Efek Kafein Terhadap Kejadian Tremor Tangan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan Tahun 2010

(1)

EFEK KAFEIN TERHADAP KEJADIAN TREMOR TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA ANGKATAN TAHUN 2010

Oleh :

RAIHAN ADLIN BINTI RUZAIDI 100100405

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

EFEK KAFEIN TERHADAP KEJADIAN TREMOR TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA ANGKATAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran

Oleh :

RAIHAN ADLIN BINTI RUZAIDI 100100405

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Kafein merupakan zat aktif yang paling tersering dikonsumsi di dunia terutama kopi. Salah satu efek kafein yang mungkin timbul adalah tremor tangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya efek kafein terhadap kejadian tremor tangan pada relawan sehat.

Penelitian ini bersifat eksperimental yang menggunakan rancangan praeksperimen dengan desain one group pretest posttest. Pengambilan sampel sebanyak 36 orang adalah dengan cara purposive sampling. Eksperimen dilakukan dengan cara observasi tremor tangan peserta penelitian sebelum dan 1 jam pasca peserta minum kopi dengan larutan 150 ml. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji T Berpasangan.

Dari hasil penelitian, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kejadian tremor tangan sebelum dan sesudah minum kopi (p<0.001).

Kesimpulannya, konsumsi kafein dapat menimbulkan kejadian tremor tangan.


(5)

ABSTRACT

Caffeine is the most consumed active drug in the world especially coffee. One of the effects of caffeine that may occur is hand tremor. The purpose of this study is to prove that caffeine can cause hand tremor on healthy volunteers.

This experiment is conducted by using pre-experimental method with one group pre-test post-test design. The samples were taken by using purposive sampling method. The experiment is conducted by observing hand tremor on respondents before and after 1 hour of 150 ml coffee consumption. The data was analyzed by using Paired T Test.

From this study, there was a significant increase on the incidence of hand tremors before and after coffee consumption (p<0.001).

In conclusion, caffeine consumption can cause hand tremor.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam karya tulis ini, dipaparkan landasan pemikiran dan segala konsep serta hasil yang diperoleh dari penelitian yang berjudul “Efek Kafein Terhadap Kejadian Tremor Tangan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan Tahun 2010”. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada:

1) Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan saran-saran selama penulisan karya tulis ilmiah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2) Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3) Orangtua dan keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan nasehat kepada penulis.

Untuk seluruh bantuan moral maupun materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Sebagai akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan di masa yang akan datang dan kiranya dapat menjadi rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.

Medan, 8 Desember 2013

_______________ Raihan Adlin binti Ruzaidi NIM. 100100405


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan... ii

Abstrak... iii

Abstract... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Lembar... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Kafein... 4

2.1.1. Sifat Kafein... 4

2.1.2. Sumber dan Penggunaan Kafein... 5

2.1.3. Farmakokinetik Kafein... 7

2.1.4 Mekanisme Kerja Kafein... 8

2.1.5. Efek Fisiologis Kafein... 9

2.1.6. Toleransi Kafein... 11

2.2. Tremor... 12


(8)

2.2.2. Klasifikasi Tremor... 12

2.2.3. Patofisiologi Tremor... 14

2.2.4. Tingkat Penilaian Tremor... 15

2.3. Mekanisme Kafein Menyebabkan Tremor... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.... 20

3.1. Kerangka Konsep... 20

3.2. Definisi Operasional... 21

3.3. Hipotesa... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN... 23

4.1. Jenis penelitian... 23

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 23

4.4. Metode Pengumpulan Data... 24

4.5. Metode Analisa Data... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 27

5.1. Hasil Penelitian... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 27

5.1.3. Perbandingan Timbul atau Tidaknya Tremor Tangan Pada Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian Kopi... 28

5.1.4. Hasil Analisa Data... 30

5.2. Pembahasan... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 33

6.1. Kesimpulan... 33


(9)

DAFTAR PUSTAKA... 34 LAMPIRAN... 38


(10)

DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HALAMAN

2.1. Kandungan kafein pada beberapa produk minuman 6

2.2. Kandungan kafein pada beberapa produk obat 6

2.3. Klasifikasi dan Karakteristik Tremor 13

3.1. Definisi Operasional 21

5.1. Distribusi Karakteristik Responden 28

5.2. Distribusi Frekuensi Tremor Tangan dalam Uji 29 Tremor Menggunakan Kertas

5.3. Distribusi Frekuensi Tremor Tangan dalam Uji 29

Tremor dengan Melukis Garisan Lurus Dalam Masa 10 Detik

5.4. Analisis Tremor Tangan dalam Uji Tremor 30

Menggunakan Kertas

5.5. Analisis Tremor Tangan dalam Uji Tremor 31

dengan Melukis Garisan Lurus Dalam Masa 10 Detik


(11)

DAFTAR GAMBAR

NO. JUDUL HALAMAN

2.1. Rumus bangun kafein 4

3.1. Kerangka konsep penelitian 20

3.2. Kerangka Teori Penelitian 20

4.1. Kerangka Prosedur Eksperimen 26


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. JUDUL

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan

LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Penelitian LAMPIRAN 4 Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN 5 Daftar Makanan dan Minuman Yang Mengandungi Kafein LAMPIRAN 6 Lembar Penjelasan dan Persetujuan

LAMPIRAN 7 Surat Izin Penelitian LAMPIRAN 8 Ethical Clearance

LAMPIRAN 9 Data Induk


(13)

ABSTRAK

Kafein merupakan zat aktif yang paling tersering dikonsumsi di dunia terutama kopi. Salah satu efek kafein yang mungkin timbul adalah tremor tangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya efek kafein terhadap kejadian tremor tangan pada relawan sehat.

Penelitian ini bersifat eksperimental yang menggunakan rancangan praeksperimen dengan desain one group pretest posttest. Pengambilan sampel sebanyak 36 orang adalah dengan cara purposive sampling. Eksperimen dilakukan dengan cara observasi tremor tangan peserta penelitian sebelum dan 1 jam pasca peserta minum kopi dengan larutan 150 ml. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji T Berpasangan.

Dari hasil penelitian, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kejadian tremor tangan sebelum dan sesudah minum kopi (p<0.001).

Kesimpulannya, konsumsi kafein dapat menimbulkan kejadian tremor tangan.


(14)

ABSTRACT

Caffeine is the most consumed active drug in the world especially coffee. One of the effects of caffeine that may occur is hand tremor. The purpose of this study is to prove that caffeine can cause hand tremor on healthy volunteers.

This experiment is conducted by using pre-experimental method with one group pre-test post-test design. The samples were taken by using purposive sampling method. The experiment is conducted by observing hand tremor on respondents before and after 1 hour of 150 ml coffee consumption. The data was analyzed by using Paired T Test.

From this study, there was a significant increase on the incidence of hand tremors before and after coffee consumption (p<0.001).

In conclusion, caffeine consumption can cause hand tremor.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara farmakologi kafein mungkin merupakan zat aktif yang paling tersering dikonsumsi di dunia. Zat ini dapat ditemukan dalam minuman sehari-hari seperti kopi, teh dan minuman ringan, dalam produk-produk yang mengandungi koko atau cokelat, dan dalam obat-obatan. Kopi merupakan sumber utama kafein yang dikonsumsi oleh orang dewasa di Amerika Syarikat sedangkan minuman ringan merupakan sumber kafein yang paling sering untuk anak-anak. Konsumsi kafein dari minuman ringan telah meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir dan 70% dari semua minuman ringan mengandung kafein (Johns Hopkins, 2003).

Rerata konsumsi kafein diperkirakan sebanyak 76 mg/hari per orang, namun ada yang melebihi 230 mg/hari di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Ini membuktikan bahawa kafein merupakan stimulan susunan saraf pusat yang dikonsumsi secara meluas di seluruh dunia. Penggunaan kafein yang tersebar luas ini telah menjadikannya sebagai fokus kepada banyak penelitian dalam dekade ini (Peeling & Dawson, 2007).

Kafein merupakan zat kimia dalam golongan xantin yang merupakan perangsang susunan saraf pusat. Dalam dosis yang rendah dan moderat, metilxantin, khususnya kafein menyebabkan kebangkitan kortisol dengan meningkatkan kewaspadaan, perhatian dan konsentrasi serta mengurangkan kelelahan (Katzung, 2004). Hal inilah yang menyebakan kafein menjadi pilihan para mahasiswa terutama mahasiswa kedokteran dalam upaya untuk meningkatkan kualitas belajar.

Berdasarkan penelitian oleh Lee K-H et al (2009), konsumsi kafein untuk tujuan akademik meningkat apabila mahasiswa kedokteran melanjutkan kuliah


(16)

dari tahun pertama hingga tahun ketiga. Ternyata, kafein adalah obat stimulans yang paling sering dikonsumsi untuk tujuan akademik karena lebih praktis dan mempunyai efek yang diinginkan untuk terus waspada dan energetik dalam pembelajaran.

