STUDI TEKNIK BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana, Fabr MASYARAKAT DESA BUANA SAKTI KEC. BATANGHARI KAB. LAMPUNG TIMUR

(1)

STUDI TEKNIK BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana, Fabr MASYARAKAT DESA BUANA SAKTI

KEC. BATANGHARI KAB. LAMPUNG TIMUR (Skripsi)

Oleh

Muhammad Baiatur Ridhwan

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

STUDI TEKNIK BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana, Fabr MASYARAKAT DESA BUANA SAKTI

KEC. BATANGHARI KAB. LAMPUNG TIMUR Oleh

Muhammad Baiatur Ridhwan

Budidaya lebah madu merupakan kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Sentra dan pengembangan lebah madu di Lampung Timur ditetapkan di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik budidaya lebah madu yang dilakukan oleh masyarakat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur dan pelaksanaan pada bulan Maret 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Metode Sensus dengan cara wawancara (Interview) dan observasi lapangan dengan masyarakat petani lebah madu Desa Buana Sakti yang berjumlah 23 responden. Jenis data yang diambil adalah teknik budidaya lebah madu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Teknik budidaya lebah madu Apis cerana, Fabr yang dilakukan masyarakat Desa Buana Sakti meliputi penentuan lokasi budidaya, persiapan sarana dan peralatan, penangkapan koloni lebah, budidaya, penanggulangan hama dan penyakit, dan pemanenan lebah madu. Dari 23 petani lebah madu di Desa Buana Sakti, seluruhnya menggunakan gelodog dan hanya 6 petani yang masih menggunakan kotak stup. Teknik pemanenan madu di Desa Buana Sakti dilakukan dengan sistem sunat yaitu hanya memotong sisiran sarang yang berisi madunya saja.


(3)

ABSTRACT

A STUDY OF HONEYBEE Apis cerana, Fabr CULTIVATING TECHNIQUE

AT BUANA SAKTI VILLAGE

SUBDISTRICT OF BATANGHARI REGENCY OF EAST LAMPUNG By

Muhammad Baiatur Ridhwan

Honeybee cultivation is a utilization for non-wood forest product. Main region at which honeybee cultivation is decided at East Lampung is located at Buana Sakti Village, a Subdistrict of Batanghari. This objective of this research in to find out the honeybee cultivation technique applied by people at Buana Sakti Village, Subdistrict of Batanghari, Regency of East Lampung and this research was done in March 2012. The data collecting technique was done by using Census Method by interviewing and observing the field of honeybee breeder at Buana Sakti Village with 23 people at its respondent. The kind of data taken was honey bee cultivatng technique done by the people Buana Sakti Village. Based on the research, it is known that the technique of cultivating honeybee Apis cerana, Fabr done by the people at Buana Sakti Village wide-ranges of the determining

location for cultivation, preparation of facilities and equipment, gathering the bee colony, the cultivation, tackling diseases and harvesting the honeybee. Of 23 people as respondent at Buana Sakti Village, nearly all people use “gelodog” and only 6 people use “stup boxes” for breeding. Harvesting is done by using “sunat system” by cutting nest strokes containing honey only.


(4)

STUDI TEKNIK BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana, Fabr MASYARAKAT DESA BUANA SAKTI

KEC. BATANGHARI KAB. LAMPUNG TIMUR

Oleh

Muhammad Baiatur Ridhwan

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(5)

Judul Skripsi : Studi Teknik Budidaya Lebah Madu Apis cerana, Fabr Masyarakat Desa Buana Sakti Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur

Nama Mahasiswa : Muhammad Baiatur Ridhwan No. Pokok Mahasiswa : 0614081044

Jurusan : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si. NIP 19580923 1982 11 1 001 NIP 19780724 2005 01 1 003

2. Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. NIP 19590811 1986 03 1 001


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S.

Sekretaris : Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Hj. Christine Wulandari, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196060171 1987 03 1 007


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 06 Oktober 1988 dari pasangan Bapak Alim Makmur, S.H. dan Ibu Yunani Farianti. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika II-5 Tanjung Karang pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) Kartika II-5 Tanjung Karang pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2006. Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada tahun 2010, penulis melakukan Praktik Umum di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Kehutanan, penulis ikut bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(8)

SANWACANA

Assalamu’alaikum War. Wab.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan sholawat beriring salam di sampaikan kepada junjungan Rasulallah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Studi Teknik Budidaya Lebah Madu

Apis cerana, Fabr Masyarakat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari

Kabupaten Lampung Timur” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada berbagai pihak sebagai berikut. 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku dosen pembimbing

pertama atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

2. Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut, M.Si., selaku pembimbing ke-2 dan dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Hj. Christine Wulandari, M.P., selaku dosen penguji, atas saran dan kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan.


(9)

5. Bapak Prof. Dr. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung khususnya Jurusan Kehutanan, atas ilmu yang telah diberikan selama mengikuti kuliah di Universitas Lampung.

7. Bapak tercinta (Alim Makmur, S.H.) dan Ibunda tercinta (Yunani Farianti) atas dukungan, motivasi, kasih sayang dan do’a yang telah diberikan kapan pun dan dimana pun penulis berada, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

8. Adikku Achmad Iqbal, Suci Yunita Putri, dan Rezeki Kurniawan, atas doa dan dukungan yang diberikan.

9. Ayu Permatasari, S.AN., atas segenap ketulusan hati menemani hingga saat ini serta cinta kasih yang diberikan kepada penulis.

10. Bapak Purwadi selaku ketua kelompok tani lebah Karya Tani Sejahtera yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian ini. 11. Saudara-saudara saya dr. Mirza Pratama, M. Ikhwan Hakim S.H., Ridho

Agung Setyawan S.Kom., Muh. Adhyatma S.H., Octerianda Pradelva S.TP., Trian Desta Rizal S.T., Nando Liven Konstanta S.T., dr. Renaldi Aditya Asrizal, dan Sopan Sopian yang telah membantu penulis dalam penelitian ini. 12. Sahabat-sahabat saya Erwin Kurniawan S.Hut., Ahmad Sofyan Pulungan,

Riyanto, Sarwo Edy Saputra, Teguh Priyono, Agung Setiawan, dan Anshory yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.


(10)

13. Sahabat-sahabat seperjuangan Black Forest 2006. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

14. Seluruh teman Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Amin.

Wassalamualaikum War. Wab.

Bandar Lampung, Agustus 2012

Muhammad Baiatur

Ridhwan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Lebah Madu (Apis cerana, Fabr) ... 6

1. Penentuan Lokasi Budidaya ... 8

2. Penyiapan Sarana dan Peralatan ... . 9

3. Memilih Bibit Lebah Unggul ... ... 12

4. Pembibitan Lebah Madu ... ... 14

5. Budidaya Lebah Ratu ... 16

6. Pemeliharaan ... ... 19

7. Hama dan Penyakit ... ... 21

8. Pemanenan ... ... 24

B. Pakan Lebah Madu ... 25

C. Produk Pengolahan Lebah Madu ... ... 27

D. Manfaat Sosial Ekonomi Lebah Madu ... 29

E. Manfaat Ekologis Lebah Madu ... ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

B. Objek dan Alat Penelitian ... 31


(12)

D. Batasan Penelitian ... 32

E. Metode Pengambilan Data ... 32

1. Data Primer ... 32

2. Data Sekunder ... 33

F. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 33

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur ……….…... 34

B. Kondisi Sosial Ekonomi ... 36

C. Kondisi Umum Kecamatan Batanghari ... 38

D. Kondisi Umum Desa Buana Sakti ... 39

E. Kelompok Tani Lebah Madu Karya Tani Sejahtera ... 41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Teknik Budidaya Lebah Madu (Apis cerana, Fabr) Masyarakat Desa Buana Sakti ... ... 49

1. Penentuan Lokasi Budidaya Lebah Madu ... . 49

2. Penyiapan Sarana dan Peralatan ... ... 51

3. Memperoleh Bibit Lebah ... ... 60

4. Pembibitan Lebah Madu dan Budidaya Lebah Ratu ... .. 64

5. Pemeliharaan ... ... 68

6. Penanggulangan Hama dan Penyakit ... ... 71

7. Pemanenan Madu ... ... 73

B. Hasil Budidaya Lebah Madu (Apis cerana, Fabr) Masyarakat Desa Buana Sakti ... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Tabel 10--17 ... 96--104


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pemikiran penelitian …….……… 5

2. Bagan alur penyiapan sarana dan peralatan …….……… 52

3. Kotak stup …….………...…… 53

4. Gelodog …….………...……… 56

5. Bagan alur memperoleh bibit lebah ………...…….. 60

6. Bagan alur budidaya lebah ratu dan pembibitan lebah madu ……... 64

7. Sarang koloni lebah madu liar ………...………….. 65

8. Pupa calon ratu …….………...……..… 66

9. Pupa calon ratu buatan …….………...……..… 66

10. Cell bar dan Cell builder…..……...……...……..… 67

11. Bagan alur pemeliharaan budidaya lebah madu ……..…...……..… 68

12. Bagan alur pemanenan lebah madu …….………...……..… 73

13.Bagan alur hasil budidaya lebah …….………...……...… 79

14. Percontohan budidaya lebah madu …….………...….…..… 105

15. Masyarakat petani lebah madu Desa Buana Sakti ……...……...… 105

16. Kegiatan penangkapan koloni lebah …….………...…..…... 105

17. Ratu lebah …….………...……….… 106


(14)

iv

19. Pengecekan koloni lebah pada gelodog …….………..…. 106 20. Hama koloni lebah pada gelodog …….………....………...……..… 107 21. Koloni lebah madu …….………..………...……..… 107 22. Madu …….………...………...……..… 107


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlebahan memiliki peran penting dalam membantu penyediaan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan.

Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi

pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan, sektor pertanian dan sektor kehutanan yang berkelanjutan.

Manfaat dari budidaya lebah madu adalah :

1. Peningkatan sumber pangan pendapatan masyarakat dari hasil perlebahan, berupa madu, tepung sari, royal jelly, propolis, dan lilin.

2. Peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.

3. Peningkatan produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui penyerbukan (polinasi).

4. Menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. 5. Mendukung kegiatan reboisasi dan penghijauan.

Menurut Kementerian Kehutanan (2000), produksi madu dalam periode lima tahun dari tahun 1996 hingga 2000 mengalami fluktasi dengan produksi terendah 1.538 ton pada tahun 1999 dan produksi tertinggi sebesar 2.824 ton pada tahun 1998. Dalam kurun waktu itu Indonesia mengalami kekurangan


(16)

2

madu dan untuk menutupi kekurangan ini dilakukan impor madu yang berasal dari beberapa negara seperti Vietnam, Cina dan Australia. Sebelum krisis ekonomi, impor madu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Disamping itu kebutuhan madu dunia mengalami peningkatan pula, dengan demikian melihat kondisi ini maka dapat dikatakan bahwa usaha perlebahan di mellenium ketiga terlihat cerah dan prospektif baik dari sisi pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) mencatat, pada tahun 2010 dari 50.000 ton madu yang dibutuhkan masyarakat Indonesia setiap tahunnya, hanya 8.000 ton diantaranya yang bisa terpenuhi oleh pengusaha madu Nasional. Untuk kekurangannya Indonesia masih mengimpor dari Selandia Baru. Bahkan madu yang menyebar di Indonesia saat ini hanya sekitar 30.000 ton saja. Melihat bukti tersebut tentunya peluang emas dari budi daya lebah madu ini sangat terbuka lebar (Arba’in, 2011).

Budidaya lebah madu sangat potensial untuk dikembangkan di Propinsi Lampung, mengingat kondisi sumberdaya alamnya yang sangat mendukung dan memenuhi berbagai jenis tumbuhan sumber pakan lebah. Budidaya lebah madu terdapat di seluruh Kabupaten Propinsi Lampung yang dikelola secara kelompok maupun perorangan.

Pada tahun 2010 Desa Buana Sakti ditetapkan oleh Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Lampung Timur


(17)

3

menjadi daerah sentra pengembangan lebah madu di Kabupaten Lampung Timur dan juga sebagai daerah Percontohaan Budidaya Lebah Madu.

Lebah madu yang dibudidayakan oleh kelompok petani lebah madu “Karya Tani Sejahtera” di Desa Buana Sakti yaitu jenis lebah madu Apis cerana. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan teknik budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti

Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya lebah madu yang dilakukan oleh masyarakat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan:

1. Sebagai informasi dan pendidikan tentang budidaya lebah madu untuk meningkatkan keterampilan bagi masyarakat.

2. Sebagai pertimbangan bagi instansi terkait dalam pengambilan kebijakan dalam usaha pengembangan lebah madu untuk meningkatkan


(18)

4

D. Kerangka Pemikiran

Salah satu cara untuk mengatasi agar hutan tetap terjaga adalah dengan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Hasil hutan bukan kayu yang dapat dikembangkan diantaranya budidaya lebah madu. Budidaya lebah madu dapat meningkatkan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar hutan yaitu sebagai sumber penghidupan, objek penelitian, dan pengembangan iptek serta membuka peluang usaha bagi masyarakat.

Provinsi Lampung merupakan daerah yang sangat potensial untuk

dilakukannya pembudidayaan lebah madu mengingat kondisi sumberdaya alamnya yang sangat mendukung dan memenuhi berbagai jenis tumbuhan sumber pakan lebah.

Daerah yang melakukan budidaya lebah madu di Provinsi Lampung salah satunya adalah Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Lebah madu yang dibudidayakan oleh kelompok petani lebah madu Karya Tani Sejahtera yaitu jenis lebah madu Apis cerana.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sensus yang ditujukan kepada masyarakat petani lebah madu yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara berternak lebah madu untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal dan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat luas mengenai teknik budidaya lebah madu yang dilakukan oleh masyarakat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.


(19)

5

Berdasarkan dari uraian diatas maka bagan kerangka pemikirannya dapat dilihat pada Gambar 1.

Kelestarian Hutan Kesejahteraan Masyarakat Keterangan :

Garis : Alur kerangka pemikiran

Garis : Hasil yang diharapkan oleh alur kerangka pemikiran Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran penelitian

HHBK

Manfaat Sosial Ekonomi dan Ekologi

Lebah Madu

Dikelola Masyarakat

Budidaya Lebah Madu Hutan

Teknik Budidaya Lebah Madu

Produksi Hasil Lebah Madu


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya Lebah Madu Apis cerana, Fabr

Indonesia dikenal memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan perlebahan yang berupa kekayaan sumber daya alam hayati seperti berbagai jenis lebah asli Indonesia dan beraneka ragam jenis tumbuhan sebagai sumber pakan lebah, kondisi agroklimat tropis, dan jumlah penduduk yang tinggi (Kustanti, 2002).

Terdapat beberapa jenis lebah penghasil madu yang di kenal di Indonesia yang mana lebah tersebut dapat menghasilkan madu, lilin, tepung sari, royal jelly, dan lain-lain. Adapun salah satu jenis lebah penghasil madu tersebut adalah Apis cerana (Sudharto, 2003).

Jenis Apis cerana merupakan jenis lebah madu lokal yang penyebarannya hampir di seluruh Indonesia. Jenis lebah madu Apis cerana merupakan jenis lokal yang sudah sangat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada di Indonesia, sehingga potensi budidaya jenis lebah ini sangat besar hal ini dikarenakan budidaya lebah madu pada umumnya dilakukan pada ekosistem yang sangat dipengaruhi oleh alam (Hilmanto, 2010).


(21)

7

Sedangkan menurut Sudharto (2003), jenis Apis cerana merupakan jenis lebah madu yang dapat dibudidayakan secara modern. Apis cerana sendiri dalam bahasa lokal atau daerah sering disebut dengan istilah Tawon Laler, Tawon Madu-Jawa, Nyiruan-Sunda dan madu Lobang-Palembang. Lebah ini memiliki daya adaptasi terhadap kondisi iklim, produktif dan tidak ganas sehingga akrab dengan masyarakat pedesaan.

Sebelum memulai usaha untuk membudidayakan lebah madu diperlukan persiapan-persiapan agar usaha tersebut tidak mengalami hambatan. Adapun beberapa hal yang perlu dipersiapkan yaitu lokasi, peralatan utama yang terdiri dari stup (kotak) dan frame (bingkai), peralatan pelengkap dan peralatan untuk pekerja (Apiari Pramuka, 2003).

Hal-hal lain yang juga diperlukan untuk beternak atau membudidayakan lebah ialah :

1. Penentuan lokasi, yaitu tempat ideal untuk beternak lebah adalah daerah yang di tumbuhi pepohonan penghasil nektar.

2. Jarak sarang lebah, yaitu sarang lebah tidak boleh terletak terlalu jauh dari pepohonan tersebut.

3. Penyediaan stup.

4. Tempat penyimpanan stup, yaitu stup harus disimpan di tempat yang aman dari gangguan hama, angin dan hujan.

5. Adanya ketersediaan air yang cukup guna air minum lebah dan untuk menjaga kelembaban sarang (Tim Redaksi Trubus,1996).


(22)

8

1. Penentuan Lokasi Budidaya

Pemilihan lokasi merupakan faktor yang penting karena berpengaruh pada produktifitas dan perkembangan lebah madu. Lokasi pembudidayaan yang dipilih sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :

1. Kaya akan tanaman pakan lebah yang mengandung nektar dan pollen dengan jarak terjauh 1-2 km.

2. Terdapat sumber air bersih. 3. Tidak ada angin kencang.

4. Terhindar dari polusi udara dan suara serta jauh dari keramaian. 5. Ketinggian tempat antara 200-1000 m di atas permukaan laut. 6. Lokasi mudah dijangkau dengan kendaraan (Apiari Pramuka, 2003).

Menurut Sudharto (2003), untuk melaksanakan kegiatan peternakan lebah madu secara modern hal yang perlu dipersiapkan adalah :

1. Survey lokasi.

2. Inventarisir tanaman pakan lebah yang terdapat di sekitar lokasi serta luas areal.

3. Mengadakan pendekatan dengan masyarakat sekitar lokasi yang akan dijadikan tempat pembudidayaan lebah madu.

4. Menghindari adanya penyemprotan hama tanaman pada sekitar lokasi pembudidayaan.

5. Mengadakan kordinasi dengan dinas instansi, lembaga terkait dalam mendukung/membantu pengembangan lebah madu.


(23)

9

2. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Penyiapan sarana dan peralatan yang dilakukan dalam budidaya lebah madu ada beberapa macam, yaitu (Apiari Pramuka, 2003) :

1. Peralatan Utama

Peralatan utama yang digunakan dalam berternak/membudidayakan lebah madu adalah Stup. Konstruksi, bentuk dan macam stup harus disesuaikan dengan ukuran standar, antara lain stup terbuat dari bahan kayu dengan ketebalan 2 cm, kayu yang digunakan merupakan jenis kayu yang tidak berbau, tahan lama, dan mudah didapatkan. Stup mempunyai panjang 50 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 26 cm, sedangkan frame mempunyai panjang 48 cm, lebar 38 cm dan tinggi 23 cm.

Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas dijelaskan juga bahwa sebagai peralatan utama dalam membudidayakan lebah madu stup harus di simpan di tempat yang aman dari gangguan hama dan penyakit tawon, harus terlindung dari tiupan angin kencang, air hujan dan sengatan matahari (Tim Redaksi Trubus, 1996).

Jarak antara stup hendaknya paling sedikit 2 meter. Ruangan ini banyak gunanya yaitu, memudahkan waktu manipulasi, tidak

mengganggu koloni lebah di sebelahnya, dan mengurangi kemungkinan disengat sewaktu melakukan manipulasi.


(24)

10

Penempatan stup harus bebas di atas rumput dan penghalang lainnya, dan tidak diletakkan di dekat kandang hewan. Lokasi stup yang sejuk, bebas angin, dan berudara segar, hasil madunya 10-40% lebih tinggi dari pada yang diletakkan di bawah sinar matahari (Sumoprastowo dan Suprapto, 1987).

Menurut Sudharto (2003), kotak stup dibuat dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 20 cm. Sedangkan menurut Tim Karya Tani Sejahtera (2010), ukuran kotak stup adalah 20 x 20 x 40 cm3. Sebuah koloni terdiri dari satu ekor lebah ratu, berpuluh-puluh sampai beratus-ratus lebah jantan dan beribu-ribu lebah pekerja. Satu koloni lebah akan menempati sebuah kotak stup. Kotak dengan ukuran tersebut mempunyai daya tampung lebah sebanyak dua puluh ribu lebah. Kotak stup terdapat 6-9 frame atau bingkai sarang sebagai rumah lebah. Satu frame disiapkan fider atau tempat menaruh makanan di saat paceklik.

2. Peralatan Pelengkap

Peralatan pelengkap digunakan untuk kelancaran dan tertibnya pelaksanaan pemeliharaan lebah madu. Peralatan yang diperlukan antara lain sebagai berikut (Apiari Pramuka, 2003) :

a. Fondasi sarang (Comb foundation) digunakan untuk mempercepat pembangunan sarang.


(25)

11

b. Kurungan ratu (Queen cage) digunakan untuk mengamankan ratu atau untuk mengenalkan ratu pada koloni yang membutuhkan ratu baru.

c. Penyekat ratu (Queen exluder) digunakan untuk menahan gerak atau menghalangi ratu supaya tidak naik ke kotak atasnya.

d. Mangkokan ratu (Queen cell) digunakan untuk menempatkan calon-calon ratu baru (Queen cell).

e. Bingkai stimulasi (Feeder frame) digunakan untuk wadah atau tempat makanan tambahan.

3. Perlengkapan Petugas

Dalam melakukan kegiatannya, petugas perlu membawa perlengkapan diantaranya adalah (Apiari Pramuka, 2003) : a. Pengasap (Smoker) untuk menjinakan lebah.

b. Penutup muka (Masker) untuk melindungi muka dari serangan lebah.

c. Pengungkit (Hive tool) untuk membantu mengangkat sisiran yang melekat pada stup.

d. Sarung tangan (Glove) untuk melindungi tangan dari sengatan lebah.

e. Sikat lebah (Bee brush) untuk menghalau lebah dari sisiran sarang. Sikat ini digunakan pada saat panen madu.


(26)

12

3. Memilih Bibit Lebah Unggul

Dalam melakukan pemilihan bibit lebah unggul ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut (Tim Karya Tani Mandiri, 2010) :

1. Melalui Paket Pembelian

Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi maksimal. Ratu Apis cerana mampu bertelur 500-900 butir per hari.

Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket pembelian bibit lebah, yaitu sebagai berikut :

a. Paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah pekerja. b. Peket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah pekerja. c. Peket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000 lebah pekerja

lengkap dengan tiga sisiran sarang.

2. Memindahkan Lebah Madu Ke Dalam Stup

Jenis Apis cerana banyak terdapat dimana-mana, baik di rongga-rongga batang pohon atau di atap rumah tua yang tidak dihuni. Spesies lebah tersebut dapat dipindahkan ke dalam stup untuk dibudidayakan sebagaimana biasanya. Cara pemindahannya adalah sebagai berikut : a. Memakai masker untuk melindungi wajah, sarung tangan, baju dan


(27)

13

b. Mengembuskan asap rokok ke koloni lebah untuk menyingkirkan lebah pekerja yang melindungi ratu lebah.

c. Mencari ratu lebah dan masukkan dengan hati-hati ke dalam kotak kurungan stup tempat ratu.

d. Memilih tiga atau lebih sisiran sarang yang masih baik (ada telur, larva, pupa, tepung sari bunga, dan sedikit madu). Sisiran tersebut disayat dan dilekatkan pada bingkai sisisran dan ikat dengan tali rafia, selanjutnya masukkan sisiran tersebut ke dalam stup yang telah terisi ratu lebah.

e. Memasukkan semua koloni lebah ke dalam peti lebah (stup), tutup pintunya dan taruhlah di tempat yang sudah dipersiapkan.

f. Membuka kotak kurungan ratu lebah apabila dalam beberapa jam kemudian koloni lebah dapat tenang.

g. Untuk beberapa hari lamanya, peti lebah (stup) jangan dipindah-pindahkan. Biarkanlah sarang lebah madu melekat pada bingkai sisiran sarang dan tali rafia terlepas sendiri digigit oleh lebah pekerja.

h. Pemindahan lebah madu ini sebaiknya dilakukan pada malam hari. i. Apabila koloni lebah sudah betah tinggal di dalam stup dan sudah

mencintai ratunya, maka lebah madu tersebut sudah dapat dilepas dengan cara membuka pintu keluar-masuknya. Pelepasan lebah madu harus dilakukan pada pagi hari dimana saat bunga tanaman mekar.


(28)

14

Koloni lebah dapat dikatakan cukup kuat apabila telah memiliki minimal 7-8 sisiran sarang yang aktif dan dan setiap sisiran sarang penuh dengan lebah pekerja. Setiap sel-sel sarang juga di isi oleh anakan (telur, larva, dan pupa), makanan (madu dan pollen) serta ratu yang produktif (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

4. Pembibitan Lebah Madu

Pada umumnya pembibitan lebah madu dilakukan dengan beberapa macam cara, yaitu sebagai berikut (Apiari pramuka, 2003) :

1. Perawatan Bibit dan Calon Induk

Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin.`

2. Sistem Pemuliabiakan

Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi


(29)

15

buatan pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul.

3. Reproduksi dan Perkawinan

Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa kelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkan alat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk reproduksi. Produksi perkawinan terjadi diawali musim bunga. Ratu lebah terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan sperma akan disimpan dalam

spermatheca (kantung sperma) yang terdapat pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.

4. Proses Penetasan

Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel. Tabung sel yang telah berisi telur akan di isi madu dan tepung sari oleh lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan.


(30)

16

Jenis tabung sel dalam sisiran adalah sebagai berikut :

a. Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur dan biasanya terletak di pinggir sarang.

b. Sel calon pejantan, ditandai dengan tutup menonjol dan terdapat titik hitam di tengahnya.

c. Sel calon pekerja, berukuran kecil, tutup rata dan paling banyak jumlahnya.

Lebah madu merupakan serangga dengan empat tingkatan kehidupan yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan punya perbedaan waktu yang bervariasi. Rata-rata waktu perkembangan lebah adalah sebagai berikut (Tim Karya Tani Mandiri, 2010) :

a. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 1 hari, istirahat 2 hari. Perubahan larva jadi pupa 1 hari, pupa atau kepompong 3 hari, total waktu jadi lebah 15 hari.

b. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 2 hari, istirahat 3 hari. Perubahan larva jadi pupa 1 hari, pupa atau kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 21 hari.

c. Lebah jantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang penutup 3 hari, istirahat 4 hari. Perubahan larva jadi pupa 1 hari, pupa atau kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 24 hari.

5. Budidaya Lebah Ratu

Peternak lebah yang hanya memiliki beberapa koloni, cukup memilih ratu yang terbaik di antara koloni yang ada. Tujuan utamanya adalah


(31)

17

produktivitas. Untuk mempercepat tercapainya cita-cita maka, perlu sebanyak mungkin lebah jantan yang baik. Lebah jantan di usahakan paling sedikit 21 hari lebih tua dari ratu sehingga lebah jantan telah cukup dewasa mengawini ratu (Sumoprastowo dan Suprapto, 1987).

Dalam perkawinan lebah madu, ada dua peristiwa yang sangat menentukan terhadap aktivitas perkembangan koloni, yaitu (Apiari Pramuka, 2003) :

1. Inbreeding

Inbreeding adalah pembiakan atau perkawinan ternak yang induknya mempunyai hubungan keturunan yang sangat dekat. Makin dekat hubungan keluarga dari individu yang dikawinkan akan makin cepat terjadinya peningkatan pasangan gen yang homozigot. Secara umum

inbreeding mempunyai pengaruh negative terhadap pertumbuhan, penurunan produksi dan efisiensi serta lebih mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan yang jelek sehingga tingkat kematian anak lebih tinggi. Daya penetasan hanya sebesar 50% dan produktivitas koloni rendah sehingga harus dihindari.

2. Out-breeding

Out-breeding merupakan kebalikan dari inbreading yaitu perkawinan yang hubungan kekeluargaannya jauh atau kedua induk tidak

mempunyai hubungan leluhur paling sedikit empat generasi.

Out-breeding sampai saat ini tetap memegang peranan penting dalam perbaikan mutu ternak lebah. Perkawinan ini merupakan cara terbaik


(32)

18

dengan daya tetas bisa mencapai 100%. Namun, banyak atau

sedikitnya anggota koloni dan produktivitas koloni sangat bergantungan pada kualitas ratu, kualitas dan kuantitas sperma jantan. Untuk

mempertahankan jumlah koloni maka perlu dilakukan penggabungan maupun pemecahan koloni sedangkan untuk mengatasi masalah ketersediaan pakan dapat dilakukan pengangonan ke berbagai lokasi yang potensial. Penggabungan koloni dapat dilakukan antara koloni lebah yang lemah dan atau tidak mempunyai ratu dengan koloni lain yang beratu. Penggabungan dapat juga dilakukan apabila kita menginginkan koloni lebah yang kuat yang penuh dengan lebah pekerja. Penggabungan koloni sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan untuk mempertahankan keberadaan dan keselamatan koloni serta dilakukan pada waktu sore hari setelah lebah berkumpul di dalam sarang.

Pemecahaan koloni dilakukan bila populasi lebah banyak di setiap koloni. Pemecahaan koloni dapat dibagi menjadi dua koloni yang baru. Satu bagian koloni tetap dengan ratu yang lama dan koloni yang lainnya diberikan ratu baru hasil program Queen rearing (budidaya lebah ratu). Pemecahan ini biasanya dilakukan pada sore hari. Pengangonan dilakukan untuk mengatasi paceklik dimana tanaman pakan lebah di lokasi

pengangonan memiliki ketersediaan pollen dan nektar yang cukup banyak. Kekurangan nektar bisa diatasi dengan memberikan stimulasi gula dengan sirup tetapi hal ini tidak boleh terus menerus.


(33)

19

6. Pemeliharaan

Menurut Hadiwiyoto (1980), pemeliharaan maupun perawatan pada budidaya lebah madu harus benar-benar diperhatikan. Pertama yang harus diperhatikan adalah masalah kebersihan gelodognya. Lebah-lebah madu selalu menghendaki tempat yang bersih, oleh karena itu gelodognya juga harus sering dibersihkan dari kotoran-kotorannya. Selain itu di dalam gelodog juga harus sering dilihat adanya kemungkinan binatang-binatang pemakan serangga seperti cicak dan sebangsanya. Bila terdapat sarang laba-laba atau benang-benang putih merajalela pada sarangnya segera pula dibersihkan. Gelodog lebah harus selalu dihindarkan dari segala gangguan binatang atau bahaya lainnya. Apabila lebah terserang penyakit kalau mungkin diobati, bila tidak segera dipisahkan. Apabila perlu koloni lebah tersebut dimusnahkan saja agar jangan menular pada koloni lebah yang lainnya.

