1
Evaluasi tentang pajak hiburan jenis permainan billiard terhadap pendapatan asli daerah di kota Surakarta
Alek Wibowo F. 3402007
BAB I GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA SURAKARTA
A. Sejarah dan Perkembangan Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta
Kota Solo terletak di dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau hampir sama
tingginya dengan permukaan sungai Bengawan Solo. Selain Bengawan Solo di lalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe, Kali Anyar dan Kali Jenes yang
semuanya bermuara di Bengawan Solo. Kota Surakarta terletak di antara : 110 45’15”- 110 45’35” Bujur Timur, 70 36’ - 70 56’ Lintang Selatan.
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Sukoharjo. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar. Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2003 adalah 552.542 jiwa
terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar di lima kecamatan yang
meliputi 51 kelurahan. Sex rationya 96,06 yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduk sebesar 66. Jumlah
penduduk tahun 2003 jika di bandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000 yang sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan
sebanyak 83.708 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk ini di sebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Pasal 18 UUD 1945 menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan daerah kecil yang dengan bentuk dan susunan
pemerintahannya di tetapkan dengan Undang-Undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-
hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat Istimewa dalam penjelasan Pasal 18 UUD 1945 di terangkan, bahwa daerah Indonesia di bagi dalam daerah yang
lebih kecil yang bersifat otonom atau bersifat administratife. Karena Wilayah Negara Republik Indonesia sangat luas maka tidak mungkin jika segala sesuatu di
urus oleh pemerintah pusat. Untuk mengurus penyelenggaraan pemerintahan sampai ke pelosok daerah maka perlu di bentuk suatu Pemerintah Daerah.
Pemerintah Daerah sama halnya dengan Pemerintah Pusat memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan dan jalannya pemerintahan.
Penerimaan pemerintah dapat menjadi sumber untuk membiayai kegiatan pemerintahan, untuk itu pemerintah selalu berusaha menggali sumber dana untuk
membiayai pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Di dalam pelaksanaan otonomi daerah dinas daerah adalah unsur pelaksana daerah, salah
satu dinas daerah yang di bentuk oleh Pemerintah Daerah adalah Dinas
Pendapatan Daerah. Untuk melaksanakan urusan rumah tangga sendiri Pemerintah Daerah mempunyai hak-hak untuk menggali Pendapatan Daerah yang di
laksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta tentunya tidak dapat dipisahkan dari sejarah daerah Surakarta sebagai
daerah otonom. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan
tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara
oleh pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 juli 1946 Nomor 16S-D yang menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai
Daerah Karesidenan dan di bentuk Daerah baru dengan nama Kota Surakarta. Peraturan yang telah ada tersebut kemudian di sempurnakan dengan di
keluarkannya Undang-Undang No 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri
dari 5 wilayah Kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah Karanganyar belum di serahkan. Baru pada tanggal 9 September 1950 terjadi
penyerahan 9 kelurahan tersebut. Pelaksana teknis pemerintahan Haminte Kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut antara lain jawatan Sekretariat
Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan, Perusahaan, PK, Pamong Praja dan Jawatan Perekonomian. Penerimaan Pendapatan Daerah di
urusi oleh Jawatan Keuangan. Dengan dikeluarkannya keputusan DPRS Kota Besar Surakarta No. 4
Tahun 1956 tentang Perubahan struktur Pemerintahan, maka Jawatan Umum di
ganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum ini terbagi dalam urusan-urusan, dan setiap urusan-urusan ini ada bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut
dapat dilihat bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh
Urusan Pajak. Selanjutnya berdasar Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23 Februari 1970 No. 259 X. 10 Kp. 70 tentang Struktur
Organisasi Kota Surakarta, urusan-urusan dari dinas-dinas di Kotama Surakarta termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu
membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak di ganti menjadi Bagian Pajak.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No. 162 Kep. Kdh.IV.Kp.72 tentang Penghapusan Bagian
Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian
sering di singkat DIPENDA. Dinas Pendapatan Daerah di pimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota.
Pada saat itu Dipenda di bagi menjadi empat seksi, yaitu seksi Umum, seksi Pajak Daerah, seksi Pajak Pusat Propinsi yang diserahkan kepada Daerah dan seksi
Doleansi P3 dan Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi di pimpin oleh Kepala seksi yang dalam menjalankan tugasnya langsung di bawah pimpinan dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dipenda. Tugas pokok Dipenda pada waktu itu adalah sebagai pelaksana Walikota
dibidang Perencanaan, penyelenggaraan dan kegiatan di bidang pengelolaan
sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Undang- Undang Darurat No. 11 Tahun 1957 Tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam
Pajak Daerah di Kota Surakarta, yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada pada Dipenda.Tetapi saat itu baru empat macam pajak daerah yang di
jalankan dan telah di tetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu; 1.
