ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana Fabr. DI DUSUN SIDOMUKTI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema kerangka pemikiran analisis finansial usaha

budidaya lebah madu Apis cerana Fabr ... 5

2. Peta lokasi penelitian di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung ... 11

3. Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur tahun 2010/2011...21

4. Grafik Perbandingan Total Biaya dan Total Penerimaan dari stup dan Glodok di Dusun Sidomukti tahun 2010-2011 ... 43

5. Plang lokasi penelitian...60

6. Stup yang digunakan di Dusun Sidomukti...60

7. Glodok yang digunakan di Dusun Sidomukti...60

8. Posko penangkaran lebah milik Kelompok Karya Tani Sejahtera...61

9. Sisiran sarang lebah dalam stup di Dusun Sidomukti... ...61

10. Pemeliharaan lebah di sekitar pekarangan depan rumah petani lebah...61

11. Pemasangan jebakan lebah menggunakan glodok di kandang ternak di belakang rumah petani lebah...62

12. Kurungan ratu lebah...62

13. Berburu ratu lebah...62

14. Sarang lebah di bawah salah satu pohon di sekitar sungai...63

15. Pemindahan koloni lebah beserta sarangnya ke dalam stup (gabus) sementara setelah perburuan...63


(2)

ix

16.Kemasan madu siap jual...63

17.Pertemuan dan diskusi dengan kelompok Karya Tani Sejahtera...64

18.Pengisian kuisioner...64

19.Pengisian kuisioner...64

20.Persiapan penanaman pakan lebah jenis akasia...65

21.Banner BP4S di lokasi penelitian...65


(3)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ...vii

DAFTAR GAMBAR ... ....viii

I. PENDAHULUAN ... ...1

A.Latar Belakang ...1

B. Tujuan Penelitian ...3

C.Manfaat Penelitian ...3

D.Kerangka Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA ...6

A.Lebah Madu ...6

B.Budidaya Lebah Madu ...7

C.Analisis Finansial ...8

III. METODE PENELITIAN...11

A.Lokasi dan Waktu Penelitian...11

B. Alat dan Objek Penelitian ...11

C.Batasan Penelitian ...12

D.Jenis Data ...12

E. Pengambilan Data ...13

F. Penentuan Responden ...14

G.Analisis data ...15

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK USAHA TANI ...18

A.Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur...18

B. Gambaran Umum Desa Buana Sakti...20

C.Karakteristik Usaha Budidaya Lebah Madu Di Dusun Sidomukti...23


(4)

v

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...29

A.Usaha Budidaya Lebah Madu Secara Umum...29

B.Hasil Usaha Budidaya Lebah Madu di Lokasi Penelitian...33

C.Ketersediaan Pakan Lebah Madu di Dusun Sidomukti...38

D.Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Lebah Madu...41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ...49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(5)

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana Fabr. DI DUSUN SIDOMUKTI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN

BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

NANDA KURNIA SARI

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(6)

Dengan mengucapakan puji syukur atas Rahmat Allah SWT,

saya persembahkan karya tulis ini kepada: Papa dan mama tercinta yang selalu memberikan perhatian dan dukungan baik moril maupun materil

serta selalu berdoa untuk kebahagiaan dan keberhasilan saya. Mbak dan adikku tersayang,

terima kasih atas dukungannya

Semoga segala usaha dapat memberikan manfaat sekarang dan dimasa yang akan datang. Seluruh staf pengajar di Jurusan Kehutanan saya ucapkan terimakasih atas ilmu dan pengarahan yang

telah diberikan sebagai bekal penulis dalam menghadapi perkembangan zaman. Semua saudara – saudara penulis yang ada

di Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA) Fakultas Pertanian Universitas Lampung khususnya angkatan 2008 (Sylvester) terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan


(7)

Judul Skripsi : ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana Fabr. DI DUSUN SIDOMUKTI DESA BUANA SAKTI

KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Nama Mahasiswa : Nanda Kurnia Sari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0814081052 Program Studi : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Rommy Qurniati, S.P., M.Si. Rudi Hilmanto, S. Hut., M.Si. NIP. 197609122002122001 NIP. 197807242005011003

2. Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. NIP. 195908111986031001


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada Tanggal 16 Juli 1990, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sofyan dan Ibu Sri Dayani. Pendidikan Sekolah Dasar pada SDN 1 Baringin Raya Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama pada SMPN 14 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas pada SMAN 7 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis Aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva) FP Unila dan Sylva Indonesia (Persatuan Mahasiswa Kehutanan Seluruh Indonesia). Pada Tahun 2009 penulis dipercaya menjadi anggota utama Himasylva. Tahun 2009 juga penulis dipercaya menjadi pengurus pusat Sylva Indonesia anggota Bidang III Jaringan dan Informasi. Pada Tahun 2010 penulis dipercaya menjadi Duta Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Tahun 2011 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kota Metro Propinsi Lampung. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) di KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat–Banten dan Taman Nasional Way Kambas Lampung.


(9)

ii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Usaha Budidaya Lebah Madu Di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bimbingan, bantuan, dan motivasi baik moril maupun materil dari berbagi pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung sekaligus pembahas yang telah membimbing, memberikan motivasi dan arahannya pada penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan restu dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian Di Dusun Sidomukti Lampung Timur.

3. Bapak Dr. Agus Setiawan, M.P., selaku Ketua Jurusan Kehutanan atas segala bimbingan, pembekalan dan arahannya.

4. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan motivasi pada penyusunan skripsi ini.


(10)

iii

5. Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut, M.S., selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan motivasi pada penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Dr. Christine Wulandari M.S., selaku Pembimbing Akademik (PA) yang

telah memberikan motivasi dan arahannya dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Purwadi dan keluarga serta masyarakat di Dusun Sidomukti Desa Buana

Sakti Lampung Timur yang telah memberikan nasihat dan bimbingannya serta bersedia menerima saya melakukan penelitian di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

8. Bapak Sofyan dan Ibu Sri Dayani selaku kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Saudara Apriyanita, Triputri, Lina, dan Rudiyanto, S.Hut. yang telah membantu pada proses pengambilan data.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Thanks for all. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, November 2012


(11)

ABSTRAK

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU Apis cerana Fabr. DI DUSUN SIDOMUKTI DESA BUANA SAKTI KECAMATAN

BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

NANDA KURNIA SARI

Konsumsi madu di Indonesia 10 gr/kapita/tahun, namun produksi madu hanya memenuhi 3 gr/kapita/tahun (Murtidjo, 2011). Karena tingginya permintaan terhadap madu maka pengembangan usaha budidaya lebah madu perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial dari usaha budidaya lebah madu yang dilakukan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilakanakan pada bulan Maret -- April 2012 menggunakan metode wawancara dengan kuisioner dan observasi langsung. Perhitungan dianalisis berdasarkan analisis R/C Ratio dan Break Event Point. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya lebah madu menggunakan stup dan glodok. Berdasarkan umur ekonomis stup dan glodok selama dua tahun maka secara finansial usaha budidaya lebah madu layak dilakukan menggunakan stup dengan nilai R/C Ratio > 1 yaitu Rp 1,616 dengan jumlah yang harus diproduksi agar berada pada titik impas sebanyak 75 stup atau Rp 174.807,94/stup sehingga petani lebah memperoleh keuntungan dari usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan.


(12)

ABSTRACT

FINANCIAL ANALYSIS OF Apis cerana Fabr. HONEY BEE ENTERPRISES AT SIDOMUKTI SUB VILLAGE BUANA SAKTI

VILLAGE BATANGHARI SUB DISTRIC EAST LAMPUNG

By

NANDA KURNIA SARI

Honey consumption in Indonesia 10 gr/capital/year, nevertheleses the honey production only 3 gr/capital/year (Murtidjo, 2011). Due to the highest demand of honey so it is needed honey bee entrerprises. The purpose of this research was to know on financial feasibility of the Apis cerana Fabr. honey bee enterprises. The research was conducted at Sub Village Sidomukti Village Buana Sakti Sub District Batanghari East Lampung on March -- April 2012 used method interview with questionnaires and observation directly used R/C Ratio and BEP (Break Event Point). The results showed that the Apis Cerana Fabr. honey bee enterprises in Sub Village Sidomukti using stup and glodok (traditional stup). Based on economic life stup and glodok for two years so financially viable honey bee enterprises performed using stup media with the value of R/C ratio> 1 is 1,616 with number to be produced to reach the break event point were 75 stup or at price Rp Rp 174.807,94/stup so the honey bee farmers will get benefit of Apis cerana Fabr. honey bee enterprises.


(13)

51

DAFTAR PUSTAKA

Adalina, Y. 2008. Analisis Finansial Usaha Lebah Madu Apis mellifera L. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol.V No.3:217-237 22 Juli 2008. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5308217237.pdf. Diakses pada tanggal 16 Desember 2011/ 22.23 wib.

Apiari Pramuka. 2010. Lebah Madu: Cara Beternak dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Aneka Cipta. Jakarta.

Chandra, W. 2011. Analisis Finansial Usaha Pembibitan Lebah Madu. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25765. Diakses pada tanggal 28 Februari 2012/ 20.38 wib.

Dede, S. 2000. Budidaya Lebah. http://www.wbwwhoney.com/honey.html. Diakses pada tanggal 23 April 2011/ 14.31 wib.

Departemen Kehutanan. 1999. Udang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Djamin, Z. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Elisabeth, dkk. 2006. Analisis Finansial Usaha Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Cara Fermentasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Jurnal Ilmiah. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/SP/analisisfinansial.doc://. Diakses pada tanggal 02 Maret 2012/ 23:12.