Dalam melakukan pemeliharaan pada budidaya lebah ada beberapa macam cara, yaitu (Tim Karya Tani Mandiri, 2010) :

1. Sanitasi, Tindakan Preventif, dan Perawatan

Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak harus rajin memeriksa, menjaga, dan membersihkan bagian-bagian stup seperti membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah


(34)

20

semut/serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.

2. Pengontrol Penyakit

Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormal serta menjaga kebersihan stup.

3. Pemberian Pakan

Cara pemberian pakan lebah adalah dengan mengembalakan lebah ke tempat di mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada. Dalam pengembalaan yang perlu diperhatikan yaitu,

perpindahan lokasi dilakukan pada malam hari saat lebah tidak aktif, bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan), jarak antar lokasi pengembalaan minimum 3 km, luas areal, jenis tanaman yang

berbunga, dan waktu musim bunga. Tujuan utama dari pengembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambungan produksi agar tidak menurun drastis. Pemberian pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat musim paceklik/saat melakukan pemindahan stup saat pengembalaan.

Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya berfungsi untuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan dapat dibuat dari bahan gula dan air dengan perbandingan 1 : 1 dan adonan tepung dari campuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan perbandingan 1 : 3 : 1 ditambah madu secukupnya.


(35)

21

7. Hama dan Penyakit

Beberapa hama dan penyakit yang menyerang lebah madu sebagai berikut (Sumoprastowo dan Suprapto, 1987) :

1. Hama

Beberapa hama pada lebah dan penyebabnya adalah sebagai berikut (Sumoprastowo dan Suprapto, 1987) :

a. Burung

Burung sebagai hewan yang juga pemakan serangga menjadikan lebah sebagai salah satu makannya. Burung menangkap lebah di waktu terbang.

b. Kadal dan Katak

Gangguan yang ditimbulkan oleh kadal dan katak sama dengan yang dilakukan oleh burung. Biasanya kadal dan katak menunggu di depan pintu masuk stup. Hal ini tentunya mengganggu ketenangan lebah. Oleh karena itu stup hendaknya di letakkan di atas

penyangga. c. Semut

Semut membangun sarang dalam stup dan merampas makanan lebah.

d. Kupu-kupu (Wax Moth)

Telur kupu-kupu yang menetas dalam sisiran menjadi ulat yang dapat merusak sisiran.


(36)

22

2. Penyakit

Di daerah tropis penyakit lebah jarang terjadi dibandingkan dengan daerah subtropis/daerah beriklim salju. Iklim tropis merupakan penghalang terjadinya penyakit lebah. Kelalaian kebersihan mendatangkan penyakit.

Beberapa penyakit pada lebah dan penyebabnya adalah sebagai berikut (Sumoprastowo dan Suprapto, 1987) :

a. Foul Brood

Foul Broad adalah penyakit yang paling berbahaya bagi lebah. Penyebab: Streptococcus pluton dan Baksilus larva. Penyakit ini menyerang sisiran dan tempayak lebah.

b. Chalk Brood

Penyebabnya: jamur Pericustis apis. Jamur ini tumbuh pada tempayak dan membentuk benang akhirnya menutup dan membungkus tempayak hingga mati.

c. Stone Brood

Penyebabnya: jamur Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus Fress. Tempayak berubah menjadi seperti batu yang keras, selain itu dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan manusia.

d. Addled Brood

Penyebab: telur ratu yang cacat dari dalam dan kesalahan pada ratu. e. Acarine

Penyebab: kutu Acarapis woodi Rennie yang hidup dalam batang tenggorokan lebah sehingga lebah mengalami kesulitan terbang.


(37)

23

f. Nosema dan Amoeba

Penyakit Nosema disebabkan oleh mikro organisma yang dinamakan

Nosema Apis Zander. Parasit ini menyerang dinding perut lebah dewasa membentuk spora pada dinding perut dan akan keluar bersama kotoran lebah. Penyakit Amoeba disebabkan oleh parasit yang dinamakan Malpighamoeba mellificae prell. Parasit ini menyerang organ ekreta Malphigi lebah dewasa menuju usus dan akhirnya keluar bersama kotoran lebah.

Koloni lebah dan madu yang dihasilkan tidak terlepas dari hama dan penyakit. Penanggulangan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya dengan cara mekanis, kimiawi (insektisida), varietas (generasi lebah yang tahan terhadap hama dan penyakit), biologi (memutuskan siklus hidup hama atau mikroorganisme), sanitasi, dan eradikasi (memusnahkan inangnya) (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Beberapa cara pengendalian hama dan penyakit (Apiari Pramuka, 2003) : a. Cara mekanis merupakan pengendalian dengan memperlakukan

pengganggu secara mekanis, menangkap dan membinasakan. Cara ini dilakukan bila populasinya dalam jumlah sedikit dan dapat dikenali dengan segera.

b. Cara kimiawi adalah pengendalian yang dilakukan sebagai alternatif terakhir apabila populasi pengganggu dalam jumlah yang melebihi batas kewajaran. Bahan kimiawi yang digunakan disesuaikan dengan


(38)

24

hama atau penyakit yang berjangkit baik jenis insektisida, bakterisida maupun formulasi (cairan emulsi, butiran, dan lain sebagainya). c. Cara varietas dimaksudkan untuk mendapatkan generasi baru yang

lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Generasi yang lebih tahan didapatkan dari seleksi yang ketat terhadap populasi yang ada dari berbagai lokasi.

d. Cara biologi merupakan pengendalian yang dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan prilaku hama dan penyakit, seperti memutuskan siklus hidup atau mengunakan musuh alami dengan melepaskannya dalam populasi predatornya.

e. Cara sanitasi pada prinsipnya adalah menjaga lingkungan habitat atau populasi inang agar tetap bersih, sehingga tidak mengundang kehadiran hama maupun penyakit. Cara eradikasi adalah pengendalian dengan memusnahkan inangnya, karena bila dibiarkan atau dikendalikan dengan cara-cara di atas tidak akan berhasil atau terlalu mahal untuk dilakukan dan akan menyebabkan hama dan penyakit pengganggu menyebar lebih luas lagi.

8. Pemanenan

Madu merupakan hasil utama dari lebah yang banyak manfaatnya dan bernilai ekonomi tinggi. Hasil tambahan yang punya nilai dan manfaat lainnya adalah royal jelly (susu ratu), pollen (tepung sari), lilin lebah (malam) dan propolis (perekat lebah) (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).


(39)

25

Waktu pemanenan madu yang terbaik adalah 1-2 minggu setelah musim bunga (Nektar). Ciri-ciri madu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis (Sumoprastowo dan Suprapto, 1987).

Berikut ini urutan proses pemanenan madu (Apiari Pramuka, 2003) : 1. Membuka tutup luar stup lebah dan menghembuskan asap ke dalam

stup melalui penutup dalam (kasa)

2. Membuka tutup dalam (kasa) dan mengangkat sisiran

3. Menghentakkan sisiran sarang ke arah dalam stup sehingga lebah lepas dari sisiran dan jatuh ke dasar stup. Lebah yang masih menenmpel pada sisiran dibersihkan dengan sikat lebah

4. Mengupas lilin penutup madu dengan pisau. Lilin tersebut lalu ditempatkan pada wadah penampung

5. Sisiran yang telah dikupas lilinnya, diekstraksi dalam ekstraktor madu. 6. Setelah madu keluar semua, sisiran dikembalikan ke dalam stup agar

dapat diisi kembali oleh lebah

7. Madu yang tertampung dalam ekstraktor disaring dan di tempatkan ke dalam drum penampungan madu. Selanjutnya dikemas ke dalam botol dengan beberapa ukuran.

B. Pakan Lebah Madu

Pakan dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup, termasuk lebah madu untuk kelangsungan hidupnya. Pakan lebah madu berupa nektar yang diambil dari bunga tanaman. Sumber pakan lebah madu adalah tanaman yang meliputi


(40)

26

tanaman buah, tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman

perkebunan, dan tanaman kehutanan. Bunga dari tanaman-tanaman tersebut mengandung nektar dan tepung sari bunga (pollen) (Apiari Pramuka, 2003).

Nektar dalah zat manis yang berasal dari tanaman, mengandung 15-50% larutan gula. Nektar juga mengandung air dari 40-80 %. Nektar merupakan sumber energi bagi lebah dalam mempertahankan suhu tubuh koloni lebah dan merupakan bahan baku pembuatan madu (Apiari Pramuka, 2003).

Nektar pada umumnya dihasilkan oleh bunga tanaman pangan, tanaman kehutanan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura (buah dan sayuran), tanaman hias, rumput dan semak belukar (Hadiwiyoto, 1980).

Pollen atau tepung sari diperoleh dari bunga yang dihasilkan oleh antena sebagai sel kelamin jantan tumbuhan. Pollendimakan oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein, lemak, karbohidrat dan serta sedikit mineral. Satu koloni lebah madu membutuhkan sekitar 50 kg pollen per tahun. Sekitar separuh dari pollen tersebut digunakan untuk makanan larva (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Ketersediaan pakan lebah secara berkesinambungan merupakan salah satu syarat pendukung perkembangan koloni lebah dan produksi madu (Rusfidra, 2006).

Beberapa jenis pohon yang dapat dijadikan pakan lebah madu (Warisno, 1996) diantaranya adalah, Sengon laut (Albizia falcata), Ketapang (Termenalia gigentica), Kopi (Coffea arabica), Petai (Parkia speciosa),


(41)

27

Lamtoro (Lauraena glauca), Karet (hevea brasiliensis), Bungur

(Lagerstroemia speciosa), Dadap (Erythrina pinata), dan Jarak (Ricinus communis).

Lebah suka mengumpulkan tepung sari tertentu karena ada kandungan gula. Makin banyak nektar yang mengandung gula, makin senang lebah

mengunjungi jenis bunga tersebut. Nektar yang hanya mengandung kurang dar 4% gula, justru tidak menarik dihinggapi. Lebah juga mengunjungi jenis bunga tertentu, dan aktivitas tersebut membantu keberhasilan pembuahan tanaman (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Pada musim hujan, hasil nektar baik karena tanaman pakan lebah berbunga lebat. Bunga mengeluarkan nektar hanya pada cuaca sejuk agar sering dilihat lebah mencari madu pada pagi dan sore hari. Aktivitas siang hari yang panas tidak dilakukan untuk mencari nektar karena bunga hanya sedikit

mengeluarkan nektar, dan lebah sibuk mencari air guna menyejukkan sarang (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

C. Produk Pengolahan Lebah Madu

Produk lebah madu yang dihasilkan dari usaha budidaya lebah madu ada beberapa macam, yaitu sebagai berikut (Hadiwiyoto, 1980) :

1. Madu

Madu merupakan hasil utama dari usaha budidaya lebah madu. Banyak sedikitnya hasil madu yang diperoleh tergantung pada jenis lebah yang


(42)

28

dipelihara, banyak sedikitnya jumlah lebah dalam satu koloni dan banyak sedikitnya sumber pakan lebah madu.

