Profil Keluarga Dampingan Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Susut - Kecamatan Susut - Kabupaten Busut.

2

1.1 Profil Keluarga Dampingan

1.1.1 Identitas Keluarga Dampingan No Nama Status Umur Tgl Lahir Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1. Sang Ketut Madra Kepala Keluarga Suami 53 Tahun 31-12- 1963 SD Sederajat Tidak bekerja Dikarenakan kondisi Bapak Sang yang tidak dapat berjalan, bapak Sang tidak mempunyai pekerjaan tetap. 2. Sang Ayu Putu Sudeni Istri 51 tahun 31-12- 1965 SD Sederajat Petani Sehari-hari bertani mengerjakan sawah orang lain, mengurus ternak babi 3. Sang Kompyang Indrawan Anak Pertama 38 tahun 4-4-1978 SMA Sederajat Supir Sehari-hari berkerja sebagai supir 4. Sang Made Indrayana Anak Kedua 35 tahun 24-8- 1981 SMA Sederajat Kuli Supir Sehari-hari bekerja sebegai kuli bangunan atau supir 5. Sang Nyoman Anak Ketiga 29 tahun 15-5- SMA Sederajat Pegawai swasta Bekerja di KPU Bangli 3 Indragiri 1987 Bapak Sang Ketut Madra merupakan lelaki kelahiran Dusun Pukuh, Desa Susut Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli yang saat ini berumur 60 tahun. Ia menikah dengan Sang Ayu Putu Sudeni dan melahirkan tiga orang anak yang bernama Sang Kompyang Indrawan, Sang Made Indrayana, dan Sang Nyoman Indragiri. Pada tahun 2004 Bapak Sang menaiki sebuah pohon dan jatuh dari ketinggian 12 meter. Akibat kejadian jatuh tersebut, kedua kakinya lumpuh. Bapak Sang Sudah mencari pengobatan medis dan non medis serta melakukan pijat tradisional akan tetapi tidak membuahkan hasil. Ketika dibawa ke dokter, Bapak Sang dikatakan mengalami saraf kejepit. Sebelum terjatuh dari pohon dan mengalami saraf kejepit, Bapak Sang bekerja sebagai supir yang mengangkut barang antar kota. Akibat kejadian tersebut, Bapak Sang hingga kini tidak dapat melakukan pekerjaan formal, akibat kondisinya yang tidak dapat berjalan lagi. Bapak Sang menempati rumah permanen dengan dengan luas 8 x 7 meter yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 buah dapur dan 1 buah kamar mandi. Kamar mandi dan dapur terletak diluar bangunan utama tepatnya di samping rumah. Ia kini tinggal bersama Istri dan anak ketiganya beserta menantu dan cucu-cucunya. Sementara anak pertama dan anak kedua menempati rumah yang berbeda, tetapi tetap pada satu pekarangan. Dalam satu pekarangan terdapat lima kepala keluarga termasuk keluarga Bapak Sang dan anaknya. Keluarga Bapak Sang sudah menggunakan PLN sebagai sumber listrik di rumah tersebut. Sumber air yang digunakan oleh keluarga bapak Sang bukan berasal dari PAM melainkan dari air swadaya desa. Akan tetapi air tersebut tidak mengalir setiap saat, sehingga keluarga Bapak Sang harus menampung air tersebut pada waktu-waktu tertentu. Sehari-hari Bapak Sang tidak bekerja dan hanya menemani cucunya bermain. Sesekali Bapak Sang hanya menonton televisi. Istrinya yang sehari-hari bertani mengerjakan sawah orang lain tidak dapat menemani atau merawat Bapak Sang. Mengenai biaya kehidupan sehari-hari Bapak Sang dan istrinya dibiayai oleh anak ketiganya, dikarenakan anak pertama dan kedua bekerja serabutan dan tidak mempunyai penghasilan tetap. 4 Sebelum jatuh dari pohon, Bapak Sang pernah menjadi kepala dusun kelihan dinas. Bapak Sang yang bekerja menjadi sopir juga mempunyai banyak teman. Akan tetapi, setelah musibah yang dialaminya, Ia jarang bertemu dengan teman-teman dan terkadang merasa kesepian ketika sendirian. Ketika awal kunjungan tampak kondisi fisik bapak Sang tidak terawat. Ia sehari-hari membersihkan diri mandi hanya dengan lap yang dibasahi air. Hal itu dilakukan karena anak- anaknya sudah bekerja dan istrinya tidak mampu membopongnya ke kamar mandi. Aktifitas mandi dengan air dan sabun di kamar mandi dilakukan kurang lebih sebulan sekali. Begitu juga ketika Bapak Sang hendak buang air kecil, Ia tidak mampu ke kamar mandi sehingga sehari-hari Ia buang air kecil di plastik yang nantinya akan dibuang oleh istrinya. Di ketahui bahwa respon biologis dan fisiologis Bapak Sang berubah sejak musibah yang menimpanya. Berkaitan dengan aktifitas buang air besar, karena perubahan kondisi dan ringannya aktifitas, Bapak Sang mengaku tidak merasakan keinginan untuk buang air besar dan aktifitas buang air besar di kamar mandi kurang lebih dilakukan seminggu sekali. Tampak pakaian yang digunakan oleh bapak Sang selama kunjungan pun seperti jarang diganti dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Ketika pertama kali ke rumah sakit setelah kejadian, dokter menyarankan bapak Sang untuk menjalani operasi. Akan tetapi karena tidak mempunyai biaya, hingga kini Bapak Sang belum mendapatkan penanganan operasi dan kedua kakinya masih lumpuh.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan