PERAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN SLEMAN

(1)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nama : NURLITA RAHMAWATI NIM : 20120610155

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

PERAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN

SLEMAN

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nama : NURLITA RAHMAWATI NIM : 20120610155

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI Bismillahirohmanirohim,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nurlita Rahmawati

NIM : 20120610155

Judul Skripsi : PERAN BADAN LIINGKUNGAN HIDUP DALAM

PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN

PERUSAKAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN SLEMAN.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penulisan dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan memberikan sumber yang jelas. Apabila dikemudian hari ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana S-1 yang telah diperoleh melalui karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, 28 Agustus 2016 Yang Menyatakan


(4)

iii

MOTTO

لَذِين

آمَنَوا

لَذيطَمَئَنَُ

لَََُُب مََبْ

ليذَكيني

ليل آ

لَلَا

ليذَكيني

ليل آ

لَذيطَمَئَن

لَْمََوَآ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi

tentram.” (QS. Ar- Ra’d : 28)

“Nikmat yang kebanyakan manusia tertipu didalamnya yaitu kesehatan dan kesempatan.”

(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas)

“Impian besar menjadi nyata bila bermusuhan dengan rasa malas.” ( Penulis )


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat-Nya karya tulis ini dapat terselesaikan. Saya ucapkan terima kasih untuk segala dukungan, doa dan semangat dari orang-orang tercinta.

Ku persembahkan skripsi untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Rusyanto dan Ibu Sumini yang selalu mendoakan dan memberi dukungan serta menyayangi tanpa balas jasa. 2. Adikku tersayang Nurul Linda Dwi Yanti yang selalu menemani dan

memberikan dukungan.


(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Lingkungan ... 6

B. Hukum Lingkungan ... 9

C. Pembangunan Berwawasan Lingkungan ... 11

D. Pencemaran dan Perusakan Lingkungan ... 13


(7)

vi

F. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan ... 22

G. Badan Lingkungan Hidup ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian... 38

B. Jenis Data ... 38

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

D. Lokasi Penelitian ... 41

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 41

F. Narasumber dan Responden ... 41

G. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

B. Profil Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman ... 47

C. Peran Badan Lingkungan Hidup dalam Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan di Kabupaten Sleman ... 54

D. Faktor yang Menghambat Peran Badan Lingkungan Hidup dalam Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan di Kabupaten Sleman... 83

BAB V PENUTUP... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86 Daftar Pustaka


(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Pengujian Kualitas Lingkungan ... 57

Tabel 2. Hasil Pengujian Kualitas Air Bersih ... 59

Tabel 3. Hasil Status Mutu Badan Air ... 61

Tabel 4. Hasil Pengujian Kualitas Udara Ambien ... 63

Tabel 5. Hasil Pengujian Kualitas Tanah ... 66

Tabel 6. Kegiatan /usaha yang mempunyai dokumen lingkungan ... 67

Tabel 7. Hasil Penilaian PROPER Tahun 2015 ... 70

Tabel 8. Jumlah Pengaduan Kasus Lingkungan yang Dilayani ... 77

Tabel 9. Usaha/kegiatan yang mempunyai IPAL ... 79

Tabel 10. Hasil usaha/kegiatan yang mempunyai IPAL ... 80


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kabupaten Sleman ... 45

Gambar 2. Struktur Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman ... 51

Gambar 3. Penyerahan Piala Lomba Kebersihan dan Keteduhan Tahun 2015 ... 56

Gambar 4. Pengujian Kualitas Air Bersih di Kecamatan Gamping ... 60

Gambar 5. Sungai Gajah Wong ... 62

Gambar 6. Pengujian Kualitas Udara ... 64

Gambar 7. Sungai Kuning ... 74


(10)

x

ruang kita tempati termasuk hewan, tumbuhan dan manusia yang saling berhubungan. Apabila hubungan tersebut berubah, maka akan mepengaruhi kualitas lingkungan. Selain itu, pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan akan menyebabkan rusaknya lingkungan dan timulnya pencemaran. Sedangkan dalam Pasal 28 H angka 1 Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera dan memperoleh lingkungan yang sehat. Untuk itu, pemerintah harus mengendalikan adanya pencemaran dan perusakan lingkungan. Dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan di Kabupaten Sleman dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup dan bertanggung jawab pada Bupati.

Permasalahan yang ada di dalam skripsi ini menyangkut apa peran Badan Lingkungan Hidup dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan serta faktor apa saja yang menghambat peran Badan Lingkungan Hidup dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan di Kabupaten Sleman.

Berdasarkan hasil analisis, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam rangka pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan, Badan Lingkungan Hidup melaksanakan program, antara lain: koordinasi penilaian kota bersih, pemantauan kualitas lingkungan, pengkajian dampak lingkungan, peningkatan kinerja perusahaan, PROKASIH, pengembangan produksi ramah lingkungan dan pengujian emisi kendaraan. Faktor yang menghambat yaitu faktor regulasi artinya belum adanya perda tentang perlindungan dan pengendalian pencemaran, kurangnya sumber daya alam dan kesadaran masyarakat yang masih kurang. Seharusnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman memnuat peraturan tentang perlindungan dan pengendalian pencemaran perusakan lingkungan serta Badan Lingkungan Hidup menambah dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan sehingga dapat menjalankan tugas dengan lancar. Selain itu, perlunya meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan semua benda dan kondisi yang ada di ruang yang kita tempati termasuk hewan dan tumbuhan sehingga saling berhubungan satu sama lain. Apabila hubungan itu mengalami perubahan maka akan berakibat pada penurunan kualitas lingkungan. Penurunan tersebut diperparah dengan meningkatnya pemanasan global. Kualitas lingkungan yang menurun dan pemanasan global akan mengancam kelangsungan makhluk hidup dan mengganggu ekosistem yang ada.1

Menurut Daud Silalahi, masalah lingkungan yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia berasal dari keterbelakangan pembangunan. Selain itu, kemiskinan, kepadatan penduduk serta meningkatnya kebutuhan membuat manusia melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memerhatian kelestarian lingkungan sehingga berakibat pada perubahan mutu lingkungan.

Pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan manusia bertujuan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi, pembangunan yang tidak berkelanjutan akan menimbulkan dampak

1

Daud Silalahi,1992, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Penerbit Alumni: Bandung, Hlm 8.


(12)

kerusakan dan pencemaran lingkungan yang bisa membahayakan kehidupan manusia serta makhluk hidup lain.2

Dari tahun ke tahun pembangunan terus terjadi sehingga bisa berakibat meningkatnya pencemaran dan perusakan lingkungan. Menurut Emil Salim, pembangunan yang benar adalah pembangunan yang tidak merusak, tidak bertentangan dengan lingkungan hidup, hal ini bertujuan untuk supaya kesehatan lingkungan tetap terjaga dan terhindar dari pencemaran dan perusakan lingkungan akibat dari kegiatan pembangunan.3

Pada Pasal 28 H ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera baik lahir batin, mendapatkan tempat tinggal serta lingkungan yang baik dan sehat. Untuk itu, pemerintah harus mengendalikan kerusakan dan membuat kebijakan untuk melindungi dari dampak kerusakan dan pencemaran. Selain itu, pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sangat diperlukan agar kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup tetap terjaga dengan baik. Terlaksananya pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan. Dalam istilah sehari-hari, pembangunan berwawasan lingkungan sering diartikan sebagai pembangunan berkelanjutan.