2. Royal Jelly

Royal jelly atau biasa disebut susu ratu merupakan makanan larva-larva calon ratu atau makanan ratu seumur hidupnya. Bahan ini dihasilkan dari tepung sari tanaman oleh tawon pekerja dan diolah dengan bantuan kelenjar pharyngen atau kelenjar salivary yang terletak pada lebah pekerja yang masih muda. Royal jelly mengandung gizi yang lebih lengkap dan mengandung zat antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan jamur dan mikroorganisme.

3. Malam atau Lilin

Malam atau lilin merupakan hasil sampingan dari pemanenan madu. Bekas-bekas sisiran sarang lebah yang dikumpulkan dan tidak ada lagi madunya merupakan malam atau lilin.

4. Pollen

Merupakan alat kelamin jantan tanaman. Bentuknya dapat bermacam-macam seperti bulat telur, bulat bundar, bersudut, dan lain-lain. Kadang-kadang tampak seperti tepung yang sangat halus, kering dan ringan. Pollen merupakan sumber protein yang penting bagi lebahmadu.

Kandungan protein kasar pollen bervariasi antara 8 - 40 % selain itu pollen juga mengandung sedikit karbohidrat, lemak, dan mineral. Kesehatan


(43)

29

lebah madu tergantung dengan ketersediaan pollen dan lebah ratu tidak mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup banyak jika ketersediaannya sangat sedikit.

5. Perekat (Propolis)

Zat perekat yang dihasilkan lebah madu mengandung beberapa senyawa organic diantaranya yang terbanyak adalah resin. Bahan ini dikumpulkan oleh tawon pekerja dari tunas-tunas, cabang atau daun tanaman. Perekat ini digunakan oleh lebah untuk menutup cela-cela rumahnya atau

melekatkan sisran sarangnya pada tempat-tempat mereka bersarang.

6. Racun Lebah

Racun lebah diperoleh dari sengatan lebah, yang berguna untuk

pengobatan. Penyakit yang biasanya diobati dengan racun lebah adalah rematik, asma, hipertonik, dan beberapa penyakit lainya.

D. Manfaat Sosial Ekonomi Lebah Madu

Pembudidayaan lebah madu dapat dijadikan sebagai laboratorium alam yang digunakan sebagai pusat penelitian dan ilmu pengetahuan tentang lebah (Fariza, 2008).

Suatu budidaya yang baik harus dapat memberikan peningkatan sosial ekonomi terhadap masyarakat sekitarnya. Sejak dahulu telah diketahui bahwa memelihara lebah madu mempunyai keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keuntungan tersebut dirasakan secara langsung


(44)

30

karena dapat manambah tingkat pendapatan yang diterima dari usaha lebah madu yang menghasilkan banyak produk seperti madu, lilin, pollen, larva, royal jelly, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman semakin disadari kegunaan hasil-hasil tersebut bagi dunia kedokteran, industri, penambahan gizi, dan lain-lain. Maka dari itu peternakan madu mempunyai arti sosial ekonomi yang besar (Hadiwiyoto, 1982).

E. Manfaat Ekologis Lebah Madu

Usaha perlebahan dapat meningkatkan produktivitas tanaman buah-buahan dan biji-bijian, hampir 80% penyerbukan tanaman secara alami dilaksanakan oleh lebah madu (Hadiwiyoto, 1980).

Secara ekologis, usaha lebah madu mendukung program perbaikan

lingkungan melalui penanaman pohon-pohon yang menjadi sumber pakan lebah dan maupun sarang lebah madu hutan (Kelompok Tani, 2001).


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan Maret 2012.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitiannya adalah masyarakat petani lebah di Desa Buana Sakti. Sedangkan alat yang digunakan adalah kamera, alat tulis, kuesioner, buku panduan mengenai budidaya lebah madu, dan peralatan lainnya yang mendukung penelitian.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan dari penelitian ini terdiri dari 3 tahap, sebagai berikut : 1. Tahap persiapan, meliputi kegiatan study pustaka dan observasi

lapangan.

2. Tahap pelaksanaan, meliputi kegiatan pengambilan data baik data primer dan data sekunder.

3. Tahap akhir, meliputi kegiatan pengolahan dan analisis data yang diperoleh berdasarkan kondisi lapangan.


(46)

32

D. Batasan Penelitian

Batasan studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik budidaya lebah madu meliputi penentuan lokasi budidaya, penyiapan sarana dan peralatan, memilih bibit lebah unggul, pembibitan lebah madu, budidaya lebah ratu, pemeliharaan, penanggulangan hama dan penyakit, dan pemanenan lebah madu.

E. Metode Pengambilan Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer diperoleh dengan cara wawancara (Interview) dan observasi lapangan dengan masyarakat petani lebah madu Desa Buana Sakti yang berjumlah 23 orang (responden). Penelitian ini termasuk dalam penelitian menggunakan Metode Sensus, menurut Arikunto (2002) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Penelitian ditujukan kepada semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitian tersebut merupakan populasi studi atau juga disebut populasi studi sensus.

Jenis data primer yang diambil adalah teknik budidaya lebah madu yang dilakukan oleh masyarakat petani lebah madu Desa Buana Sakti yang meliputi penentuan lokasi budidaya, penyiapan sarana dan peralatan,


(47)

33

memilih bibit lebah unggul, pembibitan lebah madu, budidaya lebah ratu, pemeliharaan, penanggulangan hama dan penyakit, dan pemanenan madu.

2. Data Sekunder

Sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari studi pustaka yang

meliputi data monografi desa dan referensi yang terkait dengan penelitian.

Data sekuder yang diperlukan adalah :

a. Data tentang kondisi umum lokasi penelitian antara lain berupa letak, keadaan fisik lingkungan, keadaan sosial ekonomi masyarakat. b. Keadaan penduduk antara lain umur, jenis kelamin, dan mata

pencaharian masyarakat.

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan merupakan Metode Penelitian Kualitatif (Moleong, 2005), yaitu dengan menganalisis secara deskriptif yang sebagian besar berasal dari wawancara, catatan pengamatan atau catatan lapangan secara intensif, dan pengumpulan dokumen. Pengolahan data yang diperoleh kemudian dilakukan penelusuran dan perekaman

(Hilmanto, 2010), dengan cara menggunakan bagan alur dan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan secara menyeluruh tentang teknik budidaya lebah madu yang dilakukan oleh masyarakat petani lebah madu Desa Buana Sakti.


(48)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur

Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan pusat

pemerintahan di Kota Sukadana yang meliputi 10 kecamatan definitif dan 13 kecamatan pembantu (Pemerintahan Kabupaten Lampung Timur, 2012).

Kondisi fisik Kabupaten Lampung Timur secara umum meliputi (Pemerintahan Kabupaten Lampung Timur, 2012) :

1. Letak geografis

Secara geografis Kabupaten Lampung Timur terletak pada 105˚15’ -

106˚20’ BT dan 4˚37’ - 5˚37’LS. Kabupaten Lampung Timur memiliki

luas wilayah kurang lebih 5.325,03 km atau sekitar 15% dari total wilayah Provinsi Lampung.

Secara administratif batas Kabupaten Lampung Timur adalah : a. Sebelah utara berbatasan dengan Rumbia, Kecamatan Seputih

Surabaya, dan Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, serta Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.


(49)

35

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan Ketibung, Kecamatan Palas, dan Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Kecamatan Metro Raya, Kota Metro, dan Kecamatan Punggur serta Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.

d. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Propivinsi Banten.

2. Kondisi topografi

Dari segi topografi, Kabupaten Lampung Timur dapat dibagi menjadi 5 daerah :

a. Daerah berbukit sampai bergunung, terdapat di Kecamatan Jabung Sukadana, Sekampung Udik, dan Labuhan Maringgai.

b. Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit– bukit sempit, dengan kemiringan antara 8% - 15% dan ketinggian antara 50 - 200 m dpl.

c. Daerah dataran alluvial, mencakup kawasan yang cukup luas meliputi kawasan pantai pada bagian timur Kabupaten Lampung Timur dan daerah–daerah yang sepanjang sungai juga merupakan hilir dari Way seputih dan Way Pengubuan. Ketinggian dari kawasan tersebut berkisar antara 25 - 75 m dpl dengan kemiringan 0% - 3%.

d. Daerah rawa pasang surut di sepanjang pantai timur dengan ketinggian 0.5 - 1 m dpl.


(50)

36

e. Daerah aliran sungai, yaitu Way seputih, Way Sekampung dan Way Jepara.

3. Kondisi iklim

Kabupaten Lampung Timur berdasarkan Schmidt dan Fergusson termasuk dalam kategori B, yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember s.d. Juni dengan temperatur rata–rata 24 - 34˚C. Curah hujan merata tahunan 2000 - 2500 mm. Jenis tanah di Kabupaten Lampung Timur umumnya didominasi oleh tanah jenis podsolid merah kuning, podsolid kekuning–kuningan, latosol coklat kemerahan, latosol merah, hidromorf, regosol coklat kekuningan, latosol merah kekuningan, alluvial coklat kelabu, dan latosol merah.

B. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi Kabupaten Lampung Timur secara umum meliputi (Pemerintahan Kabupaten Lampung Timur, 2012) :

1. Keadaan penduduk

Penduduk Kabupaten Lampung Timur merupakan masyarakat yang heterogen yang terdiri dari banyak suku bangsa diantaranya adalah Lampung, Jawa, Sunda, Batak, Banten, dan lain–lain. Keadaan tersebut menyebabkan keadaan sosial budaya setiap daerah menjadi sangat majemuk.


(51)

37

Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 2008 jumlah penduduk

Lampung Timur mencapai 937.300 jiwa terdiri dari 483.547 laki–laki dan 453.753 perempuan, dengan tingkat kepadatan 3.647 jiwa per kilometer persegi. Persebaran penduduk Lampung Timur antar Kecamatan sangat bervariasi, hal ini bisa dilihat dari tingkat kepadatan penduduk wilayah Metro Kibang dengan kepadatan penduduk 348 jiwa/km2, Kecamatan Sekampung dengan kepadatan penduduk 393 jiwa/km2 dan Kecamatan Marga Tiga dengan kepadatan penduduk 178 jiwa/km2.