Pajak Pertunjukan yang di atur dalam perda No. 1 Tahun 1972 2.
Pajak Reklame yang di atur dalam perda No. 11 Tahun 1971 3.
Pajak Anjing yang di atur dalam perda No. 54 Tahun 1953 4.
Pajak Penjualan Minuman Keras yang di atur dalam perda No. 12 Tahun 1971
Di samping itu Dipenda juga bertugas mengelola Pajak Negara yang di serahkan kepada daerah, yaitu;
1. Pajak Potong Burung yang di atur dalam Perda No. 6 Tahun 1959
2. Pajak Pembangunan I yang di atur dalam Perda No. 8 Tahun 1960
3. Pajak Bangsa Asing yang di atur dalam Perda No. 1 Tahun 1970
4. Pajak Radio yang di atur dalam Perda No. 5 Tahun 1971
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7 12 41-101 Tahun 1978 yang mengatur Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Kotamadya Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dipenda. Struktur Organisasi Dipenda di sesuaikan dengan Keputusan
Menteri Dalam Negeri mulai Perda No. 23 Tahun 1981. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No. 473-442 tentang Sistem dan
Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, telah
mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi di lakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu pendataan, pemetaan, pembukuan
dan seterusnya. Sistem dan Prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA Manual Pendapatan Daerah . Sistem ini di terapkan di Kota Surakarta dengan terbitnya
Perda No. 24 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Daerah Kota Surakarta.
1. Kedudukan Dinas Pendapatan Daerah
Dipenda Kota Surakarta adalah unsur pelaksana Daerah di bidang Pendapatan Daerah, yang di pimpin oleh Kepala Dinas yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta. 2. Tugas Pokok Dinas Pendapatan Daerah
Dipenda Surakarta mempunyai tugas pokok yaitu melaksakan sebagian urusan rumah tangga Daerah dalam bidang Pendapatan Daerah dan tugas-
tugas lainnya yang diserahkan oleh Walikota kepada Dipenda. 3. Fungsi Dinas Pendapatan Daerah sebagai berikut :
a. Melaksakan perumusan kebijakan teknis dan tugas-tugas lain yang
diserahkan oleh Walikota Surakarta kepadanya sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan.
b. Melaksanakan urusan tata usaha.
c. Melakukan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak WP Daerah dan
Retribusi Daerah. d.
Melaksanakan pendataan subyek dan obyek Pajak Bumi dan Bangunan PBB yang di laksakan oleh Dirjen Pajak Direktorat PBB dalam hal
menyampaikan dan menerima kembali Surat Pemberitahuan Obyek Pajak SPOP WP.
e. Melakukan penetapan besarnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
f. Melakukan penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT ,
Surat Ketetapan Pajak SKP Surat Tagihan Pajak STP dan sarana administrasi PBB lainnya, yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak kepada WP
serta, membantu melakukan penyampaian Daftar Himpunan Pokok Pajak DHPP PBB yang di buat oleh Dirjen Pajak kepada Petugas pemungut PBB
yang ada di bawah pengawasannya. g.
Melakukan pembukuan dan pelaporan atau pemungutan dan penyetoran Pajak Daerah serta Pendapatan Daerah lainnya.
h. Melakukan koordinasi dan pengawasan atas penagihan Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Penerimaan Asli Daerah lainnya serta penagihan PBB yang di limpahkan oleh Menteri Keuangan kepada daerah.
i. Melakukan
perencanaan dan
pengendalian operasional
di bidang pendataan, penetapan dan penagihan Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Penerimaan Asli Daerah lainnya serta PBB. j.
Melakukan penyuluhan mengenai Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta PBB.
4. Visi, Misi, Rencana Strategis dan Rencana Tindakan Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta sebagai berikut:
a. Visi Dinas Pendapatan Daerah
Mewujudkan peningkatan Pendapatan Daerah yang optimal untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan Kota Surakarta.
b. Misi Dinas Pendapatan Daerah
1 Misi menggali sumber Pajak dan Retribusi tiada henti. a Faktor pendorong adalah sebagai berikut:
1 Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
2 Fungsi Kota Surakarta sebagai pusat kegiatan masyarakat Hinterland.
3 Di bukanya Bandara Adi Sumarmo sebagai bandara Internasional.
4 Kota Surakarta sebagai Pilot Project pelaksana otonomi daerah.
b Faktor penghambat adalah sebagai berikut: 1
Belum semua sumber Pendapatan Daerah dapat di kelola Pemerintah Daerah Kota Surakarta.