Pelaksanaan perlindungan lingkungan dari pencemaran dan kerusakan pada tingkat nasioanal dilakukan oleh pemerintah pusat

2

Supriadi, 2006, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika. Hlm 38

3

Emil Salim, 2008, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta, Mutiara Sumber Widya, Hlm 6.


(13)

selanjutnya disebut Pemerintah yaitu Presiden Republik Indonesia sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dibantu oleh seorang Menteri yang menyelenggarakan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Pasal 1 angka 37 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sedangkan penyelenggaraan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di Provinsi dilaksanakan oleh Gubernur sesuai dengan Pasal 1 angka 38 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kemudian diperjelas dengan dibentuknya Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam melaksanakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan di tingkat daerah, pemerintah Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh Bupati telah membentuk suatu badan yang membantu upaya dalam penyelenggaraan pemerintah di bidang pengendalian pencemaran. Badan tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Nomor 24.5 Tahun 2014 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman.

Lingkungan hidup dengan manusia saling berkaitan satu sama lain. Apabila lingkungan mengalami kerusakan dan pencemaran, maka kehidupan manusia serta makhluk hidup lain akan terganggu. Peran


(14)

manusia dalam upaya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan sangat menentukan kelestarian dan keberlanjutan sumber daya alam yang ada. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis terdorong melakukan penelitian untuk menyusun proposal skripsi dengan

judul:“PERAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM

PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN SLEMAN.”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa peran Badan Lingkungan Hidup dalam mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan di Kabupaten Sleman?

2. Faktor apa saja yang menghambat peran Badan Lingkungan Hidup dalam mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan di Kabupaten Sleman?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran Badan Lingkungan Hidup dalam mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan di Kabupaten Sleman.

2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat peran Badan Lingkungan Hidup dalam mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan di Kabupaten Sleman.


(15)

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum lingkungan, serta memberikan wawasan tentang pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat kepada masyarakat, Pemerintah Daerah dan instansi atau lembaga yang terkait dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Lingkungan

Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka. Tanpa mereka manusia tidaklah dapat hidup. Kenyataan ini dapat dilihat dengan mengandaikan di bumi ini tidak ada tumbuhan dan hewan. Dari manakah didapatkan oksigen dan makanan. Sebaliknya seandainya tidak ada manusia, tumbuhan, hewan dan jasad renik akan dapat melangsungkan kehidupannya, seperti terlihat dari sejarah bumi sebelum ada manusia.1

Anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang paling berkuasa tidaklah betul. Seyogyanya manusia menyadari bahwa yang membutuhkan makhluk hidup yang lain untuk kelangsungan hidup dan bukannya tumbuhan yang membutuhkan manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, sepantasnya manusia bersikap lebih merendahkan diri. Sebab faktor penentu kelangsungan hidup tidaklah di dalam tangan manusia saja, sehingga kehidupan sebenarnya amat rentan. Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti

1 Budiman Chandra, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Penerbit


(17)

misalnya udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya disebut lingkungan hidup makhluk tersebut.2

Lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya dan mempengaruhi alam itu sendiri. Dalam ilmu ekologi, alam dilihat sebagai jalinan sistem kehidupan yang saling terkait satu sama lainnya. Artinya setiap makhluk hidup berada dalam suatu proses penyesuaian diri dalam sistem kehidupan yang dipengaruhi oleh asas-asas dalam kelangsungan kehidupan ekologi tersebut.3

Pengertian lingkungan hidup menurut para ahli, sebagai berikut: Menurut Munadjat Danusaputro lingkungan hidup adalah Lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidupnya serta kesejahteraan manusia.4Pengertian lingkungan menurut Otto Soemarwoto tentang

lingkungan hidup ialah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama

2 Otto Soemarwoto, 2001, Ekologi, Lingkungan Hidup, Jakarta: Djembatan, Hlm.

51-52.

3Muhammad Erwin, 2008, Hukum Lingkungan dalam Sistem Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama. Hlm 7.


(18)

dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya tumbuhan, hewan, manusia dan jasad renik menempati ruang tertentu.5

Pengertian lingkungan hidup menurut Sambah Wirakusumah adalah lingkungan hidup adalah semua aspek kondisi eksternal biologis, dimana organisme hidup dan ilmu-ilmu lingkungan menjadi studi aspek lingkungan organisme itu.6 Menurut Emil Salim lingkungan hidup diartikan sebagai

benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.7 Sedangkan menurut Soedjono lingkungan hidup sebagai lingkungan fisik atau jasmani yang terdapat di alam. Pengertian ini menjelaskan bahwa manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani.

Pengertian lingkungan hidup dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umum serta makhluk hidup lain. Berdasarkan pengertian diatas, pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

5Muhamad Akib, Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional, 2014, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada. Hlm 1.

6Sridianti, Pengertian Lingkungan Hidup,

http://www.sridianti.com/pengertian-lingkungan-hidup-menurut-para-ahli.html, Pengertian Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli. Diakses pada tanggal 30 Maret 2016


(19)

kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.8

B.Hukum Lingkungan

Istilah hukum lingkungan berasal dari Bahasa Inggris yang dikenal dengan “Environmental law”, dalam Bahasa Belanda “Millieeurecht”, Lenvironnement" dalam Bahasa Prancis, "Umweltrecht" dalam Bahasa Jerman, "Hukum Alam Seputar" dalam Bahasa Malaysia, "Batasnan Kapaligiran" dalam Bahasa Tagalog, "Sin-ved-lom Kwahm" dalam Bahasa Thailand, "Qomum al-Biah" dalam Bahasa Arab.9

Menurut Gatot P. Soemartono bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan tentang tingkah laku manusia yang isinya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang. Jadi pengertian Hukum Lingkungan ialah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang tingkah laku orang tentang apa yang seharusnya dilakukan terhadap lingkungan, yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang.10

Sedangkan Munadjat Danusaputro berpendapat bahwa hukum lingkungan dapat dibedakan menjadi hukum lingkungan klasik yang berorientasi pada penggunaan lingkungan dan hukum lingkungan modern

8 Muhammad Erwin, Op.cit., Hlm. 45.

9Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, 2015, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hlm. 6.


(20)

yang berorientasi pada lingkungan itu sendiri. Pada masa perkembangan hukum lingkungan klasik, segala ketentuan yang berakitan dengan lingkungan lebih berorientasi menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia. untuk mencapai hasil yang maksimal dalam jangka waktu yang singkat.11

Sementara itu perkembangan hukum lingkungan modern, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan sikap manusia terhadap lingkungan lebih diarahkan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan kemerosotan mutu supaya terjaga kelestariannya dan digunakan secara langsung oleh generasi sekarang maupun yang akan datang. Hukum lingkungan semula dikenal sebagai hukum gangguan yang bersifat sederhana dan mengandung aspek keperdataan. Seiring berjalannya waktu, perkembangan hukum lingkungan bergeser ke arah bidang hukum administrasi sesuai dengan peningkatan perananan penguasa dalam bentuk campur tangan terhadap berbagai segi kehidupan dalam masyarakat yang semakin kompleks.12

Segi hukum lingkungan administratif ada apabila keputusan penguasa yang bersifat bijaksana dituangkan dalam bentuk penetapan penguasa. Dalam perkembangannya, hukum lingkungan tidak hanya bersifat administratif dan keperdataan, tetapi juga ada aspek kepidanaan dan internasional. Dalam pandangan A.V Van Den Berg, pengelolaan lingkungan hidup berhadapan dengan hukum sebagai sarana kepentingan

11

Andi Hamzah, Penegakkan Hukum Lingkungan. 2005. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 8.