Penduduk menurut lapangan usaha banyak yang menggantungkan pekerjaan dibidang pertanian sebesar 55,85%, dibidang pertambangan sebesar 0,87%, bidang industri sebesar 8,07%, bidang transportasi dan komunikasi sebesar 3,67%, bidang perdagangan sebesar 18,95%, dan jasa sebesar 7,97%.

2. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lampung Timur

Secara umum kinerja pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lampung Timur selama tahun 2007 berdasarkan data dari penanganan desa tertinggal oleh Dinas Koperindag Kabupaten Lampung Timur jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 mencapai 76.849 jiwa, jumlah tersebut menurun pada tahun 2008 menjadi 6.818 jiwa. Adapun penurunan tingkat kemiskinan ini dapat dilihat dari jumlah desa tertinggal pada tahun 2007 yang berjumlah 24 desa perkecamatan dan pada tahun 2008 jumlah desa yang tertinggal sekitar 14 desa yang perlu ditanggulangi tingkat


(52)

38

3. Sosial budaya dan lingkungan

Sosial budaya masyarakat Lampung Timur menunjukan kekhasan dalam lima prinsip yaitu :

a. Pesenggiri, diartikan sebagai segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku, sikap yang menjaga, menegakan nama baik, dan martabat secara pribadi maupun kelompok.

b. Sakai Sembayan, meliputi kebersamaan dalam arti luas, termasuk gotong–royong tolong–menolong, bahu–membahu, dan saling memberi terhadap pihak yang memerlukan.

c. Nemui Nyimah, bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua orang dan terhadap siapa saja yang berhubungan dengan mereka.

d. Bejuluk Biadek, tata ketentuan pokok yang selalu diikuti (titi gemetti) Termasuk menghendaki agar seseorang selain diberi nama juga diberi gelar.

C. Kondisi Umum Kecamatan Batanghari

Kondisi umum Kecamatan Batanghari secara umum meliputi (Pemerintahan Kabupaten Lampung Timur, 2012) :

1. Letak dan luas

Kecamatan Batanghari terletak disebelah selatan Sukadana pusat kota dari Kabupaten Lampung Timur, secara geografis terletak pada posisi 4˚038’

LS dan 104˚055’ BT, yang memiliki luas wilayah 75,56 km2


(53)

39

Secara administratif batas Kecamatan Batanghari adalah : a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pekalongan,

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Metro Kibang dan Kabupaten Lampung Selatan,

c. Sebelah barat berbatasan dengan Metro Kibang dan Metro, d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sekampung dan

Kecamatan Bumi Agung.

2. Keadaan topografis

Permukaan bumi daerah Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur secara umum merupakan dataran landai, dan sebagian kecil merupakan daerah berbukit dan bergunung.

3. Kondisi iklim

Wilayah Kecamatan Batanghari termasuk dalam kategori iklim B menurut Schmidt–Fergusson yang ditandai dengan bulan basah selama 6 bulan pada bulan Desember s.d. Juni, dengan suhu rata–rata sebesar 24-34˚ C.

D. Kondisi Umum Desa Buana Sakti

Kondisi umum Desa Buana Sakti secara umum meliputi (Pemerintahan Kabupaten Lampung Timur, 2012) :


(54)

40

1. Letak dan luas

Desa Buana Sakti berdiri pada tahun 1972 berdasarkan peraturan daerah Nomor 01 tahun 2001 dan Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor 13 Tahun 2001 tentang pembentukan 11 kecamatan di wilayah Kabupaten Lampung Timur yang terdiri dari 24 kecamatan definitif dan 246 desa. Desa Buana Sakti memiliki luas wilayah kurang lebih 959,18 km.

Secara administratif batas Desa Buana Sakti adalah : a. Sebelah utara berbatasan dengan Way sekampung,

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Purwodadi Mekar atau Way Kandis,

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Margototo (Kecamatan Metro Kibang),

d. Sebelah timur berbatasan dengan Balai Kencono.

2. Kondisi topografis

Dari segi topografis, Desa Buana Sakti termasuk kedalam tipe daerah aliran Sungai, yaitu Way Seputih, Way Sekampung, dan Way Jepara, dengan ketinggian 100 - 126 dpl.

3. Kondisi iklim

Desa Buana Sakti termasuk daerah beriklim Tropis basah. Suhu udara maksimum rata–rata 36˚C, jumlah bulan basah yaitu sebanyak 4 bulan dalam setahun dengan curah hujan yang tinggi kurang lebih 40 mm/bulan.


(55)

41

4. Potensi sumber daya alam

Desa Buana Sakti memiliki cukup banyak sumber potensi alam yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, yaitu sawah sebanyak 100 ha, tanah kering/perladangan sebanyak 410,18 ha, tanah rawa sebanyak 20 ha, tanah perkebunan sebanyak 137,5 ha, dan fasilitas umum sebanyak 10,5 ha. Desa Buana Sakti memperoleh hasil tambahan dari budidaya lebah madu sebanyak 50 liter/tahun yang cukup membantu masyarakat desa

menambah sumber pendapatan mereka. Untuk sarana dan prasarana desa sudah cukup berkembang karena hampir semua jalan desa sudah diaspal dan sudah ada jembatan yang menghubungkan antar sungai yang akan dilewati serta transportasi umum dapat melewati desa dengan mudah.

E. Kelompok Tani Lebah Madu “Karya Tani Sejahtera

Kelompok Tani “Karya Tani Sejahtera” merupakan kelompok tani yang

bergerak dalam bidang pengembangan lebah madu di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, yang berdiri sejak tahun 2006 yang berusaha mengembangkan lebah madu sehingga merupakan sentra lebah madu di kabupaten Lampung Timur.

Kelompok tani Karya Tani Sejahtera merupakan hasil binaan Badan

Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan, kelompok tani ini dibuat karena untuk mengatasi masalah yang sering dilakukan manusia seperti banyak masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu untuk


(56)

42

pemenuhan kebutuhan sehari–hari, karena pengambilan yang tidak bijaksana maka memberi dampak negatif bagi ekosistem lain.

Berdasarkan masalah diatas untuk mengatasinya dilaksanakan hutan

kerakyatan dimana hutan dikelola oleh masyarakat untuk mengambil hasilnya tapi tidak merusak ekosistem lainya, dengan binaan dari instasi terkait

khususnya dinas kehutanan setempat yaitu dengan melakukan pengembangan ternak lebah madu yang juga berguna untuk meningkatkan perekonomian keluarga petani di sekitar hutan Desa Buana Sakti.

1. Umur petani lebah madu

Menurut Badan Pusat Statistik (2008), komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin, umur penduduk dikelompokan menjadi 3 yaitu : a. Umur 0 - 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif, b. Umur 15 - 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif, c. Umur 64 tahun ke atas dinamakan usia tua/usia tidak produktif.

Tabel 1. Pengelompokan umur objek penelitian di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

No. Kelompok Umur Jumlah Responden Presentase (%)

1 30 – 34 tahun 5 22

2 35 – 39 tahun 6 26

3 40 – 44 tahun 1 4

4 45 – 49 tahun 1 4

5 50 – 54 tahun 2 9

6 55 – 59 tahun 2 9

7 60 – 65 tahun 6 26


(57)

43

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, umur yang didapat dari setiap objek penelitian petani madu masuk ke dalam kelas umur berkisar 15-64 tahun (Tabel 1). Kelompok umur terbanyak pada umur 35-39 tahun dan 60-65 tahun dengan persentase yaitu 26%, sedangkan kelompok umur terendah pada umur 40-49 tahun yaitu 4%. Hal tersebut merupakan hal yang wajar dikarenakan pada usia ini termasuk kedalam usia yang produktif manusia untuk bekerja, sedangkan lebih dari 65 tahun ke atas manusia tidak produktif lagi untuk bekerja dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi tubuh yang sudah lemah.

2. Tingkat pendidikan petani lebah madu

Data tingkat pendidikan digunakan untuk mengetahui tolak ukur mata pencaharian masyarakat Desa Buana Sakti, data tingkat pendidikan secara terperinci dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat pendidikan objek penelitian di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur..

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Presentase (%)

1 SD 7 30

2 SMP 8 35

3 SLTA 8 35

Jumlah 23 100

Pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Buana Sakti sangat beragam, dan untuk tingkat pendidikan yang dimiliki objek penelitian masih tergolong rendah atau rata–rata hanya menyelesaikan program pendidikan wajib belajar 9 tahun atau menyelesaikan sampai tingkat SMP


(58)

44

yaitu sebesar 35% dari keseluruhan objek yang diteliti. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih tergolong rendah, faktor ekonomi yang kurang memenuhi dan faktor fasilitas sekolah karena hanya terdapat 3 sekolah SD di Desa Buana Sakti . Untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi harus pergi keluar daerah yang jarak ke SMP dan SMA terdekat 7 Km.

3. Pekerjaan petani lebah madu

Pengelompokan status pekerjaan petani lebah madu di Desa Buana Sakti dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengelompokan status pekerjaan bertani lebah madu di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

No. Status Pekerjaan Bertani Lebah Madu Jumlah Responden Presentase (%)

1 Sebagai pekerjaan pokok 1 4

2 Sebagai pekerjaan sampingan 22 96

Jumlah 23 100

Pekerjaan bertani lebah madu di Desa Buana Sakti sebagian besar yaitu sebesar 96 % dijadikan sebagai pekerjaan sampingan dikarenakan pekerjaan bertani lebah madu cukup mudah dan masih sederhana serta biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal dan juga para petani memiliki pekerjaan yang lainnya yang dijadikan usaha pokok, dan hanya 4% yang menjadikannya sebagai pekerjaan pokok.

Berikut pengelompokan jenis pekerjaan pokok yang dilakukan objek penelitian di Desa Buana Sakti yang dijelaskan pada Tabel 4.


(59)

45

Tabel 4. Pengelompokan pekerjaan pokok di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

No. Pekerjaan Pokok Jumlah Responden Presentase (%)

1 Petani Karet 11 47

2 Petani Padi 6 26

3 Petani Jagung 3 14

4 Petani Kakao 2 9

5 Petani Lebah Madu 1 4

Jumlah 23 100

Pekerjaan pokok di Desa Buana Sakti sebagian besar yaitu sebesar 47% adalah petani karet dan kemudian sebagian kecil memiliki pekerjaan pokok sebagai petani padi 26%, petani jagung 14%, petani kakao 9%, dan yang terakhir petani lebah madu hanya 4%. Hal tersebut disebabkan sebelum mereka menjadi petani lebah madu mereka sudah lama melakukan pekerjaan menjadi petani karet, padi, jagung, dan kakao.

4. Pendapatan rata-rata petani lebah madu

Pengelompokan pendapatan per bulan petani lebah madu di Desa Buana Sakti dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengelompokan pendapatan per bulan objek penelitian di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

No. Pendapatan Rata-rata Per Bulan Jumlah Responden Presentase (%)

1 Kurang dari ≥ Rp. 500.000 3 13

2 Lebih dari ≤ Rp. 750.000 20 87

Jumlah 23 100

Petani lebah madu di Desa Buana Sakti memiliki pendapatan per bulan yang berbeda-beda dikarenakan memiliki pekerjaan yang berbeda-beda dan dari pekerjaan tersebut menghasilkan pendapatan yang berbeda-beda


(60)

46

pula. Pendapatan rata-rata per bulan terkecil yaitu sebesar 13% hanya memiliki pekerjaan yang tidak terlalu banyak hanya memiliki pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan yang terlalu sedikit. Lain halnya dengan pendapatan rata-rata per bulan yang terbesar yaitu sebesar 87% yang memiliki pekerjaaan disamping pekerjaan pokok juga memiliki pekerjaan sampingan yang cukup banyak.

5. Sejarah perkembangan budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti

Masyarakat Desa Buana Sakti sebelumnya belum mengetahui cara membudidayakan lebah madu meskipun sejak dahulu lebah madu sudah ada dan hidup liar di sekitar kebun maupun hutan di Desa Buana Sakti. Pada tahun 2005 melalui Dinas Perkebunan dan Kehutanan Lampung Timur yang sekarang telah berubah nama menjadi Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Lampung Timur mengadakan sosialisasi tentang Budidaya Lebah Madu di Desa Buana Sakti.

Sosialisasi tersebut bertujuan untuk mengenalkan manfaat dari

membudidayakan lebah madu, kegiatan sosialisasi tersebut masyarakat desa Buana Sakti diajarkan bagaimana cara membudidayakan lebah madu, salah satu dari kegiatan tersebut masyarakat Desa Buana Sakti diberikan pengajaran bagaimana cara mendapatkan dan memindahkan koloni lebah madu dari lebah madu yang liar yang terdapat di pohon-pohon kemudian dibudidayakan ke dalam gelodog maupun kotak stup. Masyarakat Desa Buana Sakti juga membuat gelodog yang kemudian menghasilkan gelodog


(61)

47

sebanyak 20 gelodog yang digunakan untuk membudidayakan lebah madu tersebut.

Setelah masyarakat Desa Buana Sakti tertarik untuk membudidayakan lebah madu pada tanggal 24 Juli 2006 terbentuklah kelompok tani yang bernama kelompok tani “Karya Tani Sejahtera” yang berjumlah 11 orang anggota dengan bapak Purwadi sebagai ketua kelompok. Dari 11 anggota tersebut mengumpulkan dana modal awal kelompok yang berjumlah Rp.750.000,- yang digunakan untuk membeli papan dari kayu Randu dan dibuat menjadi kotak stup kemudian menghasilkan setiap anggota masing-masing mendapatkan 2 kotak stup.

Pada tahun 2007 kelompok Karya Tani Sejahtera yang berjumlah 11 orang anggota mendapatkan bantuan dari BP4K berupa 15 kotak stup beserta koloni lebah madu Apis cerana dimana 2 kotak stup lebah madu

disumbangkan kepada kelompok tani lebah Rejo Agung dan sisanya 13 kotak stup lebah madu dibagikan kepada masing-masing anggota untuk diletakkan disekitar pekarangan.

Pada tahun 2007 juga anggota kelompok Karya Tani Sejahtera membuat suatu dana simpan pinjam untuk kelompok yang bernama KUP

(Kelompok Usaha Produktif) yaitu dana awal sebesar

Rp.100.000,-/anggota dan uang wajib Rp.2.000,-/bulan. Dana tersebut digunakan untuk simpanan pokok keperluan kelompok dan anggota, apabila ada anggota yang ingin meminjam dana tersebut dengan jumlah yang diinginkan maka


(62)

48

setiap angsuran perbulannya dikenakan bunga sebesar 2% perbulan dari total besaran peminjaman.

Kelompok Karya Tani Sejahtera pada tahun 2007 bertambah dari 11 anggota menjadi 21 anggota. Syarat untuk menjadi aggota kelompok Karya Tani Sejahtera sangatlah mudah yaitu calon anggota harus memiliki minimal 2 gelodog. Dari 10 orang anggota baru tersebut dikenakan juga dana KUP sebesar Rp.100.000,-/ orang.

Pada tahun 2008 kelompok Karya Tani Sejahtera bertambah menjadi 23 anggota, tetapi kedua anggota baru tersebut dikenakan biaya KUP yang lebih besar yang sebelumnya biaya tersebut mengalami kenaikan dan sudah disetujui oleh masing-masing anggota yaitu sebesar Rp.250.000,- per orang. Pada tahun 2008 kelompok Karya Tani Sejahtera mendapatkan bantuan 25 kotak stup tanpa koloni dari mahasiswa Stiper Darma Wacana yang kemudian kotak stup tersebut dibagikan kepada 23 anggota Karya Tani Sejahtera.

Pada tahun 2010 mendapatkan bantuan lagi 100 kotak stup tanpa koloni dari BP4K Lampung Timur yang kemudian dibagikan kembali kepada 23 anggota Karya Tani Sejahtera. Dalam hal ini BP4K berupaya agar masyarakat tidak menebang pohon dari pekarangan maupun hutan untuk diambil kayunya membuat kotak stup. Pada tahun 2010 melalui BP4K menetapkan Desa Buana Sakti menjadi daerah sentra pengembangan lebah madu di Kabupaten Lampung Timur dan juga sebagai daerah


(63)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan :

1. Teknik budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti menggunakan dua media yaitu kotak stup dan gelodog, dalam pelaksanaannya meliputi kegiatan penentuan lokasi budidaya, persiapan sarana dan peralatan, penangkapan koloni lebah, budidaya, penanggulangan hama dan penyakit, dan pemanenan madu.

2. Dari 23 petani lebah madu di Desa Buana Sakti, seluruhnya menggunakan gelodog dan hanya 6 petani yang masih menggunakan kotak stup.

3. Teknik pemanenan madu di Desa Buana Sakti dilakukan dengan sistem sunat yaitu hanya memotong sisiran sarang yang berisi madunya saja.

B. Saran

1. Bagi kelompok tani Karya Tani Sejahtera, hendaknya lebih melengkapi peralatan untuk menunjang pelaksanaan pembudidayaan lebah madu agar mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Mengikuti pelatihan budidaya lebah yang ditujukan untuk petani lebah madu agar menambah pengetahuan tentang pembudidayaan lebah madu.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, M. 2009. Manfaat Sosial Ekonomi Lebah Madu Bagi Masyarakat Sekitar Hutan (Study Kasus Di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Lampung Timur). Skripsi. Jurusan Kehutanan. Unila. Lampung. 62 hlm. Apiari Pramuka. 2003. Lebah Madu Cara Beternak Dan Pemanfaatannya.

Penebar : Swadaya. Jakarta. 125 hlm.

Arba’in. 2011. Potensi Pasar Produk Lebah Madu. www.google.com. Web:

http;// www.arbainweb.com/81-potesi-pasar-produk-lebah-madu.html. Diakses tanggal 15 februari 2012 pukul 14.00. 12 hlm.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta. 206 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2008. Lampung Timur Dalam Angka. Kabupaten Lampung Timur. 251 hlm.

Bina Apiari. 2010. Daftar Harga Madu. www.google.com. Web: http:// www.binaapiari.com/daftar-harga/. Diakses tanggal 20 juli 2012 pukul 14.00. 27 hlm.

Fariza, N. 2008. Pembuatan Hutan Budidaya Lebah Madu Yang Bersifat Konservatif. www.google.com. Web:

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20081031184837. Diakses tanggal 28 desember 2011 pukul 14.00. 4 hlm.

Hadiwiyoto, S. 1980. Pedoman Pemeliharaan Tawon Madu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 125 hlm.

Hadiwiyoto, S. 1982. Mengenal Hasil Tawon Madu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 66 hlm.

Hilmanto, R. 2010. Analisis Penelusuran Dan Perekaman Teknik Pengelolaan Lahan Untuk Standardisasi Kegiatan Produksi Komoditas Agroforestri Lokal. Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 2 Tahun 2010: 69 - 78. Badan Standarisasi Nasional.10 hlm.


(65)

86

_________. 2010. Desain Model Pengelolaan Budidaya Lebah Madu Apis Cerana pada Ekosistem Mangrove. Jurnal Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unila. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 9 hlm.

Irza, Y. 2007. Analisis Hasil Usaha Lebah Madu (Apis cerana) Dan

Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Kelompok Tani

“Madu Jaya Lestari”, Dusun Selingkut Hulu Pekon Sindang Pagar Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Jurusan Kehutanan. Unila. Lampung. 61 hlm.

Kelompok Tani, 2001. Sumber Daya Komoditas Unggulan. www.google.com. Web: http://www.inspiredliving.com/manuka-honey.html. Diakses tanggal 6 oktober 2011 pukul 14.00.

Kementerian Kehutanan. 2000. Kondisi Perlebahan Indonesia. www.google.com. Web: http://www.dephut.go.id/informasi/humas/lebah.htm. Diakses

tanggal 20 maret 2012 pukul 15.00. 18 hlm.

Kustanti, A. 2002. Pengembangan Perlebahan Melalui Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Moleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 410 hlm.

Pemerintahan Kabupaten Lampung Timur. 2012. Geotopografi Lampung Timur. www.google.com. Web: http://lampungtimurkab.go.id/index.php?mod= menu_2&opt=sm_10. Diakses tanggal 20 Juli 2012 pukul 14.00. Rusfidra, A. 2006. Tanaman Pakan Lebah Madu. www.google.com. Web:

http://www.bunghatta.ac.id/artikel-141-tanaman-pakan-lebah-madu.html. Diakses tanggal 6 okober 2011 pukul 14.20.

Sarwono, B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Agro Media Pustaka. Jakarta. 95 hlm.

Shopa, N. 2003. Pengaruh Teknik Sunat Dalam Pemanenan Madu Terhadap Kondisi Koloni Lebah Hutan (Apis Dorsata, Fabr) Di Desa Kota Batu Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Jurusan Kehutanan. Unila. Lampung. 64 hlm.

Sudharto. 2003. Teknis Beternak Lebah Madu. Dinas Pendidikan Propinsi Lampung. Lampung. 36 hlm.

Sujono, J. 1995. Studi Kelayakan Lokasi Budidaya Lebah Madu (Apis cerana, Fabr) di Wilayah Gunung Kaledong BKPH Cicalengka KPH Bandung Utara Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. IPB. Bogor. 44 hlm.


(66)

87

Sumoprastowo, R.M. dan Suprapto, R.A. 1987. Beternak Lebah Madu Modern.

Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 217 hlm.

Thoyyibah, N. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Lebah Madu Di Desa Selapan Kecamatan Pardasuka Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Jurusan Kehutanan. Unila. Lampung. 96 hlm.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Beternak Lebah Madu. Nuansa Aulia. Bandung. 162 hlm.

Tim Redaksi Trubus. 1996. Beternak Lebah Madu. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hlm.

Warisno. 1996. Budidaya Lebah Madu. Kanisius. Yogyakarta.

Wibowo, S. 2004. Pedoman pembangunan modal usaha perlebahan. Sk.50/V-UPR/2004. Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Soisal. 38 hlm


(1)

47 sebanyak 20 gelodog yang digunakan untuk membudidayakan lebah madu tersebut.

Setelah masyarakat Desa Buana Sakti tertarik untuk membudidayakan lebah madu pada tanggal 24 Juli 2006 terbentuklah kelompok tani yang bernama kelompok tani “Karya Tani Sejahtera” yang berjumlah 11 orang anggota dengan bapak Purwadi sebagai ketua kelompok. Dari 11 anggota tersebut mengumpulkan dana modal awal kelompok yang berjumlah Rp.750.000,- yang digunakan untuk membeli papan dari kayu Randu dan dibuat menjadi kotak stup kemudian menghasilkan setiap anggota masing-masing mendapatkan 2 kotak stup.

Pada tahun 2007 kelompok Karya Tani Sejahtera yang berjumlah 11 orang anggota mendapatkan bantuan dari BP4K berupa 15 kotak stup beserta koloni lebah madu Apis cerana dimana 2 kotak stup lebah madu

disumbangkan kepada kelompok tani lebah Rejo Agung dan sisanya 13 kotak stup lebah madu dibagikan kepada masing-masing anggota untuk diletakkan disekitar pekarangan.

Pada tahun 2007 juga anggota kelompok Karya Tani Sejahtera membuat suatu dana simpan pinjam untuk kelompok yang bernama KUP

(Kelompok Usaha Produktif) yaitu dana awal sebesar

Rp.100.000,-/anggota dan uang wajib Rp.2.000,-/bulan. Dana tersebut digunakan untuk simpanan pokok keperluan kelompok dan anggota, apabila ada anggota yang ingin meminjam dana tersebut dengan jumlah yang diinginkan maka


(2)

48 setiap angsuran perbulannya dikenakan bunga sebesar 2% perbulan dari total besaran peminjaman.

Kelompok Karya Tani Sejahtera pada tahun 2007 bertambah dari 11 anggota menjadi 21 anggota. Syarat untuk menjadi aggota kelompok Karya Tani Sejahtera sangatlah mudah yaitu calon anggota harus memiliki minimal 2 gelodog. Dari 10 orang anggota baru tersebut dikenakan juga dana KUP sebesar Rp.100.000,-/ orang.

Pada tahun 2008 kelompok Karya Tani Sejahtera bertambah menjadi 23 anggota, tetapi kedua anggota baru tersebut dikenakan biaya KUP yang lebih besar yang sebelumnya biaya tersebut mengalami kenaikan dan sudah disetujui oleh masing-masing anggota yaitu sebesar Rp.250.000,- per orang. Pada tahun 2008 kelompok Karya Tani Sejahtera mendapatkan bantuan 25 kotak stup tanpa koloni dari mahasiswa Stiper Darma Wacana yang kemudian kotak stup tersebut dibagikan kepada 23 anggota Karya Tani Sejahtera.

Pada tahun 2010 mendapatkan bantuan lagi 100 kotak stup tanpa koloni dari BP4K Lampung Timur yang kemudian dibagikan kembali kepada 23 anggota Karya Tani Sejahtera. Dalam hal ini BP4K berupaya agar masyarakat tidak menebang pohon dari pekarangan maupun hutan untuk diambil kayunya membuat kotak stup. Pada tahun 2010 melalui BP4K menetapkan Desa Buana Sakti menjadi daerah sentra pengembangan lebah madu di Kabupaten Lampung Timur dan juga sebagai daerah


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan :

1. Teknik budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti menggunakan dua media yaitu kotak stup dan gelodog, dalam pelaksanaannya meliputi kegiatan penentuan lokasi budidaya, persiapan sarana dan peralatan, penangkapan koloni lebah, budidaya, penanggulangan hama dan penyakit, dan pemanenan madu.

2. Dari 23 petani lebah madu di Desa Buana Sakti, seluruhnya menggunakan gelodog dan hanya 6 petani yang masih menggunakan kotak stup.

3. Teknik pemanenan madu di Desa Buana Sakti dilakukan dengan sistem sunat yaitu hanya memotong sisiran sarang yang berisi madunya saja.

B. Saran

1. Bagi kelompok tani Karya Tani Sejahtera, hendaknya lebih melengkapi peralatan untuk menunjang pelaksanaan pembudidayaan lebah madu agar mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Mengikuti pelatihan budidaya lebah yang ditujukan untuk petani lebah madu agar menambah pengetahuan tentang pembudidayaan lebah madu.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, M. 2009. Manfaat Sosial Ekonomi Lebah Madu Bagi Masyarakat Sekitar Hutan (Study Kasus Di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Lampung Timur). Skripsi. Jurusan Kehutanan. Unila. Lampung. 62 hlm. Apiari Pramuka. 2003. Lebah Madu Cara Beternak Dan Pemanfaatannya.

Penebar : Swadaya. Jakarta. 125 hlm.

Arba’in. 2011. Potensi Pasar Produk Lebah Madu. www.google.com. Web: http;// www.arbainweb.com/81-potesi-pasar-produk-lebah-madu.html. Diakses tanggal 15 februari 2012 pukul 14.00. 12 hlm.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta. 206 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2008. Lampung Timur Dalam Angka. Kabupaten Lampung Timur. 251 hlm.

Bina Apiari. 2010. Daftar Harga Madu. www.google.com. Web: http:// www.binaapiari.com/daftar-harga/. Diakses tanggal 20 juli 2012 pukul 14.00. 27 hlm.

Fariza, N. 2008. Pembuatan Hutan Budidaya Lebah Madu Yang Bersifat Konservatif. www.google.com. Web:

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20081031184837. Diakses tanggal 28 desember 2011 pukul 14.00. 4 hlm.

Hadiwiyoto, S. 1980. Pedoman Pemeliharaan Tawon Madu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 125 hlm.

Hadiwiyoto, S. 1982. Mengenal Hasil Tawon Madu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 66 hlm.

Hilmanto, R. 2010. Analisis Penelusuran Dan Perekaman Teknik Pengelolaan Lahan Untuk Standardisasi Kegiatan Produksi Komoditas Agroforestri Lokal. Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 2 Tahun 2010: 69 - 78. Badan Standarisasi Nasional.10 hlm.


(5)

86

_________. 2010. Desain Model Pengelolaan Budidaya Lebah Madu Apis Cerana pada Ekosistem Mangrove. Jurnal Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unila. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 9 hlm.

Irza, Y. 2007. Analisis Hasil Usaha Lebah Madu (Apis cerana) Dan

Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Kelompok Tani

“Madu Jaya Lestari”, Dusun Selingkut Hulu Pekon Sindang Pagar

Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Jurusan Kehutanan. Unila. Lampung. 61 hlm.

Kelompok Tani, 2001. Sumber Daya Komoditas Unggulan. www.google.com. Web: http://www.inspiredliving.com/manuka-honey.html. Diakses tanggal 6 oktober 2011 pukul 14.00.

Kementerian Kehutanan. 2000. Kondisi Perlebahan Indonesia. www.google.com. Web: http://www.dephut.go.id/informasi/humas/lebah.htm. Diakses

tanggal 20 maret 2012 pukul 15.00. 18 hlm.

Kustanti, A. 2002. Pengembangan Perlebahan Melalui Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Moleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 410 hlm.

Pemerintahan Kabupaten Lampung Timur. 2012. Geotopografi Lampung Timur. www.google.com. Web: http://lampungtimurkab.go.id/index.php?mod= menu_2&opt=sm_10. Diakses tanggal 20 Juli 2012 pukul 14.00. Rusfidra, A. 2006. Tanaman Pakan Lebah Madu. www.google.com. Web:

http://www.bunghatta.ac.id/artikel-141-tanaman-pakan-lebah-madu.html. Diakses tanggal 6 okober 2011 pukul 14.20.

Sarwono, B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Agro Media Pustaka. Jakarta. 95 hlm.

Shopa, N. 2003. Pengaruh Teknik Sunat Dalam Pemanenan Madu Terhadap Kondisi Koloni Lebah Hutan (Apis Dorsata, Fabr) Di Desa Kota Batu Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Jurusan Kehutanan. Unila. Lampung. 64 hlm.

Sudharto. 2003. Teknis Beternak Lebah Madu. Dinas Pendidikan Propinsi Lampung. Lampung. 36 hlm.

Sujono, J. 1995. Studi Kelayakan Lokasi Budidaya Lebah Madu (Apis cerana, Fabr) di Wilayah Gunung Kaledong BKPH Cicalengka KPH Bandung Utara Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. IPB. Bogor. 44 hlm.


(6)

87

Sumoprastowo, R.M. dan Suprapto, R.A. 1987. Beternak Lebah Madu Modern. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 217 hlm.

Thoyyibah, N. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Lebah Madu Di Desa Selapan Kecamatan Pardasuka Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Jurusan Kehutanan. Unila. Lampung. 96 hlm.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Beternak Lebah Madu. Nuansa Aulia. Bandung. 162 hlm.

Tim Redaksi Trubus. 1996. Beternak Lebah Madu. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hlm.

Warisno. 1996. Budidaya Lebah Madu. Kanisius. Yogyakarta.

Wibowo, S. 2004. Pedoman pembangunan modal usaha perlebahan. Sk.50/V-UPR/2004. Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Soisal. 38 hlm