l Taman Jurug
m Permainan Billiard
n Gedung Pertemuan
5. Pajak Permainan Billiard a. Pengertian Billiard
Menurut Peraturan Daerah No. 20 Tahun 1977 Penyelenggara Billiard adalah usaha mengadakan ketangkasan jasmani yang menggunakan alat
perlengkapan khusus berupa bola, alat penyodok, dan meja Billiard dalam suatu tempat atau ruang tertentu, yang terbuka untuk umum dengan memungut
pembayaran. b. Tarif Pajak Permainan Billiard
Tarif Pajak untuk Permainan Billiard adalah sebesar 20 dari pembayaran. Pajak Permainan Billiard ini di tarik setiap bulan.
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan Pajak Hiburan Jenis Permainan Billiard a. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Surakarta 2002 – 2004
Untuk mengetahui besarnya penerimaan dan target tentang Pajak Hiburan di wilayah Surakarta dapat di lihat dalam tabel 2 hal 29 berikut ini, yang
terjadi antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2004. Tabel 2
Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Surakarta 2002 – 2004 Tahun
Target Realisasi
Rasio penerimaan 2002
2003 1.850.000.000,00
2.000.000.000,00 1.853.325.607,00
2.007.545.227,00 100,18
100,38
2004 2.100.000.000,00
2.104.804.295,00 100,23
Sumber: Dipenda Surakarta, Diolah
Dari Tabel 1 dapat diketahui rasio penerimaan di peroleh dengan rumus perbandingan realisasi Pajak Hiburan dengan target yang telah ditetapkan.
R
=
100 ´
Tr P
R= Penerimaan Pajak. P= Realisasi Penerimaan.
Tr= Target.
Tahun 2002 = R 2002
=
18 ,
10 100
000 .
000 .
850 .
1 607
. 325
. 853
. 1
= ´
Tahun 2003 = R 2003
=
100 000
. 000
. 000
. 2
227 .
545 .
007 .
2 ´
=
100,38
Tahun 2004 = R 2004
=
23 ,
100 100
000 .
000 .
100 .
2 295
. 804
. 104
. 2
= ´
Dari data di atas tabel 2 dapat di ketahui bahwa pada tahun anggaran 2003 penerimaan Pajak Hiburan meningkat dari tahun 2002 yaitu meningkat sebesar
0,2 yang semula sebesar 1.853.325.607,00 dan pada tahun 2003 menjadi sebesar Rp 2.007.545.227,00. Peningkatan penerimaan tersebut di sebabkan
karena pertumbuhan ekonomi rakyat semakin meningkat sehingga kebutuhan akan hiburan meningkat pula. Pada tahun 2004 penerimaannya sebesar Rp
2.104.804.295,00. Namun
pada tahun
anggaran 2004
walaupun penerimaannya meningkat di bandingkan dengan penerimaan pada tahun
anggaran 2003 namun posentase penerimaannya menurun dari 100,38
menjadi 100,23 . Adapun sebab turunya prosentase penerimaan yaitu berkurangnya pendapatan dari sektor hiburan karena pada tahun 2004
masyarakat di Surakarta sedang berduka karena Raja Pakubuwono XII dari Keraton Surakarta telah meninggal dunia, sehingga hal ini mempengaruhi
perekonomian di Kota Surakarta. Karena masyarakat Surakarta sedang berduka maka banyak kegiatan hiburan yang dibatalkan.
Permainan Billiard masuk sebagai bagian dari Pajak Hiburan mulai bulan April 1998, tetapi pada bulan maret Pajak Hiburan dari Permainan Billiard
sudah ada dan sebesar Rp 1.350.000,00. b. Target dan Realisasi Pajak Hiburan Jenis Permainan Billiard 2002 – 2004
Untuk mengetahui besarnya target dan realisasi Pajak Hiburan Jenis Permainan Billiard selama tahun 2002-2004 di Kota Surakarta dapat dilihat
pada tabel 3 hal 31 berikut ini: Tabel 3
Target dan Realisasi Pajak Hiburan Jenis Permainan Billiard 2002 – 2004 Tahun
Target Realisasi
Rasio 2002
2003 2004
45.000.000,00 28.000.000,00
38.000.000,00 97.081.400,00
30.332.300,00 41.141.400,00
215,74 108,33
108,27
Sumber: Dipenda Surakarta
Tahun 2002
= R 2002
=
74 ,
215 100
000 .
000 .
45 400
. 081
. 97
= ´
Tahun 2003 =
R 2003
=
33 ,
108 100
000 .
000 .
28 300
. 332
. 30
= ´
Tahun 2004 =
R 2004
=
27 ,
108 100
000 .
000 .
38 400
. 141
. 41
= ´
Berdasarkan tabel 3 hal 31 dapat diketahui bahwa pada tahun anggaran 2002 pendapatan atau realisasi dari Pajak Hiburan Jenis Permainan Billiard
meningkat lebih dari dua kali lipat dari target yang di tetapkan. Tahun 2002 targetnya sebesar Rp 45.000.000,00 dan terealisasi sebesar Rp 97.081.400,00.
Hal ini disebabkan karena Permainan Billiard sedang di minati oleh Masyarakat Surakarta. Sehingga pada waktu itupun banyak berdiri tempat-tempat permainan
Billiard. Akan tetapi pada tahun anggaran 2003 pendapatan dari Pajak Billiard ini menurun di bandingkan dengan pendapatan pada tahun anggaran 2002. Pada
tahun anggaran 2003 pertumbuhan realisasi Pajak Hiburan jenis Permainan Billiard menurun 107,41 . Walaupun pada tahun anggaran 2003 realisasinya
lebih besar dari target yang telah ditetapkan, tapi pada tahun anggaran 2003 ini banyak tempat Permainan Billiard yang telah tutup atau gulung tikar. Pada tahun
2003 target dari Permainan Billiard sebesar Rp 28.000.000,00 dan terealisasi sebesar Rp 30.332.300,00. Pada tahun anggaran 2004 pendapatan dari
Permainan Billiard ini meningkat dibandingkan dengan tahun anggaran 2003. Pada tahun 2004 target yang ditetapkan sebesar Rp 38.000.000,00 dan tercapai
realisasi sebesar Rp 41.141.400,00. Karena pada tahun anggaran 2004 Permainan Billiard ini mulai digemari lagi oleh masyrakat di Surakarta hal ini
juga ditunjang dengan berdirinya beberapa tempat Permainan Billiard baru. Pada tahun 2004 Permainan Billiard banyak dipertandingkan dan sering di
adakan event Permainan Billiard di Kota Surakarta, hal ini menyebabkan Permainan Billiard ini mulai berkembang lagi. Akibat dari perkembangan
Permainan Billiard banyak berdiri tempat Permainan Billiard baru. Untuk mengetahui daftar nama tempat-tempat Permainan Billiard di kota Surakarta
pada tahun 2002 dapat dilihat pada tabel 4 halaman 33 berikut ini: Berdasarkan tabel 4 hal 33 dapat diketahui bahwa pada tahun 2002 di
Kota Surakarta terdapat 20 tempat Permainan Billiard yang tersebar di wilayah Kota Surakarta. Namun karena ketatnya persaingan yang terjadi di Kota
Tabel 4 Daftar Tempat Permainan Billiard di Surakarta Tahun 2002
NO Nama Billiard
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
Yuri Billiard TN Billiard
President Billiard Garuda Billiard
Kleco Billiard Lakers Billiard
Aquaria Beteng Billiard Cakra Billiard
Mitra Billiard Golden Billiard
Balaikambang Billiard Sumber Billiard
Master Billiard King Billiard
15 16
17 18
19 20
Pondok Berseri Billiard Maestro Billiard
Setabelan Billiard Gelora Billiard
Solo Billiard Contessa Billiard
Sumber: Dipenda Surakarta
Surakarta dan banyak berdirinya jenis permainan baru khususnya permainan ketangkasan dan permainan Play Station dan permainan lainnya, pada akhirnya
menyebabkan Permainan Billiard ini banyak yang gulung tikar karena sepinya pengunjung.
Di samping ketatnya persaingan diantara para pengusaha Permainan Billiard ini penyebab lainnya yaitu peralatan dan alat yang dipergunakan sudah usang
atau kebanyakan banyak yang rusak. Padahal Permainan Billiard ini memerlukan peralatan yang serba baru dan mengikuti perkembangan zaman.
Sehingga pada tahun 2003 beberapa tempat Permainan Billiard yang masih bertahan dan ada juga tempat Billiard yang baru, yaitu dapat dilihat pada tabel 5
hal 34 berikut ini: Tabel 5
Daftar tempat Permainan Billiard di Surakarta Tahun 2003 Nama
Alamat Jumlah
Meja
1. Kleco Billiard
2. Garuda Billiard
3. President Billiard
4. TN Billiard
5. Lakers Billiard
6. Mitra Billiard
7. Billiard Cakra
Jl. Karang Asem, Kleco Jl. Perintis Kemerdekaan
Jl. Kebangkitan Nasional, Sriwedari Jl. Bhayangkara, Penumping
Jl. Yosodipuro, Ketelan Jl. IR Juanda, Jebres
Jl. Slamet Riyadi 201 8
21 27
6 14
7 8
Sumber: Dipenda Surakarta
Pada tahun 2004 Permainan Billiard ini mulai digemari lagi oleh masyarakat Surakarta, sehingga pada tahun 2004 ini ada beberapa tempat
Permainan Billiard baru yang berdiri. Pada tahun anggaran 2004 ini Dipenda Kota Surakarta menaikkan target penerimaannya dari tahun 2003. Pada tahun
2003 sebesar Rp 28.000.000,00 pada tahun 2004 menjadi Rp 38.000.000,00. Daftar tempat-tempat Permainan Billiard di Kota Surakarta pada tahun
2004 dapt dilihat pada tabel 6 hal 35 berikut ini: Tabel 6
Daftar tempat Permainan Billiard di Surakarta tahun 2004 Nama
Alamat Jumlah
Meja 1.
Kleco Billiard 2.
Mase Billiard 3.
Garuda Billiard 4.
Mega Pool Billiard Jl. Karang Asem, Kleco
Jl. Adi Sucipto, Jajar Jl. Perintis Kemerdekaan
Komplek Hero Purwosari 8
20 21
6
5. President Billiard
6. TN billiard
7. Lakers Billiard
8. Mitra Billiard
9. Billiard Cakra
Jl. Kebangkitan Nasional, Sriwedari Jl. Bhayangkara, Penumping
Jl. Yosodipuro, Ketelan Jl.IR Juanda, Jebres
Jl. Slamet Riyadi 201 27
6 14
7 8
Sumber: Dipenda Surakarta
c. Daftar Rasio Penerimaan Billiard Terhadap Pajak Hiburan 2002 – 2004 Untuk mengetahui besarnya rasio penerimaan Permainan Biliard terhadap
Pajak Hiburan di Surakarta tahun 2002-2004 dapat dilihat pada tabel 7 hal 36 berikut ini:
Tabel 7 Rasio penerimaan Billiard terhadap Pajak Hiburan 2002-2004
Tahun Target
Realisasi 2002
2003 2004
2,4 1,4
1,8 5,2
1,5 2
Sumber: Dipenda Surakarta, diolah
Dari tabel 7 hal 36 tentang rasio penerimaan Permainan Billiard terhadap Pajak Hiburan dapat diketahui bahwa target tahun 2003 menurun 1 dari
tahun 2002. Pada tahun 2002 sebesar 2,4 sedangkan tahun 2003 sebesar 1,4. Pada tahun 2004 meningkat sebesar 0,4 dibandingkan dengan tahun
tahun 2003. Pada tahun 2004 sebesar 1,8.Kemudian untuk realisasi pada tahun 2003 menurun sebesar 3,7 dibandingkan tahun 2002. Pada tahun 2002
realisasi sebesar 5,2 sedangkan tahun 2003 sebesar 1,5. Pada tahun 2004 kembali meningkat sebesar 0,5 dibandingkan tahun 2003. Pada tahun 2004
realisasinya sebesar 2. d. Kontribusi Pajak Hiburan Bagi Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah
di Surakarta Tahun 2002-2004. Untuk mengetahui besarnya kontribusi Pajak Hiburan bagi Pajak Daerah
dan Pendapatan Asli Daerah di Surakarta yang terjadi tahun 2002 sd 2004 dapat dilihat pada tabel 8 hal 37 berikut ini:
Tabel 8 Kontribusi Pajak Hiburan Bagi Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah di
Surakarta Tahun 2002-2004. dalam ribuan Tahun
Anggaran Realisasi
PAD Realisasi
Pajak Daerah
Realisasi Pajak
Hiburan Pajak
Hiburan Pajak Daerah
Pajak Hiburan
PAD 2002
2003 2004
81.072.260 356.483.584
364.632.606 20.943.450
24.656.997 27.395.764
1.853.325 2.007.544
2.104.804 8,4
8,1 7,7
2,3 0,56
0,57
Sumber: Dipenda Surakarta
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah cukup kecil dan dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada
tahun 2002 kontribusinya sebesar 8,4. Pada tahun 2003 kontribusinya sebesar 8,1. Pada tahun 2004 kontribusinya sebesar 7,7. Apabila dibandingkan
dengan PAD maka pada tahun 2002 kontribusinya sebesar 2,3. Pada tahun 2003 kontribusinya sebesar 0,56. Pada tahun 2004 kontribusinya sebesar
0,57. Dari uraian diatas ada kelebihan yang didapat yaitu Pajak Hiburan jenis
Permainan Billiard penerimaannya dari tahun ke tahun selalu melebihi dari target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2002 realisasi sebesar Rp
97.081.400,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp 45.000.000,00. Tahun 2003 realisasi sebesar Rp 30.332.300,00 dari target yang ditetapkan Rp
28.000.000,00. Tahun 2004 realisasi sebesar Rp 41.141.400,00 dari target yang ditetapkan Rp 38.000.000,00. Untuk lebih jelasnya ada pada tabel 3 hal 31.