12Siti Sundari, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional. 1996.


(21)

lingkungan yang dibedakan menjadi hukum bencana, hukum kesehatan lingkungan, hukum konservasi, hukum tata ruang, hukum perlindungan lingkungan.13

Menurut Koesnadi Hardjosoemantri, apabila berdasarkan aspek, maka hukum lingkungan meliputi hukum tata lingkungan, hukum perlindungan lingkungan, hukum kesehatan lingkungan, hukum pencemaran lingkungan, hukum lingkungan internasional, hukum perselisihan lingkungan. Dalam penyimpulannya, mengemukakan bahwa hukum lingkungan adalah hukum yang mengatur tatananan lingkungan untuk mencapai keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan hidup sosial budaya. Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian hukum lingkungan ialah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang tatanan lingkungan untuk mencapai keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan yang pelaksanaan peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan sanksi oleh penguasa/pihak berwenang.14

C.Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan menurut Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terencana yang memadukan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial kedalam strategi pembangunan untuk

13Andi Hamzah, Op.cit., hlm 25. 14 Muhammad Erwin, Op.Cit., Hlm 27.


(22)

menjamin keutuhan lingkungan hidup. Pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu hidup manusia. Pada pelaksanaannya, pembangunan dihadapkan pada dua sisi, yaitu jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi dan sumber daya alam yang terbatas. Untuk menyelesaikannya dengan cara pengelolaan sumber daya alam dengan bijaksana, pembangunan yang berkesinambungan sepanjang masa dan peningkatan kualitas hidup.15

Pada umumnya sumber daya alam terdiri dari sumber daya alam yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam yang dapat diperbarui merupakan kekayaan alam yang akan terus ada selama tidak dieksploitasi secara berlebihan. Meskipun jumlahnya sangat banyak di alam, penggunaan sumber daya ini harus dijaga supaya tetap berkelanjutan. Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus menerus akan habis. Untuk itu, penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui harus diperhitungkan dengan baik. Supaya dapat meningkatkan mutu hidup manusia dengan baik serta dapat mengatasi masalah kemiskinan. Kemiskinan dapat menyebabkan bencana ekologi dan bencana lainnya. Hal ini terjadi karena manusia akan berbuat apa saja untuk memenuhi kehidupannya seperti penebangan hutan secara ilegal, pemakaian

15

Gatot P.Soemartono, 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika: Jakarta, Hlm 199.


(23)

pestisida yang berlebih dan kegiatan lain yang berdampak negatif pada alam.

Dalam pengertian luas, strategi pembangunan berkelanjutan adalah mengembangkan keselarasan antar umat manusia serta antara manusia dan alam. Pencapaian pembanguan berkelanjutan membutuhkan dukungan dari berbagai sistem yaitu sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem produksi, sistem internasional dan sistem administarsi. Dengan demikian, pembangunan yang berkelanjutan bukanlah suatu keselarasan yang tetap melainkan berupa proses pemanfaatan sumber daya, arah investasi, pengembangan teknologi serta perubahan kelembagaan yang konsisten sehingga pembangunan berkelanjutan akan berjalan dengan baik.16

D. Pencemaran dan Perusakan Lingkungan 1. Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Dalam Pasal 1 angka 14 Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


(24)

Hidup, pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.17

2. Jenis- Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup

Lingkungan dibentuk oleh kegiatan yang dilakukan manusia. Perubahan yang terjadi pada lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain baik langsung maupun tidak langsung. Istilah pencemaran digunakan untuk melukiskan bagaimana keadaan alam yang lebih berat dri sekedar pengotoran saja. Dalam perkembangannya, istilah pencemaran lingkungan mengalami kekhususan yaitu pencemaran udara, air,dan tanah. Setiap pencemaran berasal dari sumber tertentu. Sumber ini sangat penting karena dapat dijadikan pedoman untuk menghilangkan pencemaran pada lingkungan. Jenis-jenis pencemaran lingkungan, antara lain:

a. Pencemaran Air

Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lain. Pencemaran air merupakan perubahan yang terjadi pada penampungan air, seperti danau, sungai, rawa dan laut akibat kegiatan manusia. Pengertian pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

17


(25)

Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.18

Pencemaran air disebabkan oleh berbagai hal dan karakteristeik berbeda- beda, contohnya: sampah organik, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Untuk itu, diperlukan upaya pengendalian terhadap sumber air supaya kualitas air tetap terjaga dan sesuai dengan mutu air. Pengendalian pada sumber air dilakukan dengan cara memelihara fungsi air dan memenuhi baku mutu air. Pencemaran air dapat mengakibatkan gangguan hidup makhluk lain.19

Gangguan tersebut antara lain: gangguan fisik terhadap badan air yang menyangkut suhu, bau, rasa dan kekeruhan, gangguan kimia terhadap badan air adanya senyawa organik maupun anorganik, gangguan biologis karena adanya mikroorganisme, tumbuhan dan hewan. Pencemaran air sangat mempengaruhi keseimbangan kehidupan dan kelangsungan hidup manusia, maka pencemaran air harus dihilangkan atau dikendalikan.

18 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.


(26)

b. Pencemaran Udara

Udara sangat penting dalam kelangsungan hidup makhluk hidup. Sebagai sumber daya alam, udara harus dilindungi bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain.pencemaran udara bersumber dari pencemar udara misalnya pembakaran batu bara, bahan bakar minyak dan pembakaran lainnya. Kadar pencemar yang tinggi mempunyai dampk yang lebih merugikan. Keadaan cuaca dan meteorologi mempengaruhi pembentukan penyebaran pencemaran udara. Peredaran pencemaran udara dimulai dari sumber sampai ke lingkungan berakhir pada permukaan tanah dan perairan.20

Pencemaran yang dimaksud merugikan adalah pencemaran yang sudah melampaui ambang batas daya tampung atas kemampuan yang dapat mengakibatkan berbagai efek negatif sampai fatal. Untuk mendapatkan udara yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan maka pengendalian pencemaran udara harus dilakukan. Pengertian pencemaran udara berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,sehingga mutu udara turun sampai


(27)

ke tingkat tertentu yangmenyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Secara garis besar pencemaran udara dibagi menjadi dua bagian yaitu pencemaran udara bebas dan pencemaran udara ruangan. Bahan yang dapat mencemari udara berbentuk partikel dan gas. Penyebab pencemaran udara berasal dari alam maupun kegiatan manusia. Adanya pencemaran udara harus mengatahui baku mutu udara atau nilai ambang batas. Baku mutu udara bermanfaat untuk menentukan batas kadar yang diperbolehkan bagi bahan pencemar udara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap kehidupan makhluk hidup.

c. Pencemaran Tanah

Tanah mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup, disamping sebagi ruang hidup juga mempunyai fungsi produksi yaitu sebagai penghasil biomassa seperti makanan, kayu, obat-obatan. Selain itu, tanah juga berperan menjaga kelestarian sumber daya air dan lingkungan hidup secara umum. Artinya pemanfaatan tanah harus dilakukan dengan bijaksana dan perencanaan untuk kepentingan yang akan datang. Tanah bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan apabila kegiatan pengendalian perusakan tanah sudah sesuai dengan tingkat mutu yang diinginkan.21


(28)

