commit to user 12
D. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan
daerah, diantaranya dengan menetapkan UU No.34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah, diharapkan dapat lebih mendorong Pemerintah Daerah terus berupaya untuk
mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah.
Otonomi daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi, pada hakekatnya memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi wilayahnya. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan otonomi daerah
adalah terletak pada kemampuan memenuhi keuangan bagi daerah itu sendiri, yaitu untuk membiayai terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan
daerah. Keuangan daerah sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur rumah tangganya, daerah memerlukan
biaya atau uang. Tanpa biaya yang cukup, daerah tidak mungkin dapat menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangannya dalam mengatur dan
mengurus rumah tangganya. Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai, dengan sendirinya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup
memadai. Sedangkan sumber keuangan tersebut didapat dari Pendapatan Asli Daerah PAD, terutama dari pajak daerah. Pajak daerah sebagai sumber
commit to user 13
pendapatan asli daerah memiliki potensi yang cukup besar bagi Pemerintah Daerah.
Pendapatan asli daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah
merupakan tolok
ukur terpenting
bagi kemampuan
daerah dalam
menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah. Di samping itu pendapatan asli daerah juga mencerminkan kemandirian suatu daerah. Sebagaimana Santoso
1995 : 20 mengemukakan bahwa pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, yang merupakan modal utama bagi daerah
sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun pendapatan asli daerah tidak seluruhnya dapat membiayai total
pengeluaran daerah, namun proporsi pendapatan asli daerah terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan
suatu pemerintah daerah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya Yusma, 2007
dan Diana, 2006. Perbedaan di bawah ini diambil dari penelitian sebelumnya untuk melihat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
penelitian sejenis. Perbedaan pada obyek penelitian, penulis mengambil obyek penelitian di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Boyolali, sedangkan penelitian sebelumnya obyek penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Surakarta dan Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Karanganyar. Penulis menggunakan pajak hotel dan restoran untuk dianalisis, sedangkan penelitian sebelumnya hanya menggunakan pajak hotel
commit to user 14
saja untuk dianalisis. Perbedaan pada kontribusi terhadap pendapatan asli daerah, di Kabupaten Boyolali kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli
daerah tahun 2003-2005 yaitu rata-rata sebesar 0,107. Kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Boyolali tahun 2003-
2005 yaitu rata-rata sebesar 0,238. Sedangkan kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah untuk tahun 2003-2005 di Kotamadya Surakarta dan
Kabupaten Karanganyar masing-masing dengan rata-rata sebesar 5.89 dan 1.42.
Untuk tahun anggaran penelitian penulis dari tahun 1994 sampai dengan 2008, penelitian sebelumnya menggunakan tahun 2003 sampai dengan 2005.
Untuk landasan hukum penulis mengagunakan UU No. 34 Th 2000, Perda Kabupaten Boyolali No. 10 Th 2007 tentang Pajak hotel dan Perda Kab.
Boyolali No. 11 Th 2007 tentang pajak restoran, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan UU No. 18 Th 1997 dan UU No. 34 Th 2000.
Berdasarkan perbedaan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa besarnya kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten
Boyolali masih rendah dibanding dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah perlu adanya upaya
yang harus dilakukan oleh Pemda yaitu intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak daerah. Salah satunya adalah dengan meningkatkan efisiensi sumber daya dan
sarana yang terbatas serta meningkatkan efektivitas pemungutan, yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada serta terus diupayakan menggali sumber-
sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan untuk dipungut pajak.
commit to user 15
Untuk itu pemerintah perlu berupaya meningkatkan penerimaan pajak Hotel dan Restoran, agar penerimaan pemerintah terus meningkat sehingga dapat
mempelancar pembangunan. Untuk mencapai ini pemerintah harus melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam bidang keuangan daerah yang dikelola
secara efektif dan efesien. Dengan dasar pertimbangan ini, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali sebagai pelaksana pemerintahan di daerah secara
aktif melakukan upaya pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah yang salah satunya adalah pajak Hotel dan Restoran.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut, maka penulis ingin mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli
daerah kabupaten Boyolali. Kemudian kontribusi tersebut dibandingkan dari
tahun ke tahun. Untuk itu penulis tertarik mengambil judul “ANALISIS KONTRIBUSI
PAJAK HOTEL
DAN RESTORAN
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI PERIODE
1994-2008 pada saat sebelum, selama dan setelah krisis moneter”
E. Perumusan Masalah