Penerimaan Pajak Hiburan selalu mengalami peningkatan dan dapat melebihi dari target yang ditetapkan tabel 2 hal 29. Selain itu juga masih ada
kelemahannya yaitu pada tahun 2003 Banyak terdapat tempat Permainan Billiard yang tutup karena sepinya pengunjung. Hal ini juga dikarenakan banyak
berdiri jenis permainan baru dan para pengusaha Permainan Billiard kalah bersaing. Selain itu juga karena peralatan Billiard yang sudah banyak yang rusak
atau peralatan Permainan Billiard yang sudah berumur sehingga membuat para pengunjung enggan atau bosan dengan Permainan Billiard. Pada tahun 2002
tempat Permainan Billiard berjumlah 20 tempat tabel 4 hal 33 pada tahun 2003 tinggal berjumlah 7 tempat tabel 5 hal 34. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap
Pajak Daerah relatif kecil tabel 8 hal 37. Tahun 2002 sebesar 8,4 tahun 2003
sebesar 8,1 tahun 2004 7,7 dalam ribuan dan dari tahun ketahun mengalami penurunan.
Dengan masih adanya kelemahan tersebut maka Dipenda disarankan supaya lebih memaksimalkan lagi penerimaan dari sektor Pajak Hiburan dengan jalan
menjalin kerja sama dengan swasta sebagai penyelenggara pelayanan publik merupakan salah satu solusi yang efektif dalam meningkatkan kualitas
pelayanan dan memudahkan WP untuk melakukan kewajibannya. Dengan dilakukannya kerja sama tersebut diharapkan para WP lebih mudah dalam
pembayaran pajak. Melakukan evaluasi setiap bulan atau setiap minggu apakah dari target yang dicanangkan tersebut ada perubahan dan melakukan evaluasi
kinerja dari Dipenda. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang profesional dengan memberikan pelatihan kepada petugas pajak agar mereka benar-benar
mengerti tentang pemungutan pajak dan dapat membantu WP dalam memenuhi kewajibannya sehingga pemungutan pajak dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Disamping itu Dipenda juga harus memberikan keringanan atau pembebasan denda kepada WP yang sanggup membayar semua kewajiban
pokoknya dan tunggakan pajak.
2. Alasan Pajak Hiburan Jenis Permainan Billiard Dihitung Berdasarkan Banyaknya Meja Padahal Pembayaran Permainan Dihitung Berdasarkan
Game Coin Permainan Pemungutan terhadap penerimaan dari Pajak Hiburan Jenis Permainan
Billiard belum sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku pada Peraturan
Daerah No.3 Tahun 1998 tentang Pajak Hiburan. Penghitungan tarif adalah sebasar 20 x jumlah pembayaran. Namun pada prakteknya penghitungan pajak
atas pembayaran itu di dasarkan pada banyaknya meja, padahal mereka menyewakan berdasarkan permainan atau koin. Hal ini terjadi Karena
pemantauan dari Dipenda kurang, mereka para pengusaha Permainan Billiard beralasan Pajaknya terlalu besar dan mereka harus membayar gaji para
pegawainya dan masih mengeluarkan biaya untuk perawatan peralatan Billiard. Petugas pajakpun juga tidak mau ambil resiko dari pada tidak mendapatkan
hasil sama sekali lebih baik mendapatkan sedikit. Sehingga diskusi atau negosiasi antara fiscus dengan WP sering terjadi untuk menentukan besarnya
Pajak terutangnya. Kalau di hitung berdasarkan banyaknya meja menjadi tidak adil karena, apabila ada tempat Permainan Billiard yang ramai sama yang sepi
pengunjung, pajaknya sama. Sebaiknya Permainan Billiard ini di hitung menggunakan nota permainan, yang sebaiknya nota permainan ini sebelum di
gunakan diperporasi atau diberikan nomor seri terlebih dahulu di Dipenda. Setelah adanya nomor seri ini para pengusaha Permainan Billiard ini dapat
dipantau dan pengenaan besarnya pajak itu jelas. Selain itu juga masih ada beberapa WP atau beberapa tempat yang enggan untuk memenuhi kewajibannya
untuk membayar pajak, karena Permainan Billiard ini bukan masuk Pajak Hiburan tapi sebagai salah satu jenis cabang olah raga. Jadi mereka menolak
untuk membayar pajak dengan alasan tersebut. Dari uraian diatas ada kelebihan yang didapat yaitu usulan yang dilakukan
oleh Dipenda untuk memberlakukan penerapan nota permainan sangat cocok
untuk jenis Permainan Billiard. Selain itu juga masih terdapat kelemahan yaitu pemungutan terhadap Permainan Billiard belum sesuai dengan sistem dan
prosedur yang berlaku. WP dalam memberikan informasi tidak valid atas omzet penerimaannya. Dengan adanya kelemahan tersebut maka Dipenda disarankan
supaya lebih mendekati WP dengan banyak melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada WP dan memberikan mereka motivasi atau semangat dengan
memberikan hadiah undian ataupun penghargaan kepada para WP. Sebaiknya pemberlakuan nota permainan itu tidak hanya pada Permainan Billiard saja, juga
dipakai untuk jenis permainan ketangkasan yang lain. Karena luasnya wilayah Surakarta dan dirasa para petugas Pemeriksa Pajak masih sedikit maka perlu
adanya penambahan tim Pemeriksa Pajak yang memeriksa dengan maksud mendeteksi kebenaran dari omzet.
3. Hambatan Apa Saja Yang Terjadi Dalam Peningkatan Penarikan Pajak Hiburan Jenis Permainan Billiard
a. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan petugas pajak. Mereka dapat saja
bernegosiasi dengan para pengusaha Permainan Billiard untuk menentukan besarnya pajak walaupun jumlahnya lebih kecil dari yang seharusnya.
Lebih baik mendapatkan hasil yang kecil dari pada tidak mendapatkan hasil sama sekali, mungkin itu ungkapan yang tepat dengan situasi yang
terjadi. b.
WP Jenis Permainan Billiard dalam memberikan informasi tidak valid atas omzet penerimaannya.
c. Terbatasnya anggota tim pemeriksa pajak.
d. Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak masih rendah.
e. Pelayanan dan sumber daya yang kurang baik dari petugas pajak, sehingga
dapat menghambat penerimaan pajak. Dari penjelasan tentang hambatan yang terjadi dalam penarikan
pajak terdapat kelebihan yaitu Dipenda mempunyai evaluasi tentang kinerja. Kelemahan yang terjadi yaitu Dipenda tidak segera mengambil
tindakan untuk segera mengatasi hambatan tersebut. Dari kelemahan yang terjadi maka sebaiknya Dipenda segera memperbaiki hambatan yang
terjadi tersebut dengan segera mengambil keputusan untuk memperbaiki hambatan yang terjadi supaya penerimaan pajak dapat maksimal.
4. Usaha Apa Saja Yang Dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta dalam mengatasi hambatan yang terjadi
a. Melakukan kerjasama dengan lembaga Kejaksaan Negeri Surakarta.
b. Membuka cabang Dipenda untuk memudahkan WP dalam hal membayar
pajak terutangnya. Cabang Dipenda adalah sebagai berikut: 1
Cabang Dipenda I meliputi Kecamatan Banjarsari. 2
Cabang Dipenda II meliputi Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon. 3
Cabang Dipenda III meliputi Kecamatan Laweyan dan Serengan. c.
Melakukan pembinaan terhadap para aparat pajak guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka.
d. Melakukan pendekatan kepada WP khusunya bagi WP yang membandel.
e. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pajak.
Dari penjelasan tentang usaha-usaha yang dilakukan Dipenda untuk mengatasi hambatan terdapat kelebihannya yaitu Dipenda telah
memiliki cara untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam meningkatkan pelaksanan penerimaan pajak. Disamping itu juga masih
ada kelemahannya yaitu para Petugas Pajak menjadi seperti momok bagi masyarakat kalau mereka ada pasti disuruh untuk segera membayar pajak.
Dari kelemahan yang ada sebaiknya Dipenda banyak melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat supaya pajak itu jangan dianggap
sebagai momok bagi masyarakat. Para Aparat Pajak harus dapat menghilangkan anggapan masyarakat tersebut terhadap pajak dengan jalan
melakukan pemberian hadiah atau pemberian penghargaan kepada para WP.
BAB III
TEMUAN
A. Kelebihan