BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pajak Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, dapat di paksakan berdasar Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, yang di gunakan untuk
membiayai Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah. Menurut Prof. Dr Rochmat Sumitro, SH Pajak merupakan iuran rakyat kepada
kas negara berdasar Undang-Undang Dapat di paksakan dengan tiada jasa timbal balik kontra prestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum Mardiasmo, 2002 : 1 . Sehingga dapat di simpulkan Pajak Daerah memiliki unsur-unsur:
a. Iuran rakyat kepada Pemerintah Daerah.
b. Pungutan
tersebut berdasarkan
kekuatan hukum
Undang-Undang Pemerintah dan Peraturan–Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah.
c. Tanpa kontra prestasi secara langsung maksudnya yaitu, pungutan Pajak
Daerah tersebut tidak bisa ditunjukkan adanya jasa timbal balik dari pemerintah secara langsung kepada individu-individu.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, yaitu pengeluaran-
pengeluaran yang berguna bagi masyarakat luas.
2. Pajak Daerah Menurut Mardiasmo 2002 Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah dan di gunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. a. Pengelompokan Pajak Daerah
Pajak Daerah dibagi menjadi 2 jenis Pajak Daerah Propinsi dan Pajak Daerah Kabupaten.
1 Jenis Pajak Propinsi dan tarif: a
Pajak kendaraan bermotor dan Pajak kendaraan di atas air, 5. b
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air, 10. c
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, 5. d
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, 20.
2 Jenis Pajak Kabupaten Kota dan tarif: a
Pajak Hotel, 10. b
Pajak Restoran, 10. c
Pajak Hiburan, 35. d
Pajak Reklame, 25.
e Pajak Penerangan jalan, 10.
f Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Gol C, 20.
g Pajak Parkir, 20.
b. Penyampaian Pajak Daerah Sistem pemungutan Pajak Daerah adalah
self assessment
system, di mana WP mempunyai wewenang untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. WP
mengisi sendiri secara benar, jelas dan lengkap dalam Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD. Berdasarkan SPTPD pemerintah daerah dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD dalam jangka waktu 5 tahun sesudahnya Kepala Daerah dapat mengeluarkan beberapa surat ketetapan yaitu:
1 Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar SKPDKB. Dalam hal SPTPD
tidak di sampaikan dalam jangka waktu yang telah di tentukan dan sudah di tegur secara tertulis atau apabila dalam pemeriksaan atau keterangan lain
pajak terutang tidak atau kurang bayar. 2
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan SKPDKBT. Jika di temukan data baru atau yang semula belum lengkap sehingga jumlah
pajak yang kurang bayar menjadi bertambah. 3
Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil SKPDN. Dalam jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan kredit pajak atau pajak tidak terutang
sehingga tidak ada kredit pajak. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah
SSPD yang harus lunas sekaligus atau bisa di tunda bila memenuhi persyaratan yang ditentukan dan mendapat persetujuan dari Kepala Daerah.
Proses penagihan dilakukan apabila WP tidak memenuhi kewajibannya dan melebihi jatuh tempo yang telah ditetapkan.
c. Tahapan Penagihan Adapun tahapan penagihan adalah sebagai berikut:
1 Mengeluarkan surat teguran atau peringatan yang selanjutnya baru surat
paksa. 2
Apabila dengan surat paksa tidak berhasil maka pejabat berhak menerbitkan surat perintah untuk melaksanakan penyitaan yang kemudian
melakukan pelelangan dari kantor lelang negara. 3. Pendapatan Asli Daerah Surakarta
Pendapatan Asli Daerah menurut Pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah di sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri di pungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai
dengan Perundang-Undangan yang berlaku. Komponen sumber-sumber Pendapatan Daerah sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Terdiri dari: a.
Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Penerimaan berikut: 1
Pajak Daerah 2
Retribusi Daerah 3
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di pisahkan 4
Lain-lain Penerimaan yang Sah b.
Dana Perimbangan
1 Dana Bagi Hasil
2 Dana Alokasi Umum DAU
3 Dana Alokasi Khusus DAK
c. Pinjaman Daerah
d. Lain-lain Pendapatan yang Sah terdiri dari:
1 Hibah
2 Dana Darurat
3 Penerimaan lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak terdiri dari PBB, BPHTB, PPh pasal 21, 25, 29 WP orang pribadi dalam negri.
DAU dialokasikan berdasarkan prosentase tertentu dari pendapatan dalam negri neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah ditetapkan
berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
formula dan penghitungan DAU-nya ditetapkan sesuai Undang-Undang. DAK dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu dalam rangka
pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk mendanai kegiatan khusus yang di tentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional dan kegiatan khusus yang
di usulkan oleh daerah tertentu. Penyusunan kegiatan khusus yang ditentukan oleh Pemerintah dikoordinasikan dengan Gubernur.
4. Pajak Hiburan Pajak Hiburan sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 tahun 1998 adalah
pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis
pertunjukan, permainan, keramaian dan bidang jasa lain dengan nama dan bentuk apapun untuk di tonton langsung atau di tempat lain atau
mempergunakan, melihat dan dinikmati oleh setiap orang dengan di pungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas olah raga.
Penyelenggara hiburan
adalah perorangan
atau badan
yang menyelenggarakan hiburan baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk
dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
a. Obyek Pajak Hiburan
Obyek pajak hiburan adalah penyelenggara hiburan. Obyek pajak meliputi: 1
Pertunjukan Film, 2
Pertunjukan Kesenian, 3
Pagelaran Musik, 4
Discotek, 5
Karoke, 6
Klab Malam, 7
Permainan Billiard, 8
Permainan Ketangkasan, 9
Panti Pijat, 10
Mandi Uap, 11
Pertandingan Olah Raga, 12
Hiburan lainnya yang diatur dengan Keputusan Walikota Kepala Daerah, b. Subyek Pajak Hiburan
Subyek Pajak adalah orang yang menonton dan atau menikmati hiburan. Dasar dan tarif pengenaan Pajak Hiburan ditentukan berdasarkan
prosentase dan diperhitungkan berdasarkan dari harga tanda masuk HTM pembayaran omzet.
1 Jenis Hiburan Bioskop ditentukan sebagai berikut:
Tabel 1 Golongan Dan Tarif Pajak Untuk Jenis Hiburan Bioskop Di Surakarta
TARIF PAJAK NO
KLASEMEN GOLONGAN
FILM IMPORT FILM NASIONAL
1 2
3 4
5 6
7 A.II Utama
A.II A.I
B.II B.I
C.II D
30 28
26 24
20 17
13 25
23 21
19 15
12 8
Sumber: Dipenda Surakarta
2 Pertunjukan musik di tetapkan sebesar 10.
3 Pertunjukan Kesenian di tetapkan sebesar 5.
4 Penyelenggaraan Dicotek, Karoeke, Klub Malam di tetapkan sebesar 30.
5 Penyelenggaran pasar malam, Bazar, Taman Hiburan di tetapkan 20.
6 Pertandingan Olah Raga di tetapkan 10.
7 Pameran, Museum di tetapkan 5.
8 Usaha kesegaran jasmani, tempat kolam renang di tetapkan 15.
9 Panti Pijat di tetapkan 25.
10 Usaha Persewaan Gedung olah Raga di tetapkan 25.
11 Persewaan Film Video Electronik Palwa di tetapkan 20.
12 Segala bentuk permainan ketangkasan anak-anak di tetapkan 30.
13 Permainan Billiard di tetapkan 20.
14 Jenis pertunjukan dan keramaian lainnya yang diatur dengan Keputusan
Walikota Kepala Daerah di tetapkan 20. c. Obyek Pajak Hiburan di Kota Surakarta:
1 BIOSKOP
2 NON BIOSKOP
a Gedung olah raga b Video Palwa
c Fitness Senam d Panti Pijat
e Permainan Ketangkasan Anak
f Discotek, Karaoke
g Pemandian
h Insidental
i Museum
j THR Sriwedari
k Dinas Pariwisata
l Taman Jurug
m Permainan Billiard
n Gedung Pertemuan
5. Pajak Permainan Billiard a. Pengertian Billiard
Menurut Peraturan Daerah No. 20 Tahun 1977 Penyelenggara Billiard adalah usaha mengadakan ketangkasan jasmani yang menggunakan alat
perlengkapan khusus berupa bola, alat penyodok, dan meja Billiard dalam suatu tempat atau ruang tertentu, yang terbuka untuk umum dengan memungut
pembayaran. b. Tarif Pajak Permainan Billiard
Tarif Pajak untuk Permainan Billiard adalah sebesar 20 dari pembayaran. Pajak Permainan Billiard ini di tarik setiap bulan.
B. Pembahasan