Konsumsi kafein dengan dosis antara 100-200 mg per hari dianggap aman, berdasarkan U.S. Food and Drug Administration, dosis yang berlebihan kemungkinan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Salah satunya adalah tremor tangan. Individual yang mengkonsumsi kafein dalam jumlah yang banyak, yaitu lebih dari 500 mg per hari lebih berkemungkinan untuk timbulnya kejadian tremor (Tythan, 2011).

Tremor dapat didefinisikan sebagai gerakan bergetar involunter dan ritmis yang disebabkan oleh kontraksi otot berlawanan secara bergantian yang sinkron dan irregular. Kualitas ritmis tersebut yang membedakan tremor dari gerakan involunter lain, dan keterlibatan otot agonis dan antagonis membedakan tremor dari klonus (Ropper, 2005)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Apakah pemberian kafein dapat menimbulkan kejadian tremor tangan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2010?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada efek kafein terhadap kejadian tremor tangan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2010.


(17)

1.3.2. Tujuan Khusus

Melihat efek kafein terhadap kejadian tremor tangan pada uji tremor tangan menggunakan kertas dan uji tremor tangan dengan melukis garisan lurus dalam masa 10 detik dalam kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang efek samping kafein terhadap kesehatan mereka.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana konsumsi kafein yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas kehidupan mereka.

3. Supaya masyarakat lebih berhati-hati dan mengawal konsumsi kafein sehari-sehari.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kafein

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan (Misra et al, 2008).

Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1820. Dia menciptakan istilah “kaffein”, suatu senyawa kimia dalam kopi, yang dalam bahasa inggeris menjadi “caffeine”(Hays, 2011).

2.1.1. Sifat Kafein

Gambar 2.1 Rumus bangun kafein

Kafein merupakan sejenis alkaloid heterosiklik dalam golongan methylxanthine, yang menurut definisi berarti senyawa organik yang mengandung nirogen dengan struktur dua-cincin atau dual-siklik. Molekul ini secara alami terjadi dalam banyak jenis tanaman sebagi metabolik sekunder. Fungsinya dalam tumbuhan adalah sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan membunuh serangga yang memakan tumbuhan tersebut. Zat ini dihasilkan secara eksklusif dalam daun, kacang-kacangan dan buah-buahan lebih dari 60 tanaman, termasuk


(19)

daun teh biasa (Camellia sinensis), kopi (Coffea arabica), kacang koko (Theobroma cacao), kacang kola (Cola acuminata) dan berbagai macam berry (Reinhardt, 2009).

Kafein dalam bentuk murni muncul sebagai bedak kristal putih yang pahit dan tidak berbau (Brain, 2000). Rumus kimianya adalah C₈H N₄O dan memiliki nama kimia trimethylxanthine. Nama IUPAC untuk kafein adalah 1,3,7-trimethyl-1H-purine-2,6(3H,7H)-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl-1H-purine-2,6-dione (Erowid, 2011).

Beberapa sifat fisik kafein: Berat molekul : 194.19 g/mol Densitas : 1.23 g/cm3, solid

Titik leleh : 227–228 °C (anhydrous) 234–235 °C (monohydrate) Titik didih : 178 °C subl.

Kelarutan dalam air : 2.17 g/100 ml (25 °C) 18.0 g/100 ml (80 °C) 67.0 g/100 ml (100 °C) Keasaman : -0,13 – 1,22 pKa

Momen dipole : 3.64 D

(Mumin et al., 2006)

2.1.2. Sumber dan Penggunaan Kafein

Kafein terkandung dalam sejumlah sumber makanan yang dikonsumsi di seluruh dunia yaitu, teh, kopi, minuman coklat, bar coklat, dan minuman ringan. Kandungan kafein dalam berbagai produk dapat dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.


(20)

Tabel 2.1. Kandungan kafein pada beberapa produk minuman

Produk minuman Kandungan kafein Rata-rata

Coca Cola 45,6 mg/12 oz

Pepsi-Cola 38,4 mg/12 oz

RC Cola 36,0 mg/12 oz

Minuman kopi 60-180 mg 115 mg/5 oz

decaffeinated” minuman teh

20-90 mg 40 mg/5 oz

Minuman coklat susu 2-7 mg 5 mg/8 oz

(Sianturi, 2001)

Tabel 2.2. Kandungan kafein pada beberapa produk obat

Obat Kandungan kafein

Beberapa obat analgetika 25-65 mg/tablet

Beberapa obat antiinfluenza 7,5 -50 mg/tablet

Beberapa tonikum 2,5-7,5 mg/sendok teh

Cafergot (antimigrain) 100 mg/tablet

Aludonna (antasida) 7,5 mg/tablet

(Sianturi, 2001)

*1 oz = 29,574 ml

Antara obat-obat analgetika yang mengandungi kafein adalah Bodrex, Bodrex Extra, Bodrex Migra, Head-O Otto, Neuralgin Rx, Oskadon, Oskadon Migra dan Saridon. Librofludrine pula merupakan contoh obat antiinfluenza yang mengandungi kafein (Pramudianto, 2009/2010).

Di Amerika Utara, kopi (60-75%) dan teh (15-30%) adalah sumber utama kafein dalam diet orang dewasa, sedangkan minuman ringan yang mengandungi


(21)

kafein dan cokelat adalah sumber utama kafein dalam diet anak-anak. Kopi juga merupakan sumber utama kafein dalam diet orang dewasa di dalam beberapa negara Eropah, contohnya Finland, Sweden, Denmark dan Switzerland. Kopi tumbuk mengandungi paling banyak kafein (56-100mg/100ml), diikuti oleh kopi dan teh instan (20-73mg/100ml) dan kola (9-19mg/100ml). Produk-produk koko dan cokelat juga sumber kafein yang penting (contoh: 5-20mg/100g dalam permen cokelat) (Nawrot et al., 2002).

Di Kanada, nilai rata-rata pengambilan kafein untuk sehari dari pelbagai sumber yang telah dipublikasi adalah sekitar 2,4 mg/kg berat badan bagi orang dewasa dan 1,1 mg/kg berat badan bagi anak-anak 5-18 tahun (Nawrot et al., 2002). Menurut Brown et al. (2001) dalam P. Nawrot et al. (2002), pengambilan kafein sehari-hari bagi populasi dewasa (481 laki-laki dan perempuan usia 30-75) yang tinggal di selatan Ontario, Kanada adalah antara 288 sehingga 426 mg. Manakala di tempat lain, min pengambilan kafein sehari-hari bagi orang dewasa dalam kalangan populasi umum adalah sekitar 3 mg/kg berat badan di Amerika Syarikat, 4 mg/kg berat badan di United Kingdom dan 7 mg/kg berat badan di Denmark (Nawrot et al., 2002)

2.1.3. Farmakokinetik Kafein

Absorbsi kafein dari saluran pencernaan ke aliran darah adalah sangat cepat dan mencapai 99% pada manusia yaitu sekitar 45 menit setelah diingesti. Penyerapannya tidak sempurna apabila diambil sebagai kopi dengan 90% kafein dalam secangkir kopi akan diabsorbsi dalam waktu 20 menit setelah diminum, dengan efeknya bermula dalam satu jam dan bertahan selama 3 hingga 4 jam. Kafein yang diabsorbsi akan didistribusi ke seluruh tubuh. Zat ini dapat melewati sawar otak, plasenta ke cairan amnion dan fetus, dan ke susu ibu. Kafein juga pernah dideteksi di dalam semen (Berger, 1988, Arnaud, 1999, Nawrot et al, 2002).

Konsentrasi plasma memuncak setelah 40 hingga 60 menit dengan waktu paruh kira-kira 6 jam ( 3 sampai 7 jam) pada dewasa sehat. Bagaimanapun, waktu paruhnya berkurang pada individu yang merokok dan meningkat sehingga 2 kali


(22)

lipat pada wanita hamil atau yang menggunakan kontrasepsi oral dalam jangka waktu panjang (Lee K-H et al, 2009).

Hepar adalah situs utama dalam metabolisme kafein (Stavric and Gilbert 1990, Arnaud 1999, P. Nawrot et al., 2002). Zat ini dimetabolisir secara demethylation dan oxidation. Jalur metabolisme mayor akan menghasilkan paraxanthine (1,7-dimethylxanthine), dan metabolit urin yang utama adalah l-methylxanthine, 1-methyluric acid, dan aceylated uracyl derivative. Jalur degradasi yang minor melibatkan pembentukan dan metabolime theophylline dan theobromine. Kadar eliminasi methylxanthine bervariasi di antara individu karena pengaruh genetik dan lingkungan, sehingga perbedaan yang mencapai empat kali lipat adalah tidak mengherankan. Metabolisme zat ini juga dipengaruhi oleh agen lain atau penyakit khusus. Misalnya, merokok dan kontrasepsi oral menyebabkan peningkatan yang kecil tapi nyata terhadap eliminasi methylxanthine. Waktu paruh theophylline dapat meningkat dengan signifikan pada penderita sirosis hati, payah jantung, atau edema paru akut, dengan nilai melebihi 60 jam pernah dilaporkan (Chawla, 2011).

2.1.4. Mekanisme Kerja Kafein

Efek fisiologis kafein yang beraneka ragam mungkin disebabkan oleh tiga mekanisme kerjanya, (1) mobilisasi kalsium intrasellular, (2) peningkatan

akumulasi nukleotida siklik karena hambatan phosphodiesterase., dan (3) antagonisme reseptor adenosine (Nehlig, 2010).

Mobilisasi kalsium intasellular dan inhibisi phosphodiesterase khusus hanya berlaku pada konsentrasi kafein yang sangat tinggi dan tidak fisiologis. Oleh sebab itu, mekanisme kerja yang paling relevan adalah antagonisme reseptor adenosine. Adenosine berfungsi untuk mengurangkan kadar ledakan neuron selain menghambat transimisi sinaptik dan pelepasan meurotransmiter.

Terdapat empat reseptor adenosine yang dikenal: A1, A2(A dan B) dan A3. Reseptor A1 dan A2 merupakan subtipe utama yang terlibat dengan efek kafein karena dapat berikatan dengan kafein pada dosis kecil, A2B pula berikatan pada dosis yang tinggi dan A3 tidak sensitif terhadap kafein.


(23)

Reseptor A1 banyak terdistribusi di seluruh otak dengan densitas yang tinggi di hipokampus, korteks dan serebelum manakala A2 banyak terdapat di striatum, nukleus akumbens, tuberkulum olfaktorius dan amygdala serta mempunyai ekspresi yang lemah di globus pallidus dan nukleus traktus solitarius. Tidak seperti A1, reseptor A2 berpasangan dengan G protein stimulatorik dan berhubungan dengan receptor D2 dopamin. Administrasi A2 agonis akan mengurangkan afinitas ikatan dopamin di reseptor D2 yang terletak di membran striatal (Chawla, 2011).

Selain memberi efek terhadap tidur dan kewaspadaan melalui aktivasi neuron kolinergik mesopontin oleh antagonisme receptor A1 (Dixit, Vaney & Tandon, 2006), kafein juga berinteraksi dengan sistem dopamin untuk memberikan efeknya terhadap perilaku. Hal ini dicapai melalui penghambatan reseptor adenosine A2 sehingga kafein dapat mempotensiasi neurotansmisi dopamin, dengan demikian dapat memodulasi reward system. Selain itu, konsumsi kafein, toleransi dan ketergantungan mempunyai komponen genetika berdasarkan beberapa penelitian yang melaporkan adanya hubungan antara polimorfisme gen A2A dengan sensisitivitas terhadap efek kafein (Temple, 2010). Antagonisme reseptor adenosin mungkin dapat mempengaruhi proses kognisi antara lainnya dengan mengaktivasi reseptor D1 dan D2. Penelitian yang dilakukan pada monyet telah membuktikan bahwa aktivasi reseptor D1 dan D2 dapat meningkatkan prestasi tugas yang menggunakan memori kerja (Dixit, 2006).

2.1.5. Efek Fisiologis Kafein

Methylxanthine memiliki efek pada sistem saraf pusat, sistem kardiovaskuler, ginjal, dan otot-otot rangka serta otot polos.

2.1.5.1. Efek pada Sistem Saraf Pusat

Dalam dosis rendah dan moderat, methylxanthine terutama kafein menyebabkan peningkatan kortikal dengan meningkatkan kewaspadaan dan penundaan kelelahan. Namun, kafein tidak langsung meningkatkan metabolisme


(24)

energi dalam tubuh , bahkan, konsumsi jangka panjang akan menekan metabolisme energi , yang dapat menyebabkan kelelahan adrenal. Selanjutnya, menurut “Human Biochemistry and Disease”, dengan menangkal adenosin, kafein juga dapat mengurangi aliran darah ke otak, yang menyebabkan timbul keluhan sakit kepala, pusing dan mengurangi koordinasi motorik halus. Namun, kafein dapat mengurangi sakit kepala migrain yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah di otak(Bond, 2011)

Kafein yang terkandung dalam minuman -misalnya, 100 mg dalam secangkir kopi- cukup untuk menyebabkan kegelisahan dan insomnia pada sesetengah individu dan bronkodilatasi pada pasien dengan asma(Katzung, 2004). Setiap paparan kafein dapat menghasilkan efek stimulan otak. Hal ini terutama berlaku di daerah-daerah yang mengkontrol aktivitas lokomotor (misalnya, caudate nucleus) dan struktur yang terlibat dalam siklus tidur-bangun (misalnya, locus ceruleus, raphe nuclei, dan reticular formation). Pada manusia, tidur merupakan fungsi fisiologis yang paling sensitif terhadap efek kafein. Umumnya, lebih dari 200 mg kafein diperlukan untuk mempengaruhi tidur secara signifikan. Kafein telah terbukti memperpanjang latensi tidur dan memperpendek durasi tidur(Chawla, 2011).

Bila dosis methylxanthine ditinggikan, akan menyebabkan gugup, gelisah, insomnia, tremor, hiperestesia, kejang fokal atau kejang umum(Syarif, 2009). Menurut Chawla, 2011, penggunaan obat yang mengandungi kafein berasosiasi dengan peningkatan resiko strok hemoragik.

2.1.5.2. Efek pada Sistem Kardiovaskuler

Methylxanthine memiliki efek kronotropik dan inotropik positif secara langsung pada jantung. Pada konsentrasi rendah, efek ini timbul akibat daripada peningkatan pelepasan katekolamin yang disebabkan oleh penghambatan reseptor adenosin presinaptik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi (> 10 mol / L), influx kalsium ditingkatkan secara langsung melalui peningkatan cAMP yang diakibatkan oleh penghambatan phosphodiesterase. Pada konsentrasi yang sangat


(25)

tinggi (> 100 mol / L), penyerapan kalsium oleh sarkoplasma retikulum terganggu. Pada individu yang luar biasa sensitif, konsumsi beberapa cangkir kopi dapat menyebabkan aritmia, tetapi pada kebanyakan orang bahkan pemberian parenteral dengan dosis methylxanthine yang lebih tinggi hanya menyebabkan timbulnya sinus takikardia dan peningkatan curah jantung(Katzung, 2004). Kafein juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal(Syarif, 2009).

2.1.5.3. Efek pada Ginjal

Semua xantin meningkatkan produksi urin.

2.1.5.4. Efek pada Otot Polos

Efek terpenting xantin ialah relaksasi otot polos bronkus, terutama bila otot bronkus dalam keadaan konstriksi secara eksperimental akibat histamine atau secara klinis pada pasien asma bronkial (Syarif, 2009).

2.1.5.5. Efek pada Otot Rangka

Dalam kadar terapi, kafein ternyata dapat memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi kelelahan otot diafragma pada orang normal maupun pada pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronis (Syarif,2009).

2.1.6. Toleransi Kafein

Menurut News Medical (2013), karena kafein merupakan antagonis reseptor sistem saraf pusat untuk adenosine neurotransmitter , tubuh individu yang secara teratur mengkonsumsi kafein beradaptasi dengan kehadiran terus-menerus zat ini dengan meningkatkan jumlah reseptor adenosin dalam sistem saraf pusat secara substansial. Peningkatan jumlah reseptor adenosin membuat tubuh lebih sensitif terhadap adenosin, dengan dua konsekuensi utama. Pertama, efek stimulasi kafein berkurang secara substansial, sebuah fenomena yang dikenal sebagai adaptasi toleransi . Kedua , disebabkan respon adaptif terhadap kafein ini membuat tubuh lebih sensitif terhadap adenosin , pengurangan asupan kafein akan


(26)

meningkatkan efek fisiologis normal adenosin , yang mengakibatkan timbulnya gejala withdrawal yang tidak diinginkan pada pengguna yang toleran .

Toleransi kafein terjadi dengan sangat cepat, terutama di kalangan individu yang sering mengkonsumsi kopi dan minuman energi. Toleransi kafein untuk efek gangguan tidur berkembang setelah mengkonsumsi 400 mg kafein 3 kali sehari selama 7 hari. Toleransi kafein terhadap efek subjektif berkembang setelah mengkonsumsi 300 mg 3 kali per hari selama 18 hari , dan mungkin lebih awal. Dalam eksperimen lain, toleransi kafein dapat diamati ketika subjek mengkonsumsi kafein sebanyak 750-1200 mg per hari.

2.2. Tremor

2.2.1. Definisi Tremor

Menurut McAuley (2000), tremor, yang didefinisikan sebagai gerakan bolak-balik yang cepat dari bagian tubuh, adalah fenomena motorik yang mudah terlihat dan mudah diukur yang ditemukan pada individu normal dan sebagai gejala patologis. Manakala menurut MDGuidelines (2004), tremor adalah gerakan gementar yang involunter, dan teratur, akibat dari kontraksi dan relaksasi kelompok otot antagonistik yang berulang-ulang. Ini bisa normal (fisiologis) atau tidak normal (patologis). Tremor dapat mempengaruhi jari dan tangan, kepala, lidah, rahang, dan kaki.

2.2.2. Klasifikasi Tremor

Tremor diklasifikasikan sebagai tremor istirahat dan tremor aksi. Tremor istirahat terjadi apabila bagian tubuh yang tremor tidak aktif dan didukung sepenuhnya melawan gravitasi (misalnya, tangan beristirahat di pangkuan).

Tremor aksi dihasilkan oleh kontraksi otot volunter. Tremor aksi dibagi lagi menjadi tremor postural, isometrik, dan kinetik. Tremor postural terjadi apabila bagian tubuh yang tremor mempertahankan posisinya melawan gravitasi (misalnya, menjulurkan lengan di depan tubuh). Tremor isometrik timbul akibat


(27)

dari kontraksi otot terhadap objek yang statis (seperti, meremas jari-jari pemeriksa). Tremor kinetik, yang terjadi dengan gerakan volunter, adalah sama ada tremor kinetik sederhana atau intention tremor. Tremor kinetik sederhana dikaitkan dengan gerakan ekstremitas (misalnya, pronasi-supinasi atau gerakan fleksi-ekstensi pergelangan tangan). Intention tremor terjadi selama gerakan dipandu secara visual menuju sasaran (misalnya, uji hidung atau jari-ke-jari), dengan fluktuasi amplitudo yang signifikan sewaktu mendekati target (Smaga, 2003).

Tabel 2.3. Klasifikasi dan Karakteristik Tremor

Jenis Tremor Frekuensi Amplitud Kejadian Contoh

Tremor istirahat Rendah – Medium (3

- 6 Hz)

Tinggi; menurun dengan pergerakan target yang diarahkan Tungkai didukung melawan gravitas; otot-otot tidak aktif Parkinson's disease; parkinsonisme disebabkan obat (neuroleptik; metoklopramid)

Tremor aksi - - Setiap kontraksi

otot volunter Tremor Postural Medium- tinggi (4-12 Hz) Rendah; meningkat dengan gerakan volunter Tungkai mempertahankan posisi melawan gravitasi Tremor fisiologis, tremor esensial, gangguan metabolik,

putus obat atau alkohol Tremor Kinetik

1. Kinetic Sederhana

3-10 Hz Tidak berubah dengan pergerakan target yang diarahkan Pergerakan tungkai yang sederhana -

2. Intention Rendah (< 5Hz) Meningkat dengan pergerakan target yang diarahkan Pergerakan dengan target diarahkan Lesi serebellum (strok, sklerosis multiple, tumor); diinduksi oleh obat

(lithium, alkohol Tremor

Isometrik

Medium Kontraksi otot

terhadap objek yang statis

Memegang objek yang berat dengan

satu tangan


(28)

2.2.3. Patofisiologi Tremor

Empat mekanisme dasar terkait dengan produksi tremor. Kemungkinan bahwa kombinasi dari mekanisme ini menghasilkan tremor pada penyakit yang berbeda. Osilasi mekanikal dari anggota badan dapat terjadi pada sendi tertentu, mekanisme ini berlaku dalam kasus-kasus tremor fisiologis. Osilasi refleks ditimbulkan oleh jalur spindle otot aferen dan bertanggung jawab dalam kejadian tremor kuat dengan sinkronisasi. Mekanisme ini adalah kemungkinan penyebab tremor pada hipertiroidisme atau keadaan toksik lainnya. Osilator sentral adalah kelompok sel dalam sistem saraf pusat yang berada dalam talamus, ganglia basal, dan inferior olive. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk menimbulkan potensial aksi secara berulang-ulang dan menghasilkan tremor. Tremor Parkinson mungkin berasal di ganglia basal, dan tremor esensial mungkin berasal dalam inferior olive dan talamus. Fungsi serebelum yang abnormal dapat menghasilkan tremor. Studi tomografi emisi positron telah menunjukkan aktivasi cerebellar di hampir semua bentuk tremor (Ahmed,2009).

2.2.4. Tingkat Penilaian Tremor

Tremor Rating Scale telah dihasilkan oleh para anggota Tremor Research Group dan terdiri dari item untuk menilai tremor aksi pada kepala, suara, tungkai dan badan. Tes ini hanya memerlukan pena, kertas dan cangkir.

Skala ini dibuat untuk menghasilkan skala penilaian klinis tremor yang cepat, reliabel, membutuhkan instrument yang sedikit dan dapat diaplikasi dalam situasi klinis dan penelitian.

Berikut adalah senarai Tremor Research Group Tremor Rating Scale V 2.0:


(29)

1. Tremor kepala : Subyek dalam posisi duduk tegak. Kepala dirotasikan sepenuhnya kiri dan kanan dan kemudian diamati selama 10 detik pada pertengahan posisi. Nilai amplitudo terburuk selama ujian.

0 = tidak ada tremor 1 = tremor kecil kelihatan 2 = tremor ringan

3 = tremor moderat 4 = tremor berat

2. Tremor Wajah : Senyum, tutup mata, buka mulut. Amplitudo tertinggi dari anatomi wajah yang terlibat dinilai.

0 = tidak ada tremor 1 = hampir tidak kelihatan 2 = tremor ringan

3 = tremor moderat 4 = tremor berat

3. Tremor Lidah : Subyek dalam posisi duduk tegak. Subyek membuka mulut selama 5 detik dan menjulurkan lidah selama 5 detik.

0 = tidak ada tremor 1 = hamper tidak kelihatan 2 = tremor ringan

3 = tremor moderat 4 = tremor berat

4. Tremor Suara : Meminta subyek menghasilkan bunyi “aaa” dan “eee” yang panjang selama 5 detik setiap satu.

0 = tidak ada tremor 1 = hampir tidak dikesan 2 = ringan


(30)

4 = tremor berat

5. Tremor Lengan : Subyek dalam posisi duduk tegak. Tremor dinilai sewaktu tiga maneuver lengan (forward horizontal reach posture, lateral “wing beating” posture dan kinesis). Setiap lengan dinilai selama 5 detik dalam setiap posisi. Lengan kanan dan kiri bisa dinilai bersamaan.

a. Forward outstretched postural tremor : Subyek harus mengangkat lengannya separas dada dan paralel dengan tanah. Pergelangan tangan harus lurus dan jari-jari diabduksi secara maksimal.

b. Lateral “wing beating” postural tremor : Subyek mengabduksi lengannya paralel dengan tanah dan memfleksi siku supaya kedua tangan tidak menyentih antara satu sama lain. Jari-jari diabduksi secara maksimal, dengan jari telunjuk berada di paras bahu.

c. Tremor Kinetik : Subyek hanya mengekstensi jari telunjuknya. Kemudian subyek menyentuh jari peneliti yang berada dalam jangkaun subyek. Subyek kemudiannya menyentuh hidungnya atau dagu. Tindakan ini diulang sebanyak 5 kali.

0 = tidak ada tremor

1 = tremor hampir tidak kelihatan 1.5 = tremor kelihatan, tetapi < 1 cm 2 = tremor dengan amplitud 1-3 cm 2.5 = tremor dengan amplitud 3-5 cm 3 = tremor dengan amplitud 5-10 cm 3.5 = tremor dengan amplitud 10-20 cm 4 = tremor dengan amplitud >20 cm


(31)

6. Tremor Kaki : Subyek dalam posisi duduk. Kemudian subyek diminta untuk mengangkat kakinya secara horizontal paralel dengan tanah selama 5 detik. Tremor maksimum pada setiap kaki dicatit.

0 = tidak ada tremor 1 = hampir tidak kelihatan 2 = jelas tapi tremor ringan 3 = tremor moderat

4 = tremor berat

7. Tremor Berdiri : Subyek dalam posisi berdiri, tanpa dibantu.Jarak antara kedua lutut subyek sebanyak 10-20 cm dan difleksi dengan derajat 10-20°. Lengan berada di sisi subyek. Tremor dinilai di setiap tempat pada kaki dan badan.

0 = tidak ada tremor 1 = hampir tidak kelihatan 2 = jelas tapi tremor ringan 3 = tremor moderat

4 = tremor berat

8. Tulisan Tangan : Meminta pasien menulis ayat standard “Hari ini merupakan hari yang baik” menggunakan tangan dominan. Subyek tidak boleh memegang (menstabilisasi) tangannya menggunakan tangan yang satu lagi. Nilai hanya pada tangan dominan.

0 = tidak ada tremor 1 = sedikit tidak kemas

2 = bisa dibaca, tetapi dengan sedikit tremor 3 = tidak bisa dibaca

4 = tidak bisa menetapkan pen ke atas kertas tanpa memegang dengan menggunakan tangan yang sebelahnya


(32)

9. Memegang Pen : Sedekat mungkin pada titik yang telah dilukis pada sehelai kertas tanpa menyentuh titik tersebut (jarak ideal sekitar 1mm) selama 10 detik.

