Manajemen Penangkaran Lebah Madu (Apis cerana Fabr.) di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur

(1)

ABSTRACT

Management of Breeding the Honey Bee (Apis cerana Fabr.) in Buana Sakti Village, District of Batanghari, Lampung East

By

Apriyanita Pitri Ningrum1), Rudi Hilmanto2), Wahyu Hidayat2)

Honey forest are one of beekeeping product that can developed by honey bees breeding method. In order to remain sustainable production of honey breeding, a good breeding management is significantly needed. The purpose of this research was to identify and evaluate the breeding management of Apis cerana Fabr. honey bee based on the indicator and parameter assessment of technical requirement planning, the technique, the implementation, and the products of breeding. This research was conducted from February 2012 until April 2012 in the Buana Sakti Village, Distric of Batanghari, East Lampung. The method used in this research is field observations and questionnairy interviews. The analysis applied in this reseacrh is quantitative and qualitative method, comparing the data collection from the field to the criteria and indicator of breeding management assessment. The results of this research showed that the aspect of technical requirement planning and the breeding products are considered good, it is because it has accomplished the requirement. While the aspect of breeding technique and implementation are considered not good, it is caused by the limited competence of bee farmer and the breeding methods. Overally, the breeding management of Apis cerana Fabr. honey bee in Buana Sakti village for all aspects is considered good. The breeding management of Apis cerana Fabr. honey bee in Buana Sakti village needs to be well improved, particularly in term of technique and implemetation of breeding to obtain the maximum quality of honey bee breeding.

Key words: Bee Breeding Management, Bee Conservation, Apis cerana Fabr.

1) Student at Departement of Forestry Faculty of Agriculture University of Lampung 2) Lecturer at Departement of Forestry Faculty of Agriculture University of Lampung


(2)

ABSTRAK

Manajemen Penangkaran Lebah Madu (Apis cerana Fabr.)

di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Oleh

Apriyanita Pitri Ningrum1), Rudi Hilmanto2), Wahyu Hidayat2)

Madu adalah salah satu produk perlebahan yang dapat dikembangkan dengan upaya penangkaran lebah madu. Agar hasil produksi penangkaran tetap berkesinambungan maka diperlukan manajemen penangkaran lebah madu yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. berdasarkan indikator dan parameter penilaian aspek perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan penangkaran, teknologi pengembangan penangkaran, dan hasil penangkaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012 di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Metode yang digunakan adalah observasi lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan kualitatif, yaitu membandingkan hasil pengumpulan data dari lapangan dengan kriteria dan indikator penilaian manajemen penangkaran. Hasil penelitian menunjukkan aspek perencanaan persyaratan teknis dan hasil penangkaran dapat dikategorikan cukup baik karena telah memenuhi syarat untuk pelaksanaan penangkaran baik. Sedangkan aspek teknologi pengembangan penangkaran dan pelaksanaan penangkaran dikategorikan kurang baik karena masih terbatasnya kemampuan dari petani lebah dan penangkaran tersebut. Secara keseluruhan manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti dapat dikategorikan cukup baik. Manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti perlu lebih ditingkatkan terutama dalam aspek teknologi pengembangan dan pelaksanaan penangkaran untuk memperoleh hasil penangkaran lebah madu yang optimal.

Kata kunci : Manajemen Penangkaran Lebah, Budidaya Lebah, Apis cerana Fabr.

1) Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2) Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(3)

MANAJEMEN PENANGKARAN LEBAH MADU (Apis cerana Fabr.) DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

APRIYANITA PITRI NINGRUM

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka penelitian ... 6

2. Stup yang dipakai Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera ... 49

3. Gelodok yang dipakai Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera ... 52

4. Lebah Ratu (Sumber: Suputa, Arminudin) ... 54

5. Lebah Jantan (Sumber: Suputa, Arminudin) ... 54

6. Lebah Pekerja (sumber: foto observasi) ... 55

7. Kondisi koloni dalam satu sisiran ... 57

8. Penempatan stup di lokasi pekarangan ... 61

9. Penempatan gelodok di lokasi perkebunan ... 61

10.Penempatan gelodok dan stup di tempat kandang ternak ... 61

11.Kegiatan berburu koloni lebah madu Apis cerana Fabr... 74

12.Pemindahan hasil buruan lebah madu ke dalam stup... 74

13.Pemindahan dan penyarangan ratu lebah baru ... 74

14.Pertemuan bersama para petani lebah madu Apis cerana Fabr... 112

15.Pengisian kuesioner oleh petani lebah madu Apis cerana Fabr ... 112

16.Kegiatan kuesioner kepada responden ... 113

17.Kegiatan kuesioner kepada responden ... 113


(5)

x 19.Pemanenan madu dan bungkus kemasan yang siap dijual ... 114 20.Penangkaran Apis cerana Fabr. di lahan hutan rakyat ... 114 21.Stup siap pakai dan plang penangkaran lebah madu ... 114


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN. ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat ... 4

E. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Lebah Madu ... 7

B. Lebah Madu Apis cerana Fabr ... 10

C. Manajemen Penangkaran... 11

D. Penangkaran ... 14

E. Budidaya Lebah Madu ... 17

F. Rujukan Sebelumnya Mengenai Budidaya Lebah Madu... 26

III. METODE PENELITIAN. ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Objek dan Alat Penelitian ... 27

C. Batasan Penelitian. ... 27

D. Jenis Data ... 29

E. Metode Pengumpulan Data... 30

F. Pengambilan Sampe ... 30

G. Analisis Data ... 31

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 36


(7)

1. Letak Geografis ... 36

2. Kondisi Topografi ... 37

3. Kondisi Iklim ... 38

B. Kondisi Sosial Ekonomi ... 38

1. Keadaan Penduduk ... 38

2. Kondisi Ekonomi ... 39

3. Sosial Budaya dan Lingkungannya ... 40

C. Kondisi Umum Kecamatan Batanghari ... 40

1. Letak dan Luas ... 40

2. Kondisi Topografi ... 41

3. Kondisi Iklim ... 41

D. Kondisi Umum Desa Buana Sakti ... 41

1. Letak dan Luas ... 41

2. Kondisi Topografis ... 42

3. Kondisi Iklim ... 42

4. Potensi Sumber Daya Alam ... 42

E. Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera ... 43

F. Keadaan Umum Petani Lebah Madu Apis cerana Fabr. di Dusun Sidomukti ... 44

1. Umur ... 44

2. Tingkat Pendidikan ... 45

3. Jumlah Tanggungan ... 46

G. Identitas Penangkaran ... 46

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Perencanaan Persyaratan Teknis ... 48

1. Tempat Pemeliharaan ... 48

2. Kondisi Koloni ... 53

3. Lokasi Penangkaran ... 57

4. Peralatan dan Perlengkapan Penangkaran ... . 63

B. Pelaksanaan Proses Penangkaran ... 65

1. Produktivitas, Umur, Kemampuan Hijrah, dan Tingkat Agresivitas Koloni ... 65

2. Seleksi Koloni ... . 70

3. Cara Memperoleh Bibit Lebah Madu Apis cerana Fabr ... 71

4. Pemberian Pakan Lebah Madu Apis cerana Fabr. pada Masa Paceklik ... . 75

5. Pemanenan Hasil Madu Lebah Madu Apis cerana Fabr ... 79

6. Cara Penanggulangan Hama dan Penyakit ... 82

C. Teknologi Pengembangan Penangkaran... 92

1. Pembentukan Calon Ratu ... 92

2. Cara Pemecahan atau Pengembangan Koloni Lebah Madu ... . 93

3. Penggabungan Koloni Lebah Madu Apis cerana Fabr ... . 94

4. Perkawinan Ratu Lebah Apis cerana Fabr ... 96

D. Hasil Penangkaran Apis cerana Fabr ... 99


(8)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Kesimpulan... 104

B. Saran-Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(9)

MANAJEMEN PENANGKARAN LEBAH MADU (Apis cerana Fabr.) DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

APRIYANITA PITRI NINGRUM

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik nabati dan hayati beserta produk turunannya dan budidayanya kecuali kayu.

Hasil hutan bukan kayu merupakan potensi besar yang terpendam di hutan dan belum digali untuk dikelola secara lestari sampai saat ini. Beberapa faktor yang menyebabkan belum berkembangnya HHBK adalah: hasil hutan bukan kayu masih terabaikan dibandingkan dengan hasil hutan kayu, kurangnya pengetahuan masyarakat akan hasil hutan bukan kayu, kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan hasil hutan bukan kayu, dan tidak tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan.

Salah satu hasil hutan bukan kayu adalah madu. Madu adalah salah satu produk perlebahan yang telah dikenal oleh masyarakat luas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Madu lebah dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan obat berbagai macam penyakit. Madu berasal dari serbuk sari dan nektar yang terdapat pada bunga-bungaan yang dihasilkan oleh lebah madu.


