EFEKTIVITAS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI BALARAJA KABUPATEN TANGERANG

EFEKTIVITAS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

  

DI BALARAJA KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

  Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh :

  MOHAMAD NOVIAN NIM : 6661102962

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2015

  

ABSTRAK

  Mohamad Novian. 6661102962. 2015. Skripsi. Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Di Balaraja Kabupaten Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Dr.Suwaib Amirudin, S.Sos, M.Si. Pembimbing II. Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si.

  Kata Kunci : Manajeman, Pengawasan Fokus penelitian ini adalah Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Di Balaraja Kabupaten Tangerang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Di Balaraja Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Instrumen Penelitian ini yaitu peneliti sendiri sedangkan sumber penelitiannya adalah PNS di BLHD Kabupaten Tangerang. Kecamatan Balaraja dan Masyarakat umum di Sekitar Lokasi penelitian. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan serta menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman. Uji keabsahan data triangulasi dan membercheck. Peneliti ini meneliti tentang pengawasan maka peneliti menggunakan teori Handoko tentang karakteristik-karakteristik pengawasan efektif (373:2000). Berdasarkan hasil penelitian Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Di Balaraja Kabupaten Tangerang belum optimal karena masih kurangnya sumber daya yang berkompetensi, serta sosialisasi kepada masyarakat umum yang tidak ada.

  

ABSTRACT

  Mohamad Novian. 6661102962. 2015. Thesis. The effectiveness of supervision Regional Environmental Agency in the Environment Pollution Control In Balaraja Tangerang District. Study Program of Public Administration. Faculty of Social

  st

  Science and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. I : Dr.Suwaib

  nd Amirudin, S.Sos, M.Si. 2 : Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si.

  Keywords : management, supervision The focus of this research is the effectiveness of supervision Regional Environment Agency Monitoring In Pollution Control Environment In Balaraja Tangerang District. The purpose of this study to determine how the shape Monitoring Regional Environmental Agency in the Environment Pollution Control In Balaraja Tangerang District. The method used is qualitative method. This research instrument that researchers themselves while the source of the study was the civil servants in BLHD Tangerang Regency. Subdistrict Balaraja and the general public in Nearby study. Data were obtained through interviews, observation, documentation and study of literature as well as using data analysis techniques according to Miles and Huberman. Test the validity of the data triangulation and membercheck. The researchers studied the supervision of the researchers used Handoko theory about the characteristics of effective supervision (373: 2000). Based on the research results Monitoring Regional Environmental Agency in the Environment Pollution Control In Tangerang regency Balaraja not optimal due to the lack of competent resources, as well as the dissemination to the general public that does not exist.

  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim..

  Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam

  Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup di Kabupaten Tangeran g”

  dengan metode kualitatif deskriptif. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelengkapan dalam memperoleh gelarsarjana Strata 1 (S-1) pada program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik apabila tidak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil untuk kelancaran skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Mia Dwiana Widyaningtyas, M.Kom, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Gandung Ismanto, S.Sos, M.M, Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Rahmawati S.Sos, M.Si, Ketua Jurusan/Prodi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos, M.Si Sekretaris Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Titi Setiawati, S.Sos, M.Si, Wakil Ketua Jurusan/Prodi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  9. Dr. Suwaib Amirudin, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing I Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sultan Ageng Tirtayasa.

  10. Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing II Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  11. Adul Hamid, Ph.D, selaku Penguji Sidang Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  12. Para Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala sumbangsihnya.

  13. Seluruh Pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang yang mengizinkan penulis meminta wakttu dan tenaganya dalam membantu penulis mencapai tujuan penelitian.

  14. Kedua Orang tuaku tercinta yakni Ayahanda H.Sardi Winata dan Ibunda Hj.Ueng Suehaeni, S.Pd yang tidak henti-hentinya selalu memberikan dukungan yang membangun, serta inspirasi berupa moril dan materil.

  Terimakasih atas do’a yang selalu kalian panjatkan.

  15. Adikku yang teramat ku sayang Intan Septianingsih, terimakasih telah memberikan canda tawa selama ini.

  16. Sahabat-sahabat terbaik yang selama ini memberikan dukungan, Rahmat Tholib (Oday), Nurul Anam, Dede Sanyund, Sepupuku Rian terimakasih kalian sangat luar biasa.

  17. Untuk orang yang membantu dalam tawa, tangis dan duka. Ku persembahkan hasil akhir Skripsi ini kepada Anita Octariani, S.ST.Keb, terimakasih telah banyak memberikan semangat dan doa.