Ditinjau dari terjadinya pencemaran tanah dapat di bagi menjadi dua yaitu, terjadi dengan sendirinya yang disebabkan alam dan perbuatan manusia dan terjadi karena adanya pencemaran yang berasal dari air, udara maupun tanah. Sumber kerusakan tanah berkaitan dengan usaha penggunanan tanah untuk pertanian, perkebunan, dan hutan termasuk kegiatan pertambangan, pemukiman, dan industri. Pencemaran yang terjadi pada tanah merupakan keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.22

3. Dasar hukum tentang pencemaran lingkungan, antara lain:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

4. Pengertian Perusakan Lingkungan

Rusak berarti sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi sebagaimana fungsi sebenarnya. Rusaknya lingkungan mengandung makna bahwa berkurangnya manfaat lingkungan. Menurut Undang –Undang Nomor


(29)

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perusakan lingkungan adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan lingkungan sehingga melampaui baku kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan adalah perubahan langsung dan atau tidak langsung terhadap fisik, kimia, dan atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.23

Kerusakan lingkungan disebabkan oleh dua faktor: a. Faktor internal

Kerusakan yang berasal dari bumi itu sendiri, misalnya: gempa bumi, letusan gunung berapi, badai, banjir besar, longsor.

b. Faktor eksternal

Kerusakan lingkungan yang terjadi karena perilaku manusia untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Kerusakan ini disebabkan adanya kegiatan antara lain: industri yang mencemari lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan, dan limbah rumah tangga.

23Joko Subagyo, 1999, Hukum Lingkungan Masalahnya dengan


(30)

Ditinjau dari peristiwa terjadinya kerusakan lingkungan dibagi menjadi dua yaitu:

a. kerusakan dengan sendirinya yang disebabkan oleh manusia dan alam;

b. kerusakan yang disebabkan oleh pencemaran, baik yang berasal dari tanah, udara maupun air.

E.Dampak Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Timbulnya berbagai macam pencemaran tersebut pada umumnya menimbulkan dampak negatif terhadap keseimbangan lingkungan atau ekosistem di bumi. Dampak yang ditimbulkan dari adanya pencemaran, antara lain:

1. Punahnya Spesies

Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar adapula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.24

24


(31)

2. Gangguan Keseimbangan Lingkungan

Punahnya spesies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkungan terganggu dan berdampak pada punahnya spesies yang lain.

3. Kesuburan Tanah Berkurang

Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam sehingga berakibat pada penuruan hasil panen.

4. Keracunan dan terkena penyakit

Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami keracunan. Ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang menyebabkan cacat turunan.

5. Pemekatan Hayati

Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk dikenal sebagai pemekatan hayati (dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai biomagnificition.

6. Terbentuknya lubang ozon dan efek rumah kaca

Terbentuknya lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat


(32)

manusia. Hal ini disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain.25

F. Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup Berdasarkan Pasal 13 Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup yang meliputi upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.

1. Instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

Instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Instrumen ini terdiri dari kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan, AMDAL, UKL-UPL, perizianan, instrumen ekonomi lingkungan, peraturan perundang-undangan berisi lingkungan, anggaran berbasis lingkungan, analisis risiko lingkungan, dan audit lingkungan

a. Kajian lingkungan hidup strategis

Kajian lingkungan hidup starategis adalah rangkaian analisis yang sistemastis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa

25Anjarpurnomo, artikel sains, dampak pencemaran dan perusakan

lingkungan.” http://www.artikelsains.com/2014/12/dampak-pencemaran-lingkungan.htm, ldiakses tanggal 5 Mei 2016, pukul 21.00 WIB


(33)

prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegras dalam pembangunan suatu wilayah, kebijakan, rencana dan program. Kajian Lingkungan Hidup Strategis wajib dibuat dan dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan Pasal 15 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kajian lingkungan hidup strategis disusun dalam bentuk rencana tata ruang wilayah beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah Nasional, Provinsi serta Kabupaten/Kota. Selain itu, kajian lingkungan strategis disusun dalam bentuk kebijakan, rencana dan program yang berpotensi menimbulkan dampak dan resiko lingkungan hidup. Berdasarkan Pasal 15 Angka 3, kajian lingkungan hidup strategis dilaksanakan dengan mekanisme, sebagai berikut:

1) Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana dan program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;

2) Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan program; serta

3) Rekomendasi perbaikan untuk mengambil keputusan kebijakan, rencana dan program yeng mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Muatan yang dikaji dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis sesuai dengan Pasal 16 UUPLH adalah sebagai berikut:


(34)

1) Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;

2) Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; 3) Kinerja layanan ekosistem;

4) Efisiensi sumber daya alam;

5) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim.

Hasil Kajian Lingkungan Hidup menjadi dasar bagi kebijakan, rencana dan program pembangunan suatu wilayah. Apabila kajian lingkungan hidup strategis menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah melampaui maka kebbijakan, rencana dan program pembangunan wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS dan terhadap segala usaha dan atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan tidak diperbolehkan lagi. Kajian lingkungan hidup strategis melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan.

b. Tata Ruang

Perencanaan tata ruang harus didasarkan pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis untuk kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat hal ini sesuai dengan Pasal 19 UUPPLH. Perencanaan tata ruang wilayah harus ditetapkan dengan memerhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.


(35)

c. Baku Mutu Lingkungan Hidup

Baku Mutu Lingkungan menurut Pasal 20 UUPPLH merupakan ukuran batas atau kadar makhuk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan unsur pencemar ditenggang keberadaanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagi unsur lingkungan hidup. Selain itu, Baku Mutu Lingkungan berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan telah terjadi pencemaran lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan meliputi, baku mutu air, baku mutu air limbah, baku mutu air laut, baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, baku mutu gangguan dan baku mutu lain.

Pembuangan limbah ke media lingkungan hidup harus memenuhi persyartan baku mutu lingkungan hidup dan mendapat izin dari Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup

Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia dan atau hayati lingkungan hidup untuk tetap melestarikan fungsinya. Selain itu, kriteria baku kerusakan lingkungan berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Dasar hukum kriteria baku kerusakan adalah Pasal 21 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kriteria baku kerusakan


(36)

lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat iklim.

Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi kriteria baku kerusakan tanah produksi biomassa, kriteria baku kerusakan terumbu karang, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan/lahan, kriteria baku kerusakan mangrove, kriteria baku kerusakan padang lamun, kriteria baku kerusakan gambut, kriteria baku kerusakan karst, dan kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya. Sedangkan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada parameter meliputi kenaikan temperatur, kenaikan muka air laut, badai dan kekeringan. e. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

AMDAL merupakan kajian mengenai pentingnya suatu usaha dan kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Dalam Pasal 22 UUPPLH disebutkan bahwa setiap usaha/kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan wajib memilik AMDAL. Penyusun AMDAL wajib memliki sertifikat kompetensi penyusunan AMDAL. Sertifikat kompetensi AMDAL diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun AMDAL yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri Lingkungan Hidup,


(37)

Gubernur, atau Bupati/Walikota. Komisi penilaian AMDAL wajib memiliki lisensi dari Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur, atau Bupati/Walikota.