2 Sikap egosektoral yang masih mewarnai sikap atau tindakan
sementara unit-unit Daerah. 3
Prosedur pengesahan Perda tentang Pajak Daerah yang cukup lama. 4
Dukungan teknologi sistem informasi belum memadai. 2 Misi meningkatkan Pendapatan Daerah tidak kenal menyerah.
a Faktor pendorong misi ini adalah sebagai berikut: 1
Kota Surakarta sebagai pusat budaya dan pariwisata. 2
Tersedianya landasan hukum Perda yang memadai. 3
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. b Faktor penghambat misi ini adalah sebagai berikut:
1 Pelaksanaan sistem dan prosedur pengelolaan belum optimal.
2 Kesadaran masyarakat membayar Pajak dan Retribusi Daerah
rendah. 3
Kemampuan aparat yang bertugas di bidang pemungutan pendapatan dalam berbagai aspek relatif rendah.
4 Penegakan hukum belum dilaksanakan sepenuhnya.
3 Misi mengutamakan kualitas pelayanan dan ketertiban. a Faktor pendorong misi ini adalah sebagai berikut :
1 Adanya motivasi aparat untuk selalu membina hubungan yang baik
kepada WP dan Retribusi. 2
Adanya unit penyuluhan yang berperan memberikan informasi yang seluas-luasnya mengenai hak dan kewajiban masyarakat.
3 Adanya sistem pengelolaan pendapatan yang dapat menjamin
terselenggaranya pengawasan yang melekat pada setiap fungsi. b Faktor penghambat misi ini adalah sebagai berikut :
1
Monitoring
pengendalian Pendapatan Daerah kepada dinas atau unit kerja penghasil belum dapat di laksanakan secara optimal.
2 Belum meluasnya sistem penghargaan terhadap WP teladan.
3 Tingkat kepedulian aparat terhadap WP atau Wajib Retribusi dalam
hal pelayanan masih kurang. 4
Masih terdapat beberapa sumber pendapatan khususnya di bidang perijinan yang belum sederhana, cepat dan pasti.
Selain mempunyai visi dan misi tersebut Dipenda juga memiliki rencana strategis dan rencana tindakan, sedangkan rencana strategis dan
rencana tindakannya sebagai berikut: c. Rencana Strategis
1 Misi menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti. Rencana stratagisnya yaitu tersedianya informasi dan data obyek atau
subyek pajak daerah yang potensial. 2 Misi meningkatkan pendapatan daerah tidak kenal menyerah.
Rencana strategisnya yaitu tersedianya aparat, sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, peralatan yang memadai dan menetapkan target
yang tepat. 3 Misi mengutamakan pelayanan dan ketertiban dalam pengelolaan
pendapatan. Rencana strategisnya yaitu menjalin hubungan yang baik dengan WP
dan Retribusi serta pengelolaan pendapatan yang tertib dan teratur agar tidak menimbulkan penyimpangan.
d. Rencana Tindakan Rencana tindakan dari setiap misi-misi Dipenda adalah sebagai berikut :
1 Misi mengali sumber Pajak dan Retribusi tiada henti. a
Inventarisasi data obyek atau subyek Pajak dan Retribusi. b
Evaluasi dan penghitungan potensi serta verifikasi dan
updating
data. c
Monitoring
dan pengkajian Perda bidang pendapatan mengenai perluasan cakupan, penyesuaian tarif maupun sistem pemungutan.
d Merumuskan rencana kegiatan yang koordinatif dan operasional.
2 Misi meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah. a
Meningkatkan PAD dan PBB dengan kenaikan rata-rata sebesar 18 per tahun mulai tahun 1996 1997.
b Meningkatkan kemampuan SDM.
c Merumuskan perubahan Perda serta
monitoring
efektivitasnya. d
Meningkatkan kegiatan intensifikasi pemungutan pendapatan. e
Melaksanakan kegiatan
Law Enforcement
. f
Meningkatkan kegiatan koordinasi dengan instansi terkait. g
Menambah sarana dan prasarana dalam pengelolaan pendapatan terutama transportasi, komunikasi, dan komputerisasi.
3 Misi mengutamakan pelayanan dan ketertiban dalam pengelolaan pendapatan.
a Menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat sebagai media
komunikasi yang menjebatani kepentingan Pemda dan Masyarakat. b
Melaksanakan tugas-tugas pelayanan secara tepat, cepat dan bermanfaat bagi masyarakat.
c Meningkatkan pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaporan.
B. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta