MEDIA SOSIAL SEBAGAI TEMPAT PARTISIPASI

MEDIA SOSIAL SEBAGAI TEMPAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DI
INDONESIA
Muhammad Irdhi
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Semakin berkembangnya teknologi, semakin berkembangnya zaman maka semakin
berkembang pula kehidupan manusia. Teknologi memiliki peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia salah satunya di bidang informasi dan komunikasi. Dulu kalau
ingin berdiskusi atau membahas suatu masalah harus bertatap muka dan untuk mendapatkan
informasi melalui media cetak yang sifatnya satu arah. Namun dengan perkembangan
teknologi semuanya berubah, adanya media sosial sebagai wadah berbasis internet
mempermudah kehidupan manusia dimana setiap orang dapat melakukan berbagai hal seperti
berkomunikasi yang sifatnya bukan satu arah tetapi dua arah bahkan multi arah, berbagi
informasi, membentuk sebuah perkumpulan, dan membentuk jaringan. Dengan adanya media
sosial ini segala informasi dan kejadian-kejadian terbaru dapat diketahui dengan mudah,
ketika terjadi sesuatu satu menit kemudian dapat kita akses di media sosial baik dalam bentuk
tulisan di blog, situs-situs resmi maupun dalam bentuk video di youtube.
Menurut Boyd dan Ellison dalam Malik dan Rosit (2016:3) menjelaskan media sosial
sebagai berikut:
“Media sosial sebagai layanan berbasis Internet yang memungkinkan individu untuk
(1) mengkonstruksikan profil pribadi di forum publik maupun semi-publik didalam

sebuah sistem yang saling terhubung, (2) mengartikulasikan sederetan penggunapengguna lain yang terhubung dengan mereka, dan (3) mengamati orang-orang lain
yang terhubung dengan pengguna-pengguna lain tersebut didalam sistem yang
sama ”.

Sedangkan partisipasi politik merupakatan keterlibatan warga Negara atau masyarakat
dalam berbagai macam kegiatan politik. Secara sederhana partisipasi politik dapat dilihat
ketika pemberian suara pada saat pemilihan umum. Namun secara umum partisipasi politik
1

ketika keterlibatan warga Negara atau masyarakat dalam kegiatan politik seperti keterlibatan
dalam proses pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan sampai dengan tahap evaluasi,
berdiskusi tentang politik, demonstrasi, dan lain sebagainya. Partisipasi politik adalah
kegiatan aktif, kalau hanya sekedar nonton televisi atau membaca hanya karena sekedar
penasaran itu tidak termaksud dalam partisipasi politik.
Dengan adanya media sosial, partisipasi politik publik memiliki ruang baru dimana
masyarakat dapat melakukan partisipasi politik tanpa dibatasi waktu dan tempat. Isu-isu
politik dimedia sosial tidak pernah berhenti, setiap hari berbagai informasi selalu dimuat
diberbagai blog, website resmi pemerintah, artikel, dan tidak terlepas di aplikasi-aplikasi
seperti facebook dan twitter dimana setiap orang dapat membaca dan memberikan komentar
baik yang pro maupun kontra terhadap suatu isu politik. Dengan inilah ruang diskusi, ruang

debat terbentuk dan tidak jarang solusi-solusi pun muncul dari sini, dengan perdebatan ini
pula muncul kelompok-kelompok yang memilki kesepahaman yang sama sehingga
terbentuklah kelompok atau komunitas tertentu. Contohnya facebook yang merupakan media
sosial yang paling banyak digunakan yang memberikan ruang kepada pengguna untuk
membuat grub dan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama dan ketertarikan
terhadap suatu hal dapat bergabung di grub tersebut, dan dari grub tersebut pembahasan yang
lebih intensif, dan dari grub itu pula pertemuan di dunia nyata pun dapat terjadi sehinggap
kelompok didunia nyata dapat terbentuk dari adanya kelompok di dunia maya.
Bila dicermati penggunaan media sosial sebagai tempat parisipasi politik telah terjadi
diberbagai Negara termaksud indonesia yang merupakan salah satu Negara dengan pengguna
internet terbesar di dunia, tercatat pada tahun 2012 pengguna internet di Indonesia sudah
mencapai 63 juta, kemudian di tahun 2013 sebanyak 82 juta, tahun 2014 sebanyak 107 juta
pengguna dan di tahun 2015 diperkirakan mencapai 139 juta pengguna. Sebesar 87 % dari
total pengguna internet aktif menggunakan media sosial sehingga menempatkan Indonesia
sebagai negara dengan jumlah pengguna twitter terbesar nomor 5 di dunia dengan pengguna
sebanyak 60 juta pengguna dan jumlah pengguna media facebook terbesar nomer 4 di dunia
sebanyak 65 juta pengguna (Hasfi, Usman, Santosa, 2015:203)
Data lain juga dari Wijaya (2014) bahwa jumlah pengguna aktif internet di Indonesia
sekitar 72,7 juta jiwa dengan media sosial yang biasa digunakan adalah Facebook sebesar
14%, WhatsApp 12% dan Twitter 11 persen (Wijaya, 2014).

2

Dari data tersebut dapat dilihat realitas sekarang ini yang menunjukan bahwa
perdebatan, diskusi dan pemahaman masalah politik dimulai melalui media sosial, ketika
pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan, tanggapan-tanggapan selalu bermunculan baik
secara individu maupun kelompok karena informasi awal paling banyak didapatkan dari
media sosial.
Dalam sebuah survei oleh Pusat Penelitian Politik LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia) terhadap indeks persepsi politik pemilih bahwa hampir 70 persen pengetahuan
politik diperoleh dari media sosial. Sehingga dapat dilihat bahwa media sosial menjadi
tempat untuk membahasa isu-isu dan dinamika politik tidak hanya melalui media-media
konvensional seperti media massa elektronik atau cetak, tetapi juga melalui media sosial
(Jati, 2014).
Indonesia dengan bentuk pemerintahan demokrasi dimana semua warga Negara
memiliki hak yang sama tidak ada yang lebih istimewa dimata hukum dan kekuasaan berasal
dari rakyat. Dengan demokrasi masyarakat dapat menyuarakan aspirasinya tanpa ada
kekuasaan otoriter yang membatasi. Berbeda dengan orde baru, tidak adanya kebebasan pers
dan kekuasaan mutlak ditangan Negara.
Dengan bekembangnya teknologi ini membuat demokrasi dapat dilakukan didunia
maya. Calon presiden, calon kepala daerah dan lain sebagainya menjadikan media sosial

sebagai tempat untuk berkampanye, menyampaikan visi dan misi, bahkan sampai
penggalangan massa atau memobilisasi pendukungnya, dengan media sosial juga mereka
dapat berdialog dengan pendukungnya, dan masyarakat lain pun dapat merespon hal tersebut.
bahkan pertarungan di dunia maya tidak kalah dengan pertarungan di dunia nyata.
Masyarakat pengguna media sosial dapat berpartisipasi aktif dalam menanggapi isu politik di
dunia maya, dengan isu politik tersebut memicu partisipasi masyarakat melalui tanggapan
maupun komentar. Ini menunjukan bahwa sosial media turut serta dalam membangun
demokrasi di indonesia.
Morissan (2014:56) menjelaskan bahwa ada tiga cara yang berbeda untuk
berpartisipasi politik dinegara demokratis, yaitu:

3

“Masyarakat di negara demokratis dapat berpartisipasi dalam kehidupan politik
setidaknya dengan tiga cara berbeda: (1) Masyarakat dapat terlibat dalam arena
publik untuk mempromosikan dan menyampaikan tuntutannya kepada siapa saja yang
ingin mendengarkan. Contoh: ikut demonstrasi, (2) Masyarakat dapat menjadikan
lembaga pembuat undangundang (legislatif) atau lembaga eksekutif sebagai target
pesan politik yang ingin disampaikan. Misal: menandatangani petisi, (3) Masyarakat
dapat terlibat dalam proses seleksi dari orang-orang yang ingin menduduki jabatan

publik. Contoh: memberikan suara pada Pemilu atau mencalonkan diri untuk jabatan

public”
Dibeberapa Negara penggunaan media sosial dalam ranah politik membuahkan hasil
dan sukses, salah satunya adalah kemenangan Barrack Obama dalam pemilihan umum
Amerika Serikat pada tahun 2008. Barrack Obama pada waktu itu memilki sebuah website
yang dinamakan “my.barrackobama.com” diwebsite tersebut pengunjung dapat membangun
profil pribadi, menulis blog, berbagi informasi dengan orang lain, mengorganisir acara-acara
kampanyen lokal, serta penghimpunan sumbangan dana kampanye.
Situs web techpresident.com menelusuri keberadaan calon presiden amerika di media
sosial. Situs tersebut menunjukkan bahwa Obama mendapatkan 2 juta pendukung di
Facebook, sementara McCain mendapatkan lebih dari 600 ribu pendukung, Ralph Nader dan
Bob Barr masing-masing mendapatkan sekitar 11 ribu dukungan, sementara Cynthia
McKinny mendapatkan sekitar 5 ribu dukungan (Malik dan Rosit, 2016:10).
Lalu bagaimanakah di Indonesia, dengan pengguna media sosial yang tinggi apakah
sudah benar-benar dapat berpartisipasi di ranah politik, atau munculnya gerakan-gerakan
yang dipicu media sosial yang dapat mengubah kebijakan pemerintah ?. Ada beberapa
gerakan-gerakan positif di Indonesia yang berhasil dilakukan karena dipicu oleh media sosial.
Kasus prita mulyasari dan rumah sakit omni internasional di tahun 2009 merupakan
kisah pemanfaatn media sosial yang luar biasa. Prita mulyasai yang dituduh melakukan

pencemaran nama baik rumah sakit omni internasional yang dikenakan UU No 11 Tahun
2008 Pasal 27 Ayat 3 Tentang Pencemaran Nama Baik. Hal ini mengundang perhatian
seluruh masyarakat indonesia dan akhirnya muncul gerakan koin prita di media sosial dan
mampu dilaksanakan sehingga terkumpul uang koin dengan jumlah ratusan juta.
4

Kasus lainnya yang merubah kebijakan pemerintah adalah ketika revisi UU Pilkada
yang mengubah pemilihan secara langsung menjadi pemilihan secara tidak langsung,
kemudia menuai protes masyarakat, sejumlah postingan kekecewaan masyarakat dan
kemudian berhasil memaksa Presiden SBY mengeluarkan sebuah Perppu untuk membatalkan
UU yang telah disahkan oleh DPR. Kemudian akhirnya pilkda kembali dipilih secara
langsung oleh rakyat.
Pada tahun 2014 merupakan pemilu yang luar biasa di Indonesia. Dalam hal ini
keterlibatan publik di dalam proses jalannya pemilihan sangat semarak. Dalam Pemilu 2014,
para relawan bermunculan sebagai kekuatan pendukung dualisme kubu, yakni antara
Prabowo dengan Koalisi Merah-Putih versus Jokowi dengan Koalisi Indonesia Hebat.
Aktivitas politik keduanya selama Pemilu 2014 mengalir deras di media sosial dan
masyarakat indonesia selalu mengikuti perkembangan pemilu 2014, bebagai tulisan untuk
mendukung salah satu kubu pun terus mengalir.
Kegiatan-kegiatan politik di media sosial tidak bisa dihindari karena sitiap hari

berkutik di depan laptop atau smartphone yang tersambung dengan intenet. Sebagai saluran
aspirasi, media sosial jelas memilki manfaat yang besar dari media sosial masyarakat
disatukan. Dari contoh diatas merupakan beberapa kisah sukses memanfaatkan media sosial
diranah politik.
Teknologi terus berkembang dan Indonesia sebagai Negara pengguna teknologi tentu
akan terus mengikuti perkembangannya. Bentul-bentuk media sosial akan terus bertambah
dan pengguna media sosial pun akan terus bertambah namun bukan berarti partisipasi politik
juga bertambah. Secara umum di Indonesia tingkap partisipasi politik di media sosial cukup
besar terbukti dari beberapa gerakan atau tindakan yang terjadi berawal dari media sosial dan
itu adalah tindakan yang positif dan membangun demokrasi yang lebih baik.
Namun beberapa hal yang menjadi tantangan adalah banyaknya juga aktivitasaktivitas dimedia sosial yang melemahkan demokrasi seperti penggunaan isu SARA dalam
berbagai kegiatan politik di media sosial karena dapat merusak nilai-nilai demokrasi. Dan
yang menjadi tantangan terpenting adalah ketidak merataan pembangunan di Indonesia yang
mengakibatkan tidak semua masyarakat indonesia menggunakan media sosial dan aktif
berpartisipasi. Bagi mereka yang tidak menggunakan media sosial terkadang mendapatkan
5

informasi sangat minim dan untuk partisipasi politik hanya sekedar memberikan suara ketika
pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah dan sisanya diserahkan ke orang yang ia
berikan suaranya. Namun jika ingin partisipasi yang secara masih oleh semua elemen

masyarakat maka kesetaraan fasilitas harus terpenuhi.

6

Akmal, F., & Salman, A. (2015). Partisipasi Politik Belia Secara ‘Online’melalui Ruang
Demokrasi Maklumat Media Baru. Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of
Communication. 31(1), 81-100.

Hasfi, N., Usman, S., & Santosa, H. P. (2015). Refleksi Peran Media Sosial dalam Demokrasi
dan Pemilu di Berbagai Negara: Bagaimana dengan Perannya dalam Proses
Demokratisasi di Indonesia?. Komunikasi Massa Jurnal, 8(2), 203.
Jati, Wasisto. 2015. Prospek Politik Digital dalam

Kelas Menengah

Indonesia.

http://politik.lipi.go.id/kolom/kolom-2/politik-nasional/1012-wasisto-raharjo-jati.
Diakses 1 November 2016.
Malik, D.K & Rosit, M. 2016. Media Sosial Sebagai Saluran Partisipasi Politik. Jurnal

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, Jakarta.

Morissan. 2014. Media sosial dan partisipasi sosial di kalangan generasi muda. Jurnal visi
komunikasi. 13 (1): 50-68

Octafitria, Yovita. 2016. Media Sosial Sebagai Agen Sosialisasi Politik Pada Kaum Muda.
Depok: Universitas Indonesia. Artikel jurnal dipublikasikan.
Wijaya, Ketut. 2015. “Berapa Jumlah Pengguna Website, Mobile, dan Media Sosial di
Indonesia?”, https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-websitemobile-media-sosialindonesia/. Diakses 4 November 2016.

7

Dokumen yang terkait

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

5 114 59

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18