0 = tidak ada tremor

1 = tremor hampir tidak kelihatan 1.5 = tremor kelihatan, tetapi < 1 cm 2 = tremor dengan amplitud 1-3 cm 2.5 = tremor dengan amplitud 3-5 cm 3 = tremor dengan amplitud 5-10 cm 3.5 = tremor dengan amplitud 10-20 cm 4 = tremor dengan amplitud >20 cm

10.Menuang Air dari Satu Gelas ke dalam Gelas yang Lain : Menggunakan gelas kertas dengan ketinggian sekitar 10 cm. Penuhkan gelas tersebut sehingga tinggal sisa 1 cm dari atas gelas. Nilai yang paling teruk antara tiga cobaan. Gelas yang menerima air diletakkan di atas meja, bukan dipegang. Subyek bisa berdiri atau duduk, tetapi posisi gelas harus berada di sekitar dada toraks.

0 = tidak ada tremor

1 = lebih berhati-hati dari orang yang tidak ada tremor, air tidak tumpah

2 = air tertumpah dalam kadar yang sedikit <10% 3 = air tertumpah dalam kadar 10-15%

4 = tidak dapat menuang air tanpa menumpahkan air yang banyak


(33)

2.3. Mekanisme Kafein Menyebabkan Tremor

Seperti yang kita tahu, kafein merupakan antagonis reseptor adenosine di mana efeknya berlawanan dengan kerja adenosine. Adenosin berfungsi untuk mengurangkan kadar ledakan neuron selain menghambat transmisi sinaptik dan pelepasan neurotransmitter.

Dengan konsumsi kafein, kafein akan berikatan dengan reseptor adenosine. Hal ini menyebabkan neuron menjadi lebih aktif dan kadar ledakan neuron meningkat. Potensial aksi ditimbulkan secara berulang-ulang yang menyebabkan motor unit meningkat dan memicu kejadian tremor.


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada efek kafein terhadap kejadian tremor tangan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

Gambar 3.2. Kerangka Teori Penelitian

konsumsi kafein tremor tangan

Konsumsi Kafein

Kafein berikatan dengan reseptor adenosin

neuron menjadi lebih aktif

motor unit meningkat tremor

Osilator sentral adalah kelompok sel dalam Susunan Saraf Pusat yang berada dalam talamus,

basal ganglia dan inferior olive. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk menimbulkan


(35)

3.2. Definisi Operasional

Kafein adalah zat stimulant susunan saraf pusat dari golongan methylxantine yang terkandung dalam minuman kopi, teh dan minuman ringan, produk-produk yang mengandungi koko atau cokelat dan dalam obat-obatan.

Pemberian kafein adalah dalam bentuk satu cangkir minuman kopi 150 ml karena lebih praktis dan merupakan sumber kafein yang paling sering dikonsumsi khususnya oleh mahasiswa. Berdasarkan International Coffee Organization, rentang kafein adalah sebanyak 30-120 mg per 150 ml kopi.

Skala ukur : rasio

Tremor tangan adalah gerakan tangan bergetar secara involunter dan ritmis. Dalam penilitian ini, tremor tangan dinilai dengan mengobservasi peserta penelitian sewaktu tindakan dilakukan. Tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap peserta penelitian adalah uji tremor tangan menggunakan kertas dan melukis garisan lurus di atas kertas dalam masa 10 detik.

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Cara

Pengukuran

Tremor tangan menggunakan kertas

1. Meminta subyek

mengekstensikan lengan lurus ke hadapan, paralel dengan tanah, jari-jari diabduksi secara maksimal 2. Menempatkan sehelai kertas

di atas tangan subyek

3.Memerhatikan getaran kertas tersebut

Melukis garisan lurus dalam masa 10 detik

1. Meminta subyek melukis satu garisan lurus di atas kertas dalam masa 10 detik 2. Memerhatikan garisan lurus

atau tidak


(36)

Hasil Ukur Ada tremor / tidak ada tremor Ada tremor / tidak ada tremor

Skala Ukur Dikotom Dikotom

3.3. Hipotesa

3.3.1. Hipotesis Nol (H₀)

Konsumsi kafein tidak menimbulkan tremor tangan. 3.3.2. Hipotesis Alternatif (H฀)


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental dengan menggunakan rancangan praeksperimen (pre experimental design). Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah one group pretest posttest. Pada tahap awal, peserta penelitian diberikan questioner untuk menyingkir faktor ekslusi dan untuk mengetahui tahap toleransi kafein peserta penelitian . Setelah itu peserta penelitian diberikan intervensi kopi, dan sesudah 1 jam, dilakukan observasi pada peserta penelitian untuk melihat apakah terjadi tremor tangan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan selama 28-30 Nopember 2013.

Kampus Universitas Sumatera Utara dipilih karena :

1. Dari pengamatan, mahasiswa banyak mengkonsumsi minuman mengandung kafein di kampus.

2. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya terhadap adanya efek kafein terhadap kejadian tremor tangan di kampus FK USU.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan tahun 2010.

4.3.2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah :


(38)

1. Usia antara 18 tahun sampai 23 tahun.

2. Pernah mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung kafein 3. Bersedia ikut dalam penelitian

Kriteria eksklusi :

1. Mengalami masalah kesehatan yang menyebabkan tremor : hepatik

ensefalopati, hipokalsemia, hipoglikemia, hiponatremia, hipomagnesemia, hipertiroid, hiperparatiroid dan kekurangan Vitamin B12.

4.3.3. Sampel

Pemilihan sampel adalah dengan cara non probability sample (selected sample) dengan cara purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap kriteria yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Sebanyak 36 sampel telah diambil untuk penelitian ini.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Instrumen Eksperimen

Materi yang telah digunakan dalam eksperimen ini adalah: 1. Ruang eksperimen

2. 36 cangkir kopi

3. Kopi berkafein merek dagang INDOCAFÉ® Original Blend 4. Sejumlah kertas A4

5. Sejumlah ballpoint pen merek dagang Standard 6. Air hangat

4.4.2. Prosedur eksperimen

Peserta penelitian diberikan kuestioner untuk untuk menyingkir faktor ekslusi dan untuk mengetahui tahap toleransi kafein peserta penelitian. Kemudian, relawan yang bersetuju untuk mengikuti eksperimen telah diminta untuk berpuasa


(39)

dari mengkonsumsi kafein dari semua sumber selama 24 jam sebelum eksperimen. Hal ini adalah untuk memastikan bahwa tidak ada zat kafein dalam darah peserta sebelum penelitian. Mereka telah diberikan satu daftar makanan dan minuman yang mengandung kafein dan diminta untuk tidak mengkonsumsi semua sumber tersebut. Peserta juga telah diminta untuk berpuasa 10 jam sebelum eksperimen. Peserta penelitian berpuasa sejak pukul 2300 WIB hingga 0900 WIB keesokan harinya. Semua relawan hadir di tempat penelitian yaitu di Departemen Farmakologi & Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada pukul 0800 WIB. Pada hari eksperimen, semua relawan telah ditanyakan apakah mereka mematuhi aturan ini sebelum layak untuk mengikuti eksperimen.

Setelah itu, relawan diberikan penjelasan tentang tes yang akan dijalankan berserta contoh-contohnya. Setelah semua relawan memahami tes yang digunakan, mereka diberikan setengah gelas air putih hangat dan eksperimen dimulai tepat pada pukul 0900 WIB. Relawan diminta untukmelakukan uji tremor tangan menggunakan kertas dan melukis satu garisan lurus di atas kertas dalam masa 10 detik. Peneliti mengobservasi getaran tangan relawan. Data yang diperoleh adalah data sebelum konsumsi kopi (data sebelum).

Setelah diperoleh data sebelum, pada pukul 0930 WIB, semua relawan mengkonsumsi kopi. Kopi yang diminum telah dipersiapkan sebelmnya dengan cara 2 sendok teh (cth) kopi (=10ml) dilarutkan dalam 150 ml air hangat. Kandungan kafein adalah kira-kira 30 sampai 120 mg per 150 ml. Peneliti menggunakan kopi merek dagang INDOCAFÉ® Original Blend. Relawan diberikan masa selama 2 menit untuk menghabiskan 150 ml larutan kopi tersebut. Setelah pemberian kafein, ditunggu selama 60 menit. Menurut kepustakaan, kadar konsentrasi darah puncak kafein tercapai setelah 1 jam pemberian kafein (Peeling & Dawson, 2007). Sesudah 1 jam kemudian, pada pukul 1030 WIB, peserta diminta untuk mengulangi tes yang sama dan peneliti melakukan observasi pada peserta penelitian untuk melihat apakah terjadi tremor tangan. Data yang diperoleh adalah data sesudah konsumsi kopi (data sesudah).


(40)

Gambar 4.1. Kerangka Prosedur Eksperimen

4.5. Metode Analisa Data

Setelah seluruh data yang diperlukan didapat, maka data diperiksa kelengkapan dan ketepatannya. Kemudian untuk mengetahui pengaruh efek pemberian kafein terhadap kejadian tremor tangan, analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS 22.00 for windows.

Uji hipotesa yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji T Berpasangan. Responden diberikan kuesioner

Responden berpuasa selama 10 jam

Responden diberikan setengah gelas air putih hangat

Responden melakukan uji tremor tangan menggunakan kertas dan uji tremor tangan dengan melukis garisan lurus dalam masa 10 detik

Peneliti mengobservasi getaran tangan responden

Responden diberikan 150 ml larutan kopi

Ditunggu 1 jam, responden mengulangi tes yang sama


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian telah dijalankan pada tanggal 28 hingga 30 Nopember 2013 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Eksperimen telah dijalankan di dalam ruang laboratorium Departemen Farmakologi & Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Ruang ini dipilih karena luas dan selesa untuk melakukan penelitian.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dibatasi namun umur mahasiswa berada dalam rentang 18 sampai 23 tahun. Peneliti hanya ingin melihat dampak kafein kejadian terhadap tremor tangan tanpa membandingkannya berdasarkan jenis kelamin dan umur. Peserta penelitian ini terdiri daripada 36 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang diambil menggunakan teknik purposive sampling.

Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur digambarkan di dalam Tabel 5.1.


(42)

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden

Variabel Frekuensi (n) Persen (%) Jenis Kelamin

Laki-laki 8 22.2 Perempuan 28 77.8 Umur

18 0 0 19 1 2.8 20 0 0 21 4 11.1 22 24 66.7 23 7 19.4 Total 36 100

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas diketahui bahwa responden perempuan lebih banyak yaitu 28 orang (77,8%) berbanding laki-laki, 8 orang (22,2%). Seterusnya, responden berusia antara 18 hingga 23 tahun dengan mayoritas berumur 22 tahun yaitu 66,7%. Dari data diatas, hanya seorang responden yang berusia 19 tahun dan tidak ada responden yang berusia 18 dan 20 tahun.

5.1.3. Perbandingan Timbul atau Tidaknya Tremor Tangan Pada Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian Kopi

Timbul atau tidak timbulnya tremor tangan pada responden sebelum dan sesudah diberikan minuman kopi diobservasi dan hasilnya dicatat. Tremor tangan diukur dengan menggunakan dua macam uji yaitu uji tremor menggunakan kertas dan uji tremor dengan melukis garisan lurus dalam masa 10 detik.


(43)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tremor Tangan dalam Uji Tremor Menggunakan Kertas

Sebelum Sesudah Tremor n % n % Timbul 16 44.4 34 94.4 Tidak timbul 20 55.6 2 5.5 Total 36 100.0 36 100.0

Berdasarkan Tabel 5.2, bilangan responden yang terlihat ada tremor tangan meningkat sesudah pemberian minuman kopi dari 44.4% sebelum minum kopi kepada 94.4% sesudah minum kopi.

Distribusi frekuensi tremor tangan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU dalam uji tremor dengan melukis garisan lurus dalam masa 10 detik Sebelum (Pre) dan Sesudah (Pos) Minum Kopi dapat dilihat pada table di bawah:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tremor Tangan dalam Uji Tremor dengan Melukis Garisan Lurus Dalam Masa 10 Detik

Sebelum Sesudah Tremor n % n % Timbul 6 16.7 19 52.8 Tidak timbul 30 83.3 17 47.2 Total 36 100.0 36 100.0

Dari Tabel 5.3, didapatkan bahwa bilangan responden yang terlihat ada tremor tangan meningkat sesudah pemberian minuman kopi dari 16,7% sebelum minum kopi kepada 52,8% sesudah minum kopi.


(44)

5.1.4. Hasil Analisa Data

Tremor tangan responden diobservasi sebelum dan 1 jam selepas pemberian minuman kopi dalam dua jenis uji tremor. Hasil observasi dicatat dan dianalisa. Analisis tremor tangan pada responden dilakukan dengan membandingkan timbulnya tremor tangan sebelum dan sesudah meminum kopi pada kedua tes di atas seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5.4 dan Tabel 5.5

Tabel 5.4. Analisis Tremor Tangan dalam Uji Tremor Menggunakan Kertas

Tremor Sebelum Sesudah Δ Δ% Timbul 16 34 18 50 Tidak Timbul 10 2 -8 -22.2 Δ = perbedaan kejadian tremor tangan sesudah minum kopi

Berdasarkan Tabel 5.4, bilangan responden yang mengalami tremor tangan dalam uji tremor menggunakan kertas meningkat sebanyak 50,0% sedangkan bilangan responden yang tidak mengalami tremor tangan menurun sebanyak 22,2%.

Uji T Berpasangan digunakan untuk membandingkan timbulnya tremor tangan sebelum dan sesudah minum kopi untuk menilai apakah terdapat hubungan antara efek kafein terhadap kejadian tremor tangan. Ternyata hasil yang didapatkan; P<0,001 menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kejadian tremor tangan sebelum dan sesudah minum kopi.


(45)

Tabel 5.5. Analisis Tremor Tangan dalam Uji Tremor dengan Melukis Garisan Lurus Dalam Masa 10 Detik

Tremor Sebelum Sesudah Δ Δ% Timbul Tremor 6 19 13 36.1 Tidak Timbul Tremor 30 17 -13 -36.1 Δ = perbedaan kejadian tremor tangan sesudah minum kopi

Berdasarkan Tabel 5.4, dapat dilihat bahwa bilangan responden yang mengalami tremor tangan dalam uji tremor dengan melukis garisan lurus dalam masa 10 detik meningkat sebanyak 36,1% sedangkan bilangan responden yang tidak mengalami tremor tangan menurun sebanyak 36,1%.

Uji T Berpasangan digunakan untuk membandingkan timbulnya tremor tangan sebelum dan sesudah minum kopi untuk menilai apakah terdapat hubungan antara efek kafein terhadap kejadian tremor tangan. Ternyata hasil yang didapatkan; P<0,001 menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kejadian tremor tangan sebelum dan sesudah minum kopi.

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kafein terhadap kejadian tremor tangan khususnya dalam kalangan golongan muda. Kafein merupakan antagonis reseptor adenosine di mana efeknya berlawanan dengan kerja adenosine. Adenosin berfungsi untuk mengurangkan kadar ledakan neuron selain menghambat transmisi sinaptik dan pelepasan neurotransmitter. Dengan konsumsi kafein, kafein akan berikatan dengan reseptor adenosine. Hal ini menyebabkan neuron menjadi lebih aktif dan kadar ledakan neuron meningkat. Potensial aksi ditimbulkan secara berulang-ulang yang menyebabkan motor unit meningkat dan memicu kejadian tremor.


(46)

Dalam penelitian ini, dosis kafein dalam penelitian ini tidak diukur secara langsung di laboratorium. Sebaliknya, peneliti menggunakan minuman kopi merek INDOCAFÉ® Original Blend yang tidak menyatakan dosis kafein pada labelnya. Namun berdasarkan International Coffee Organization di Inggris, rentang kafein adalah 30 sampai 120 mg per 150 ml untuk kopi berkafein. Peneliti mengassumsi minuman kopi yang digunakan mengandung dosis kafein seperti yang dinyatakan di atas. Selain itu, peneliti juga mengassumsi bahwa semua responden berpuasa dari mengonsumsi semua sumber kafein 24 jam sebelum tanggal penelitian karena kadar kafein dalam darah atau saliva responden tidak diukur.

Sesudah diberikan minuman kopi, ternyata kejadian tremor tangan mengalami peningkatan yang signifikan (p<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kafein dapat menimbulkan kejadian tremor tangan.

Penelitian sebelumnya untuk mengkaji pengukuran kuantitatif efek kafein dan propanolol terhadap kejadian tremor tangan pada ahli bedah memperoleh hasil yang positif dimana pemberian 200 mg kafein setiap hari selama 3 hari menyebabkan peningkatan tremor tangan pada responden (Humayun et al,1997). Selain itu, M. Bruce et al (1986), telah menyimpulkan bahwa kafein dengan dosis sebanyak 250 mg menyebabkan peningkatan tremor yang non-signifikan. Penelitian lain juga mendapatkan hasil yang positif seperti yang dilakukan oleh Wharrad et al (1985), yang menunjukkan bahwa puasa meningkatkan tremor jari secara signifikan apabila kafein diadministrasi.


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari studi ini, disimpulkan konsumsi kafein dapat menimbulkan tremor tangan pada mahasiswa. Hal ini berdasarkan adanya peningkatan yang bermakna pada kejadian tremor tangan sesudah pemberian minuman kopi (p<0,001).

6.2. Saran

Kopi merupakan minuman yang popular sekali dalam masyarakat dan semestinya memerlukan investigasi dan penelitian yang mendalam untuk mengkaji efek sampingnya. Masukan untuk penelitian berikutnya adalah agar membuat penelitian dengan skala yang lebih besar untuk mengkonfirmasi efek kafein terhadap kejadian tremor tangan.

Selain itu, peneliti yang lain dapat menggunakan desain penelitian yang sama tetapi memanipulasi dosis kafein yang digunakan seperti dosis rendah, sedang dan tinggi untuk mengetahui dosis optimal kafein yang diperlukan untuk timbulnya kejadian tremor tangan. Seterusnya, membuat penelitian dengan menggunakan kopi merek dagang yang berbeda. Penelitian seterusnya dapat dilakukan dengan menggunakan kopi berkafein dan kopi decaffeinated.

Oleh karena kafein dapat menimbulkan efek negatif seperti tremor tangan maka pada mereka dengan profesi keterampilan tangan yang optimal seperti bedah plastik, pembuat perabot dan lainnya perlu mewaspadai hal ini.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A., Sweeney, P., 2009. Tremors. Cleveland Clinic. Available from: http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/neur ology/tremors/. [Accessed 23 May 2013]

Bond, O., 2011. How Caffeine Affects The Nervous System. Available from : http://www.livestrong.com/article/409740-how-caffeine-affects-the-nervous-system/ [Accessed 23 September 2013]

Brain, M., Bryant, C.W., Cunningham, M., 2000. How Caffeine Works. How Stuff Works. Available from: http://science.howstuffworks.com/caffeine.htm. [Accessed 17 May 2013]

Bruce, M., Scott, N., Lader, M., Marks, V., 1986. The psychopharmacological and electrophysiological effects of single doses of caffeine in healthy human subjects. British Journal of Clinical Pharmacology 22: 81-87

Chawla, J., Suleman, A., 2011. Neurologic Effects of Caffeine. Medscape Reference. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1182710. [Accessed 17 May 2013]

Comella, C., et al., 2003. The Tremor Rating Scale, Baylor College of Medicine, Houstan, Texas: Tremor Research Group.

Dixit, A., Vaney, N., and Tandon, O.P., 2006. Evaluation of cognitive brain functions in caffeine users: a P3 evoked potential study. Indian journal of physiology and pharmacology 50(2): 175-180

Erowid, 2011. Caffeine Chemistry. The Vaults of Erowid. Available from: http://www.erowid.org/chemicals/caffeine/caffeine_chemistry.shtml.


(49)

Hays, J., 2011. Coffee-History, Health and Caffeine. Available from: http://factsanddetails.com/world.php?itemid=1568&catid=54&subcatid=346. [Accessed 20 May 2013]

Humayan, M.U., Rader, R.S., Pieramici, D.J., Awh, C.C., Juan, E.D., 1997. Quantitive Measurement of the Effects of Caffeine and Propanolol on Surgein Hand Tremor. Archives of Ophthalmology 115 (3): 371-374

International Coffee Organization, 2006. Caffeine. London, England. Available from : http://www.ico.org/caffeine.asp [Accessed 02 December 2013]

John Hopkins University School of Medicine, 2003. Information about Caffeine Dependence. Baltimore: John Hopkins University School of Medicine.

Available from:

http://www.caffeinedependence.org/caffeine_dependence.html. [Accessed 16 May 2013]

Katzung, B.G., 2004. Basic & Clinical Pharmacology. 9th ed. New York: McGraw–Hill.

Lee, K-H. Et al., 2009. Medical students‟ use of caffeine for „academic purposes‟. SA Fam Pract 200 9 51 (4): 322-327

McAuley, J.H., and Marsden, C.D., 2000. Physiological and Pathological Tremors and Rhythmic central Motor Control. Brain 123: 1545-1567.

MDGuidlines, 2004. Tremor. United States: MDGuidelines. Available from: http://www.mdguidelines.com/tremor. [Accessed 23 May 2013].


(50)

Misra, H., Mehta, D., Mehta, B.K., Soni, M., and Jain, D.C., 2008. Study of Extraction and HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis) Granules. International Journal of Green Pharmacy : 47-51.

Mumin, A., Kazi, F.A., Zainal, A., Zakir, H., 2006. Determination and Characterization of Caffeine in Tea, Coffee, and Soft Drink by Solid Phase Extraction and High Performance Luquid Chromatography (SPE – HPLC). Malaysian Journal of Chemistry, 8: 45-51.

Nawrot, P., Jordan, S., Eastwood, J., Rotstein, J., Hugenholtz, A., and Feeley, M., 2002. Effects of Caffeine on Human Health. Food Additives and Contaminants 20 (1): 1-30.

Nehlig, A., 2010. Is Caffeine a Cognitive Enhancer? Journal of Alzheimer Disease 20: S85-S94.

News Medical, 2013. Caffeine Pharmacology. Available from: http://www.news-medical.net/health/Caffeine-Pharmacology.aspx. [Accessed 18 October 2013]

Peeling, P., Dawson, B., 2007. Influence of caffeine ingestion on perceived mood states, concentration, and arousal levels during a 75-min university lecture. Advan in Physio Edu 31: 332-335.

Pramudianto, A., Evaria, 2009/2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. 9th ed. Singapore: CMPMedica Asia Pte Ltd.

Reinhardt, D., 2009. Caffeine Chemistry and Caffeine Effects. Available from: http://suite101.com/article/caffeine-chemistry-and-caffeine-effects-a130352. [Accessed 18 May 2013]


(51)

Ropper, A.H., Brown, R.H., 2005. Adam and Victor’s Principle of Neurology. 8th ed. USA: McGraw-Hill.

Sianturi, G., 2001. Kafein dan Minuman Kesehatan. Available from: http://www.gizinet.com. [Accessed 16 May 2013]

Smaga, S., 2003. Tremor. Am Fam Physician 68 (8): 1545-1552.

Syarif, A., et al., 2009. Farmakologi dan Terapi. 5th

ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tythan, L.J., 2011. Does Caffeine Cause Tremor. Available from: http://www.livestrong.com/article/533529-does-caffeine-cause-tremors/. [Accessed 16 May 2013].

Wharrad, H.J., Birmingham, A.T., Macdonald, I.A., Inch, P.J., Mead, J.L., 1985. The Influence of Fasting and of Caffeine Intake on Finger Tremor. European Journal of Clinical Pharmacology 20 (1): 37-43


(52)

Lampiran I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Raihan Adlin binti Ruzaidi

Tempat/Tanggal Lahir : Malaysia/06 Agustus 1991

Agama : Islam

Alamat : 733, Kg. Wakaf Che Yeh, 15100 Kota Bharu,

Kelantan, Malaysia

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Wakaf Stan, Kelantan, Malaysia

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Naim Lilbanat, Kelantan, Malaysia

3. Allianze University College of Medical Sciences (AUCMS), Pulau Pinang, Malaysia 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, Medan Riwayat Organisasi : 1. Ahli PKPMI

2. Ahli PM USU


(53)

Lampiran II

LEMBAR PENJELASAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya, Raihan Adlin binti Ruzaidi, mahasiswi semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul „Efek Kafein Terhadap Kejadian Tremor Tangan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan Tahun 2010‟.

Untuk mendukung penelitian ini, saya memerlukan jasa baik saudara untuk mengisi kuesioner ini. Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk memilih peserta untuk dijadikan subjek penelitian saya diatas. Pengisian kuesioner ini hanya akan mengambil masa sekitar 5 menit. Kerahasiaan semua informasi yang saudara berikan akan dijaga oleh saya dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian sahaja.

Jawablah segala pertanyaan yang diberikan dalam kuesiner ini dengan benar mengikut pendapat saudara. Sekiranya ada soalan yang tidak dipahami bolehlah ditanay langsung kepada saya. Jika saudara bersetuju untuk menjadi responden bagi penelitian ini, sila turunkan tandatangan saudara di tempat yang disediakan. Saudara juga berhak menolak sekiranya saudara tidak mahu menjadi responden bagi penelitian ini. Atas perhatian dan kesediaan saudara, saya dahului dengan ucapan terima kasih.

Medan, September 2013, Peneliti,


(54)

Lampiran III

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya, yang bertandatangan di bawah ini, Nama :

NIM :

No. Telepon :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berikut:

Nama : Raihan Adlin binti Ruzaidi NIM : 100100405

Judul Penelitian : Efek Kafein Terhadap Kejadian Tremor Tangan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan Tahun 2010

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian ini, persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, September 2013 Responden,


(55)

Lampiran IV

KUESIONER PENELITIAN

EFEK KAFEIN TERHADAP KEJADIAN TREMOR TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA ANGKATAN TAHUN 2010

Identitas Respoden: Nama:

Umur:

Jenis Kelamin: No. Telpon/email:

1. Apakah anda menggunakan makanan/minuman/obat-obatan yang mengandungi kafein?

Ya/Tidak

2. Jika soalan diatas dijawab „Ya‟, sila nyatakan jeis makanan/minuma/obat -obatan yang dikonsumsi tersebut

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________

3. Berapa sering anda mengkonsumsi bahan yang mengandungi kafein? a. Setiap hari


(56)

b. Seminggu sekali c. Sebulan sekali d. Jarang

4. Adakah efek yang merugikan dalam menggunakan bahan tersebut? Jika Ya, sila nyatakan efek yang timbul.

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________

5. Apakah anda mengalami kondisi-kondisi seperti berikut : hepatik ensefalopati, hipokalsemia, hipoglikemia, hiponatremia, hipomagnesemia, hipertiroid, hiperparatiroid dan kekurangan Vitamin B12?