Dalam melaksakan tugasnya, komisi penilai AMDAL dibantu oleh tim teknis yang terdiri dari pakar independen yang melakukan kajian teknis dan sekretariat. Pakar independen dan sekretaraiat ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur, atau Bupati/Walikota. Berdasarkan hasil penilaian komisi penilaian AMDAL, maka pemerintah menetapkan kelayakan atau ketidaklayakan suatu usaha/kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan hidup.

f. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL)

Upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKL-UPL) merupakan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/ kegiatan yang tidak berdampak terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Dalam Pasal 34 UUPPLH disebutkan bahwa UKL-UPL wajib dimiliki oleh setiap usaha/kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL. Sementara untuk usaha/ kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL, wajib membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantau lingkungan hidup.


(38)

g. Perizinan (Izin Lingkungan)

Perizinan diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah bersifat wajib dan setiap usaha/kegiatan yang memiliki AMDAL atau UKL-UPL harus mempunyai izin. Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha/kegiatan. Izin ini diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan dengan mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.

h. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup

Instrumen ekonomi lingkungan hidup merupakan seperangkat kebijakan ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang untuk melakukan pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan Pasal 42 UUPPLH, instrumen kelestarian adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Instrumen lingkungan hidup meliputi perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi, pendanaan lingkungan hidup, dan insentif dan atau disinsentif. Insentif dan atau disinsentif diterapkan dalam bentuk pengadaan barang/ jasa yang ramah lingkungan, penerapan pajak/retribusi lingkungan hidup dan pengembangan sistem lembaga keuangan yang ramah lingkungan.


(39)

i. Peraturan Perundang-Undangan Berbasis Lingkungan Hidup Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup menekankan bahwa setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup dan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan Pasal 42 UUPPLH serta pengaturan anggaran berbasis lingkungan guna menunjang pelaksanaan pengendalian lingkungan berjalan dengan lancar.26

2. Penanggulangan Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Dalam Pasal 53 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa setiap orang yang melakukan pencemaran maupun perusakan lingkungan wajib menanggulangi efek dari pencemaran dan perusakan lingkungan. Penanggulangan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dilakukan dengan cara pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup kepada masyarakat, pengisolasian pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, penghentian sumber pencemaran dan perusakan lingkungan, dan cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.27

26

Muhammad Erwin, Op.Cit., hlm 58

27


(40)

3. Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup

Pemulihan fungsi lingkungan dilakukan dengan penghentian sumber pencemar dan pembersih unsur pencemar, remediasi, rehabilitasi dan restorasi. Hal ini berdasarkan Pasal 54 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009. Remediasi adalah upaya pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup. Rehabilitasi adalah upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan perlindungan, dan memperbaiki ekosistem. Restorasi adalah upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimana semula.28

G.Badan Lingkungan Hidup

1. Badan Lingkungan Hidup di tingkat Nasional (BAPPEDAL)

BAPPEDAL merupakan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1990, menyatakan bahwa

28 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


(41)

BAPPEDAL mempunyai tugas pokok membantu Presiden dalam melaksanakan pengendalian dampak lingkungan hidup yang meliputi pencegahan kerusakan, penanggulangan dampak dan pemulihan kualitas lingkungan.

a. Susunan Organisasi dalam Bapedal terdiri dari: 1) Kepala;

2) Wakil Kepala; 3) Sekretariat Utama;

4) Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup; 5) Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup;

6) Deputi Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia;

7) Deputi Bidang Penegakan Hukum dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

b. Tugas dan fungsi dari anggota Bappedal 1) Kepala mempunyai tugas, antara lain:

a) memimpin Bappedal sesuai dengan tugas dan fungsi Bappedal yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijaksanaan pemerintah;

b) menyiapkan kebijaksanaan dan kebijaksanaan umum sesuai dengan tugas dan fungsi Bappedal;

c) menetapkan kebijaksanaan teknis pelaksanaan tugas di bidang pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh presiden dan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup;


(42)

d) membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi lain yang menyangkut bidang pengendalian dampak lingkungan;

e) Membina aparatur Bappedal agar lebih profesional, berdaya guna dan berhasil guna.

2) Wakil Kepala Bappedal mempunyai tugas, antara lain:

a) memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Bappedal dalam hal Kepala berhalangan;

b) membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan operasional pengendalian dampak lingkungan hidup;

c) melakukan tugas lain yang ditetapkan Kepala sesuai dengan bidang tugasnya.

3) Sekretariat Umum mempunyai tugas mengkoordinasikan dan menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Bappedal. Sedangkan fungsinya, adalah:

a) pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi kegiatan di lingkungan Bappedal;

b) pengkoordinasian, perencanaan dan perumusan kebijaksanaan teknis Bappedal;

c) pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas Bappedal;


(43)

d) pengkoordinasian kerjasama luar negeri di bidang pengendalian dampak lingkungan;

e) pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga;

f) pengkoordinasian dalam penyusunan laporan;

g) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan Kepala sesuai dengan bidang tugasnya.

4) Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup, selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Deputi I, mempunyai tugas membantu Kepala dalam menyelenggarakan pengendalian kerusakan lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan. Fungsi Deputi I , adalah:

a) perumusan kebijaksanaan teknis di bidang pengendalian kerusakan dan pemulihan kualitas lingkungan hidup;

b) pelaksanaan pengendalian dan pengawasan terhadap perusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan, kerusakan lahan dan kerusahan kawasan lindung;

c) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan Kepala sesuai dengan bidang tugasnya.

5) Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup, disebut dengan Deputi II mempunyai tugas yaitu menyelenggarakan pengendalian pencemaran serta pemulihan kualitas air, pesisir, dan


(44)

lautan, udara, tanah serta pengelolaan limbah dan bahan berbahaya dan beracun. Sedangkan fungsi dari Depitu II, antara lain:

a) perumusan kebijaksanaan teknis di bidang pengendalian pencemaran dan pemulihan kualitas air, pesisir dan lautan, udara, tanah serta pengelolaan limbah dan limbah bahan berbahaya dan beracun;

b) pelaksanaan pengendalian dan pengawasan terhadap pencemaran lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan tertentu yang berupa pencemaran air, pesisir dan lautan, udara dan tanah;

c) pengkoordinasian pelaksanaan pengendalian pencemaran lingkungan hidup yang dilakukan di daerah;

d) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan Kepala sesuai dengan bidang tugasnya.

6) Deputi Bidang Peningkatan Kepasitas Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia, disebut Deputi III mempunyai tugas membantu Kepala dalam menyelenggarakan koordinasi peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia, serta peningkatan partisipasi dunia usaha dan peran masyarakat. Fungsi dari Deputi III, antara lain:

a) perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kelembagaan dan sumber daya manusia dalam rangka pengendalian dampak lingkungan;


(45)

b) pelaksanaan peningkatan kapasitas kelembagaan, sumber daya manusia, partisipasi dunia usaha dan peran masyarakat dalam rangka pengembangan program pengendalian dampak lingkungan;

c) peningkatan partisipasi dunia usaha dan peran masyarakat;

d) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan Kepala sesuai dengan bidang tugasnya.

7) Deputi Bidang Penegakan Hukum dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Deputi IV mempunyai tugas menyelenggarakan penegakan hukum, pengembangan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan pengembangan teknis lingkungan hidup, serta pembinaan laboratorium lingkungan hidup. Fungsi Deputi IV, antara lain:

a) perumusan kebijaksanaan di bidang penegakan hukum lingkungan hidup, pengembangan Amdal dan pengembangan teknis lingkungan hidup;

b) pelaksanaan penataan hukum dan penyelesaian sengketa lingkungan hidup;

c) pengkoordinasian pelaksanaan Amdal dan pengembangan teknis lingkungan hidup;


(46)

e) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Badan Lingkungan Hidup di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Pada Pasal 3 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 75 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan Lingkungan Hidup, Badan Lingkungan Hidup DIY mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. Sedangkan fungsi dari Badan Lingkungan Hidup, sebagai berikut:

a. penyusunan program di bidang lingkungan hidup; b. perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup;

c. pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, pemulihan kualitas lingkungan hidup, konservasi lingkungan;

d. pembinaan pengendalian lingkungan pada instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan swasta di Daerah;

e. penyelenggaraan kajian dan penataan lingkungan;

f. pembinaan dan pengembangan laboratorium lingkungan hidup; g. pemberian fasilitasi penyelenggaraan urusan lingkungan hidup

Kabupaten/ Kota;

h. perumusan kebijakan konservasi kawasan budaya; i. penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan. 29

29Sri Hartati, “Tugas dan Fungsi Badan Lingkungan Hidup Provinsi DIY”,


(47)

3. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman

Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah berdasarkan Pasal 38 A Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sleman. Tugas dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman adalah melaksanakan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan.

Sedangkan fungsi dari Badan Lingkungan Hidup, sebagai berikut: a. perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup, kebersihan

dan pertamanan;

b. pelaksanaan tugas bidang lingkungan hidup, kebersihan, dan pertamanan;

c. penyelenggaraan pelayanan umum bidang lingkungan hidup, kebersihan, dan pertamanan;

d. pembinaan dan pengoordinasian pengelolaan lingkungan hidup, kebersihan, dan pertamanan; dan

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yaitu mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif (perundang- undangan) dan kontak secara faktual pada setiap peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian hukum empiris dilakukan melalui studi lapangan untuk mencari dan menentukan sumber hukum dalam arti sosiologis sebagai keinginan dan kepentingan yang ada di dalam masyarakat.1

B.Jenis Data dan Bahan Hukum

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer yang diperoleh melalui studi lapangan yaitu dengan cara wawancara secara terstruktur maupun bebas dengan narasumber yang berkaitan dengan peran Badan Lingkungan Hidup dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan di Kabupaten Sleman.

2. Data Sekunder merupakan bahan penelitian yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

1

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2012, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Hlm. 25.


(49)

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah dan yurisprudensi, yaitu: 1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945;

2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah;

4) Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 6) Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1990 tentang Badan

Pengendali Dampak Lingkungan;

7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air;

8) Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

9) Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 39 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Gas Buang Sumber Bergerak Kendaraan Bermotor;

10) Keputusan Gubernur DIY Nomor 153 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Udara Ambien;


(50)

11) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman tentang Organisasni Perangkat Daaerah Pemerintah Kabupaten Sleman;

12) Peraturan Bupati Nomor 24.5 Tahun 2014 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup; 13) Peraturan Bupati Sleman Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Prosedur Penanganan Pengaduan Kasus Pencemaran dan /atau Perusakan Lingkungan Hidup;

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku, artikel, internet, wawancara dengan narasumber, surat kabar, dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang berupa kamus, ensiklopedi dan lain-lain.

C.Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan responden baik secara bebas maupun terpimpin.


(51)

2. Studi Pustaka

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji pada pustaka, Perundang-undangan, buku hukum dan literatur pendukung yang berkaitan dengan materi penelitian.

D.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Sleman E.Narasumber

Narasumber dalam penelitian ini adalah Bapak Purwanto selaku Ketua Badan Lingkungan Hidup dan Bapak Rachmat Budi Kepala Subbidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup. Responden dalam penelitian ini adalah 10 orang warga yang bertempat tinggal di Kabupaten Sleman. F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling yaitu setiap individu mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, dalam hal ini adalah warga yang mengikuti program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan di Kabupaten Sleman.2

G.Teknik Analisis Data

Data penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yaitu menganalisa data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun dari hasil penelitian lapangan yang kemudian dianalisis berdasarkan kualitasnya kemudian dideskripsikan dengan menggunakan kata- kata sehingga diperoleh bahasan

2


(52)

atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti, kemudian ditarik kesimpulan.3

3


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Penelitian 1. Wilayah Kabupaten Sleman

a. Letak Wilayah

Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33 00 dan 110° 13 00 Bujur Timur, 7° 34 51 dan 7° 47 30 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D.I.Yogyakarta. Letak geografis Sleman sangat strategis yaitu diantara Candi Borobudur-Keraton Yogyakarta, Malioboro-Candi Prambanan, sehingga Sleman berpeluang untuk pengembangan berbagai bidang pariwisata.1

b. Luas dan Karakteristik Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 Km2, dengan jarak terjauh Utara Selatan 32 Km, Timur

1


(54)

Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun. Adapun karakteristik wilayah Kabupaten Sleman terbagi dalam empat kawasan, yaitu:

1) Kawasan Utara (Kawasan Lereng Gunung Merapi)

Kawasan ini merupakan penyangga air bersih di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Di kawasan ini terdapat ratusan mata air. Kawasan ini tepat untuk investasi di bidang produksi air mineral, eko wisata, jasa kuliner, wisata agro, budidaya agrobisnis, wisata pedesaan dan lain-lain.

2) Kawasan Timur

Kawasan ini meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Kawasan ini termasuk area non irigasi karena daerah lahan kering dan cocok untuk pengembangan tanaman perkebunan serta banyak peninggalan situs candi. Investasi yang cocok adalah pemasaran produk perkebunan, pengembangan fasilitas wisata serta event wisata untuk sejarah purbakala.

3) Kawasan Tengah

Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa.


(55)

4) Kawasan Barat

Wilayah Barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan dan Moyudan merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu serta gerabah serta cocok untuk budidaya pertanian dan perikanan.2

Gambar 1. Peta Kabupaten Sleman

c. Visi Kabupaten Sleman

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan Kabupaten Sleman ditetapkan visi daerah, yaitu: “Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera lahir batin, berdaya saing dan berkeadilan gender pada tahun 2015.” Penjelasan dari sejahtera lahir dan batin adalah masyarakat yang lebih sehat, cerdas dan berkemampuan ekonomi


(56)

memadai sehingga dapat mengembangkan kehidupan sosial dan spiritual dengan baik. Masyarakat Sleman yang lebih berdaya saing adalah masyarakat yang mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif seningga dapat bersaing secara sehat dengan lingkungan lokal, regional dan internasional.

Masyarakat yang lebih berkeadilan gender adalah masyarakat yang mampu menyeimbangkan partisipasi dan akses terhadap hasil pembangunan antara laki-laki dan perempuan, sehingga dapat mengeliinasi kesenjangan antara laki-laki dari perempuan di segala bidang. Upaya untuk mencapai keseimbangan tersebut dilakukan melalui peningkatan pelayanan terhadap perempuan dan anak dan peningkatanpartisipasi perempuan dalam pembangunan.Visi ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarkat Kabupaten Sleman yang terdiri dari aparatur Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, organisasi politik, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga pendidikan, dunia usaha, tokoh masyarakat dan seluruh anggota masyarakat untuk mewujudkan cita-cita masa depan

.

d. Misi Kabupaten Sleman

Misi merupakan pernyataan tentang tujuan operasional organisasi (Pemerintah) yang diwujudkan dalam produk dan pelayanan, sehingga dapat mengikuti irama perubahan zaman bagi pihak-pihak yang berkepentingan bagi masa mendatang.sebagai


(57)

penjabaran dai Visi yang ditetapkan diatas, pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan untuk pencapaian Visi tersebut. Adapun Misi Kabupaten Sleman, yaitu:

1) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat;

2) Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat;

3) Meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat dan penanggulangan kemiskinan

;

4) Memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup.3

B.Profil Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman 1. Sejarah Badan Lingkungan Hidup

Instansi ini telah melaksanakan urusan bidang lingkungan sejak tahun 1994 sampai sekarang di Kabupaten Sleman dan sudah mengalami beberapa perubahan kelembagaan, yaitu:

a. Bagian Lingkungan Hidup Sekretariat Daerah

Ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Sleman Nomor 6 Tahun 1993 tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Sekretariat Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II, maka


(58)

tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan lingkungan hidup ada pada Bagian Lingkungan Hidup.

b. Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman, Bagian Lingkungan Hidup berubah menjadi Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (KPDL). Sebagai tindak lanjut Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2000 ditetapkan Keputusan Bupati Sleman Nomor 13/Kep.KDH/2001 tentang Struktur Organisasi, Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan. Tugas Kantor Pengendali Dampak Lingkungan adalah membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pengendalian dampak lingkungan.

c. Kantor Lingkungan Hidup

Pada tahun 2009, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan berubah menjadi Kantor Lingkungan Hidup dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 43 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Lingkungan Hidup. Kantor lingkungan hidup merupakan unsur pendukung pemerintah daerah


(59)

yang dipimpin oleh Kepala Kantor yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas kantor lingkungan hidup adalah melaksanakan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang lingkungan hidup. d. Badan Lingkungan Hidup

Pada tahun 2014, Kantor Lingkungan Hidup berubah menjadi Badan Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman dan Peraturan Bupati Nomor 24.5 Tahun 2014 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup. Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas yaitu membantu Bupati dalam menjalankan pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan.4

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat daerah Pemerintah


(60)

Kabupaten Sleman. Struktur organisasi Badan Lingkungan Hidup, terdiri dari:

a. Kepala Badan

b. Sekretariat, terdiri dari:

1) Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2) Subbagian Keuangan; dan

3) Subbagian Perencanaan dan Evaluasi.

c. Bidang Kebersihan dan Pertamanan, terdiri dari: 1) Subbidang Persampahan dan Air Limbah; 2) Subbidang Pertamanan.

d. Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup, terdiri dari:

1) Subbidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup; dan 2) Subbidang Pengendalian Perusakan dan Konservasi Lingkungan. e. Bidang Tata Lingkungan, terdiri dari:

1) Subbidang Penataan Lingkungan, dan 2) Subbidang Kajian Lingkungan. f. Unit Pelaksana Teknis; dan g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sub bagian dan Sub bidang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup. Kelompok Jabatan Fungsional berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Badan Lingkungan Hidup yang dalam melaksanakan tugas dikoordinasikan oleh seorang koordinator.


(61)

Adapun bagan struktur organisasi Badan Lingkungan Kabupaten Sleman, sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup

: garis Komando : garis Koordinasi

Kepala Badan Lingkungan Hidup

Sekretariat

Subbagian Perencanaan& Evaluasi Subbagian

Keuangan Jabatan Fungsional

Subbagian Umum & Kepegawaian

Bidang Kebersihan & Pertamanan Bidang Pengendalian

Pencemaran Lingkungan Hidup

Bidang Tata Lingkungan

Subbidang Persampahan Subbidang Penataan

Lingkungan Subbidang Pengendalian

Pencemaran Lingkungan

Subbidang Perusakan &

Konservasi Subbidang

Pertamanan Subbidang Kajian

Lingkungan


(62)

3. Visi

Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam waktu tertentu. Visi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman adalah “terwujudnya Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman yang Lestari” dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

b. Lestari adalah suatu kondisi lingkungan hidup yang tetap terpelihara sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.

4. Misi

Untuk mewujudkan terhadap pencapaian Visi Badan Lingkungan Hidup, maka dirumuskan daam Misi, sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

b. Meningkatkan peran serta aparat, masyarakat, dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup.

c. Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup. Penjelasan masing- masing Misi:

1) Meningkatkan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup adalah meningkatkan upaya pencegahan dan atau


(63)

penanggulangan dan atau pemulihan dampak pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.

2) Meningkatkan peran serta aparat, masyarakat, dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Sleman.

3) Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup adalah upaya internal untuk meningkatkan kompetensi aparat dan mengoptimalkan tupoksi Badan Lingkugan Hidup dalam koordinasidan fasilitasi pengelolaan lingkungan hidup.5 5. Tujuan

Tujuan adalah penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi. Tujuan merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima tahun ke depan. Berdasarkan pernyataan visi dan misi, tujuan yang ingin dicapai oleh Badan Lingkungan Hidup tahun 2011- 2015, sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam;

b. Meningkatkan kemandirian dan kepedulian aparat, masyarakat dan swasta;

c. Mengoptimalkan tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup dalam melaksanakan fasilitasi dan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup.


(64)

6. Sasaran

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh organisasi pemerintah dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulan atau bulanan. Sasaran diusahakan dalam bentuk kualitatif sehingga dapat diukur. Sasaran ditetapkan dengan maksud agar proses kegiatan dalam mencapai tujuan dapat berlangsung secara fokus, efektif dan efisien. Adapun sasaran yang akan dicapai oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman sebagai berikut:

a. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. Meningkatnya kemampuan aparat, masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup;

c. Meningkatnya partisipasi aparat, masyarakat dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup;

d. Meningkatkan saran dan prasarana operasional Badan Lingkungan Hidup;

e. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia aparat.

C.Peran Badan Lingkungan Hidup dalam Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan di Kabupaten Sleman.

Setiap tahun, Badan Lingkungan Hdup melaksanakan program kegiatan dalam rangka pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan. Tujuan pelaksanaan program tersebut adalah menekan laju pencemaran dan perusakan lingkungan yang ada di Kabupaten Sleman.


(65)

Program kegiatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan, antara lain:

1. Koordinasi penilaian kota sehat (ADIPURA)

Pelaksanaan pembinaan dan pemantauan kebersihan kota meliputi 2 pasar, 7 sekolahan, 2 terminal, 12 ruas jalan, 4 perumahan, 2 puskesmas, 1 Rumah Sakit, dan 8 sungai sudah dapat dilaksanakan 100% sesuai dengan target Rencana Kerja dan target Rencana Strategis. Pada tahun 2015 Kabupaten Sleman untuk peringkat nasional mendapat penghargaan ADIPURA berupa Plakat Adipura.

Menurut Bapak Purwanto: “Tahun 2015 Kabupaten Sleman tidak mendapat Piagam ADIPURA, hanya plakat saja. Hal ini karena masalah tempat pembuangan akhir. Sebenarnya dari aspek pengolahan sampah, limbah, dan keteduhan, kebersihan Kabupaten Sleman mendapatkan nilai bagus. Hanya dalam proses akhir, yaitu TPA nilainya rendah karena menggunakan lahan bersama di Piyungan sehingga dalam pengelolaan dan pengolahan sampah menjadi tidak maksimal. Untuk memaksimalkan pengolahan sampah, seharusnya Sleman mempunyai tempat pembuangan akhir sendiri dan masih dalam tahap pembahasan.”6

Di tingkat kabupaten telah dilaksanakan lomba kebersihan dan keteduhan kota di semua kecamatan di Kabupaten Sleman. Kebersihan dan keteduhan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Sleman setiap tahunnya dan diikuti 17 kecamatan, dimana setiap kecamatan mengirimkan dua lokasi yang nantinya akan di evaluasi oleh Badan Lingkungan Hidup. Evaluasi lapangan dilakukan dalam dua tahapan, hal ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana perkembangan/usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga

6 Wawancara dengan Bapak Purwanto selaku Ketua Badan Lingkungan Hidup


(66)

kebersihan dan keindahan lingkungan. Pemenang dalam lomba kebersihan dan keteduhan tahun 2015 di Kabupaten Sleman dimenangkan oleh Dukuh Kadirejo, Desa Margorejo Kecamatan Tempel.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Abdul sebagai Kepala Dukuh Kadirejo, sebagai berikut: “ Alhamdulillah, dukuh kami tahun 2015 menjadi pemenang dalam lomba kebersihan dan keteduhan. Untuk pertama kalinya dukuh menang dalam lomba ini. Hasil kerja keras dari usaha masyarakat Dukuh Kadirejo dalam pengelolaan lingkungan seperti masalah sampah, sanitasi dan pemanfaatan air yang baik. Harapan kedepannya dukuh kami bisa mempertahankan dalam kebersihan dan keteduhan dukuh ini serta banyak masyarakat di Kabupaten Sleman yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan supaya tidak menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan kita.”7

Gambar 3. Penyerahan Piala Lomba Kebersihan dan Keteduhan Tahun 2015

7 Wawancara dengan Bapak Abdul selaku Kepala Dukuh Kadirejo, Desa


(1)

Bagian Keempat Bidang Tata Lingkungan

Pasal 24

Bidang Tata Lingkungan mempunyai tugas mengoordinasikan, melaksanakan, membina, dan mengendalikan ketaatan pengelolaan lingkungan.

Pasal 25

Bidang Tata Lingkungan dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi: a. penyusunan rencana kerja Bidang Tata Lingkungan;

b. perumusan kebijakan teknis penaatan dan pengkajian lingkungan;

c. pengoordinasian pelaksanaan, dan pembinaan pengendalian ketaatan pengelolaan lingkungan;

d. pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan penanganan pengaduan masalah lingkungan hidup;

e. pengoordinasian, dan pelaksanaan penyusunan dan pengembangan instrumen lingkungan;

f. pelayanan perizinan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; g. pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian penerapan teknologi ramah

lingkungan;

h. pengoordinasian, pengelolaan, dan penyusunan data dan informasi pengelolaan lingkungan; dan

i. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Bidang Tata Lingkungan.

Pasal 26

Subbidang Penaatan Lingkungan mempunyai tugas menyiapkan bahan pengoordinasian, pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian ketaatan pengelolaan lingkungan dan penanganan masalah lingkungan.

Pasal 27

Subbidang Penaatan Lingkungan dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan rencana kerja Subbidang Penaatan Lingkungan;

b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengendalian ketaatan pengelolaan lingkungan dan penanganan masalah lingkungan;


(2)

c. penyiapan bahan pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan pengendalian ketaatan pengelolaan lingkungan;

d. penyiapan bahan pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan

penanganan pengaduan masalah lingkungan hidup;

e. penyiapan bahan fasilitasi, peningkatan, dan pengembangan kapasitas pengelolaan lingkungan;

f. penyiapan bahan pengoordinasian, pengelolaan, dan penyusunan data dan informasi pengelolaan lingkungan; dan

g. penyiapan bahan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Subbidang Penaatan Lingkungan.

Pasal 28

Subbidang Kajian Lingkungan mempunyai tugas menyiapkan bahan

pengoordinasian, pelaksanaan, dan pelayanan pengkajian dan perizinan lingkungan.

Pasal 29

Subbidang Kajian Lingkungan dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi: a.penyiapan bahan penyusunan rencana kerja Subbidang Kajian Lingkungan; b.perumusan kebijakan teknis pelayanan dan kajian lingkungan;

c. penyiapan bahan pengoordinasian, dan pelaksanaan penyusunan dan pengembangan instrumen lingkungan;

d.penyiapan bahan pelayanan perizinan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

e. penyiapan bahan pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian penerapan teknologi ramah lingkungan; dan

f. penyiapan bahan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Subbidang Kajian Lingkungan.

Bagian Kelima Unit Pelaksana Teknis

Pasal 30

Unit Pelaksana Teknis mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Badan Lingkungan Hidup.


(3)

Bagian Keenam

Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 31

(1)Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan keahlian.

(2)Jenis dan jumlah jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan.

BAB IV TATA KERJA

Pasal 32

(1)Badan Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan instansi yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

(2)Setiap kepala satuan organisasi dalam melaksanakan tugas wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi baik di lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi.

Pasal 33

(1)Kepala Badan dalam melaksanakan tugas berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Bupati.

(2)Kepala Badan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Bupati secara berkala melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 34

(1)Setiap kepala satuan organisasi dalam melaksanakan tugas berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Kepala Badan.

(2)Setiap kepala satuan organisasi secara berjenjang menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan secara berkala melalui Sekretaris.


(4)

Pasal 35

(1)Sekretaris mengoordinasikan pelaksanaan tugas setiap satuan organisasi. (2)Sekretaris dalam mengoordinasikan pelaksanaan tugas setiap satuan

organisasi berdasarkan arahan Kepala Badan, dan wajib menyampaikan laporan secara berkala.

Pasal 36

(1)Setiap kepala satuan organisasi bertugas memimpin, mengoordinasikan, dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

(2)Setiap kepala satuan organisasi wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahannya dan mengambil langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 37

(1)Setiap kepala satuan organisasi dalam melaksanakan tugas dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya.

(2)Setiap bawahan dapat memberikan saran dan pertimbangan kepada atasannya mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi satuan organisasi masing-masing.

Pasal 38

(1)Setiap kepala satuan organisasi mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

(2)Setiap laporan dari bawahan yang diterima oleh kepala satuan organisasi diolah dan dipergunakan sebagai bahan laporan kepada atasan serta untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

(3)Setiap laporan yang disampaikan kepada atasan, untuk tembusan laporan disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.


(5)

BAB V KEPEGAWAIAN

Pasal 39

Susunan kepegawaian, jenjang kepangkatan dan jabatan di lingkungan Badan Lingkungan Hidup diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 40

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Sleman Nomor 43 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Kantor Lingkungan Hidup (Berita Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2009 Nomor 25 Seri D) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 41

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sleman.

Ditetapkan di Sleman

pada tanggal, 31 Desember 2014 BUPATI SLEMAN,

ttd

SRI PURNOMO Diundangkan di Sleman

pada tanggal, 31 Desember 2014 SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN SLEMAN, ttd

SUNARTONO


(6)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

KEPALA BADAN

LAMPIRAN

PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 24.5 TAHUN 2014 TENTANG

URAIAN TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN, ttd

SRI PURNOMO Bidang Kebersihan dan

Pertamanan

Bidang Tata Lingkungan Bidang Pengendalian

Lingkungan Hidup

Unit Pelaksana Teknis Subbidang Persampahan

dan Air Limbah

Subbidang Pertamanan

Subbidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Hidup

Subbidang Pengendalian Perusakan dan Konservasi

Lingkungan

Subbidang Penaatan Lingkungan

Subbidang Kajian Lingkungan

Subbagian Perencanaan dan

Evaluasi SEKRETARIAT

Kelompok Jabatan

Fungsional Subbagian Umum

dan Kepegawaian

Subbagian Keuangan

: Garis Komando

: Garis Koordinasi