2. Tulangan baja yang menjulur diklem kemudian pembebanan segera diberikan;
3. Diantara dua penjepit diletakkan dial gauge untuk mengetahui sasaran yang terjadi. Panjang tulangan diantara dua penjepit diukur;
4. Beban tarik dijalankan; 5. Membaca dan mencatat nilai beban tarik P dan panjang pelolosan.
Gambar 3.2 Sketsa Pengujian Pull Out
3.2.21. Baja Tulangan
Pengujian baja tulangan untuk mengetahui tegangan leleh, tegangan tarik maksimum, tulangan yang digunakan pada penelitian ini tegangan lekat tulangan
pada beton. Di dalam setiap struktur beton bertulang, harus diusahakan supaya tulangan baja dan beton dapat mengalami deformasi secara bersamaan, dengan
maksud agar tidak terjadi penggelinciran diantara keduanya. Garis O-A h = 300 mm
d = 150 mm Silinder beton uji
Dial guage
Plat baja perata P tarik
Plat baja penjepit Baja tulangan sebagai eksperimen
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan fase elastis, pada fase ini hubungan antara tegangan dan regangan adalah berbanding lurus linier. Titik A disebut batas proporsional, tegangan dititik
A disebut tegangan proporsional yang nilainya sangat dekat dengan tegangan leleh fy. Gradien kemiringan yang di bentuk oleh garis O-A menunjukkan modulus
elastisitas E yang dikenal juga sebagai young modulus. Garis A-B menunjukkan keadaan plastis yang merupakan garis yang relatif lurus mendatar, dimana tegangan
yang terjadi relatif konstan sedangkan regangannya terus bertambah. Setelah melampaui titik B tegangan dan regangan meningkat kembali dan mencapai
tegangan maksimum dititik C. Pada titik C disebut tegangan ultimit kuat tarik baja dengan nilai regangan berbeda tergantung mutu bajanya. Fase B-C disebut
pergeseran regangan strain hardening. Setelah melampaui titik C, penampang baja mengalami penyempitan necking yang mengakibatkan tegangan menurun dan
akhirnya baja putus di D dengan nilai regangan yang berbeda tergantung mutu bajanya. Fase C-D disebut pelunakan regangan strain softening. Untuk jekasnya
dapat dilihat pada Gambar 3.3 Diagram tegangan regangan hasil uji tarik Paulay, 1975
elastis plastis
Strain hardening Strain sofdening
D A
B C
σ
ε
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3 Diagram tegangan regangan hasil uji tarik Paulay, 1975
3.2.22. Pull Out Test
Pengujian pull out test ini di lakukan untuk mengetahui kuat lekat baja tulangan dengan beton. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengujian pembebanan sampai pembebanan maksimal, dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Perhitungan Sesar Beton.
Pembebanan P
Dial ∆
Perpanjangan baja Sesar beton
∆c = ∆ - ∆s
P 1 ∆
∆s
1
Sesar 1 = 2-3
1
P 2 ∆
∆s
2
Sesar 2 = 2-3
2
P 3 ∆
∆s
3
Sesar 3 = 2-3
3
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
P maks ∆
∆s
maks
Sesar maks = 2-3
maks
E A
Lo P
s
. .
= ∆
Universitas Sumatera Utara
2. Dari hasil pembebanan dapat dibuat grafik antara pembebanan dengan sesar beton seperti pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Kurva Antara Pembebanan dan Sesar Beton. 3. Dalam grafik didapat regresi, dengan memanfaatkan fasilitas add trendline
pada microsoft excel sehingga beban yang menyebabkan sesar beton sebesar 0,50 mm dapat diketahui dengan cara memasukkan nilai x = 0,50
pada persamaan regresi. 4. Nilai beban saat sesar beton 0,50 mm, beban saat baja luluh, dan beban
maksimum digunakan untuk menghitung nilai tegangan lekat permukaan antara beton dan baja.
...................................................................... 3.4 5. Nilai tegangan lekat permukaan digunakan untuk menghitung kuat lekat
antara baja tulangan polos dan beton. a
d T
f
b b
. .
π ∆
=
fb c
a Vc
= Be
ba n P
N
Sesar beton mm 5000
10000 `15000
20000 25000
30000 35000
Y = ax
2
+ bx + c
0.5 1
1.5 2
3 2.5
Universitas Sumatera Utara
...................................................................... 3.5
3.2.23. Pengujian Kuat Tekan Beton