(57)

Lampiran V

DAFTAR MAKANAN DAN MINUMAN YANG MENGANDUNGI KAFEIN

Names Caffeine (mg) Serve

Coffee (Brewed) 108 Per 230 ml

Coffee (Decaf, Brewed) 6 Per 230 ml

Coffee (Instant) 57-200 Per 230 ml

Coffee (Decaf, Instant) 3 Per 230 ml

Energy drinks (pocari sweat, red bull....) 80 Per 250 ml

Energy gum 35-40 Per piece

Chocolate 8-19 Per chocolate bar

Oreo cookies 1.3 Per cookie

Kit Kat Bars 6 Per bar

M&M‟s Chocolate candy 9 Per package

Coffee Ice Cream 48 Per cup (8oz)

Vanilla Coke 34 Per 350 ml

Vitamin Energy 150 Per 470 ml

Cappuccino 75 Per 350 ml

Espresso 77 Per 40 ml

Frappucino 90 Per 280 ml

Mocha 95 Per 350 ml

Sunkist Orange Soda 41 Per 350 ml

Tea(Black,Green,Oolong,White) 15-47 Per 230 ml

Pepsi 38-69 Per 350 ml

Mountain Dew 54 Per 350 ml

Nestea 28-42 Per 350 ml

Cocoa 5 Per 230 ml

Coca-Cola 34 Per 350 ml

Chocolate milk 5 Per 230 ml


(58)

Lampiran VI

LEMBAR PENJELASAN DAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Silahkan baca informasi berikut

Eksperimen : Efek Kafein Terhadap Kejadian Tremor Tangan pada Mahasiswa Semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan Tahun 2010.

Peneliti : Raihan Adlin Binti Ruzaidi / NIM 100100405 Afiliasi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

DESKRIPSI : Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya efek kafein terhadap kejadian tremor tangan pada mahasiswa Semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2010. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam eksperimen ini. Dalam penelitian ini, anda diminta untuk menjalani dua tes yaitu tes tremor tangan, tes melukis satu garisan lurus di atas kertas. Saya sebagai peneliti akan mengobservasi apakah ada tremor tangan. Setelah itu, anda diminta untuk mengkonsumsi secangkir kopi. Kemudian, anda diminta untuk menunggu selama 1 jam supaya kafein diabsorpsi secara maksimal. Setelah 1 jam, anda diminta sekali lagi untuk menjalani dua tes yang sama seperti tadi.

KETERLIBATAN WAKTU : Waktu yang akan diambil sekita 1 jam 30 menit.

HAK SUBYEK : Sekiranya anda telah membaca formulir ini dan telah memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, harap dipahami partisipasi anda adalah secara sukarela dan anda mempunyai hak untuk menarik diri dari penelitian ini tanpa ada


(59)

sanksi dan konsekuensi buruk di kemudian hari. Identitas peribadi anda sebagai partisipan akan dirahsiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Sekiranya anda bersetuju dengan kondisi-kondisi di ats dan sanggup berpartisipasi di dalam eksperimen ini, silahkan menandatangani persetujuan ini. Dengan menandatangani formulir ini, pastikan anda memenuhi persyaratan berikut:

Anda berusia antara 18 – 23 tahun

Anda telah membaca formulir persetujuan di atas, memahaminya dan bersetuju dengan kondisi-kondisi di atas

Anda mahu dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang dinyatakan di atas

Nama :


(60)

(61)

(62)

(63)

Lampiran IX

Data Induk

No. Umur JK t uji kertas 1 t uji garisan 1 t uji kertas 2 t uji garisan 2

1 22 P T T Y T

2 22 P T T Y T

3 23 P Y Y Y Y

4 22 P Y T Y Y

5 21 P T T Y T

6 22 P Y T Y Y

7 22 P Y T Y Y

8 22 P T T Y Y

9 22 P T T Y T

10 21 P Y T Y Y

11 22 L Y Y Y Y

12 23 L Y T Y T

13 21 L Y T Y Y

14 22 L Y Y Y Y

15 22 L T Y Y Y

16 23 P T T T Y

17 22 P Y T Y T

18 23 L T T Y T

19 22 L T T Y T

20 22 L Y T Y T

21 22 P T T Y Y

22 21 P Y T Y Y

23 22 P Y T Y T

24 22 P T T Y T


(64)

26 23 P T T Y Y

27 22 P T T Y Y

28 22 P Y T T T

29 23 P T T Y T

30 22 P Y T Y Y

31 23 P T T Y T

32 22 P Y Y Y Y

33 22 P T T Y T

34 22 P T T Y T

35 22 P T T Y T

36 19 P T T Y Y

P = Perempuan L = Laki-laki T = Tidak Y = Ya


(65)

UJI TREMOR TANGAN MENGGUNAKAN KERTAS


(66)

(67)

Lampiran X

Data Output

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 tremor uji kertas 1.5556 36 .50395 .08399

tremor uji kertas 2 1.0556 36 .23231 .03872

Pair 2 tremor uji garisan 1.8333 36 .37796 .06299

tremor uji garisan 2 1.4722 36 .50631 .08438

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 tremor uji kertas & tremor uji kertas 2 36 -.027 .875

Pair 2 tremor uji garisan & tremor uji garisan 2 36 .423 .010

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 tremor uji kertas - tremor uji kertas 2 .50000 .56061 .09344


(68)

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 tremor uji kertas - tremor uji kertas 2 .31032 .68968 5.351 35

Pair 2 tremor uji garisan - tremor uji garisan 2 .19629 .52593 4.448 35

Paired Samples Test

Sig. (2-tailed)

Pair 1 tremor uji kertas - tremor uji kertas 2 .000


(1)

Lampiran IX

Data Induk

No. Umur JK

t uji kertas 1

t uji garisan 1

t uji kertas 2

t uji garisan 2

1

22

P

T

T

Y

T

2

22

P

T

T

Y

T

3

23

P

Y

Y

Y

Y

4

22

P

Y

T

Y

Y

5

21

P

T

T

Y

T

6

22

P

Y

T

Y

Y

7

22

P

Y

T

Y

Y

8

22

P

T

T

Y

Y

9

22

P

T

T

Y

T

10

21

P

Y

T

Y

Y

11

22

L

Y

Y

Y

Y

12

23

L

Y

T

Y

T

13

21

L

Y

T

Y

Y

14

22

L

Y

Y

Y

Y

15

22

L

T

Y

Y

Y

16

23

P

T

T

T

Y

17

22

P

Y

T

Y

T

18

23

L

T

T

Y

T

19

22

L

T

T

Y

T

20

22

L

Y

T

Y

T

21

22

P

T

T

Y

Y

22

21

P

Y

T

Y

Y

23

22

P

Y

T

Y

T

24

22

P

T

T

Y

T


(2)

26

23

P

T

T

Y

Y

27

22

P

T

T

Y

Y

28

22

P

Y

T

T

T

29

23

P

T

T

Y

T

30

22

P

Y

T

Y

Y

31

23

P

T

T

Y

T

32

22

P

Y

Y

Y

Y

33

22

P

T

T

Y

T

34

22

P

T

T

Y

T

35

22

P

T

T

Y

T

36

19

P

T

T

Y

Y

P = Perempuan

L = Laki-laki

T = Tidak

Y = Ya


(3)

UJI TREMOR TANGAN MENGGUNAKAN KERTAS


(4)

(5)

Lampiran X

Data Output

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 tremor uji kertas 1.5556 36 .50395 .08399

tremor uji kertas 2 1.0556 36 .23231 .03872

Pair 2 tremor uji garisan 1.8333 36 .37796 .06299

tremor uji garisan 2 1.4722 36 .50631 .08438

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 tremor uji kertas & tremor uji kertas 2 36 -.027 .875

Pair 2 tremor uji garisan & tremor uji garisan 2 36 .423 .010

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 tremor uji kertas - tremor uji kertas 2 .50000 .56061 .09344


(6)

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 tremor uji kertas - tremor uji kertas 2 .31032 .68968 5.351 35

Pair 2 tremor uji garisan - tremor uji garisan 2 .19629 .52593 4.448 35

Paired Samples Test

Sig. (2-tailed)

Pair 1 tremor uji kertas - tremor uji kertas 2 .000