan. 10

Menurut William I. Gorden komunikasi memiliki empat fungsi. Keempat fungsi tersebut yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, Komunikasi merupakan suatu kegiatan pengoperan lambang-lambang, yang bagi setiap kelompok dapat mempunyai arti sama ataupun berbeda. Inti dari komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan dari seperangkat arti yang telah dituangkan dalam lambang-lambang tertentu.

8

Onong Uchana Effendi,.hubungan masyarakat ,suatu studi komunikasi,Bandung,1992,hal 3

9

H A W Widjaya, Ilmu Komunikasi,Pengantar Studi, Jakarta, 2000, hal 13

10


(24)

dan komunikasi instrumental.11 Sedangkan komunikasi sosial menurut Hendropuspito dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi dimana seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat supaya pihak lain dapat menangkap maksud yang disampaikan penyampai.12

Definisi lain dari komunikasi sosial dalam buku Komunikasi Sosial di Indonesia adalah Komunikasi sosial adalah suatu kegiatan komunikasi yang lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial.13 Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya ilmu komunikasi suatu pengantar, fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.14

11

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal 5

12

D.Hendropuspito, Sosiologi sistematik, Kanisius, Yogyakarta, 1989, hal 284-285

13

Dr. Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi sosial di indonesia, Binacipta, 1980, Hal. 1

14

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal 5 Komunikasi sosial lebih intensif daripada komunikasi massa. Titik pangkal dari suatu komunikasi sosial adalah bahwa komunikator dan komunikan perlu seiya dan sependapat tentang materi yang akan dibahas dalam kegiatan komunikasi yang akan dilangsungkan. Ditinjau dari segi ini suatu komunikasi sosial akan berhasil bila kedua belah pihak / pihak - pihak yang terlibat dalam proses komunikasi ini menganggap ada manfaatnya untuk mengadakan kegiatan tersebut.


(25)

Melalui komunikasi sosial terjadilah aktualisasi dari masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini apabila para warga yang terlibat dalam aktivitas badminton di Perkumpulan Badminton di desa kebonan bertemu dalam jadwal yang sudah rutin mereka lakukan sebagai aktivitas, mereka akan secara tidak sadar mulai membahas masalah-masalah aktual yang terjadi di lingkup sekitar mereka. Misalnya dari seorang warga ada yang memberi informasi bahwa ada warga desa kebonan yang sakit, lalu dari proses komunikasi seluruh anggota Pekumpulan Badminton setuju dan sepakat bahwa besok mereka akan menjenguk yang bersangkutan. Ini adalah salah satu contoh aktualisasi dari masalah-masalah. Selain itu kesadaran dan pengetahuan tentang materi yang dibahas makin meluas dan bertambah.

Komunikasi sosial merupakan suatu proses sosialisasi. Melalui komunikasi sosial kelangsungan hidup sosial dari suatu kelompok sosial akan terjamin. Aktivitas badminton dalam komunitas Perkumpulan Badminton akan terus berjalan. Melalui komunikasi sosial, stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang dianut oleh suatu masyarakat akan tercapai. Melalui komunikasi sosial pula kesadaran bermasyarakat dapat dipupuk, dibina, dan diperluas, sehingga masyarakat akan lebih sadar dalam bersosialisasi di dalam lingkungan masyarakat. Melalui komunikasi sosial masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsensus.15

15

Ibid Hal. 2

Dengan lebih sering bertemu dan berdialog bertatap muka (dalam suatu aktivitas badminton) komunikasi lebih sering terjalin


(26)

dan akan menimbulkan efek yang baik dalam memecahkan masalah apabila ada masalah-masalah sosial.

Komunikasi sosial adalah suatu pendekatan yang paling intensif dan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai integrasi sosial. Hal ini terjadi melalui beberapa tahap, yaitu : saling mengerti dan memahami tujuan lambang-lambang yang dipergunakan dalam komunikasi, menerima pengertian-pengertian tersebut dan bersedia untuk berpartisipasi dalam usaha mewujudkan tujuan yang telah menjadi tujuan bersama.16

Proses pertukaran informasi antara dua orang atau lebih di dalam kelompok kecil manusia terjalin melalui komunikasi antara para anggota perkumpulan badminton, yang merupakan sebuah bentuk komunikasi antarpribadi. Dari komunikasi yang optimal diharapkan partisipasi sosial akan lahir. Kepribadian personal akan ikut mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam melakukan partisipasi sosial. Dalam upaya membangkitkan partisipasi sosial masyarakat wadah komunitas sosial kemasyarakatan dapat memiliki peran yang besar sebagai penyambung lidah antarwarga dalam Komunikasi sosial yang terjalin baik dalam hal ini komunikasi sosial para anggota Perkumpulan Badminton merupakan proses sosialisasi yang sekaligus sebagai suatu proses interaksi antar anggota perkumpulan badminton terhadap lingkungannya yang baik. Komunikasi sosial yang baik akan mempengaruhi tingkat partisipasi yang tinggi, sebaliknya komunikasi sosial yang rendah akan mempengaruhi tingkat partisipasi yang rendah pula.

16


(27)

berkomunikasi. Komunikasi antarpribadi yang terjalin antarwarga dalam sebuah wadah perkumpulan badminton sangat bagus untuk menjalin interaksi antarwarga. Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) menurut Tan (1981) adalah komunikasi tatap muka antara dua atau lebih orang. Sementara itu Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan pula bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.17

Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:

Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.

17

DR. Alo Liliweri, M.S., Komunikasi Antarpribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal.12


(28)

• Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat

• Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal

Oleh karena itu peranan aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial berperan penting dalam membuat warga terintegrasi dengan baik dalam satu wadah yang mewadahi komunikasi sosial di antara mereka. Sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam satu kelompok mungkin dimulai dari sekumpulan orang asing yang tidak saling mengenal, tetapi seiring waktu, secara tiba-tiba kelompok tersebut memberikan sebuah kohesifitas sehingga anggota-anggotanya menjadi sebuah kelompok sosial yang erat.

Secara intuitif kita dapat membedakan antara kelompok yang kohesif dan kelompok yang tidak kohesif. Kelompok yang kohesif merupakan satu kesatuan. Anggota-anggotanya menikmati interaksi antar mereka, dan mereka tetap bersatu dan bertahan dalam waktu yang lama.

Arti dari kohesif sendiri adalah merupakan ukuran ketergantungan fungsional antara elemen - elemen. Kohesivitas adalah sebuah kesatuan kelompok. Mereka menggambarkan kelompok sebagai keluarga, tim, dan komunitas. Banyak teori-teori yang menjelaskan hal tersebut sebagai “belongingness” atau “we-ness”, yang merupakan esensi dari kohesivitas kelompok. Anggota-anggota dalam kelompok yang kohesif memberikan rasa kebersamaan yang tinggi kepada kelompoknya, dan mereka sadar bahwa terdapat persamaan antar anggota dalam kelompok. Individu dalam kelompok yang


(29)

kohesif dimana kohesivitas diartikan sebagai perasaan kuat dari sebuah keberadaan komunitas yang terintregasi akan lebih bersemangat dalam menghadapi masalah-masalah sosial maupun interpersonal.

Individu dalam kelompok yang kohesif akan berusaha untuk melakukan yang terbaik buat perkembangan kelompoknya. Para individu dalam kelompok yang kohesif ini berpandangan bahwa perkembangan kelompok didasari atas pikiran bahwa anggota kelompok akan mengusahakan untuk memelihara keseimbangan antara mengerjakan tugas dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dengan kelompok. Sebuah periode untuk memperpanjang usaha kelompok harus diikuti periode aktivitas pembentukan kohesi interpersonal.18

1. Memberikan informasi, informasi perlu disampaikan kepada masyarakat karena kenyataan menunjukkan bahwa ; a) Manusia hanya dapat maju dan berkembang apabila dia mengethaui nilai-nilai yang perlu dicapai; b) Tidak semua orang memiliki pengetahuan yang sama mengenai nilai-nilai yangsudah berhasil dicapai, mengenai sarana-sarana yang harus dicapai dan bahaya-bahaya yang harus disingkirkan ; c) Setiap orang mempuyai hak asasi untuk mendapat informasi yang berguna bagi hidupnya. Organisasi umat manusia akan berjalan pincang apabila dalam sisitem Kohesivitas kelompok merupakan kekuatan kelompok dan intensitasnya mempengaruhi anggota, dinamika kelompok dan performa kelompok. Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa keseimbangan dalam melakukan tugas di kelompok dijaga supaya seimbang dengan kualitas hubungan interpersonal. Untuk menjaga kualitas hubungan interpersonal membutuhkan peran komunikasi sosial antar anggotanya.

Adapun fungsi komunikasi sosial adalah :

18

http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/2007/10/09/dinkel-kelompok-3-kohesivitas-dan-perkembangan-kelompok/


(30)

sosialnya tidak didirikan tempat-tempat sumber informasi untuk menyiarkan apa yang berguna bagi kehidupan bersama, tidak hanya menyangkut kepentingan jasmani, tetapi juga hal-hal yang menyangkut rohani yang tidak kurang pentingnya bagi manusia.

2. Memberi bimbingan, baik secara langsung maupun tidak langsung komunikasi berfungsi memberikan bimbingan bagi warga masyarakat. amanat yang bernilai tinggi dapat menimbulkan gairah kerja, menghidupkan semangat yang telah padam. warga masyarakatyang menyimpang dari pola-pola kelakuan yang benar dapat dikembalikan ke jalan yang benar. bimbingan disampaikan lewat pesan yang sifatnya menuntun, menyetujui, menolak, mencela, menegur, mendukung atau menentang, mengajak atau menganjurkan, memberi petunjuk mengenai prioritas tertentu diantara sekian banyak tindakan yang harus dilaksanakan.

3. memberi hiburan, tidak semua warga masyarakat berhasil mengejar cita-cita yang telah ditanamkan oleh banyak pihak, ada sebagian yang mengalami kegagalan. rakyat yang banyak mengalami kelelahan fisik, rakyat yang mengalami kegagalan ada yag menderita kelelahan fisik dan frustasi. mereka membutuhkan hiburan. hal ini merupakan masalah sosial yang harus dipecahkan secara sosial pula. komunikasi sosial merupakan jawaban yang tepat untuk memenuhi kebutuhan itu. 19

Komunikasi merupakan suatu kegiatan pengoperan lambang-lambang, yang bagi setiap kelompok dapat mempunyai arti sama ataupun berbeda. Inti dari komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan dari seperangkat arti yang telah dituangkan dalam lambang-lambang tertentu. Bentuk yang lebih intensif dari komunikasi akan menghasilkan suatu interaksi. Komunikasi sosial merupakan kegiatan yang bertujuan mencapai integrasi sosial. Hal ini terjadi melalui beberapa tahap, yaitu : saling mengerti dan memahami tujuan lambang-lambang yang dipergunakan dalam komunikasi, menerima pengertian-pengertian tersebut dan bersedia untuk berpartisipasi dalam usaha mewujudkan tujuan yang telah menjadi tujuan bersama.20

1. Pengalaman bersama dari sesama komunikator dan komunikan tentang faktor ruang dan waktu.

Sebagaimana dinyatakan oleh Alfred Schutz, maka komunikasi sosial yang melalui tahap komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan :

19

Dr. Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi sosial di indonesia, Binacipta, 1980, hal 287-288

20


(31)

2. Mengalami bersama situasi dan hubungan sosial, struktur interaksi dengan masing-masing menerima peranannya dalam langkah-langkah yang akan diambil dalam usaha perwujudan tujuan tersebut.

3. Adanya perubahan situasi dari situasi kami menjadi situasi kita atau dengan istilah inggrisnya dari kata thou-situation/orientation menjadi we –

situation/orientation. Dengan demikian sifat resiprokal atau pengaruh

timbal balik sangat menentukan.

4. Dalam kegiatan komunikasi sosial selain pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya, ekonomi dan pendidikan masing-masing komunikator dan komunikan, perlu diadakan penyesuaian latar belakang masing-masing, sehingga terjadilah situasi penerimaan perasaan dan struktur komunikasi sebagaimana disebut di atas.21

Sedangkan pengertian dari status sosial ekonomi atau yang lazim juga disebut kelas sosial dalam buku perilaku konsumen didefinisikan sebagai berikut kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam pasar.22

Dalam pengertian yang lain didefinisikan bahwa status sosial ekonomi adalah kedudukan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yang mencakup tiga bidang yaitu bidang pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan.

23

Keanggotaan kelas ada dan dapat dideskripsikan sebagai kategori statistik entah individu-individunya sadar atau tidak akan situasi mereka yang sama.

21

Ibid hal 177

22

James F. Engel, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard; Perilaku Konsumen; Binarupa Aksara; 1987; hal. 121

23


(32)

Penghasilan tidak langsung menentukan kelas/status sosial seseorang. Pendapatan tinggi belum tentu status tinggi, contoh juragan barang rosok mungkin pendapatannya lebih tinggi/besar daripada seorang marketing sebuah bank, tetapi marketing bank umumnya mempunyai kelas sosial yang lebih tinggi.

Menurut ilmuwan Keith Davis dalam bukunya yang berjudul “Human Relation at Work” mengemukakan definisi partisipasi adalah keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.24

1. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat :

2. Faktor lain adalah penginterpretasian yang dangkal terhadap agama

3. Kecenderungan untuk menyalahartikan motivasi, tujuan, dan kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk

4. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih baik di luar pedesaaan

5. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program pembangunan25

24

Drs. R.A. Santoso Sastropoetro; Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional; Alumni; 1986; hal 13

25


(33)

Dari poin no.1 diketahui bahwa partisipasi dipengaruhi oleh status sosial ekonomi atau dengan kata lain status sosial ekonomi mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

Gordon W. Allport dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Participation menyatakan : The person who participates is ego-involved instead omerely taks-involved, yang berarti partisipasi adalah keterlibatan ego atau diri sendiri/pribadi/personalitas (kejiwaan) lebih daripada hanya jasmaniah/fisik saja.26

- menunjukkan tujuan dan prioritas

Menurut Darjono, SH Partisipasi berarti keterlibatan dalam hal : - proses pengambilan keputusan

- menentukan kebutuhan

27

1. Rasa senasib sepenanggungan

Enam prasyarat (elemen) partisipasi antara lain :

2. Ketertiban terhadap tujuan hidup

3. Kemahiran untuk meyesuaikan dengan perubahan keadaan 4. Adanya prakarsawan

5. Iklim partisipasi

6. Adanya pembangunan itu sendiri28

Unsur-unsur penting dan turut menentukan partisipasi: 1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian efektif atau berhasil

26

Ibid hal 12

27

Ibid hal 19

28


(34)

2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menimbulkan kesadaran

3. Kesadaran yang didasarkan kepada perhitungan dan pertimbangan

4. Enthousiasme yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain 5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama29

Keith Davis mengemukakan bentuk dan jenis partisipasi serta persyaratan untuk dapat melaksanakan partisipasi, yaitu :

• Bentuk partisipasi : 1. Konsultasi

2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang

3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan

4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dibiayai oleh komuniti 5. Sumbangan dalam bentuk kerja

6. Aksi massa

7. Mengadakan pembangunan di kalangan keluarga desa sendiri 8. Membangun proyek komuniti yang bersifat otonom

• Jenis-jenis partisipasi : 1. Pikiran

2. Tenaga

3. Pikiran dan tenaga

29


(35)

4. Keahlian 5. Barang 6. Uang

• Persyaratan untuk dapat melaksanakan partisipasi secara efektif menurut Keith Davis adalah :

1. Perlunya waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan

2. Subyek partisipasi perlu relevan dengan kepentingan manusianya/masyarakatnya

3. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah mempunyai kemampuan seperti halnya kecerdasan dan pengetahuan

4. Orang yang berpartisipasi perlu berhubungan timbal balik dengan bahasanya sendiri yang bisa dimengerti untuk dapat bertukar pikiran

5. Tidak ada salah satu pihakpun yang bisa/merasa dirinya terganggu karena partisipasi

6. Biaya kegiatan partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau sejenisnya

7. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan30

F. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan antara Variabel Komunikasi Sosial dengan Variabel Partisipasi Sosial Kemasyarakatan

30


(36)

Hubungan antara variabel komunikasi Sosial dengan Variabel Partisipasi Sosial Kemasyarakatan dapat penulis buktikan dengan teori-teori sebagai berikut:

Komunikasi sosial yang dilaksanakan dengan cara yang baik oleh warga mempunyai pengaruh terhadap partisipasi sosial. Gregory Bateson melalui pandangannya tentang komunikasi relasional menyebutkan bahwa komunikasi sebagai interaksi menciptakan struktur suatu hubungan.31

Komunikasi berfungsi mengukuhkan, mempertahankan, atau mengubah hubungan-hubungan. Melalui komunikasi sosial kelangsungan hidup sosial dari suatu kelompok sosial akan terjamin. Aktivitas badminton dalam komunitas Perkumpulan Badminton akan terus berjalan. Melalui komunikasi sosial pula kesadaran bermasyarakat dapat dipupuk, dibina, dan diperluas, sehingga

Komunikasi berfungsi mengukuhkan, mempertahankan, atau mengubah hubungan-hubungan. Bateson mengemukan dua proposisi yang mendasarinya. Yang pertama adalah pesan mendua. Setiap komunikasi yang bersifat relasional membawa dua pesan, yakni pesan “report” dan pesan “command”. Pesan “report” menyangkut substansi atau isi komunikasi, sedangkan pesan “command” menyangkut pernyataan mengenai hubungan. Proposisi kedua Bateson adalah hubungan-hubungan yang dicirikan oleh komplementaris atau simetris. Dalam hubungan komplementer, satu bentuk perilaku diikuti bentuk anonimnya. Sedangkan dalam hubungan simetri, perilaku seseorang diikuti perilaku sama.

31


(37)

masyarakat akan lebih sadar dalam bersosialisasi di dalam lingkungan masyarakat. Ini didukung oleh teori sebagai berikut :

Standpoint Theory

Teori ini menjelaskan bahwa pengalaman individu, pengetahuan, dan perilaku komunikasi sebagian besar dibentuk oleh kelompok sosial dimana mereka aktif (Wood, J. T.,1982 dalam West, R., & Turner, L. H., 2000). Dari sinilah kita dapat menarik kerangka tentang sistematika pengaruh kekuatan pembentuk identitas.32

Teori komunikasi kelompok. Fokus pada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi, namun pembahasannya berkaitan dengan dinamika kelompok, efisiensi dan

Oleh karena itu peranan aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial berperan penting dalam membuat warga terintegrasi dengan baik dalam satu wadah yang mewadahi komunikasi sosial di antara mereka. Sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dengan demikian adanya hubungan antara komunikasi sosial dengan partisipasi sosial memperoleh dukungan dari teori-teori yang konkrit.

2. Hubungan antara Variabel Status Sosial dengan Variabel Partisipasi Sosial Kemasyarakatan

Hubungan antara Variabel Status Sosial dengan Variabel Partisipasi Sosial Kemasyarakatan didukung dengan teori sebagai berikut:

32


(38)

efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi serta pembuatan keputusan.33

1. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri.

Penting untuk menjaga keberlangsungan masyarakat, individu yang menempati posisi tertentu dan menjalankan fungsinya secara optimal akan mendukung hal itu. Jika ini tidak dilakukan maka masyarakat akan kekurangan individu untuk mengisi posisi tertentu yang berakibat pada tercerai-berainya masyarakat sehingga akan berakibat minimnya partisipasi masyarakat. Dengan penempatan sosial yang sesuai dengan status sosial masing-masing maka partisipasi sosial yang ditunjukkan oleh anggota perkumpulan badminton merupakan konsekuensi logis dari keanggotaan mereka.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat :

2. Faktor lain adalah penginterpretasian yang dangkal terhadap agama 3. Kecenderungan untuk menyalahartikan motivasi, tujuan, dan

kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk

4. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih baik di luar pedesaaan

5. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program pembangunan34

33

http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/komponen-konseptual-dan-jenis-jenis-teori-komunikasi/

34

Drs. R.A. Santoso Sastropoetro; Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional; Alumni; 1986; hal. 22


(39)

Dari poin no.1 diketahui bahwa partisipasi dipengaruhi oleh status sosial ekonomi atau dengan kata lain status sosial ekonomi mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

G. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah suatu kesimpulan yang belum tentu benar, karena itu harus dibuktikan dulu melalui proses penelitian yang dihubungkan antara dua variabel atau lebih. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan, dalam rangka pemikiran di muka dan dengan memperhatikan permasalahan yang ada, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dan partisipasi sosial kemasyarakatan.

Jika digambarkan secara geometric maka hipotesa tersebut adalah sebagai berikut:

BAGAN HUBUNGAN ANTAR VARIABEL Variabel Independen I ( X )

Aktivitas Badminton Sebagai


(40)

Variabel Dependen ( Z )

Variabel Independen II ( Y )

H. Definisi Konsepsional a. Aktivitas Badminton

Aktivitas berarti :

1. Setiap hal yang dilakukan manusia

2. Dorongan yang berhubungan dengan tingkah laku dan tujuan 3. Fungsi organisme

4. Serangkaian reaksi yang terorganisir

Jadi aktivitas adalah keaktifan, kegiatan dan kesibukan atau suatu kegiatan/kerja yang dilakukan dalam tiap bagian dalam organisasi/instansi35

2. A preparation of claret, spiced and sweetened

Menurut kamus online badminton badminton memiliki pengertian sebagai berikut:

1. A game, similar to lawn tennis, played with shuttlecocks.

35

Hugo F. Reading, Kamus Ilmu-ilmu Sosial, Rajawali, Jakarta, 1986, hal.6

Status Sosial Ekonomi

Partisipasi Sosial Kemasyarakatan


(41)

3. A game played on a court with light long-handled rackets used to volley a shuttlecock over a net36

Komunikasi sosial adalah suatu kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial.

Yang dimaksud aktivitas badminton dalam penelitian ini adalah kegiatan olahraga yang dimainkan di lapangan dengan memakai alat raket untuk memukul shuttlecock melewati net yang dilakukan anggota perkumpulan badminton dalam suatu organisasi perkumpulan badminton.

b. Komunikasi Sosial

37

36

Komunikasi sosial menurut Hendropuspito secara definitif diartikan sebagai suatu proses interaksi di mana seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain supaya pihak lain dapat menangkap maksud yang dikehendaki penyampai. Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud komunikasi sosial adalah suatu proses sosialisasi yang sekaligus sebagai suatu proses interaksi antar anggota perkumpulan badminton terhadap lingkungannya. Jadi sebenarnya aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kegiatan pertemuan anggota perkumpulan badminton dimana dilakukan aktivitas olahraga, pengumpulan uang dan kegiatan-kegiatan lain sehingga antar anggota terjadi proses interaksi dan sosialisasi dalam pertemuan tersebut.

c. Partisipasi Sosial Kemasyarakatan

37


(42)

Partisipasi adalah ikut atau turut serta; turut mengambil bagian dalam suatu kegiatan.38 Menurut R.A. Santoso Sastropoetro, partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya utuk memberikan sumbagan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.39

Keikutsertaan ini dilakukan sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain. Partisipasi sosial kemasyarakatan misalnya adalah hajatan persiapan pesta pernikahan, gotong royong, ikut besuk jika ada yang sakit, lelayu dan lain-lain. Jadi yang dimaksud dengan partisipasi sosial kemasyarakatan dalam penelitian ini adalah keikutsertaan seseorang dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan di masyarakatnya di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.40

Status sosial ekonomi adalah kedudukan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yang mencakup tiga bidang yaitu bidang pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan.

d. Status Sosial Ekonomi

41

1) Pendidikan : bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kelas sosialnya, sebab bagi mereka yang berstatus sosial ekonomi tinggi lebih mampu membiayai pendidikan yang lebih tinggi.

Dari penjabaran di atas maka penulis membuat konsep sebagai berikut :

38

J.S. Badudu & Sutan M. Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994, hal. 1003.

39

R.A. Santoso Sastropoetro, Partisipasi, Kommunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional, Alumni, Bandung, 1988, hal. 13

40

Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan, UNS Pers, Surakarta, 1988, hal. 101.

41


(43)

2) Penghasilan : penghasilan yang besar pada umumnya ditentukan oleh jenis pekerjaan yang profesional dan memiliki produktivitas tinggi.

3) Pengeluaran : pengeluaran setiap bulan responden juga sebagai indikator status sosial ekonomi.

Tingkat pendidikan akan menambah pengetahuan dan wawasan. Pola pikir individu akan berkembang dengan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, sehingga akan berpengaruh dalam menanggapi berbagai persoalan disekitarnya. Tingkat penghasilan tertentu akan memungkinkan seseorang untuk melakukan kegiatan pengeluaran untuk kebutuhan sehari – hari yang disesuaikan. Status sosial ekonomi meliputi pendidikan, penghasilan dan pengeluaran. Dengan meneliti pendidikan, penghasilan dan pengeluaran akan terpapar status sosial ekonomi obyek penelitian.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Pada penelitian ini, tiap jawaban dinilai dengan angka dengan keterangan:

- Responden yang menjawab dengan kategori tinggi mendapatkan nilai 3.

- Responden yang menjawab dengan kategori sedang mendapatkan nilai 2.

- Responden yang menjawab dengan kategori rendah mendapatkan nilai 1


(44)

1) Keaktifan dalam kegiatan yaitu aktif dalam aktivitas badminton, yang diklasifikasikan :

- tinggi apabila sering menghadiri pertemuan badminton

- sedang apabila kadang – kadang menghadiri pertemuan badminton - rendah apabila tidak pernah menghadiri pertemuan badminton

2) Frekuensi hadir dalam pertemuan kegiatan badminton, yaitu berapa kali responden hadir dan mengikuti pertemuan dalam 1 bulan. Untuk pengklasifikasian ini maka ditempuh langkah- langkah sebagai berikut, yaitu mencari besarnya R ( jarak pengukuran ), dengan rumus :

R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

Langkah selanjutnya adalah mencari I ( lebar interval ) dengan rumus :

3) Intensitas hadir, yaitu apakah selalu mengikuti setiap kegiatan badminton secara penuh atau mengikuti pertemuan dari awal sampai akhir pertemuan, yang diklasifikasikan :

- tinggi apabila mengikuti pertemuan dari awal sampai akhir - sedang apabila mengikuti secara tidak penuh

- rendah apabila hanya datang sebentar tapi tidak ikut bermain terus pulang 4) Partisipasi mengikuti aktivitas badminton dalam bentuk sparing partner,

yang diklasifikasikan :

- tinggi apabila sering mengikuti sparing partner

- sedang apabila kadang – kadang mengikuti sparing partner - rendah apabila tidak pernah mengikuti sparing partner


(45)

b. Partisipasi Sosial Kemasyarakatan

Untuk mengukur derajat partisipasinya dapat dilihat dari :

1) Tingkat kehadiran dalam pertemuan dan kegiatan di lingkungan (Pengajian, Karang Taruna, Koperasi, Rapat RT, RW dll), yang diklasifikasikan :

- tinggi apabila sering menghadiri pertemuan dan kegiatan selain di PB. Kharysma

- sedang apabila kadang – kadang menghadiri pertemuan dan kegiatan selain di PB. Kharysma

- rendah apabila tidak pernah menghadiri pertemuan dan kegiatan selain di PB. Kharysma

2) Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan di masyarakat, misalnya ikut serta dalam pentas seni, acara Tujuhbelasan, acara pengajian akbar dll, yang diklasifikasikan :

- tinggi apabila sering melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat

- sedang apabila kadang – kadang melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat

- rendah apabila tidak pernah melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat 3) Bantuan dan sumbangan kepada masyarakat bila ada kegiatan (Berupa

uang, barang, tenaga, pikiran dll), yang diklasifikasikan :

- tinggi apabila sering memberikan bantuan dan sumbangan kepada masyarakat bila ada kegiatan


(46)

- sedang apabila kadang – kadang memberikan bantuan dan sumbangan kepada masyarakat bila ada kegiatan

- rendah apabila tidak pernah memberikan bantuan dan sumbangan kepada masyarakat bila ada kegiatan

4) Apabila ada kerja bakti apakah ikut ambil bagian, yang diklasifikasikan : - tinggi apabila sering ikut kerja bakti

- sedang apabila kadang – kadang ikut kerja bakti - rendah apabila tidak pernah ikut kerja bakti

5) Apabila ada warga yang sakit apakah membesuk, yang diklasifikasikan : - tinggi apabila sering ikut membesuk warga yang sakit

- sedang apabila kadang – kadang ikut membesuk warga yang sakit - rendah apabila tidak pernah ikut membesuk warga yang sakit

6) Apabila ada mantu / hajatan apakah ikut berpartisipasi, yang diklasifikasikan :

- tinggi apabila sering ikut berpartisipasi bila ada hajatan

- sedang apabila kadang – kadang ikut berpartisipasi bila ada hajatan - rendah apabila tidak pernah ikut berpartisipasi bila ada hajatan c. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah posisi seseorang secara umum dalam lingkungan masyarakat yang ditentukan oleh faktor-faktor pendidikan dan penghasilan. Pengeluaran setiap bulannya juga sebagai indikator status sosial ekonomi.


(47)

1) Tingkat pendidikan responden, yang diklasifikasikan :

- tinggi apabila memiliki pendidikan terakhir akademi / perguruan tinggi - sedang apabila memiliki pendidikan terakhir SMA

- rendah apabila memiliki pendidikan terakhir SD / SMP 2) Tingkat pendapatan responden setiap bulan

Untuk pengklasifikasian ini maka ditempuh langkah- langkah sebagai berikut, yaitu mencari besarnya R ( jarak pengukuran ), dengan rumus :

R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

Langkah selanjutnya adalah mencari I ( lebar interval ) dengan rumus :

3) Pengeluaran responden setiap bulan

Untuk pengklasifikasian ini maka ditempuh langkah- langkah sebagai berikut, yaitu mencari besarnya R ( jarak pengukuran ), dengan rumus :

R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

Langkah selanjutnya adalah mencari I ( lebar interval ) dengan rumus :

J. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian


(48)

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan yaitu eksplanatory yang merupakan jenis penelitian yang menyoroti hubungan antar variabel penelitian dan untuk menguji hipotesa yang sebelumnya telah dirumuskan. Menurut Masri Singarimbun, bahwa penelitian ini menyoroti hubungan antar variabel-variabel penelitian dengan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya.42

2. Metode penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial terhadap peningkatan partisipasi sosial kemasyarakatan.

Penelitian ini menggunakan metode survey. Dalam survey, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Penelitian survey adalah “ Penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok”.43

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan adalah lingkungan Desa Kebonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.

4. Metode Pengambilan sampel a. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota perkumpulan badminton pada tingkat desa yang terdaftar sebagai anggota perkumpulan badminton di Desa Kebonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan hasil survei dalam Perkumpulan Badminton Kharysma diketahui bahwa mempunyai anggota

42

Masri Singarimbun & Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, 1989, hal. 5

43


(49)

berjumlah 40 orang. Menurut Bailey dalam buku Metode Penelitian Sosial bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30.44

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus atau total sampling atau sampel jenuh. Metode sensus adalah metode pengambilan sampel di mana semua anggota populasi dijadikan sampel atau anggota sampelnya sama dengan anggota populasinya.

Syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel adalah sampel harus representatif (mewakili) dan besarnya sampel harus memadai. Dari semua populasi yang ada diambil sebagai sampel yang berjumlah 40 orang.

b. Teknik Pengambilan Sampel

45

1. Kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang diajukan untuk dijawab responden. Dalam pengambilan data peneliti menggunakan metode pengumpulan data kuesioner (angket) yang merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup. Yaitu jawaban Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh anggota perkumpulan badminton kharysma.

c. Metode Pengumpulan Data

Merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data :

44

Dr. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Remaja Rosdakarya, 1995, hal. 58

45


(50)

pertanyaan telah disediakan. Kuesioner untuk memperoleh data primer langsung dari responden.

2. Studi Pustaka, yaitu tehnik pengumpulan data melalui bahan-bahan pustaka yang mendukung tentang tema dari penelitian.

K. Analisa Data

Analisa data yang akan digunakan adalah analisis data kuantitatif dengan menggunakan rumus Korelasi Tata jenjang Spearman (rs). Penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif, maka dalam penelitian ini data yang sudah terkumpul akan dianalisa dengan teknik statistik, setelah data terkumpul dengan lengkap, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.

Berdasarkan jenis datanya dan sifat penelitian berupa korelasi maka untuk mengukur hubungan antar variabel digunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang Spearman.

Dengan rumusnya sebagai berikut :


(51)

Keterangan:

Rs : Koefisien korelasi tata jenjang spearmen x2 : Jenjang kembar variabel x

y2 : Jenjang kembar variabel y

d2 : Kuadrat jumlah beda antar jenjang Tx : jumlah jenjang kembar pada variabel x Ty : jumlah jenjang kembar pada variabel y N : Jumlah sampel

Karena t = banyaknya observasi yang berangka sama pada rangking tertentu,maka T = jumlah berbagai t yang berangka sama pada suatu rangking tertentu. Sedangkan N lebih besar dari 10, maka untuk mengetahui taraf signifikasinya perlu dikonsultasikan dengan table t (t test) dengan df = n-2

Rumusnya sebagai berikut :

t = rs

Keterangannya :

t : Harga signifikan korelasi N : Jumlah sampel


(52)

39 BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Kebonan Kecamatan Karanggede a. Kondisi geografis

Desa Kebonan adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Desa Kebonan mempunyai relief daratan yang berbukit. Berasarkan topografinya desa Kebonan terletak pada ketinggian 200-400 meter dari permukaan laut. (selanjutnya disebut dpl). Suhu maksimum / minimum 30 / 38 derajat Celcius. Wilayah desa Kebonan termasuk beriklim tropis, dengan curah hujan rata-rata sekitar 2000 mm/tahun. Jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak antara Januari – Desember. Luas wilayah administrasi desa Kebonan adalah 164,6760 hektar dengan skala 1: 6000. Adapun batas-batas wilayah Desa Kebonan yaitu :

Sebelah Utara : Desa Klari Sebelah Timur : Desa Sranten Sebelah Selatan : Desa Tegalsari


(53)

Di bawah ini gambar peta desa Kebonan :

Sumber : Data Monografi Desa / Kelurahan Kebonan

b. Kondisi sosial budaya desa Kebonan 1. Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Kebonan Kecamatan karanggede lumayan banyak, dengan jumlah penduduk 3402 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 991 KK. Mayoritas penduduk penduduk di Desa Kebonan adalah kaum perempuan.