(11)

Lebah madu adalah salah satu jenis serangga yang hidup dan berkembang biak dengan serbuk sari dan madu. Bangsa lebah beranggotakan 12.000 spesies. Semua spesies ini termasuk dalam genus Apis. Lebah madu termasuk serangga sosial yang hidup berkoloni. Lebah madu memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari lilin, yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu. Jenis-jenis lebah madu endemik Indonesia adalah A. andreniformis, A. koschevnikovi, A. dorsata, dan A. cerana (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Salah satu jenis lebah madu yang banyak diusahakan di Propinsi Lampung adalah Apis cerana Fabr. Apis cerana Fabr.merupakan jenis lebah madu yang memiliki potensi ekologi, ekonomi, dan sosial yang perlu dikembangkan dengan teknologi lokal yang ramah lingkungan (Hilmanto, 2010). Salah satu tempat yang dapat dijumpai sebagai pengelolaan lebah madu Apis cerana

Fabr. sebagai HHBK adalah di hutan rakyat di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

Desa Buana Sakti memiliki luas mencapai 950,18 ha dengan kondisi alamnya berupa dataran rendah. Areal perkebunan masyarakat berada di areal hutan rakyat dengan luas mencapai 137,5 ha. Penduduk Buana Sakti menjadikan hasil perkebunan dan pertanian sebagai sumber pendapatan utama. Dalam memperoleh pendapatan tambahan, penduduk desa juga melakukan kegiatan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. dengan hasil produksi berupa koloni lebah madu.


(12)

Dalam memperoleh hasil penangkaran yang berkesinambungan, penerapan manajemen penangkaran yang baik merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana manajemen penangkaran lebah madu

Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten

Lampung Timur?”.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. dilihat dari aspek perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan proses penangkaran, teknologi pengembangan penangkaran, dan hasil penangkaran yang dilakukan oleh kelompok tani di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

2. Mengevaluasi kegiatan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan oleh kelompok tani di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.


(13)

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi bagi para petani lebah madu Apis cerana Fabr. tentang manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana sehingga diketahui manajemen penangkaran yang diterapkan untuk meningkatkan keberhasilan penangkaran lebah madu di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Timur selaku pembuat kebijakan dalam menunjang keberhasilan masyarakat.

3. Sebagai acuan bagi peneliti lain.

E. Kerangka Pemikiran

Hasil hutan bukan kayu dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan dibanding hasil kayu. Salah satu keunggulan HHBK yaitu tidak menimbulkan kerusakan yang besar terhadap hutan dibandingkan dengan pemanfaatan kayu, sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya.

Salah satu HHBK yang berpotensi dikembangkan di Propinsi Lampung adalah lebah madu Apis cerana Fabr. Apis cerana Fabr. memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi iklim setempat yaitu berdasarkan Smith dan Ferguson, Propinsi Lampung termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu Desember-Juni dengan temperatur rata-rata 24-340C (Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, 2011), sehingga lebah ini mendapat banyak perhatian untuk dilestarikan dengan upaya penangkaran.


(14)

Selain itu, dengan adanya upaya penangkaran lebah Apis cerana Fabr., dapat menambah pendapatan bagi kelompok tani yang membudidayakannya.

Berdasarkan Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2010), penangkaran lebah madu merupakan upaya pemeliharaan dan pembesaran bibit lebah madu dengan tetap mempertahankan jenisnya. Hasil yang dapat diperoleh dari penangkaran lebah madu merupakan hasil produksi berupa koloni lebah dan hasil lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan kelompok tani. Agar hasil produksi tetap berkesinambungan dan tidak menurun secara drastis maka diperlukan manajemen penangkaran lebah madu.

Adanya manajemen dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. akan menentukan cara-cara pengelolaan terhadap penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. Kegiatan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. yang memiliki manajemen penangkaran yang baik meliputi perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan proses penangkaran, teknologi pengembangan penangkaran dan hasil penangkaran, akan mempengaruhi hasil produksi dari lebah madu tersebut.

Jika telah diketahui manajemen penangkaran yang telah diterapkan oleh kelompok tani, maka dapat dilakukan perbaikan atau peningkatan manajemen jika diperlukan. Sehingga dapat diperoleh manfaat yang lebih maksimal dari kegiatan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. Bagan kerangka penelitian disajikan pada gambar 1 berikut ini :


(15)

Gambar 1. Bagan kerangka penelitian. Penangkaran lebah

Manajemen penangkaran

Perencanaan persyaratan teknis

Manajemen penangkaran yang baik (pustaka) Hasil hutan bukan kayu

(madu hutan)

Lebah madu

Apis cerana Fabr.

Pelaksanaan penangkaran

Peningkatan keberhasilan penangkaran Apis cerana Fabr.

Produksi penangkaran

Mengevaluasi manajemen penangkaran yang diterapkan

Teknologi pengembangan penangkaran


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lebah Madu

Lebah madu merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman dahulu, manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga menghasilkan produk yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu madu, royal jelly, pollen, malam (lilin), propolis dan apitoxin (bee venom). Selanjutnya manusia mulai membudidayakan lebah madu dengan memakai gelondong kayu dan pada saat ini dengan sistem stup (Pusat perlebahan Apiari Pramuka, 2010).

Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki jenis lebah asli paling banyak di dunia. Dari berbagai macam jenis lebah tersebut ada yang telah dapat dibudidayakan dan ada juga yang belum dapat dibudidayakan. Secara terperinci dijelaskan sebagai berikut (Pusat perlebahan Apiari Pramuka, 2010):

1. Lebah madu yang telah dibudidayakan

Jenis-jenis lebah madu yang telah dibudidayakan meliputi:

a. Apis koschevnikovi

Lebah madu Apis koschevnikovi merupakan spesies yang baru dikenal oleh beberapa ilmuwan. Jenis ini banyak terdapat di Pulau Kalimantan


(17)

dan Sumatera Barat. Ciri-ciri yang paling menonjol bila dibandingkan dengan Apis cerana adalah adanya warna merah di sebagian besar Apis koschevnikovi dan ukuran tubuhnya sedikit lebih besar. Menurut beberapa peternak lebah di Kalimantan Selatan, lebah Apis koschevnikovi lebih produktif dibandingkan Apis cerana.

b. Apis mellifera

Lebah madu Apis mellifera merupakanjenis lebah utama yang dibudidayakan hampir di semua negara, termasuk Indonesia. Pada tahun 1972 Apis mellifera pertama kali didatangkan di Indonesia. Sebanyak 25 koloni Apis mellifera disumbangkan Australian Freedom For Hunger Campaign Commite (AFFHC) kepada Pusat Perlebahan Apiari Pramuka.

c. Apis cerana

Lebah Apis cerana merupakan lebah madu asli Asian yang menyebar mulai dari Afganistan, Cina sampai Jepang. Apis cerana telah berabad-abad di berbagai wilayah Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia Apis cerana memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi iklim setempat, sehingga lebah ini banyak mendapat perhatian.


(18)

2. Lebah madu yang Belum Dapat Dibudidayakan

Jenis-jenis lebah madu yang belum dapat dibudidayakan meliputi:

a. Apis dorsata

Jenis lenah ini berkembang hanya di kawasan sub tropis dan tropis Asia, seperti Indinesia, Philipina dan pulau-pulau lainnya. Apis dorsata tidak ditemukan di luar Asia. Sejak zaman dahulu, madu dari lebah ini telah diperdagangkan sebagai madu hutan yang terkenal di kawasan Asia. Sarang Apis dorsata dibangun secara tunggal dengan jumlah sisiran sarang hanya selembar. Sarang tersebut digantung di cabang pohon, tebing batuan atau pada celah-celah bangunan. Ukuran sarangnya bervariasi dengan ukuran terpanjang atau tertinggi dapat mencapai 2 meter. Oleh karena keagresifan dan keganasannya, sampai sekarang Apis dorsata belum berhasil dibudidayakan.

b. Apis andreniformis

Lebah Apis andreniformis merupakan lebah madu asli Indonesia yang membangun sarangnya secara tunggal atau selembar dan menggantung di tempat-tempat terbuka, seperti pada cabang pohon atau pun pada bukit batu yang terjal. Lebah madu ini dapat ditemukan di daerah pemukiman dan hutan-hutan pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Sampai sekarang, lebah madu ini belum berhasil dibudidayakan dan informasinya pun sangat terbatas.


(19)

c. Apis florea

Ukuran tubuh lebah Apis florea paling kecil di antara jenis lebah madu lainnya. Apis florea terdapat mulai dari Oman dan Iran di Asia Barat sampai ke dataran India hingga Indonesia, tetapi tidak terdapat di Utara Pegunungan Himalaya. Satu koloni Apis florea biasanya membangun sarang tunggal satu sisiran dengan lebar ± 35 cm, tinggi ± 27 cm, dan tebal ± 1,8 cm. Sisiran sarang menggantung pada sehelai daun atau melingkari dahan pohon. Terkadang sarang dibangun juga dalam rongga liang atau dalam goa juga rongga pohon. Apis florea juga termasuk lebah liar yang tidak dibudidayakan karena produktivitasnya rendah.

d. Apis laboriosa

Jenis lebah ini hanya terdapat di pegunungan Himalaya, pada ketinggian tempat lebih dari 1.200 m dpl. Informasi mengenai lebah ini masih sangat terbatas.

B. Lebah Madu Apis cerana Fabr.

Menurut Pusat perlebahan Apiari Pramuka (2010), klasifikasi lebah madu Apis cerana adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hymenoptera


(20)

Family : Apidae Genus : Apis Species : Apis cerana

Lebah Apis cerana merupakan lebah madu asli Asia yang menyebar mulai dari Afganistan, Cina sampai Jepang. Apis cerana telah berabad-abad di berbagai wilayah Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia Apis cerana memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi iklim setempat, sehingga lebah ini banyak mendapat perhatian (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2010).

Dalam bahasa daerah, Apis cerana disebut tawon unduhan (Jawa), nyiruan (Sunda), madu lobang (Palembang), lebah lalat, lebah madu. Sesuai dengan kondisi geografis dan iklim di Indonesia, lebah berpotensi untuk dikembangkan terutama oleh kalangan petani. Namun para petani sulit memperoleh bibit dan sumber pakan. Lebah jenis Apis cerana lebih tahan dibanding Apis mellifera. Pakan Apis mellifera harus tetap tersedia, agar koloninya tidak mudah mati. Berbeda dengan pakan Apis cerana yang tersedia di alam Indonesia. Jika stup bibit memiliki kualitas koloni yang baik, maka para petani dapat memanen madu dalam jumlah yang banyak (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

C. Manajemen Penangkaran

Menurut Handayaningrat (1990) dalam Winata (2005), manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, dan pengawasan, dengan manfaat baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penangkaran


(21)

sendiri merupakan kegiatan yang berkaitan dengan budidaya flora dan fauna liar dan pengelolaannya, menyangkut usaha pengumpulan bibit, pengembangbiakan, pemeliharaan, pembesaran dan restocking (pengembalian ke alam), yang bertujuan untuk mempertahankan kelestarian atau eksistensi satwa liar dan tumbuhan liar maupun memperbanyak populasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Wardhani (2010), manajemen koloni sangat penting bagi keberhasilan usaha budidaya lebah madu. Manajemen koloni menyangkut beberapa aspek, salah satunya adalah manajemen lebah ratu. Manajemen lebah ratu dinilai penting karena dua hal. Pertama, ratu adalah pemimpin sekaligus ibu dari seluruh anggota koloni, sehingga menentukan sifat dan karakter keturunannya. Kedua, produktivitas dan kepemimpinan ratu dibatasi oleh faktor umur. Usia ratu dapat mencapai 5 tahun, akan tetapi masa produktifnya paling lama hanya 2 tahun. Efektivitas kepemimpinan ratu juga dibatasi waktu.

Dua hal diatas mengharuskan peternak lebah mengendalikan kondisi dan produktivitas lebah ratu dari setiap koloni yang dimilikinya sehingga, apabila ratu hilang atau turun produktivitasnya, dapat segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga koloni tetap stabil, sehat, dan produktif. Oleh sebab itu, peternak lebah madu harus dapat menangkarkan lebah ratu sehingga dapat melakukan penggantian ratu apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.


(22)

Menurut Soedharma (1985) dalam Winata (2005), suatu kegiatan penangkaran perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Lokasi penangkaran yang sesuai.

2. Ketersediaan di alam dan populasi alam.

3. Kesiapan teknologi yang dikuasai untuk penangkaran agar bisa berhasil.

4. Persiapan perangkat kebijakan sistem pengendalian pengawasan.

5. Faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat setempat yang akan terlibat didalamnya.

Menurut Gilles (1971) dalam Winata (2005), pengelolaan satwa liar merupakan ilmu dan seni dalam merubah atau memanipulasi karakteristik habitat, populasi satwa liar dan aktivitas manusia untuk mencapai tujuan manusia dalam manajemen satwa liar.

Menurut Gilles (1971) dalam Winata (2005), hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen satwa liar adalah:

1. Paddock (kandang)

Biasanya dalam penangkaran terdapat berbagai macam bentuk paddock, disesuaikan dengan keadaan topografi di lapangan.

2. Makanan

Dalam suatu penangkaran, makanan merupakan salah satu faktor yang penting karena penyediaan makanan yang mendapatkan perhatian serta penanganan yang baik dan teratur, sehingga kualitas makanan yang diberikan mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi.


(23)

3. Pencegahan Penyakit

Pendekatan untuk pencegahan penyakit menurut Mc Ardle (1972) dalam Winata (2005), harus memperhatikan aspek perkandangan dan pemberian makan. Beberapa hal yang menyebabkan penyakit adalah kandang yang terlalu padat dan lembab, kandang yang buruk, serta sirkulasi udara yang kurang baik. Sedangkan dari segi makanan adalah pemberian makanan yang tidak tetap dan tidak disukai.

4. Perkembangbiakan

Dalam penangkaran, masalah perkembangbiakan merupakan hal yang penting karena pada dasarnya keberhasilan suatu penangkaran ditentukan oleh keberhasilan produksinya. Tentunya dengan ketersediaan jumlah bibit yang sangat terbatas keberhasilan perkembangbiakan merupakan kunci utama dalam penangkaran.

D. Penangkaran

Penangkaran adalah upaya memelihara dan membesarkan benih atau bibit dan anakan dari tumbuhan dan satwa liar dari alam dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya (Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar). Kegiatan penangkaran merupakan bagian dari upaya pemanfaatan jenis flora-fauna liar dengan tujuan agar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemanfaatan jenis flora-fauna liar dilakukan dengan mengendalikan pendayagunaan jenis flora-fauna atau bagian-bagiannya serta hasil


(24)

daripadanya dengan tetap menjaga keanekaragaman jenis dan keseimbangan ekosistem.

Dalam kegiatan penangkaran lebah madu, tujuan penangkaran ratu lebah adalah untuk menghasilkan ratu-ratu yang produktif dan sehat. Kebanyakan peternak lebah menginginkan koloni lebahnya memiliki berbagai sifat keunggulan misalnya: tahan terhadap hama dan penyakit, giat dan rajin bekerja, mudah ditangani, tidak agresif, efisien dalam mengkonsumsi makanan cadangan dan lain-lain. Sifat-sifat keunggulan tersebut tidak lepas dari sifat-sifat ratu yang baik (Wijaya, dkk, 1989 dalam Egyanti, 1995).

Menurut Hilmanto (2010), teknik penangkaran yang dilakukan oleh masyarakat lokal, yaitu: (1) pemecahan koloni, pemecahan koloni bisa dilakukan dengan cara penyekatan dan membagi koloni; (2) mengambil ratu yang tidak produktif. Teknik penangkaran ini dilakukan untuk memperbanyak lebah ratu dan pemilihan lebah ratu yang produktif agar dapat diperoleh hasil produksi lebah madu yang optimal.

Menurut Wardhani (2010), syarat untuk melakukan penangkaran lebah madu adalah:

1. Kotak pemeliharaan

Penangkaran lebah ratu hanya dapat dilakukan pada kotak pemeliharaan yang menggunakan bingkai sarang karena memungkinkan untuk mengambil lebah ratu dan memeriksa keberadaan telur dan larva muda di setiap sarangnya.


(25)

2. Kondisi koloni

Koloni harus dalam kondisi sehat dan sarangnya penuh dengan telur dan larva muda. Telur dan larva muda adalah bakal calon yang akan dipilih dan dipelihara secara khusus oleh lebah pekerja untuk dijadikan lebah ratu. Apabila jumlah telur dan larva muda terlalu sedikit, koloni dapat gagal menghasilkan lebah ratu.

3. Lokasi

Lokasi penangkaran harus didukung dengan tanaman pakan yang menjamin tersedianya nektar dan tepungsari dalam jumlah yang cukup banyak. Jumlah makanan yang banyak diperlukan agar diperoleh ratu yang berkualitas baik. Nektar dalam jumlah banyak diperlukan untuk mendorong koloni lebah madu membentuk calon-calon lebah jantan dalam jumlah banyak. Selain itu nektar bersama-sama dengan tepungsari juga merupakan bahan dasar untuk memproduksi royal jelly. Penyediaan nektar tidak mutlak harus berasal dari tanaman karena dapat juga diganti dengan larutan gula.

Tepungsari juga harus tersedia dalam jumlah banyak di lokasi penangkaran. Tepungsari diperlukan oleh lebah pekerja muda untuk mengaktifkan kelenjar hypopharyng agar memproduksi royal jelly. Selain itu, tepungsari juga diperlukan untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma lebah jantan. Dalam kegiatan penangkaran ini tidak dianjurkan menggunakan pollen supplement (tepungsari buatan) karena dapat menurunkan kualitas ratu hasil penangkaran.


(26)

E. Budidaya Lebah Madu

Dalam budidaya lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu: lokasi budidaya, kotak lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan. Syarat yang utama yang harus dipenuhi dalam budidaya lebah adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan lebah pekerja serta lebah jantan. Suatu koloni tidak boleh memiliki lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling bunuh untuk memimpin koloni (Departemen Kehutanan, 2000).

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

a. Kotak Lebah (Stup)

1. Suhu

Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu dalam stup tetap stabil.

2. Ketahanan Terhadap Iklim

Bahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas, cuaca yang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.

3. Konstruksi

Konstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok dari kayu atau bambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap dengan framenya.


(27)

b. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker, pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu, sapu dan sikat, pengungkit, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatan berternak ratu dan lain-lain.

2. Koloni Lebah

a. Pemilihan Koloni dan Ratu Lebah

Bibit lebah unggul yang ada di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana

(lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi maksimal. Ratu

A. cerana mampu bertelur 50-900 butir perhari dan ratu A. mellifera

mampu bertelur 1.500 butir per hari.

b. Perawatan Koloni Lebah dan Ratu Lebah

Lebah yang baru kemudian dilakukan perawatan khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin.


(28)

c. Sistem Pemuliabiakan (Pembiakan Ratu)

Tujuan pemuliabiakan pada lebah adalah untuk menciptakan ratu baru sebagai upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul.

d. Reproduksi dan Perkawinan

Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah yaitu lebah ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa kelamin betina yang tidak berkembang biak sehingga tidak berfungsi, sedangkan alat reproduksi lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk reproduksi. Proses perkawinan terjadi di musim bunga dimana ratu lebah terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan, pejantan akan mati dan sperma akan disimpan dalam spermatheca

(kantung sperma) yang terdapat pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.

e. Proses Penetasan

Setelah proses perkawinan, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur akan diletakkan di dasar sel. Tabung sel yang telah berisi telur akan diisi


(29)

madu dan tepung sari oleh lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan.

Dalam proses penetasannya, lebah madu merupakan serangga dengan empat siklus kehidupan yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan mempunyai perbedaan waktu yang bervariasi. Rata-rata waktu perkembangan lebah, antara lain:

1. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 1 hari, istirahat 2 hari, perubahan larva menjadi pupa 1 hari, pupa atau kepompong 3 hari, total waktu untuk menjadi lebah sekitar 15 hari.

2. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 2 hari, istirahat 3 hari, perubahan larva menjadi pupa 1 hari, pupa atau kepompong 7 hari, total waktu untuk menjadi lebah sekitar 21 hari.

3. Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang penutup 3 hari, istirahat 4 hari, perubahan larva menjadi pupa 1 hari, pupa atau kepompong 7 hari, total waktu untuk menjadi lebah sekitar 24 hari.

Selama periode larva, larva-larva dalam tabung akan memakan madu dan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode ini disebut masa aktif,


(30)

kemudian larva menjadi kepompong pupa untuk menjadi lebah sempurna. Setelah sempurna lebah akan keluar menjadi lebah muda sesuai asal selnya (Departemen Kehutanan, 2000).

3. Pemeliharaan

a. Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan

Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak harus rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut atau serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.

b. Pengontrolan penyakit

Pengontrolan penyakit ini meliputi kegiatan menyingkirkan lebah yang berpenyakit dan menjaga kebersihan stup.

c. Pemberian Pakan

Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke tempat yang memiliki banyak bunga dan disesuaikan dengan musim bunga yang ada.


(31)

4. Penggembalaan

Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah:

a. Perpindahan lokasi dilakukan pada malam hari saat lebah tidak aktif.

b. Bila jarak jauh, maka memerlukan makanan tambahan (buatan).

c. Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.

d. Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.

Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambungan produksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan tambahan di luar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat musim paceklik dan melakukan pemindahan stup saat penggembalaan. Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya berfungsi untuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan dapat dibuat dari bahan gula dan air dengan perbandingan 1:1 dan adonan tepung dari campuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan perbandingan 1:3:1 ditambah madu secukupnya (Departemen Kehutanan, 2000).

5. Pemanenan

Madu merupakan hasil utama dari lebah yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Pemanenan madu dilaksanakan pada minggu pertama hingga minggu kedua setelah musim bunga.

Ciri-ciri madu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis. Sisiran yang akan dipanen dibersihkan dulu dari lebah yang masih


(32)

menempel kemudian lapisan penutup sisiran dikupas. Selain itu sisiran diekstraksi untuk diambil madunya. Urutan proses pemanenan madu adalah sebagai berikut (Departemen Kehutanan, 2000):

a. Mengambil dan mencuci sisiran yang siap panen, kemudian lapisan penutup dikupas dengan pisau,

b. Sisiran yang telah dikupas diekstraksi dalam ekstraktor madu,

c. Hasilnya disaring dan dilakukan penyortiran,

d. Disimpan dalam suhu kamar untuk menghilangkan gelembung udara,

e. Pengemasan madu ke dalam botol atau kemasan lainnya.

6. Produk Lebah Madu

Menurut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2010), beberapa produk yang dihasilkan dari usaha budidaya lebah madu antara lain adalah:

a. Madu

Madu merupakan produk utama yang dihasilkan dari usaha budidaya lebah madu. Jumlah maupun kualitas madu antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan pakan lebah, cuaca, kelembaban, temperatur udara dan proporsi koloni lebah yang tertinggi pada saat produksi nektar paling banyak. Madu memiliki kegunaan sebagai suplemen bagi tubuh, obat berbagai macam penyakit, dan bahan kosmetik.

b. Pollen

Pollen atau tepung sari bunga adalah bagian dari antena bunga yang berbentuk butiran atau serbuk halus. Pollen dapat digunakan untuk


(33)

berbagai macam tujuan. Salah satu penggunaan pollen terbesar adalah diberikan kembali pada koloni lebah saat pollen langka di lapangan.

Pollen memiliki kegunaan sebagai bahan obat-obatan dan kecantikan bagi manusia. Pollen berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan, menghaluskan kulit muka, menurunkan kolesterol, melancarkan fungsi pencernaan, mengobati asma, mencegah pendarahan otak, melindungi selaput jantung dan dikonsumsi penderita diabetes serta memperpanjang umur.

c. Royal Jelly

Royal jelly merupakan bahan makanan bagi semua tetasan lebah (larva) pada umur 1-3 hari. Royal jelly ini dihasilkan oleh lebah madu dari jenis pekerja muda (umur 3-13hari). Royal jelly disekresikan melalui kelenjar hiprofarink (kelenjar ujung tenggorokan) dalam proses metabolisme dengan bahan baku madu dan pollen. Kegunaan

royal jelly bagi manusia adalah untuk menanggulangi masalah-masalah yang disebabkan kekurangan jaringan atau kelemahan tubuh.

d. Malam (Lilin Lebah, Wax)

Malam lebah adalah hasil proses metabolisme dari kelenjar malam yang dimiliki lebah, yaitu hasil metabolisme itu dikeluarkan (disekresikan) melalui ruas-ruas bagian abdomen. Malam atau lilin lebah digunakan lebah sebagai bahan untuk membuat sarang. Sedangkan kegunaan malam bagi manusia adalah dimanfaatkan untuk


(34)

industri farmasi dan bahan dasar kosmetika, pembuatan lilin penerangan, dan industri perlebahan.

e. Propolis

Propolis adalah bahan perekat atau dempul bersifat resin yang dikumpulkan lebah pekerja dari kuncup, kulit atau bagian dari tumbuhan. Dalam sarang, propolis digunakan oleh lebah untuk menutup celah-celah, mendempul retakan, mengurangi atau memperkecil lubang (pintu masuk) atau menutup lubang dari luar. Sedangkan, kegunaan propolis untuk manusia adalah sebagai penetral racun dalam tubuh dan sekaligus anti oksidan kuat, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, anti biotik alami, memperkuat sel dan mempercepat regenerasi sel, dan sebagai penyembuh penyakit seperti tumor, jantung dan lainnya.

f. Apitoxin (Bee Venom)

Apitoxin adalah racun atau bisa lebah yang dihasilkan lebah madu dari jenis lebah pekerja. Apitoxin disekresikan oleh kelenjar racun (poison gland) dalam bentuk cairan bening dengan bau tajam, rasa pahit, aroma spesifik, bereaksi asam, serta cepat kering pada temperatur kamar. Kegunaan apitoxin bagi manusia adalah sebagai obat berbagai macam penyakit dengan pengobatan secara alternatif dengan akupuntur dan menggunakan sengatan lebah.


(35)

F. Rujukan Sebelumnya Mengenai Budidaya Lebah Madu

Berdasarkan penelitian Anggraini (2008) tentang ”Manfaat Sosial Ekonomi Lebah Madu Bagi Masyarakat Sekitar Hutan di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur”, diketahui bahwa budidaya lebah madu merupakan alternatif lain dari kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Salah satu sentra pengembangan dan produksi lebah madu di Kabupaten Lampung Timur terletak di Desa Buana Sakti. Perkembangan usaha budidaya lebah madu masih belum optimal, masyarakat kurang mengetahui manfaat sebenarnya dari usaha tersebut. Maka diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui: (1) manfaat ekonomi lebah madu, (2) manfaat sosial lebah madu, dan (3) pengelolaan lebah madu. Pengelolaan lebah madu masih tergolong sederhana karena 50% petani masih menggunakan gelodok dalam budidayanya.


(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan Februari sampai April 2012. Lama waktu yang digunakan untuk penelitian ini sesuai dengan siklus hidup lebah madu hingga mencapai masa kawin lebah ratu dan masa pemanenan hasil penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera yang membudidayakan lebah madu di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, kamera, komputer, kuisioner dan tally sheet.

C. Batasan Penelitian

1. Hasil hutan bukan kayu yaitu potensi yang terdapat di dalam hutan yang merupakan hasil hutan yang selain kayu seperti lebah madu Apis cerana


(37)

2. Kelompok tani yaitu kumpulan petani yang terbentuk berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas lebah madu Apis cerana Fabr. dan kesejahteraan anggotanya.

3. Manajemen penangkaran adalah kegiatan pengelolaan yang meliputi perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan proses penangkaran, teknologi pengembangan penangkaran, dan hasil penangkaran dalam pengelolaan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Petani adalah anggota dan pengurus kelompok tani yang melakukan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr., yang memiliki hak dan kewajiban untuk menangkarkan lebah madu Apis cerana Fabr.

5. Penangkaran adalah upaya pemeliharaan dan pembesaran benih atau bibit dan anakan dari lebah madu Apis cerana Fabr. dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.

6. Hasil dari kegiatan penangkaran Apis cerana Fabr. adalah madu dan benih

Apis cerana Fabr. yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera.

7. Benih atau bibit dan anakan dari lebah madu Apis cerana Fabr. terdiri dari lebah ratu, lebah pejantan, dan lebah pekerja.


(38)

D. Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber data yaitu kelompok petani lebah madu dan para pihak yang terkait dengan pengelolaan lebah madu seperti penyuluh kehutanan.

Data primer yang dikumpulkan meliputi:

1) Karakteristik responden meliputi: umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.

2) Identitas penangkaran meliputi: nama penangkaran dan tahun berdirinya penangkaran.

3) Manajemen penangkaran dalam perencanaan persyaratan teknis meliputi: kotak pemeliharaan, jumlah koloni, dan kemampuan dan kapasitas penangkaran.

4) Manajemen penangkaran dalam pelaksanaan proses penangkaran meliputi: produktivitas koloni, umur koloni, agresivitas koloni, seleksi koloni, reproduksi ratu, dan sumber benih sebagai ratu.

5) Teknologi pengembangan penangkaran meliputi: pembentukan calon lebah ratu, penangkaran lebah ratu, dan perkawinan lebah ratu.

6) Manajemen penangkaran dalam produksi penangkaran meliputi perkembangan koloni dari hasil penangkaran.


(39)

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang penelitian yang telah diperoleh melalui studi kepustakaan ataupun sumber-sumber terkait.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi:

a. Keadaan umum lokasi penelitian beserta penduduknya.

b. Teknik penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. dan data lainnya yang berhubungan dengan penyelenggaraan penangkaran lebah madu yang telah dilaksanakan.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan, wawancara bebas dan observasi langsung pada lahan penangkaran lebah madu. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan dokumen dari Pemerintah Desa Buana Sakti, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Timur, Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, Badan Penyuluhan Kabupaten Lampung Timur, dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian yang bersumber dari pustaka.

F. Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan di sekitar kawasan hutan rakyat tepatnya di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Lokasi ini dipilih karena Desa Buana Sakti merupakan salah satu sentra pengembangan dan produksi lebah madu yang ada di Propinsi Lampung.


(40)

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bapak Purwadi (Pengurus Kelompok Tani), diketahui bahwa kelompok tani lebah madu yang ada di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur sebanyak 23 orang, bernama Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera. Menurut Arikunto (2006), jika jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka digunakan metode sensus yaitu sampel yang digunakan untuk penelitian adalah seluruh populasi. Sehingga untuk penelitian ini sampel diambil dengan menunjuk semua responden yang dapat memberikan informasi yang akurat mengenai sistem manajemen penangkaran lebah madu yang digunakan di Desa Buana Sakti.

Wawancara bebas dilakukan kepada pihak yang berkaitan yaitu tokoh masyarakat, aparat desa, serta instansi terkait. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi tentang kegiatan budidaya lebah madu di Desa Buana Sakti sebagai bahan masukan peneliti yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan untuk melihat langsung kegiatan penangkaran lebah madu dilakukan observasi pada lahan pengelolaan penangkaran lebah madu milik responden.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan sistem tabulasi guna mengetahui tingkat manajemen kelompok tani dari setiap aspek yaitu perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan penangkaran, hasil penangkaran, dan teknik penangkaran. Tabulasi ini bertujuan untuk mengetahui bobot nilai pada masing-masing pertanyaan.


(41)

Pemerolehan hasil untuk mengetahui tingkat manajemen penangkaran dilakukan pengkajian terhadap aspek dalam perencanaan persyaratan teknis, pelaksanaan penangkaran, hasil penangkaran, dan teknik penangkaran yaitu dengan menggunakan kuesioner. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 41 pertanyaan dengan beberapa pertanyaan identitas dan saran responden. Pertanyaan ini dibagi ke dalam tiga bagian yaitu manajemen penangkaran dalam aspek perencanaan persyaratan teknis sebanyak 20 pertanyaan, manajemen penangkaran dalam pelaksanaan penangkaran lebah madu sebanyak 16 pertanyaan, teknologi pengembangan penangkaran sebanyak empat pertanyaan, dan hasil penangkaran sebanyak satu pertanyaan.

Berdasarkan Nasution (2003), penghimpunan skor dapat dilakukan dengan menggunakan skala Linkert. Skala Linkert adalah suatu skala psikometrik yang digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam pengukuran prilaku. Skala ini terdiri dari pertanyaan dengan jawaban baik, cukup baik, kurang baik, dan buruk. Penentuan skor dari pertanyaan pada kuesioner digunakan bobot yang diberikan yaitu sebagai berikut :

a. Jawaban dengan kategori baik diberi nilai empat.

b. Jawaban dengan kategori cukup baik diberi nilai tiga.

c. Jawaban dengan kategori kurang baik diberi nilai dua.


(42)

Penentuan kategori digunakan interval kelas dengan rumus sebagai berikut (Yitnosumarno, 1994) :

I = X1 – X2 K

Keterangan : I = Interval

X1 = Nilai pengamatan tertinggi

X2 = Nilai pengamatan terendah

K = Jumlah kategori

Skor jawaban kemudian dihimpun dalam tabel untuk mengetahui kategori responden dalam setiap aspek antara lain:

1. Aspek perencanaan persyaratan teknis

Aspek perencanaan persyaratan teknis berjumlah 21 pertanyaan sehingga memiliki skor tertinggi 84 dan skor terendah 21. Parameter dalam mengklasifikasi aspek perencanaan persyaratan teknis yaitu:

a. Kategori baik : skor 69 – 84

b. Kategori cukup baik : skor 53 – 68

c. Kategori kurang baik : skor 37 – 52

d. Kategori buruk : skor 21 – 36

2. Aspek pelaksanaan penangkaran

Kuesioner aspek pelaksanaan penangkaran berjumlah 15 pertanyaan sehingga memiliki skor tertinggi 60 dan skor terendah 15. Parameter kategori dalam mengklasifikasi aspek pelaksanaan penangkaran yaitu :


(43)

a. Kategori baik : skor 51 – 60

b. Kategori cukup baik : skor 39 – 50

c. Kategori kurang baik : skor 27 – 38

d. Kategori buruk : skor 15 – 26

4. Aspek teknik penangkaran

Kuesioner aspek teknik penangkaran berjumlah empat pertanyaan sehingga memiliki skor tertinggi 16 dan skor terendah empat. Parameter dalam mengklasifikasi aspek teknik penangkaran yaitu:

a. Kategori baik : skor 14 – 16

b. Kategori cukup baik : skor 11 – 13

c. Kategori kurang baik : skor 8 – 10

d. Kategori buruk : skor 4 – 7

3. Aspek hasil penangkaran

Kuesioner aspek hasil penangkaran berjumlah satu pertanyaan sehingga memiliki skor tertinggi empat dan skor terendah satu. Parameter dalam mengklasifikasi aspek hasil penangkaran yaitu:

a. Kategori baik : skor 3,25 – 4

b. Kategori cukup baik : skor 2,50 – 3,24

c. Kategori kurang baik : skor 1,75 – 2,49


(44)

5. Tingkat manajemen penangkaran

Tingkat manajemen penangkaran dilihat dari seluruh aspek manajemen dengan kuesioner yang berjumlah 41 pertanyaan, sehingga memiliki skor tertinggi 164 dan skor terendah 41. Parameter kategori dalam mengklasifikasikan tingkat manajemen penangkaran yaitu:

a. Kategori baik : skor 134 – 164

b. Kategori cukup baik : skor 103 – 133

c. Kategori kurang baik : skor 72 – 102

d. Kategori buruk : skor 41 – 71

Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian ditabulasikan pada setiap aspek manajemen penangkaran untuk mengetahui parameter tingkat manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.


(45)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si. …………

Sekretaris : Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. …………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(46)

Dengan mengucapkan puji syukur atas Rahmat Allah SWT, Saya persembahkan karya tulis ini kepada:

Ayahanda dan Ibunda tercinta,

terimakasih atas doa dan dukungannya baik secara moril maupun materil dalam upaya saya mewujudkan cita-cita. Semoga segala usaha yang diberikan selama ini dapat memberikan

manfaat sekarang dan di masa yang akan datang.

Semua pengajar yang telah memberikan ilmu dan pengarahan kepada penulis sebagai bekal penulis dalam menghadapi era globalisasi

dan kemajuan zaman.

Terhadap semua saudara-saudara penulis yang ada

di Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Seluruh teman-teman penulis yang selalu


(47)

Judul Skripsi : MANAJEMEN PENANGKARAN LEBAH MADU (Apis cerana Fabr.) DI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Nama Mahasiswa : Apriyanita Pitri Ningrum

Nomor Pokok Mahasiswa : 0814081029 Program Studi : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Rudi Hilmanto S.Hut., M.Si. Wahyu Hidayat S.Hut., M.Sc. NIP 19780724 200501 1 003 NIP 19791114 200912 1 001

2. Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. NIP 19590811 198603 1 001


(48)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada Tanggal 25 Juni 1990, anak tunggal dari pasangan Bapak Dwi Agus Prasetyo dan Ibu Erhami.

Pendidikan sekolah dasar pada SDN 2 Palapa Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2002, sekolah menengah pertama pada SMP Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2005, dan sekolah menengah atas pada SMA Negeri 7 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Lampung Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswi penulis aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) FP Unila. Pada Tahun 2008 penulis dipercaya menjadi Anggota Utama Himasylva. Tahun 2009 penulis dipercaya menjadi anggota Bidang Rumah Tangga Himasylva.

Tahun 2012 penulis melakukan Praktek Umum (PU) pada Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian mengenai Manajemen Penangkaran Lebah Madu (Apis cerana Fabr.) di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.


(49)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW selaku Rasul Allah SWT atas berkat beliaulah umat ini mendapat petunjuk kejalan yang lurus.

Skripsi dengan judul “Manajemen Penangkaran Lebah Madu (Apis cerana Fabr.) di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Penguji Utama sekaligus Rektor Universitas Lampung, atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

2. Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si., selaku Pembimbing Pertama, atas kesediannya untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Bapak Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc., selaku Pembimbing Kedua, atas kesediaannya memberikan masukan dan saran-saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(50)

4. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Unila;

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Jurusan Kehutanan dan Fakultas Pertanian Unila;

7. Bapak Purwadi selaku Pengurus Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera, Bapak Kepala Dusun Sidomukti, dan Bapak Kepala Desa Buana Sakti, atas izin yang diberikan sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan bimbingannya selama penulis melakukan penelitian.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis


(51)

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Perencanaan Persyaratan Teknis Penangkaran

1. Tempat pemeliharaan

Penangkaran lebah madu pada dasarnya ada dua macam, yaitu penangkaran sederhana dan penangkaran modern. Penangkaran sederhana yaitu penangkaran yang masih menggunakan gelodok. Penangkaran lebah seperti ini mempunyai kelemahan yaitu mudah terserang hama atau penyakit dan biasanya lebah tidak kerasan untuk menghuni gelodok yang ditempatinya. Bentuk gelodok yang tidak memenuhi syarat akan mem-persulit pemeriksaan dan pengawasan, sarang akan menjadi rusak pada saat pengambilan hasil, karena tempat madu menjadi satu dengan tempat larva (Soeyanto, 1981).

Gelodok dibuat dengan meniru rumah-rumah lebah yang terdapat dirongga-rongga batang pohon besar atau gua yang terlindung dari terik matahari dan hujan. Rumah tiruan itu dibuat dari batang kelapa (Cocos nucifera) terutama pucuk, kayu randu (Ceiba pentandra), kayu pucung (Pangium edule) atau batang pohon lain yang berkayu lunak. Batang yang digunakan berbentuk silinder berukuran panjang 80–100 cm yang dibelah dua dan memiliki diameter minimal 12 cm (Sarwono, 2008).


(52)

Penangkaran lebah yang modern sudah menggunakan stup yang memiliki beberapa keuntungan antara lain mudah dipindahkan, mudah dibongkar dan lebih dapat memberikan perlindungan terhadap hama dan penyakit (Apiari, 2002 dalam Lestari, 2011).

Peti lebah madu (stup) sangat diperlukan dalam usaha pemeliharaan lebah madu. Pemeliharaan lebah madu dalam peti akan mempermudah pengelolaan dan pemanenannya, tanpa merusak koloni lebah madu. Stup dapat dibuat tunggal atau bertingkat yang ditumpuk satu sama lain. Bila stup dibuat bertingkat, maka peti paling bawah berfungsi sebagai tempat ratu dan pertumbuhan serta perkembangbiakan koloninya. Sedangkan peti yang diatasnya berfungsi sebagai tempat memproduksi madu. Stup perlu diberi penyangga untuk menghindari serangan rayap, ular, atau binatang lain. Tinggi kaki penyangga stup dari tanah berkisar 50 cm-100 cm (Febriani, 2009).


(53)

Parameter penilaian tempat pemeliharaan lebah madu dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Parameter penilaian tempat pemeliharaan lebah madu Apis cerana

Fabr.

Variabel Kategori Sumber

Baik Cukup

Baik Kurang Baik Buruk Ukuran stup dan gelodok. Jika ukuran stup dan gelodok yang di-gunakan sama dengan ukuran stup standar. Jika ukuran stup dan gelodok yang digunakan mendekati ukuran stup standar. Jika ukuran stup yang diguna-kan jauh lebih kecil dari ukuran stup standar. Jika ukuran stup yang digunakan terlalu kecil dan sempit. Tim Karya Tani Mandiri (2010). Sarwon o (2008). Jenis kayu yang digunaka n untuk stup dan gelodok Jika di-gunakan jenis kayu yang tidak berbau, tahan lama dan mudah didapat. Jika digunakan jenis kayu yang tidak berbau dan tahan lama, namun sulit didapat. Jika di-gunakan jenis kayu yang tidak berbau dan mudah didapat-kan, namun tidak tahan lama. Jika digunakan jenis kayu yang berbau, tidak tahan lama dan sulit didapat. Badan Penyulu h-an dan Pengem-bangan Sumber Daya Manusia Pertani-an (2012). Jumlah pengguna-an tempat pemeliha-raan. Jika peng-gunaan stup ≥ 70%, serta adanya penggu-naan gelodok. Jika pengguna-an stup ≥ 50%, serta adanya pengguna-an gelodok. Jika penggu-naan stup ≤ 50%, serta adanya penggu-naan gelodok. Jika pengguna-an hpengguna-anya memakai gelodok. Tim Karya Tani Mandiri (2010).


(54)

Penangkaran lebah Apis cerana Fabr. yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera masih secara tradisional yaitu menggunakan gelodok dan terdapat beberapa petani lebah yang telah menggunakan stup. Petani yang tidak menggunakan stup disebabkan oleh kurangnya keberanian serta keterampilan dari petani untuk memindahkan koloni lebah dari gelodok ke dalam stup.

Stup yang digunakan oleh petani terbuat dari kayu randu (Ceiba pentandra), kemiri (Aleurites moluccana), dan jengkol (Pithecolobium lobatum). Alasan digunakan kayu tersebut karena harga kayu yang ekonomis dan jenis kayu tersebut mudah didapatkan di dalam hutan rakyat yang terdapat di Desa Buana Sakti. Stup berbentuk persegi panjang dan memiliki ukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 25 cm. Satu stup memiliki 6 sampai 7 bingkai sisiran (frame).

Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), standar internasional ukuran stup memiliki ukuran panjang 40 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 20 cm, serta dalam satu stup terdapat 6 sampai 9 frame sebagai rumah lebah. Selain itu, menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (2012), jenis kayu yang digunakan untuk stup memiliki ketebalan 2 cm dan kayu tidak berbau, tahan lama dan mudah didapat. Sehingga dapat diketahui bahwa ukuran dan jenis kayu stup yang dipakai oleh Kelompok Karya Tani Mandiri dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. telah mendekati ukuran standar.


(55)

Gelodok merupakan kandang lebah madu secara tradisional. Gelodok terbuat dari batang kayu yang diberi ruang di dalam batang sebagai tempat bersarangnya lebah madu. Gelodok yang digunakan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera terbuat dari kayu randu (Ceiba pentandra) dan kelapa (Cocos nucifera). Kayu randu (Ceiba pentandra) dipilih karena memiliki suhu yang dingin dan digunakan kayu kelapa (Cocos nucifera) berbentuk silinder beraturan sehingga mudah dalam pembuatannya. Gelodok yang digunakan memiliki ukuran panjang berkisar antara 60-70 cm dan diameter 25 cm. Kekurangan dari menggunakan gelodok dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. adalah sulitnya pengontrolan hama yang menyerang lebah dan pengambilan hasil madu dari lebah.


(56)

Penilaian untuk tempat pemeliharaan lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai tempat pemeliharaan lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti

Variabel Kategori Nilai

Baik Cukup Baik

Kurang Baik

Buruk Ukuran stup

dan gelodok

√ 3

Jenis kayu yang digunakan untuk stup dan gelodok

√ 4

Jumlah penggunaan tempat pemeliharaan

√ 2

Total 9

2. Kondisi koloni

Koloni yang baik adalah koloni dalam kondisi sehat dan sarangnya penuh dengan telur dan larva muda. Telur dan larva muda adalah bakal calon yang akan dipilih dan dipelihara secara khusus oleh lebah pekerja untuk dijadikan lebah ratu. Apabila jumlah telur dan larva muda terlalu sedikit, koloni dapat gagal menghasilkan lebah ratu.

Koloni lebah madu yang ideal terdiri atas satu ekor lebah ratu, kurang lebih 50.000 lebah pekerja, beberapa lebah jantan, kurang lebih 6.000 telur, 10.000 larva, dan 20.000 pupa. Satu koloni lebah madu terdapat lebah ratu, lebah jantan, dan lebah pekerja (Suputa, 2007).


(57)

Gambar 4. Lebah Ratu (Sumber: Suputa, 2007).


(58)

Gambar 6.Lebah Pekerja (sumber: foto observasi).

Parameter penilaian kondisi koloni dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Parameter penilaian kondisi koloni lebah madu Apis cerana Fabr.

Variabel Kategori Sumber

Baik Cukup

Baik Kurang Baik Buruk Jumlah larva dan telur dalam sarang lebah Jika sisiran diisi atau dipenuhi oleh telur dan larva muda serta terdapat banyak lebah. Jika sisiran diisi atau dipenuhi oleh telur dan larva muda, namun jumlah lebah tidak terlalu banyak. Jika hanya beberapa sisiran yang dipenuhi telur dan larva muda dan terdapat sedikit lebah. Jika terdapat banyak sisiran yang kosong dan terdapat sedikit lebah. Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2010).


(59)

Lanjutan tabel 5

Variabel Kategori Sumber

Baik Cukup

Baik Kurang Baik Buruk Kesehata n koloni Jika koloni lebah tidak terserang hama dan penyakit. Jika koloni lebah hanya terserang hama yang masih dapat ditangani oleh petani lebah. Jika koloni lebah terserang hama dan penyakit yang dapat ditangani oleh petani lebah. Jika koloni lebah terserang penyakit dan tidak dapat ditangani oleh petani lebah. Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2010).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kondisi koloni lebah madu Apis cerana Fabr. dalam penangkaran yang dilakukan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera cukup baik yaitu dalam satu koloni terdapat sarang yang dipenuhi oleh telur dan larva muda yang cukup banyak serta terdapat banyak lebah pekerja. Selain itu, koloni lebah madu yang ditangkarkan tidak ada yang terkena penyakit. Penilaian terhadap kondisi koloni yang ditangkarkan dalam media stup dan gelodok disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai kondisi koloni lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti

Variabel Kategori Nilai

Baik Cukup

Baik Kurang Baik Buruk Jumlah larva dan telur dalam sarang lebah √ 3 Kesehatan koloni √ 3


(60)

Gambar 7. Kondisi koloni dalam satu sisiran.

3. Lokasi penangkaran

Lokasi penangkaran harus didukung dengan tanaman pakan yang menjamin tersedianya nektar dan tepung sari dalam jumlah yang cukup banyak. Jumlah makanan yang banyak sangat diperlukan agar diperoleh ratu yang berkualitas baik. Nektar dalam jumlah banyak diperlukan untuk mendorong koloni lebah madu membentuk calon-calon lebah jantan dalam jumlah banyak. Selain itu nektar bersama-sama dengan tepung sari juga merupakan bahan dasar untuk memproduksi royal jelly (Wardhani, 2011).

Tepung sari juga harus tersedia dalam jumlah banyak di lokasi penangkaran. Tepung sari diperlukan oleh lebah pekerja muda untuk mengaktifkan kelenjar hypoharyng agar memproduksi royal jelly. Selain itu, tepung sari juga diperlukan untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma lebah jantan. Dalam kegiatan penangkaran tidak dianjurkan


(61)

menggunakan pollen supplement (tepung sari buatan) karena dapat menurunkan kualitas ratu hasil penangkaran (Wardhani, 2011).

Menurut Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2010), lokasi bagi penangkaran lebah madu hendaknya berada di daerah yang berhawa sejuk dan nyaman, tidak berangin kencang, tidak bising, dan dekat dengan aliran air atau yang menghadap ke arah timur, agar dapat menerima sinar matahari pagi untuk kesehatan rumah tangga lebah.

Lokasi penangkaran lebah madu tidak boleh terlalu panas karena dapat mempengaruhi produksi madu. Jarak antara stup hendaknya paling sedikit dua meter. Jarak lokasi dengan sumber air minimal 200 – 300 meter agar memudahkan lebah menyejukkan sarangnya di musim kemarau.

Selain kriteria di atas menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), penentuan lokasi hendaknya memperhatikan ketersediaan air bersih sepanjang tahun, suhu udara 20 – 34˚C dengan kelembaban 70 – 80%, jauh dari bau dan asap yang menyengat, tersedianya pakan lebah berupa nektar dan tepung sari yang cukup dengan jarak radius terbang lebah yaitu 1,5–2,0 km, serta mengetahui jenis tanaman pakan, jenis bunga yang disukai dan masa pembungaan tanaman.

Parameter penilaian lokasi penangkaran dalam penangkaran lebah madu


(62)

Tabel 7. Parameter penilaian lokasi penangkaran Apis cerana Fabr. Variabe

l

Kategori Sumber

Baik Cukup

Baik Kurang Baik Buruk Jumlah pakan yang tersedia Jika di lokasi penangkar-an didu-kung dengan tanaman pakan yang menjamin tersedianya nektar dan tepung sari dalam jumlah yang banyak. Jika di lokasi penang-karan didukung dengan tanaman pakan yang menjamin tersedia-nya nektar dan tepung sari dalam jumlah yang cukup banyak. Jika di lokasi penang-karan tidak didukung dengan tanaman pakan yang menjamin tersedia-nya nektar dan tepung sari dalam jumlah yang banyak. Jika di lokasi penang-karan tidak didukung dengan tanaman pakan yang menjamin tersedia-nya nektar dan tepung sari. Pusat Perle-bahan Apiari Pramu-ka (2010). Tempera tur Jika di lokasi penangkar-an nyampenangkar-an dan berhawa sejuk yaitu 20-40˚C, kelembaban 70-80%. Jika di lokasi penang-karan memiliki tempera-tur 25-45˚C, kelembab-an 65-75%. Jika di lokasi penang-karan memiliki temperatur 30-50˚C, kelembab-an 65-75%. Jika di lokasi penang-karan panas yaitu suhu > 34˚C dan kelembab-an < 70%.

Tim Karya Tani Mandiri (2010). Kecepat an angin Jika di lokasi penangkar-an tidak berangin kencang. Jika di lokasi penang-karan jarang berangin kencang. Jika di lokasi penang-karan sering berangin kencang. Jika di lokasi penang-karan berangin kencang. Pusat Perle-bahan Apiari Pramuka (2010).


(63)

Lanjutan tabel 7

Variabel Kategori Sumber

Baik Cukup

Baik

Kurang Baik

Buruk Suara Jika di

lokasi penangkar-an tidak bersuara Jika di lokasi penang-karan bersuara tapi tidak bising. Jika di lokasi penang-karan sering bersuara bising. Jika di lokasi penang-karan bersuara bising. Pusat Perle-bahan Apiari Pramuka (2010). Aliran air Jika di lokasi penangkar-an dekat dengan sumber aliran air, jarak minimal 200 – 300 meter. Jika di lokasi penang-karan dekat dengan sumber aliran air, jarak minimal 225 – 325 meter. Jika di lokasi penang-karan dekat dengan sumber aliran air, jarak minimal 250 – 350 meter. Jika di lokasi penang-karan jauh dari sumber air, jarak > 350 meter. Tim Karya Tani Mandiri (2010). Ketinggi-an tempat Jika di lokasi penangkar-an berada pada ketinggian 200 – 900 meter di atas permukaan laut. Jika di lokasi penang-karan berada pada ketinggi-an 400 – 900 meter di atas permuka-an laut. Jika di lokasi penang-karan berada pada ketinggian 900 – 1.000 meter di atas permuka-an laut. Jika di lokasi penangkar an berada pada ketinggian > 1.000 meter di atas permuka-an laut. Pusat Perle-bahan Apiari Pramuka (2010).

Lokasi penangkaran di Desa Buana Sakti, stup dan gelodok ditempatkan di daerah perkebunan dan sekitar pekarangan rumah petani. Desa Buana Sakti didominasi oleh hutan rakyat sehingga terdapat jenis pepohonan yang dapat menjadi sumber pakan bagi lebah madu Apis cerana Fabr.


(64)

(Acacia mangium), karet (Hevea brasiliensis), kelapa (Cocos nucifera), kopi (Coffea robusta L.), randu (Ceiba pentandra), jengkol (Pithecolobium lobatum), petai (Parkia speciosa), sengon (Paraserianthes falcataria), kakao (Theobroma cacao L.), kaliandra (Calliandra haematocephala), dan jenis teki-tekian.

Gambar 8. Penempatan stup di lokasi pekarangan.

Gambar 9. Penempatan gelodok di lokasi perkebunan.


(65)

Penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti dilakukan dengan meletakkan stup dan gelodok di perkebunan dan pekarangan rumah milik petani lebah. Lokasi perkebunan merupakan syarat lokasi yang baik bagi penangkaran lebah madu karena di area perkebunan memiliki hawa sejuk dan nyaman, tidak berangin kencang, tidak bising, dekat dengan sumber pakan dan dekat dengan aliran air. Begitu pula pada area pekarangan, lokasi pekarangan merupakan syarat lokasi yang baik bagi penangkaran lebah madu karena di area pekarangan dekat dengan aliran air rumah tangga petani lebah, tidak bising, tidak terlalu panas, tidak berangin kencang dan dekat dengan sumber pakan. Penilaian dalam penentuan lokasi penangkaran pada penangkaran lebah madu Apis cerana

Fabr. di Desa Buana Sakti disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai kondisi lokasi penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti

Variabel Kategori Nilai

Baik Cukup

Baik

Kurang Baik

Buruk Jumlah

pakan yang tersedia

√ 4

Temperatur √ 4

Kecepatan angin

√ 4

Suara √ 4

Aliran air √ 4

Ketinggian tempat

√ 4


(66)

4. Peralatan dan perlengkapan penangkaran

Para petani penangkaran lebah harus memiliki beberapa peralatan yang menunjang usaha penangkaran lebah madu. Menurut Murtidjo (2010), peralatan penangkaran lebah madu sangat penting karena peralatan tersebut tidak saja penting dari segi resiko, tetapi juga sangat penting untuk menjaga agar madu yang diproduksi memiliki kualitas yang baik.