  18. Rekan-rekan Program Ilmu Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2010 Nonreguler kelas F dan G.

  19. Serta semua pihak yang telah terlibat membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENNGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

  1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 38

  1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 40

  1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 40

  1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 40

  1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 40

  1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................ 41

  BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR

  2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 45

  2.2 Teori Pengawasan ...................................................................................... 45

  2.2.1 Fungsi dan Tujuan Pengawassan .............................................. 52

  2.2.2 Jenis-Jenis Pengawasan ............................................................ 59

  2.2.4 Teknik-Teknik Pengawasan ...................................................... 66

  3.5 Informan Penelitian .................................................................................... 78

  4.1.3 Tugas, Fungsi, danStruktur Organisasi ..................................... 100

  4.1.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah BLHD ......................... 94

  4.1.1 Gambaran Umum BLHD Kabupaten Tangerang ...................... 92

  4.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang.................................................. 91

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  3.7 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 90

  3.6.2 Teknik Analisis Data ................................................................. 88

  3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 80

  3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 87

  3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 77

  2.2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengawasan ...................... 66

  3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 77

  3.2 Fokus Penelitian ......................................................................................... 77

  3.1 Metode Penelitian ...................................................................................... 76

  BAB III METODE PENELITIAN

  2.6 Asumsi Dasar ............................................................................................. 75

  2.5 Kerangka Berfikir ...................................................................................... 74

  2.4.2 Peneliti Kedua ........................................................................... 70

  2.4.1 Peneliti Pertama ........................................................................ 68

  2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 68

  2.3 Manajeman Strategis .................................................................................. 67

  4.1.4 Kepala BLHD Kabupaten Tangearng ....................................... 102

  4.1.6 Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan ................................... 103

  4.1.7 Bidang Bina Hukum dan Informasi Lingkungan ...................... 104

  4.1.8 Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan ................................. 104

  4.1.9 Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah ........................ 105

  4.1.10 Bidang Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan .......... 106

  4.1.11 SDM BLHD Kabupaten Tangerang ........................................ 107

  4.1.12 Pos Pengaduan Kasus Pencemaran ......................................... 113

  4.2 Informan Penelitian .................................................................................... 114

  4.3 Deskripsi Data danAnalisis Data ............................................................... 116

  4.4 Pembahasan Hasil Peneltian ...................................................................... 116

  4.4.1 Akurat ....................................................................................... 116

  4.4.2 Tepat Waktu .............................................................................. 124

  4.4.3 Obyektif .................................................................................... 128

  4.4.4 Terpusat pada titik-titik pengawasan ........................................ 131

  4.4.5 Realistik secara ekonomi .......................................................... 134

  4.4.6 Realistik secara organisasional ................................................. 139

  4.4.7 Terkoodinasi dengan Aliran organisai ...................................... 142

  4.4.8 Fleksibel .................................................................................... 144

  4.4.9 Bersifat sebagai petunjuk organisasional .................................. 146

  4.4.10. Diterima paran anggota organisasi ......................................... 157

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 175

  5.2 Saran .......................................................................................................... 176

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Lingkungan HidupGambar 1.2 SOP pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kab. TangerangGambar 2.1 Tujuan PengendalianGambar 2.2 Langkah-langkah Proses PengawasanGambar 2.3 Proses Kerangka BerpikirGambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan HubermanGambar 4.2 Tata Cara Penyusunan UKL-UPL BLHD Kab. TangerangGambar 4.3 SOP Pengaduan Lingkungan HidupGambar 4.4 PerusahaanGambar 4.5 Kawasan Perusahaan Baja Mas BalarajaGambar 4.6 Aksi Protes Warga Talagasari

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Industri Perusahaan Kab. Tangerang 2006-2013Tabel 1.2 Rekapitulasi Rencana Program Kegiatan Belanja Langsung Program

  Pilihan SKPD BLHD Kab. Tangerang

Tabel 1.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan PendidikanTabel 3.1 Informan PenelitianTabel 3.2 Informan WawancaraTabel 4.1 Jumlah personil berdasarkan pendidikan di BLHD Kab.TangerangTabel 4.2 Jumlah personil bersarkan pangkat di BLHD Kab.TangerangTabel 4.3 Jumlah berdasarkan jenis kelaminTabel 4.4 Jumlah berdasarkan Pendidikan StrukturalTabel 4.5 Jumlah personil berdasarkan diklat fungsional

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Lingkungan merupakan suatu aspek penting dalam kehidupan makhluk yang ada dimuka bumi ini karena lingkungan mempunyai segala pengaruh bagi kehidupan umat manusia. Lingkungan yakni sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Karena lingkungan yang bersih dan nyaman suatu bagian terpenting pada kehidupan manusia, pada umumnya lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan umat manusia dan ekosistem yang lainnya.

  Pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup yang diuraikan dan ditafsirkan di dalam Undang-Undang Dasar Lingkungan Hidup bermaksud agar dapat dijalankan secara sistematik, terorganisasi dan ditaati oleh seluruh masyarakat. Oleh karena itu Undang-Undang Dasar yang jelas, teratur, efektif dan efisien. Untuk pengawasan lingkungan telah terbentuk suatu lembaga Internasional untuk lingkungan hidup dan pembangunan yang melibatkan berbagai Negara. Kepentingan lingkungan hidup harus dipikirkan dalam waktu yang panjang demi kesejahteraan umat manusia, walaupun dalam pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk skala lokal. Menghadapi perkembangan baik didalam Negeri dan maupun diluar Negeri dan pesatnya persaingan global.

  Menurut Undang-Undang Dasar Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No 32 Tahun Pasal I angka 14 bahwa Pencemaran lingkungan hidup adalah:

  Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan /atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan, (Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 Pasal I angka 14). Lingkungan terdiri dari abiotik dan biotik. Abiotik yaitu sesuatu yang tidak bernyawa contohnya tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, dan bunyi. Sedangkan biotik adalah sesuatu yang bernyawa contohnya tumbuhan, hewan, dan manusia. Ilmu yang mempelajari tentang lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.

  Berbagai elemen yang harus dilibatkan adalah pemerintah, wakil rakyat, anggota perdagangan, perusahaan, industri, masyarakat dan organisasi non pemerintah yang merupakan suatu lembaga atau istitusi yang diselenggarakan oleh masyarakat yang sepatutnya secara bersama-sama perlu mempunyai komitmen terhadap kelestarian lingkungan hidup. Analisis mengenai dampak lingkungan dalam Otto Soemarwoto (24:2007) mengatakan :

  Pembangunan berkelanjutan selalu akan membawa perubahan. Sudah barang tentu perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang baik menurut ukuran manusia. Misalkan di suatu daerah terdapat penyakit malaria, kekurangan pangan, dan sarana pendidikan yang rendah. Dalam keadaan ini tingkat kualitas hidup adalah rendah dan dengan demikian kualitas lingkungan di daerah itu adalah rendah. Pembangunan dilancarkan untuk mengubah kondisi tersebut.

  Pada dasarnya daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya di muka bumi ini. Lingkungan yang bersih dan alami dengan segala keragaman hayati sudah sulit didapatkan pada daerah perkotaan. Namun pada dasarnya lingkungan terjaga bersih dengan campur tangan manusia itu sendiri, karena kondisi lingkungan berpengaruh pada lingkugan hidup abiotik dan biotik yang dipengaruhi manusia.

  Ada kecenderungan yang begitu besar dimana upaya untuk mempertahankan fungsi lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari masih jauh dari yang diharapkan. Karena perusahaan tidak pernah melihat permasalahan dan rusaknya lingkungan serta tercemarnya lingkungan. Dengan perkembangan jaman pada dekade terakhir ini pabrik-pabrik dan buruknya saluran pembuangan-pembuangan bahan-bahan berbahaya, pestisida, jalan raya, hilangnya hutan belantara, serta semakin punahnya kehidupan liar menyadari adanya kebersamaan atas perjuangan mereka dari masyarakat. Menambah daftar lingkungan yang tercemar semakin tidak terkontrol.

  Pada jaman sekarang ini aktivitas manusia diperkotaan sangat berpengaruh pada lingkungan, karena diperkotaan banyak faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah polusi dari sebagian faktor-faktor lainnya, apabila memperhatikan makhluk hidup dalam habitatnya atau pada lingkungan tempat hidupnya semuanya saling memiliki siklus satu dengan yang lainnya. Lingkungan hidup yang alami merupakan lingkungan yang memberikan kesejukan dan kedamaian pada umumnya. Beberapa persoalan yang mengancam keadaan air sungai didaerah perkotaan disebabkan oleh faktor manusia. Kabupaten Tangerang merupakan suatu daerah otonomi yang berkembang sangat pesat pada sekarang ini. Namun kemajuan ini tidak terlepas dari daerah Kabupaten Tangerang yang secara langsung berbatasan dengan kota-kota besar yaitu ibu Kota Jakarta dan Pusat Propinsi Banten.

  Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang, Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Daaerah Kabupaten Tangerang terdiri dari 1 (satu) Sekretariat yang terdiri dari 2 (dua) Sub bagian, 4 (empat) bidang dengan masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) sub bidang dan 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Laboratorium Lingkungan. Badan lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang mempuyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Lingkungan Hidup, sedangkan fungsinya adalah : 1.

  Perencanaan dan Perumusan Bahan Kebijakan Program Kerja Badan Lingkungan Hidup ; 2. Pelaksanan Persiapan Fasilitasi Program Kerja Pengendalian

  Dampak Lingkungan Daerah ; 3. Pelaksanaan Kegiatan Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

  Daerah ; 4. Pembinaan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup ; 5.

  Pengelolaan dan Tindak Lanjut Laporan/Pengaduan Masyarakat Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan ; 6. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan Hidup ; 7. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Lingkungan Hidup Sesuai

  Dengan Peraturan Perundang-undangan ; 8. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Kebijakan Program

9. Pelaksaan Koordinasi Dengan Instansi/Lembaga Lainnya Terkait

  Dengan Kegiatan Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah ; 10. Pelaksanaan Monitoring Dan Evaluasi Serta Pelaporan Kegiatan

  Badan Lingkungan Hidup ; Dalam kata lain latar belakang pendidikan masyarakat di Kabupaten

  Tangerang Kecamatan Balaraja harus mampu mempunyai latar pendidikan dan ilmu pengetahuan yang lebih baik. Karena sebaiknya masyarakat harus mengimbangi pesatnya perkembangan pembangunan pada era global ini. Pesatnya pembangunan pun mempunyai dampak besar secara umum bagi lingkungan, kesehatan, populasi penduduk meningkat, dan sosial budaya.

  Kabupaten Tangerang mempunyai penduduk 1.798.601 jiwa pada tahun 2010 dan kepadatan 3.129 dan 29 Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Tangerang yang di bagi lagi atas 246 Desa dan 28 Kelurahan setelah mengalami pemekaran wilayah atas Kota Tangerang Selatan. Rumah Sakit yang tersebar di Kabupaten Tangerang yaitu sebanyak 17 Rumah Sakit.

  Pencemaran lingkungan terutama air, karena air memegang peran penting dalam kebutuhan sehari hari untuk keperluan memasak, mencuci, dan mandi. Di samping itu sebagian besar air digunakan untuk pengairan sawah, ladang, dan industri dan lain lain. Pemakaian air sering kali tidak melihat dampak lingkungan pada pemakaian air yang digunakan masyarakat sehari hari contohnya mencuci pakaian memakai deterjen secara tidak sengaja mempengaruhi kualitas air sungai yang mencemari air.

  Kabupaten Tangerang mempunyai 4 sungai yang meliputi daerah lingkungan sekitar pemukiman warga di antaranya sungai Cidurian, sungai Cirarab, sungai Cisadane, dan sungai Cimanceuri. Contohnya lingkungan air sungai Cimanceuri yang meliputi beberapa kecamatan :

  1. Kecamatan Jambe yaitu Jembatan Kutruk (Jl.Kutruk, Desa Pasir Barat.

  2. Kecamatan Tigaraksa yaitu Jembatan Surya Toto (Jl.Arya Jaya Santika, Desa Pasir Bolang.

  3. Kecamatan Balaraja yaitu Jembatan Balaraja (Jl.Raya Serang Km.24, Desa Talagasari.

  4. Kecamatan Kemiri yaitu Jembatan Barong (Desa Ranca Labuh).

  5. Kecamatan Kronjo yaitu Jembatan Lontar ( Jalan Raya Kronjo ). Pencemaran lingkungan hidup terjadi jika mengalami perubahan akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam hal struktur dan fungsi lingkungan terjadi akan terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi lingkungan terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia yang biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.

  Berdasarkan laporan status lingkungan hidup Daerah Kabupaten Tangerang terdapat beberapa permasalahan yang ditemui di Kecamatan Balaraja, berbagai permasalahan yang tersebut adalah :

  1. Pengelolaan sampah yang kurang optimal.

  2. Kemacetan lalu-lintas.

  3. Pencemaran air sungai oleh limbah cair industri, rumah sakit dan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) serta limbah domestik.

  4. Pencemaran udara oleh limbah gas sarana transportasi dan industri.

  5. Penurunan kualitas lingkungan sosial, seperti : bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan jumlah pengangguran, penurunan tingkat kesehatan dan meningkatnya kriminalitas. Sumber : Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Pemberlakuan Undang-Undang Lingkungan Hidup adalah suatu kontrol dalam peningkatan lingkungan hidup untuk memecahkan berbagai permasalahan lingkungan hidup yang terjadi dimuka bumi ini. Kabupaten Tangerang umumnya masih banyak masyarakat yang masih menggunakan sarana prasarana dari sejumlah sungai di Daerah Kabupaten Tangerang untuk digunakan keperluan hidup sehari-hari.

  Hal ini akan berdampak bagi lingkungan hidup baik secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi manusia juga dapat merubah keadaan lingkungan yang tercemar. Akibat perbuatannya manusia itu sendiri menjadi keadaan lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mencegah terjadinya pencemaran.

  Hasil observasi dilapangan peneliti menemukan masih adanya masyarakat yang menggantungkan hidup sehari hari dengan air sungai dan mengandalkan kegunaan air itu setiap hari untuk memasak mandi serta mencuci pakaian. Apabila air yang tercemar oleh bahayanya limbah industri yang membuang limbahnya ke sungai maka tercemarlah lingkungan air tersebut dan tidak sehat untuk dipakai sebab sudah tercemar oleh limbah-limbah industri yang membuang sejumlah bahan limbah cair ke aliran sungai.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Januari 2015 kepada masyarakat yang bermukim disekitar Daerah Aliran Sungai yang bernama Bapak Andi yang menyatakan bahwa :

  ”Sungai Cimanceuri pada saat ini semakin hari semakin tercemar oleh menimbulkan keresahan bagi masyarakat yang bermukim disekitaran aliran sungai Cimancueri, bahkan dampak yang masyarakat rasakan dengan kondisi air sungai Cimanceuri dalam 10 tahun terakhir ini sudah tidak bisa dipakai menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari lagi seperti mencuci pakaian.” (Sumber : Wawancara dengan Bapak Andi pada tanggal 2 Januari 2015 Pukul 13.34 WIB).

  Seorang masyarakat yang bermukim disekitar Daerah Aliran Sungai yang bernama Bapak Suryanto mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Bapak Andi diatas yaitu :

  “Adanya sejumlah pabrik disana yang melakukan pencemaran lingkungan sungai. Air sungai kadang menjadi berubah warna dari warna coklat menjadi hitam, apalagi pada musim kemarau. Kondisi sungai seperti ini warga tidak bisa memakai air sungai untuk keperluan sehari-hari lagi. (Sumber : Wawancara dengan Bapak Suryanto pada tanggal 2 Januari 2015 Pukul 14.00).”

  Seorang masyarakat lainnya yang bertempat tinggal di Desa Sangereng yang bermukim disekitar Daerah Aliran Sungai Cimanceuri, yang bernama Bapak Samid :

  “Pada saat ini sering terjadi gumpalan busa yang ada pada aliran sungai sampah-sampah rumah tangga yang bercampur dan menumpuk pada aliran sungai Cimanceuri. Masyarakat juga belum pernah ada yang mengadukan permasalahan ini ke instansi terkait. Karena dari instansi terkaitpun tidak ada datang kepada masyarakat. Masyarakat sangat menyesali dengan kondisi sungai yang keadaan nya seperti sekarang ini yang dulu sungai ini sangat penting bagi kehidupan masyarakat kami. Seperti digunakan untuk mandi, mencuci pakaian. (Sumber : Wawancara dengan Bapak Samid pada tanggal 2 Januari 2015 Pukul 14.20 WIB).”

  Dengan berjalannya waktu serta bertambahnya populasi penduduk dan transmigrasi arus penduduk yang dari kampung datang ke kota merubah persebaran perusahaan perusahaan di Kabupaten Tangerang berkembang seimbang dengan pertumbuhan penduduk. Akibat pola perilaku ekonomi dan kecerobohan umat manusia dalam mengekploitasi lahan sumber daya alam yang tidak terkontrol dan cenderung makin memperburuk pada lingkungan sumber daya karena perilaku manusia yang tidak ramah akan lingkungan.

  Mengutip rencana strategis (Renstra 2013-2018) yaitu sebagai berikut : Setiap tahunnya di wilayah Kabupaten Tangerang mengalami perkembangan pembangunannya tergolong cepat ditandai dengan adanya peningkatan kegiatan industri, pariwisata, perikanan, ekonomi, dan lain-lain. Pesatnya pembangunan di Kabupaten Tangerang memberikan implikasi positif terutama pada aspek perkembangan ekonomi.

  Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang, seiring dengan banyaknya pencemaran lingkungan yang semakin marak dilakukakan karna tidak bisa menjaga kualitas sungai dan kualitas lingkungan hidup semakin menurun sehingga sangat mengancam ekosistem yang ada pada lingkungan hidup.

  Maka perlu dilakukan perlindungan dengan cara melakuakan suatu pengawasan dan pengendalian mungkin dan lebih intensif oleh semua pemegang kedudukan serta kepentingan khususnya Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang dengan memeberikan teguran-teguran dengan sanksi yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah daerah. Sebab apabila semakin tidak terkontrolnya pencemaran lingkungan ini akan semakin berdampak luas pada ekosistem makhluk hidup di muka bumi dan mengancam umat manusia.

  Memuat dari harian Bisnis.com, Tangerang - Kepala Bidang Industri Agro dan Kimia Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Bapak.

  Rudiansyah Tholib menyatakan :

  Pemerintah Provinsi Banten menyatakan bahwa tidak adanya grand strategi industri yang berkualitas mengakibatkan pertumbuhan industri besar dan sedang di Provinsi ini tidak berdampak pada pengurangan angka pengangguran dan kemiskinan. Padahal, ujarnya, jumlah penduduk di Banten kini mencapai 9 jiwa, permasalahan lain ujarnya, persebaran industri terjadi tidak merata. Di Kabupaten Tangerang misalnya terdapat 628 unit perusahaan industri pengolahan, sementara di Kabupaten Pandeglang hanya berjumlah 12 industri atau perusahaan. (Sumber : HarianBisnis.com Selasa, 16 September 2014. Diakses pada tanggal 10 Januari 2015).

  Masyarakat dalam melakukan pengaduan ke Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang yang mana terjadi pencemaran pada lingkungan hidup dipemukiman masyarakat Kabupaten Tangerang. Dapat melaporkan langsung terkait pencemaran ke kantor Badan Lingkungam Hidup Daerah Kabupaten Tangerang langsung datang ke bidang pengkajian dampak lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dengan tata cara pengaduan pencemaran sebaai berikut :

Gambar 1.1 Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Lingkungan Hidup 1.

  Pengadu yang ingin melakukan pengaduan bisa berupa lisan maupun tulisan.

  2. Pengadu bisa mengadukan pengaduannya pada tingkat Kades (Lurah), tingkat Camat, tingkat Bupati, tingkat BLH Kab, tingkat Kota (Gubernur), ke tingkat Propinsi kemudian tingkat LH dan terakhir tingkat KLH.

  3. Setelah pengaduan diterima, kemudian dilakukan proses telaah dan dilakukan klasifikasi (pengelompokkan) sesuai unit kerja/instansi yang terkait.

  4. Kemudian setelah dilakukan klasifikasi di bagi menjadi dua bagian, yaitu non lingkungan dan lingkungan.

  5. Untuk yang non lingkungan hanya melibatkan instansi sektoral saja.

  6. Sedangkan yang klasifikasi lingkungan dilakukan verifikasi untuk keabsahan dari kebenaran pengaduan yang disampaikan.

  7. Setelah dilakukan verifikasi data, pihak terkait melakukan tindak lanjut untuk menetapkan pengaduan tersebut terbukti atau tidak.

  8. Jika tidak terbukti instansi terkait tidak akan melakukan tindak lanjut atau memberikan sanksi.

  9. Jika terbukti benar pengaduan tersebut maka yang diadukan akan mendapat sanksi berupa sanksi administrasi, penegakan hukum perdata dan penegakan hukum pidana. Setelah dilakukannya proses pengaduan secara langsung dalam bentuk tulisan maupun lisan maka dilakukan tinjau lapangan untuk melihat hasil laporan yang telah diadukan kepada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Apabila terbukti terkait dugaan pencemaran oleh masyarakat, dijatuhkannya sanksi berupa teguran sampai tinjau lapang untuk proses identifikasi dan verifikasi sebagai bukti benar melakukan pencemaran lingkungan. Berikut sanksi bagi pelaku pencemaran lingkungan.

  Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 mengandung berbagai ketentuan aspek hukum, yakni Hukum Administrasi Negara (HAN), Hukum Perdata dan Hukum Pidana, sehingga karenanya pemberian-pemberian sanksi terhadap pelaku pencemaran lingkungan itu dapat dilakukan melalui :

A. Hukum Administrasi Negara

  Hukum Administrasi Negara dapat berbentuk sebagai berikut : 1. Undang-Undang (UU) 2. Peraturan Pemerintah (PP) 3. Keputusan Menteri (Kepmen) 4. Peraturan Daerah Propinsi (Peraturan Daerah Kabupaten/Kota) 5. Keputusan Gubernur 6. Keputusan Bupati/Walikota

  Hukum Administrasi Negara akan tampak berkaitan dengan pemerintah untuk memberikan perizinan pendirian usaha dan melakukan langka pengamanan lingkungan apabila ketentuan yang diisyaratkan dalam perijinan dilanggar.

  Ketentuan sanksi administrasi yang berkaitan dengan pelanggaran perizinan diatur dalam pasal 25 UUPLH yang berbunyi :

  1. Gubernur / Kepala Daerah Tingkat I berwenang melakukan paksaan pemerintan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran, serta menanggulangi akibat yang ditimbulakan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan dan/atau kegiatan kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang.

  2. Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diserahkan kepada Bupati/Walikotamadya/Kepala Daerah Tingkat II dengan Peraturan Daerah Tingkat I.

  3. Pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada penjabat yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

  4. Paksaan pemerintan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), didahului dengan surat perintah dari penjabat yang berwenang.

  5. Tindakan penyelamatan, Penanggulanan dan/atau Pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diganti dengan pembayaran sejumlah uang tertentu”.

  Kemudian dalam pasal 27 UUPLH, dijelaskan bahwa : 1. Pelanggaran tertentu dapat dijatuhkan sanksi berupa pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan.

  2. Kepala Daerah dapat mengajukan usul dan mencabut izin usaha dan/atau kegiatan kepada penjabat yang berwenang.

  3. Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk mencabut izin usaha dan/atau kegiatan karena merugikan kepentingannya. Selanjutnya untuk menjatuhkan suatu sanksi dapat dilakukan dari tingkat menteri sampai pejabat ditingkat daerah, tergantung bobot dan pokok pelanggarannya. Hal ini untuk memperoleh ketentuan-ketentuan yang lebih jelas, yang kemudian dapat diterapkan bagi instansi-istansi yang terkait di dalamnya.

B. Hukum Perdata

  Ketentuan-ketentuan mengenai pemberian sanksi perdata ini diatur dalam

  Pasal 34 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, yang berbunyi : 1. Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkkungan yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tidakan tertentu”.

  2. Selain pembebanan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tertentu tersebut”.

  Adapun yang bertanggungjawab untuk memberkan ganti rugi adalah penanggungjawab usaha selama pencemaran atau perusakan lingkungan hidup itu tidak disebabkan bencana alam atau peperangan, karena keadaan terapaksa di luar kemampuan manusia dan adanya tindakan pihak ketiga, hal itu sebagaimana ditegaskan dalam pasal 35 Undang-Undang Lingkungan Hidup yang berbunyi sebagai berikut :

  (1) Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, bertanggungjawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan. (2) Penanggungjawab dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dan/atau perusakan ligkungan hidup disebabkan salah satu alasan di bawah ini : a.adanya bencana alam atau peperangan ; atau b.adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia ; atau c.adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. (3) Dalam hal terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, pihak ketiga bertanggungjawab membayar ganti rugi.

  Dalam masalah penyelesaian ganti kerugian, hal ini diatur dalam Pasal 1243 dan Pasal 1365 KUHP Perdata untuk menentukan siapa yang telah melakukan perbuatan hukum. Isi dari Pasal 1243 KUHP Perdata adalah :

  Pergantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak berpenghuninya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila pihak si terutang setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatan, tetapi melalaikanya, atau jika suatu yang harus diberikan atau dibuatnya hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampauinya. Sedangkan Pasal 1365 KUHPerdata berisi : Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salanya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang melakukan perbuatan melawan hukum dalam hal ini hukum lingkungan dengan melakukan kerugian bagi orang lain, maka orang tersebut harus memberikan ganti rugi terhadap pihak yang diinginkannya.

C. Hukum Pidana

  Asas-asas tindak pidana lingkungan hidup meliputi : 1.

  Asas Legalitas (Principle Legality) : Dalam asas tersebut kapasitas hukum dan kejelasan serta ketajaman dalam merumuskan peraturan hukum pidana.

2. Asas Pembangunan berkelanjutan (The Principle Of Sustainable

  Development) : Asas ini menegaskan bahwa pembangunan ekonomi

  jangan sampai mengorbankan hak generasi yang akan datang untuk menikmati lingkungan hidup yang sehat.

  3. Asas Pencegahan (The Precautionary Principle) : Asas tersebut menegaskan apabila terjadi kerusakan, maka kekurangsempurnaan kepastian ilmiah hendaklah jangan dijadikan alasan untuk menunda Cost Effective measures dalam rangka terjadinya degradasi lingkungan hidup.

  4. Asas Pengendalian (The Principle of Retraint) : Menyatakan bahwa sanksi pidana hendaknya baru dimanfaatkan apabila sanksi administrasi, sanksi perdata, tidak tepat dan tidak efektif.

  Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan pidana, antara lain : Pasal 41, yang menyatakan bahwa : (1) Barangsiapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Jika tidak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun penjara dan didenda paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

  Pasal 42 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa : (1) Barangsiapa yang karena kealfaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

  Pasal 43 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, menyatakan bahwa : (1) Barangsiapa yang melanggar ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sengaja melepaskan dan membuang zat, energi, dan/atau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau di dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran / perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain, diancam pidana paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Diancam dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), barangsiapa yang dengan sengaja memberikan informasi palsu atau menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), padahal mengetahui atau sangat berlasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut padat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain. (3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dengan pidana penjara paling lama (sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp. 450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah).

  Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 menyatakan bahwa : (1) Barangsiapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, karena kealfaannya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 43, diancam pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, berarti terhadap pelaku pelanggaran terhadap peraturan hukum lingkungan dapat dikenakan sanksi pidana berupa sebagai berikut : 1.

  Sanksi Administratif, Pasal 25 dan 27 UUPLH 2. Sanksi Perdata, Pasal 34 dan 35 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997.

  3. Sanksi Pidana, Pasal 41, 42, 43 dan 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997. Pembangunan harus memerhatikan berbagai sektor, bahwa pembangunan yang seimbang yaitu diperoleh adanya saling ketergantungan yang efesien dari berbagai sektor, yaitu sektor industri, sektor pertanian dan sektor jasa, dimana akan timbul banyak permasalahan apabila pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan menyebabkan keseimbangan dan gangguan pada berbagai kegiatan ekonomi sehingga pembangunan menjadi terhambat.

  Pembangunan sektor industri merupakan bagian terpenting dari pembangunan nasional yang secara potensial memberikan kontribusi yang sangat besar untuk perekonomian di Negara Indonesia. Adanya peranan yang sangat berarti dimana sektor industri mampu menumbuhkan kesejahteraan pada masyarakat.

  Meningkatnya laju angka pertumbuhan sektor industri yang selalu relative dan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Memperlihatkan bahwa sektor industri mendominasi dalam perekonomian daerah dan skala nasional dibandingkan dengan sektor lainnya.

Tabel 1.1 Data Industri Perusahaan Kabupaten Tangerang 2006-2013

  

Tahun Data Industri Kabupaten Tangerang

  2006 404 Industri 2007 Mengingkat 285 Industri 2008 Meningkat 246 Industri 2009 Meningkat 171 Industri 2010 Meningkat 95 Industri 2011 Meningkat 142 Industri 2012 Meningkat 153 Industri 2013 Meningkat 232 Industri

  Total 1728 Industri

  (Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang ) Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tangerang ini disebabkan karena meningkatnya sumbangan dari sektor industri sebesar 87%.

  Pada periode 2006-2013 terlihat pada tabel diatas bahwa sektor industri mampu menggeser peranan sektor pertanian sebagai sektor paling utama dalam pembangunan daerah di Kabupaten Tangerang.

  Perkembangan pada sektor industri tidak dapat dipisahkan dalam investasi baik yaitu investasi asing dan investasi dalam negeri serta aspek lainnya yang ikut berperan yaitu tenaga kerja disektor industri. Nilai investasi yang ditanamkan oleh investasi asing maupun investasi dalam negeri akan selalu diikuti oleh perkembangan tekhnologi.