(54)

Berikut ini tabel jumlah penduduk di desa Kebonan lengkap dengan jenis kelaminnya :

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk di Desa Kebonan Tahun 2009

NO KETERANGAN JUMLAH

1 Laki-laki 1666 jiwa

2 Perempuan 1736 jiwa

3 Jumlah Penduduk 3402 jiwa

Sumber : Data Monografi Desa / Kelurahan Kebonan

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa Kebonan adalah 3402 jiwa. Dengan jumlah penduduk perempuan 1736 jiwa, sedangkan penduduk laki-laki 1666 jiwa.

Apabila dilihat dari kelompok umur, dari 3402 penduduk yang tinggal di desa Kebonan 9,17% diantaranya adalah mereka yang berumur antara 0 - 4 tahun yaitu sebanyak 312 orang. Untuk kelompok umur 5 - 9 tahun terdapat 312 orang atau 9,17%. Sedangkan yang termasuk kelompok umur 10 – 14 tahun ada 315 orang atau 9,26% dan kelompok umur 15 - 19 tahun terdapat 417 orang atau sekitar 12,26%, serta kelompok umur 20 -24 tahun sebanyak 12,14% atau 413 orang. Untuk lebih jelasnya komposisi penduduk tersebut dapat kita simak dalam tabel 2.2 dibawah ini :


(55)

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Desa Kebonan Menurut Kelompok Umur

NO KELOMPOK UMUR JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 – 04 05 – 09 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 > 40 312 312 315 417 413 408 428 322 475 9,17 9,17 9,26 12,26 12,14 12,00 12,58 9,46 13,96

Jumlah 3402 100

Sumber : Data Monografi Desa / Kelurahan Kebonan

Dari komposisi tersebut diatas terlihat bahwa rata-rata atau mayoritas penduduk berada dalam kelompok yang sudah bukan pasangan muda. Penduduk yang berusia 40 tahun ke atas berjumlah 475 orang atau sekitar 13,96%.

2. Ketenagakerjaan

Rata – rata penduduk desa Kebonan berpenghasilan tidak tetap. Hal ini dpat dilihat dari data mengenai mata pencaharian atau pekerjaan kepala keluarga. Mata pencaharian kepala keluarga digolongkan menjadi 5 kelompok, yang terdiri dari petani, buruh, pedagang, jasa angkutan, pegawai negeri sipil, TNI, polri, pensiunan.


(56)

Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti, sebagian besar penduduk desa Kebonan bermatapencaharian sebagai petani, khususnya buruh tani. Banyak para pedagang yang juga berhasil di desa ini karena para pedagang di desa ini terkenal ulet dan disiplin. Kebanyakan para pedagang yang berhasil adalah warga pendatang yang kemudian menetap beseta anak cucunya di desa ini. Berikut ini daftar tabel jumlah penduduk desa Kebonan menurut lapangan pekerjaannya :

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Desa Kebonan Menurut Lapangan Pekerjaannya

NO SEKTOR JUMLAH %

1 Petani 701 orang 74,73

2 Buruh 75 orang 7,995

3 Pedagang 25 orang 2,66

4 Jasa Angkut 11 orang 1,17

5 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 57 orang 6,08

6 TNI 10 orang 1,066

7 Polri 15 orang 1,599

8 Pensiunan 45 orang 4,797

Jumlah 938 orang 100

Sumber : Data Monografi Desa / Kelurahan Kebonan

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas penduduk desa Kebonan yang bermatapencaharaian sebagai petani sebanyak 701


(57)

orang atau 74,73%. Sedangkan minoritas penduduk adalah bekerja sebagai TNI yaitu sebanyak 10 orang atau 1,066%

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal pokok utama dalam pembangunan desa Kebonan. Warga desa Kebonan menjunjung tinggi pendidikan, mereka rela bekerja keras untuk menyekolahkan anak-anaknya. Di desa Kebonan fasilitas untuk pendidikan juga memadai terdapat sekolah negeri dan swasta, baik dari tingkat SD, SMP, SMU, untuk jenjang perkuliahan belum ada. Kebanyakan para orang tua mengirimkan anak-anaknya ke kota untuk meneruskan kuliah. Sedangkan untuk fasilitas penunjang yang lain seperti warnet ( warung internet ) juga telah ada di desa ini.

Selain pendidikan untuk fasilitas yang lain juga telah tersedia seperti air bersih (PAM), listrik, jaringan telepon, rumah sakit, pasar tradisional, dan minimarket. Dengan berbagai fasilitas yang sudah ada, desa Kebonan meskipun kecil, mempunyai fasilitas yang lumayan lengkap, sehingga diharapkan kesejahteraan masyarakat bisa terjamin. Dengan terjaminnya kesejahteraan masyarakat maka akan mempengaruhi pola pikir warga untuk meningkatkan tingkat pendidikan anak-anak mereka. Berikut tersaji dalam tabel tentang kondisi jumlah penduduk desa Kebonan berdasarkan tingkat pendidikan.


(58)

Tabel 2.4

Penduduk Desa Kebonan Menurut Pendidikannya

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH %

1 Tidak / Belum Tamat SD 56 orang 5,65

2 Tamat SD 280 orang 28,254

3 Tamat SMP 250 orang 25,227

4 Tamat SMA 279 orang 28,153

5 Diploma / S1 126 orang 12,714

Jumlah 991 orang 100

Sumber : Data Monografi Desa / Kelurahan Kebonan

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sudah mulai diperhatikan oleh penduduk desa Kebonan, terbukti untuk tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA hampir setara. Sedangkan yang berpendidikan Diploma / S1 lebih banyak dari yang tidak tamat SD.

4. Agama

Mayoritas penduduk desa Kebonan adalah beragama Islam. Agama lain seperti Kristen dan Katolik, turut mewarnai keanekaragaman kehidupan beragama di desa Kebonan. Berikut Tabel jumlah Penduduk desa Kebonan berdasarkan agamanya.


(59)

Tabel 2.5

Jumlah Pemeluk Agama Desa Kebonan

NO AGAMA JUMLAH PEMELUK

AGAMA

%

1 Islam 3362 orang 98,82

2 Kristen & Katolik 40 orang 1,18

Jumlah 3402 orang 100

Sumber : Data Monografi Desa / Kelurahan Kebonan

Menurut tabel 2.4 penduduk Kebonan paling banyak beragama Islam yang berjumlah 3362 Orang, atau sekitar 98,82%, untuk pemeluk agama yang lain adalah Kristen dan Katolik sebesar 40 orang atau 1,18%

B. Perkumpulan Badminton Kharysma a. Sejarah

Badminton adalah kegiatan olahraga yang dimainkan di lapangan dengan memakai alat raket untuk memukul shuttlecock melewati net yang dilakukan anatar 2 orang yang saling berlawanan atau 4 orang yang terdiri dari 2 orang melawan 2 orang. Badminton adalah salah satu olahraga favorit masyarakat desa Kebonan. Olahraga badminton di lingkungan masyarakat desa Kebonan diharapkan dapat menjadi sarana untuk lebih meningkatkan kegiatan komunikasi sosial kemasyarakatan. Melalui olahraga badminton komunikasi sosial dapat terjalin dengan baik, para anggota masyarakat bisa saling bertemu dan melakukan


(60)

kontak sosial sehingga terjadi suatu kerjasama. yang membutuhkan partisipasi aktif semua anggotanya.

Sejarah badminton di desa Kebonan dimulai sekitar tahun 1984. Warga desa Kebonan memakai gedung KUD yang dahulu dikenal dengan nama Gedung Lantai Jemur ( GLJ ) sebagai tempat untuk berolahraga badminton. Pada waktu itu belum ada wadah yang menaunginya, warga desa melakukan olahraga badminton di gedung itu secara sendiri – sendiri..

Pada tahun 1986 Gedung Lantai Jemur berubah fungsi menjadi gedung badminton resmi untuk warga desa Kebonan. Tahun 1986 – 1988 yang memakai gedung badminton secara rutin adalah karyawan KUD, karyawan SMA Gagatan, dan warga desa Kebonan. Biaya sewa gedung Rp.5000 per bulan. Tahun 1988 - 1999 mulai terbentuk beberapa kelompok badminton tapi belum dikelola secara professional. Kelompok – kelompok badminton tersebut belum ada susunan kepengurusan dan nama resmi. Perkumpulan badminton dikelola secara profesional mulai tahun 2000 sampai sekarang. Hingga saat ini telah ada sekitar 6 Perkumpulan Badminton, yaitu PB. Cakra, PB. Rash, PB. Galtek, PB. Rukun, PB. PGRI, dan PB. Kharysma.

Perkumpulan badminton Kharysma berdiri pada tanggal 27 oktober 2004. Awal mulanya perkumpulan badminton ini lebih dikenal dengan nama perkumpulan badminton Jelita yang beranggotakan 18 orang. Pada tahun 2005 namanya diubah menjadi perkumpulan badminton Kharysma. Sampai saat ini perkumpulan badminton Kharysma telah mempunyai anggota 40 orang.


(61)

Setiap anggota dikenakan biaya Rp. 20.000 per bulan, sebagai iuran wajib yang dapat dibayar setiap awal bulan. Iuran tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perkumpulan dan pengembangan kreatifitas. Misalnya untuk membeli peralatan seperti net baru, shuttlekok, dan membayar sewa gedung olahraga. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengikuti pertandingan tingkat Kecamatan, maupun tingkat Kabupaten.

Dari aktivitas badminton sebagian warga desa Kebonan yang terdiri dari berbagai latar belakang status sosial ekonomi ikut bermain. Semuanya ikut berkumpul dalam satu wadah perkumpulan mengikuti olahraga badminton ini. Melalui olahraga badminton selain bisa melampiaskan stres, meningkatkan jalinan kebersamaan, berinteraksi tentang berbagai masalah kehidupan, dan lain-lain. Di samping itu olahraga badminton juga berfungsi sebagai hiburan dan mengikis rasa individualis serta meningkatkan sifat kebersamaan.

b. Logo PB. Kharysma

Setiap organisasi ataupun perkumpulan mempunyai logo yag digunakan sebagai ikon organisasi atau perkumpulan tersebut. Adapun logo PB kharysma adalah sbb :


(62)

c. Visi, Misi dan Kegiatan

Visi

“ Terwujudnya Warga Desa Kebonan khususnya anggota PB. Kharysma sebagai desa unggulan yang kompetitif melalui pengembangan potensi di bidang olahraga badmintonnya ”.

:

Misi

a. Meningkatkan kualitas dan kemampuan anggota di bidang olahraga badminton serta pemberdayaan masyarakat di desa kebonan.

:

b. Menguatkan SDM anggota PB melalui pelatihan yang relevan dan berkelanjutan.

c. Meningkatkan jaringan kerjasama antar daerah dalam bidang olahraga badminton.

Kegiatan

Perkumpulan Badminton Kharysma dapat menjadi ajang untuk saling tolong-menolong dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatannya antara lain :

:

1. PB. Kharysma mengadakan sosial pada anggotanya antara lain :

- Menjenguk anggota maupun keluarga dari anggota PB. Kharysma sakit / tertimpa musibah dengan mengambil dana dari kas sebesar Rp.200.000. - Mendatangi hajatan perjamuan anggota maupun keluarga dengan sistem iuran, setiap anggota dipungut iuran sebesar Rp. 25.000.


(63)

2. Mengadakan sparing partner antar Perkumpulan Badminton dengan mengambil dana dari kas yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Mengadakan turnamen pada hari - hari besar kenegaraan dan saat ulang tahun PB Kharysma dengan menggunakan dana dari kas ditambah sponsor dari anggota PB itu sendiri maupun sponsor dari luar.

4. Acara hajatan ulang tahun dari anggota Perkumpulan badminton, biaya dibebankan oleh yang ulang tahun sedangkan tempat hajatan di musyawarahkan bersama dengan uang sewa dibantu oleh kas PB.

5. Menjalin ikatan silaturahmi dengan saling berkunjung dan tolong menolong, karena perkumpulan badminton bisa menjadi ruang publik, yaitu ruang berkumpulnya warga dalam bermasyarakat.

d. Struktur Organisasi

Secara organisatoris sruktur organisasi pengurus klub badminton Kharysma terdiri dari pengurus inti, ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara, selain itu juga dilengkapi dengan seksi-seksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada struktur kepengurusan dibawah ini:


(64)

STRUKTUR ORGANISASI PERKUMPULAN BADMINTON KHARYSMA

Sumber : Data Sekretariat PB. Kharysma SIE. KEAMANAN

Hafidz Al Harits

SEKRETARIS Heri Widianto, SE

BENDAHARA Usman Joko Riyanto KETUA

Serka Surono PENASEHAT Bpk. H. Syuhada, BA

PELINDUNG Bpk. Muzamil, S.Pd

SIE. INVENTARIS Aman Rojali, SE

SIE. PENGEMBANGAN OLAHRAGA Aji Himawan, SE

SIE. HUMAS Muhlisin

SIE . SOSIAL Joko Priyono


(65)

Keanggotaan Perkumpulan Baminton Kharysma : 1. Serka Surono

2. Heri Widianto, SE 3. Usman Joko Riyanto 4. Joko Priyono

5. Muhlisin

6. Aji Himawan, SE 7. Suyono

8. Priyono 9. Hartono 10. Sunarto 11. Haryanto 12. Mulyono 13. Amin 14. Sertu Wikan 15. Iskandar, SE 16. David, SE 17. Joko

18. Hafidz Al Harits 19. Hafidz Annur fani 20. Pdt. Kristianto, S.AgK 21. Aman Rojali, SE


(66)

22. Riyanto 23. Jono

24. Sertu Manto 25. Pendi 26. H. Bejo 27. H. Riduwan 28. Khamim, Sag 29. Huda

30. Mustiyono 31. Saiful

32. David Kurniawan 33. Nanang

34. Aris

35. Muhammad Mu’aedi 36. Sabar

37. H. Oni 38. Bayu Aji 39. Aan

40. Saikhur Rahman

Mereka akan bermain badminton sesuai jadwal yang telah dibuat secara bersama. Di bawah ini jadwal bermain badminton Perkumpulan Badminton Kharysma :


(1)

109 A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan uji statistik yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dengan menggunakan korelasi Tata Jenjang Spearman, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hubungan Antara Aktivitas Badminton sebagai Komunikasi Sosial (X) dan Partisipasi Sosial Kemasyarakatan (Z) anggota PB. Kharysma.

Dari hasil uji statistik diketahui besarnya harga koefisien korelasi hubungan antar kedua variabel adalah 0,418. Karena sampel yang digunakan lebih dari 10 responden maka nilai rs dikonsultasikan dengan nilai kritik student (t), dan hasil yang diperoleh adalah 2,836. Dalam uji signifikansinya nilai tersebut dicocokkan dengan nilai t pada tabel dengan memperhatikan derajat kebebasan df = N - 2 = 40 – 2 = 38 serta taraf signifikannya 0.05 maka nilai df terletak antara angka 30 dan 40, dimana batas nilai df 30 = 2,042 dan df 40 = 2,021 dan hasilnya adalah : 2,836 > 2,042 dan 2,836 > 2,021. Dari hasil tersebut diketahui bahwa: harga t hasil lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak dengan demikian HA diterima, sehingga:


(2)

110

“Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatan anggota PB. Kharysma”

Dengan demikian Ho yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatan anggota PB. Kharysma tidak terbukti. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah partisipasi sosial kemasyarakatan responden dipengaruhi oleh aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial. Aktivitas badminton para anggota PB. Kharysma dalam hal ini menimbulkan efek kognitif yaitu responden mendapat pengetahuan aktivitas badminton dan kegiatannya. Selain itu juga menimbulkan efek afektif yaitu menimbulkan sikap responden yang tertarik dengan kegiatan – kegiatan yang dilakukan PB. Kharysma. Pada akhirnya menimbulkan efek behavioral yang dalam hal ini ditunjukkan dengan partisipasi sosial kemasyarakatan anggota PB. Kharysma di masyarakat.

Sesuai hasil dari penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatan anggota PB. Kharysma, hal tersebut dapat terjadi karena kebersamaan dalam suatu perkumpulan akan memberikan efek guyub, pada akhirnya mereka bersama-sama peduli terhadap lingkungannya.


(3)

2. Hubungan antara Status Sosial (sebagai variabel Y) dengan Partisipasi sosial (sebagai variabel Z)

Dari hasil uji statistik diketahui besarnya harga koefisien korelasi hubungan antar kedua variabel adalah 0,265. Karena sampel yang digunakan lebih dari 10 responden maka nilai rs

“Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dan partisipasi sosial kemasyarakatan anggota PB. Kharysma ”

dikonsultasikan dengan nilai kritik student (t), dan hasil yang diperoleh adalah 1,694. Dalam uji signifikansinya nilai tersebut dicocokkan dengan nilai t pada tabel dengan memperhatikan derajat kebebasan df = N - 2 = 40 – 2 = 38 serta taraf signifikannya 0.05 maka nilai df terletak antara angka 30 dan 40, dimana batas nilai df 30 = 2,042 dan df 40 = 2,021 dan hasilnya adalah : 1,694 < 2,042 dan 1,694 < 2,021. Dari hasil tersebut diketahui bahwa: harga t hasil lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima sehingga HA ditolak, dengan demikian:

Status sosial tidak sepenuhnya mempengaruhi terhadap partisipasi personal di lingkungannya. Orang yang memiliki status sosial tinggi dapat memiliki partisipasi yang sama tingginya / sama rendahnya dengan yang berstatus sosial rendah. Mungkin yang berstatus sosial tinggi berpartisipasi dengan hartanya sedangkan yang yang berstatus sosial rendah berpartisipasi dengan tenaga atau pikirannya. Dengan demikian faktor


(4)

112

status sosial ekonomi tidak mempengaruhi responden dalam melakukan partisipasi sosial kemasyarakatan.

B. Saran

I. Bagi PB. Kharysma

Dengan semakin melunturnya budaya gotong royong, agar lebih ditingkatkan aktivitas badminton sebagai komunikasi sosial dan partisipasi sosial kemasyarakatannya.

II. Bagi Peneliti Yang Selanjutnya

Untuk lebih peka dalam melihat fenomena yang sedang terjadi sehingga dapat diangkat kedalam penelitian agar bermanfaat bagi pribadi, orang yang membacanya ataupun juga obyek yang diteliti. Dapat melihat sisi yang lain dari pokok bahasan yang sama.

III. Bagi Masyarakat sekitar khususnya desa Kebonan


(5)

113

Alo Liliweri, M.S. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti

C. Sardjono dan Pawito. 1996. Teori Komunikasi. Surakarta. UNS. D. Hendropuspito. 1989. Sosiologi sistematik. Yogyakarta. Kanisius.

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Remaja Rosda Karya, Bandung

H A W Widjaya. 2000. Ilmu Komunikasi,Pengantar Studi. Jakarta Hugo F. Reading. 1986. Kamus Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta. Rajawali.

Irawan Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung. Remaja Rosdakarya.

James F. Engel, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard. 1987. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara.

J.S. Badudu & Sutan M. Zain. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Masri Singarimbun & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta. LP3ES.

Melly G. Tan. 1980. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. Gramedia. Onong Uchana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung. Mandar Maju

Onong Uchana Effendy,M.A. 1984. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung. Alumni.

Onong Uchana Effendi. 1992. Hubungan Masyarakat , Suatu Studi Komunikologis. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Phil. Astrid S. Susanto. 1985. Komunikasi sosial di Indonesia. Bandung. Binacipta.

R.A. Santoso Sastropoetro. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung. Alumni.

Soerjono Soekanto. 1969. Sosialogi Suatu Pengantar. Jakarta. Universitas Indonesia.

Susanto. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta. UNS Press.

Totok Mardikanto. 1988. Komunikasi Pembangunan. Surakarta. UNS Pers. Willian F. Glueck dalam HAW Widjaya. 2000. Ilmu Komunikasi, Pengantar


(6)

114

Sumber – sumber lain

http://dinkelpsiunair07.wordpress.com/2007/10/09/dinkel-kelompok-3 kohesivitas-dan-perkembangan-kelompok/

http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/category/komunikasi-sosial/

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=179821

08.00

Wawancara dengan pengurus perkumpulan badminton, pada 12 Maret 2009

Wawancara dengan anggota perkumpulan badminton Kharysma, pada 12 Maret 2009