Berdasarkan Murtidjo (2010), beberapa peralatan yang perlu dimiliki adalah masker pelindung kepala, pakaian pelindung, alat pengasap, ekstraktor madu, ekstraktor malam, dan peralatan pelengkap. Peralatan pelengkap terdiri dari pengungkit, pisau madu, skrap, sangkar ratu lebah, penyekat ratu lebah, sikat lebah, alat solder sarang fondasi, sarang fondasi, dan peralatan tukang lengkap.

Parameter penilaian peralatan dan perlengkapan penangkaran dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Parameter penilaian peralatan dan perlengkapan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr.

Variabel Kategori Sumber

Baik Cukup

Baik Kurang Baik Buruk Masker pelindung kepala Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada. Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2010). Pakaian pelindung Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada. Alat pengasap Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada.


(67)

Lanjutan tabel 9

Variabel Kategori Sumber

Baik Cukup

Baik Kurang Baik Buruk Ekstraktor madu Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada. Ekstraktor malam Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada. Pisau madu Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada. Sangkar ratu lebah Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada. Sikat lebah Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada. Sarang fondasi Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada. Peralatan tukang Jika ada dan kepunyaan pribadi. Jika ada namun kepunyaan kelompok. Jika ada namun hasil menyewa. Jika tidak ada.

Penangkaran lebah madu di Desa Buana Sakti memiliki beberapa peralatan untuk penangkaran lebah madu, diantaranya adalah masker pelindung kepala, sangkar lebah ratu, pisau madu, sikat lebah, dan peralatan tukang lengkap. Peralatan yang dimiliki bersifat sederhana karena penangkaran masih berjalan secara tradisional menuju modern. Namun, peralatan tersebut tidak dimiliki oleh setiap petani lebah karena peralatan untuk penangkaran dikelola oleh pengurus kelompok tani dan peralatan


(1)

dipengaruhi oleh ketersedian nektar dan pollen secara alami maka pengelolaan lebah perlu didisain dalam kawasan yang lebih komprehensif.

Penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera masih sangat terbatas untuk pengembangan jumlah koloninya. Sehingga untuk mengukur tingkat keberhasilan dari jumlah koloninya, dapat dilihat dari persentase antara jumlah stup yang tersedia dengan jumlah stup yang berisi koloni lebah.

Parameter penilaian evaluasi hasil penangkaran dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Parameter penilaian evaluasi hasil penangkaran dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr.

Variabel Kategori Sumber

Baik Cukup Baik

Kurang Baik Buruk Jumlah

koloni per hektar

Jika jumlah koloni mencapai 100%.

Jika jumlah koloni 51% hingga 75%.

Jika jumlah koloni mencapai 26% hingga 50%.

Jika jumlah koloni < 25%

Analisis primer.

Berdasarkan hasil kuesioner, luas Dusun Sidomukti adalah 146 Ha. Petani lebah madu terletak menyebar di dalam Dusun Sidomukti, sehingga persebaran koloni lebah Apis cerana Fabr. yang ditangkarkan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera terletak secara menyebar.

Jumlah keseluruhan stup dan gelodok yang dimiliki oleh petani lebah madu Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera adalah 235 buah. Jumlah stup dan gelodok yang berisi koloni berjumlah 150 buah. Sehingga penilaian hasil koloni dalam


(2)

penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Nilai hasil koloni dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr.

Variabel Kategori Nilai

Baik Cukup Baik

Kurang Baik

Buruk Jumlah koloni per

hektar

√ 3

Total 3

E. Evaluasi Manajemen Penangkaran Lebah Madu Apis cerana Fabr.

Berdasarkan gambaran di atas, maka dapat diketahui bagaimana manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti. Selain mengetahui manajemen penangkaran yang diterapakan, penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. yang diterapkan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera. Sehingga untuk mempermudah evaluasi manajemen penilaian penangkaran lebah madu secara keseluruhan disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27. Nilai manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. Aspek

Manaje-men

Jumlah Para-meter

Skor Kategori Nilai Kategori Baik Cukup

Baik

Kurang Baik

Buruk Persyara

tan teknis

21 69-84 53-68 37-52 21-36 63 Cukup Baik

Tempat pemeliha raan

3 10,8-12 8,2-10,7 5,6-8,1 3-5,5 9 Cukup

Baik Kondisi

koloni

2 6,8-8 5,2-6,7 3,6-5,1 2-3,5 6 Cukup

Baik Lokasi

penang-karan


(3)

Lanjutan tabel 27 Aspek Manaje -men Jumlah Para-meter

Skor Kategori Nilai Kategori Baik Cukup

Baik Kurang Baik Buruk Peralatan / perleng-kapan

10 33,8-40 26,2-33,7 17,6-25,1 10-17,5 24 Cukup Baik

Pelaksa-naan

16 51-60 39-50 27-38 15-26 34 Kurang Baik Produksi, umur, hijrah, agresivit-as

4 14-16 11-13 8-10 4-7 10 Kurang

Baik

Seleksi koloni

1 3,25-4 2,5-3,24 1,75-2,49 1-1,74 1 Buruk

Cara memper-oleh bibit

1 3,25-4 2,5-3,24 1,75-2,49 1-1,74 3 Cukup

Baik

Pengen-dalian masa paceklik

2 6,8-8 5,2-6,7 3,6-5,1 2-3,5 2 Buruk

Pemanen an madu

2 6,8-8 5,2-6,7 3,6-5,1 2-3,5 6 Cukup

Baik

Pencega-han hama/pe-nyakit

6 19,8-24 15,2-19,7 10,6-15,1 6-10,5 12 Kurang

Baik

Teknolo-gi pengem-bangan

4 14-16 11-13 8-10 4-7 10 Kurang Baik

Pemben-tukan calon ratu

1 3,25-4 2,5-3,24 1,75-2,49 1-1,74 3 Cukup

Baik

Pemecah an koloni

1 3,25-4 2,5-3,24 1,75-2,49 1-1,74 3 Cukup

Baik

Pengga-bungan koloni

1 3,25-4 2,5-3,24 1,75-2,49 1-1,74 2 Kurang

Baik

Perkawi-nan ratu

1 3,25-4 2,5-3,24 1,75-2,49 1-1,74 2 Kurang

Baik Hasil

koloni

1 3,25-4 2,5-3,24 1,75-2,49 1-1,74 3 Cukup Baik

Keselu-ruhan manaje-man

41 134-164 103-133 72-102 41-71 110 Cukup Baik


(4)

Berdasarkan tabel di atas, aspek perencanaan persyaratan teknis dan hasil penangkaran dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti berkategori cukup baik sehingga memenuhi persyaratan untuk melaksanakan penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. Sedangkan pada aspek pelaksanaan penangkaran dan tenik penangkaran berkategori kurang baik sehingga perlu ditingkatkan manajemen dari aspek-aspek tersebut.

Secara keseluruhan aspek manajemen penangkaran, penangkaran lebah madu

Apis cerana Fabr. di Desa Buana Sakti memiliki tingkat manajemen yang sudah cukup baik. Penangkaran ini masih kurang baik dalam aspek pelaksanaan dan teknologi pengembangan penangkaran karena keterbatasan dari penangkaran tersebut untuk melakukan pengembangan penangkaran serta masih terbatasnya kemampuan dari petani lebah madu. Sehingga untuk meningkatkan hasil dari penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera adalah meningkatkan pengelolaan penangkaran dalam pelaksanaan dan teknologi pengembangan penangkaran.


(5)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1) Manajemen penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. yang diterapkan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera, dalam aspek perencanaan persyaratan teknis dan hasil penangkaran sudah memenuhi syarat untuk pelaksanaan penangkaran lebah madu sehingga dikategorikan cukup baik. Sedangkan dalam aspek pelaksanaan proses penangkaran dan teknologi pengembangan penangkaran dikategorikan kurang baik pengelolaannya. Sehingga perlu ditingkatkan lagi manajemennya agar menghasilkan hasil penangkaran yang lebih optimal.

2) Penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr. diterapkan oleh Kelompok Tani Karya Tani Sejahtera, untuk keseluruhan aspek berkategori cukup baik, tetapi masih perlu ditingkatkan pengelolaannya agar diperoleh hasil yang optimal sehingga dapat menambah pendapatan petani lebah madu


(6)

B. Saran-saran

Saran yang dapat diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Timur selaku pembuat kebijakan dalam menunjang keberhasilan masyarakat adalah: 1) Agar dilakukannya pembinaan secara terus-menerus kepada seluruh

kelompok tani, baik perkebunan maupun kehutanan mengenai pembudidayaan lebah madu Apis cerana Fabr.

2) Agar diberikan sarana dan prasarana untuk pembudidayaan lebah madu dalam penangkaran lebah madu Apis cerana Fabr.