Latar Belakang Masalah ANDRIAN DWI UTAMA F3406074

commit to user 12

D. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya dengan menetapkan UU No.34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah, diharapkan dapat lebih mendorong Pemerintah Daerah terus berupaya untuk mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Otonomi daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi, pada hakekatnya memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi wilayahnya. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah terletak pada kemampuan memenuhi keuangan bagi daerah itu sendiri, yaitu untuk membiayai terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan daerah. Keuangan daerah sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur rumah tangganya, daerah memerlukan biaya atau uang. Tanpa biaya yang cukup, daerah tidak mungkin dapat menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangannya dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya. Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai, dengan sendirinya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup memadai. Sedangkan sumber keuangan tersebut didapat dari Pendapatan Asli Daerah PAD, terutama dari pajak daerah. Pajak daerah sebagai sumber commit to user 13 pendapatan asli daerah memiliki potensi yang cukup besar bagi Pemerintah Daerah. Pendapatan asli daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah merupakan tolok ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah. Di samping itu pendapatan asli daerah juga mencerminkan kemandirian suatu daerah. Sebagaimana Santoso 1995 : 20 mengemukakan bahwa pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, yang merupakan modal utama bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun pendapatan asli daerah tidak seluruhnya dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun proporsi pendapatan asli daerah terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan suatu pemerintah daerah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya Yusma, 2007 dan Diana, 2006. Perbedaan di bawah ini diambil dari penelitian sebelumnya untuk melihat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian sejenis. Perbedaan pada obyek penelitian, penulis mengambil obyek penelitian di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali, sedangkan penelitian sebelumnya obyek penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Surakarta dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar. Penulis menggunakan pajak hotel dan restoran untuk dianalisis, sedangkan penelitian sebelumnya hanya menggunakan pajak hotel commit to user 14 saja untuk dianalisis. Perbedaan pada kontribusi terhadap pendapatan asli daerah, di Kabupaten Boyolali kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah tahun 2003-2005 yaitu rata-rata sebesar 0,107. Kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Boyolali tahun 2003- 2005 yaitu rata-rata sebesar 0,238. Sedangkan kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah untuk tahun 2003-2005 di Kotamadya Surakarta dan Kabupaten Karanganyar masing-masing dengan rata-rata sebesar 5.89 dan 1.42. Untuk tahun anggaran penelitian penulis dari tahun 1994 sampai dengan 2008, penelitian sebelumnya menggunakan tahun 2003 sampai dengan 2005. Untuk landasan hukum penulis mengagunakan UU No. 34 Th 2000, Perda Kabupaten Boyolali No. 10 Th 2007 tentang Pajak hotel dan Perda Kab. Boyolali No. 11 Th 2007 tentang pajak restoran, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan UU No. 18 Th 1997 dan UU No. 34 Th 2000. Berdasarkan perbedaan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa besarnya kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Boyolali masih rendah dibanding dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah perlu adanya upaya yang harus dilakukan oleh Pemda yaitu intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak daerah. Salah satunya adalah dengan meningkatkan efisiensi sumber daya dan sarana yang terbatas serta meningkatkan efektivitas pemungutan, yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada serta terus diupayakan menggali sumber- sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan untuk dipungut pajak. commit to user 15 Untuk itu pemerintah perlu berupaya meningkatkan penerimaan pajak Hotel dan Restoran, agar penerimaan pemerintah terus meningkat sehingga dapat mempelancar pembangunan. Untuk mencapai ini pemerintah harus melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam bidang keuangan daerah yang dikelola secara efektif dan efesien. Dengan dasar pertimbangan ini, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali sebagai pelaksana pemerintahan di daerah secara aktif melakukan upaya pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah yang salah satunya adalah pajak Hotel dan Restoran. Bertitik tolak dari kondisi tersebut, maka penulis ingin mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Boyolali. Kemudian kontribusi tersebut dibandingkan dari tahun ke tahun. Untuk itu penulis tertarik mengambil judul “ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI PERIODE 1994-2008 pada saat sebelum, selama dan setelah krisis moneter”

E. Perumusan Masalah