Hilmanto, R. 2010. a. Desain Model Pengelolaan Budidaya Lebah Madu Apis

cerana Fabr. pada Ekosistem Mangrove. Prosiding Fakultas Pertanian


(14)

52

__________. 2010. b. Analisis Paket Teknologi Lokal dalam Pengelolaan Produk Madu Organik untuk Pasar Global dan Industri. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hal. A-74-A-82. ISBN: 978-979-8510-19-9.

Husaeni EA. 1986. Potensi Produksi Nektar dari Tegakan Kaliandra Bunga Merah (Calliandra calotyrsus Meissn.). di dalam: Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding Lokakarya; Sukabumi, 20-22 Mei 1986. Jakarta: Perum Perhutani. hlm 87-91.

Irza, Y. 2007. Analisis Hasil Usaha Lebah Madu (Apis cerana) dan Kontribusinya

Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Kelompok Tani “Madu Jaya Lestari”,

Dusun Selingkut Hulu Pekon Sindang Pagar Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Skripsi Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Dipublikasikan.

Murtidjo, B. A. 2011. Memelihara Lebah Madu. Kanisius. Yogyakarta. hlm 1-64. Priyono, T. 2012. Inventariasi Tumbuhan Sumber Pakan Lebah Madu di Desa

Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Puspita, R. 2011. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Usaha Agroindustri Chip Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Mocaf Di Kabupaten Trenggalek. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. http:// Tinjauan-Tentang-Kelayakan.htm. Diakses pada tanggal 02 Maret 2012/ 20.22 wib. Rusfidra , 2006. Peranan Lebah Madu sebagai Serangga Penyerbuk untuk Meningkatkan Produksi Tanaman dan Pendapatan Petani. Jurnal Ilmiah. http://rusfidra.multiply.com/journal/item/41/Lebah Polinator. Diakses pada tanggal 28 Februari 2012/ 22.34 wib.

Rusfidra dan Zaituni. 2008. Aspek Genetik dan Sistem Perkawinan pada Lebah. Jurnal Ilmiah. http://rusfidra.multiply.com/journal. Diakses pada tanggal 28 Februari 2012/ 22.09 wib.

Warisno. 2011. Budidaya Lebah Madu. Kanisius. Yogyakarta. hlm 1-51.

Website Resmi Kabupaten Lampung Timur. 2012.

http://lampungtimurkab.go.id/index.php?mod=menu_2&opt=sm_10 . Diakses tanggal 02 Mei 2012/ 15.35 wib.


(15)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Konsumsi madu di Indonesia kurang lebih 10 gr/kapita/tahun, namun kenyataannya produksi madu hanya mampu memenuhi sekitar 3 gr/kapita /tahun (Murtidjo, 2011). Besarnya permintaan terhadap madu terus meningkat dan peningkatan ini belum dapat diimbangi oleh kemampuan industri perlebahan dalam meningkatkan produksi madu, sehingga untuk mengatasi kondisi tersebut maka pengembangan usaha lebah madu perlu dilakukan (Adalina, 2008). Harga dari produk lebah yang mahal, biaya produksi yang relatif murah, pemeliharaan yang mudah dan kondisi alam yang mendukung merupakan peluang besar yang perlu mendapatkan perhatian (Apiari Pramuka, 2010).

Pengembangan usaha budidaya lebah madu dilakukan oleh masyarakat di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur sejak tahun 2006 sampai sekarang. Masyarakat di Dusun Sidomukti menjadikan hasil perkebunan dan pertanian sebagai sumber pendapatan utama, kemudian masyarakat mengkombinasikannya dengan usaha budidaya lebah madu sebagai usaha sampingan. Berdasarkan Keputusan


(16)

2

Departemen Kementrian Kehutanan Tahun 2008, Dusun Sidomukti ditetapkan sebagai sentra budidaya lebah madu di Kabupaten Lampung Timur.

Pengembangan usaha budidaya lebah madu dilakukan oleh masyarakat di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur sejak tahun 2006 sampai sekarang. Masyarakat di Dusun Sidomukti menjadikan hasil perkebunan dan pertanian sebagai sumber pendapatan utama, kemudian masyarakat mengkombinasikannya dengan usaha budidaya lebah madu sebagai usaha sampingan.

Kurangnya pengetahuan dan keyakinan masyarakat mengenai potensi pengembangan usaha budidaya lebah madu yang dilakukan menyebabkan usaha tersebut belum berkembang secara optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukannya analisis finansial terhadap usaha budidaya Lebah Madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan Kelompok Karya Tani Sejahtera di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur untuk mengetahui apakah usaha budidaya lebah madu secara finansial layak atau tidak layak untuk dikembangkan.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.


(17)

3

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi untuk petani lebah tentang kelayakan dari usaha budidaya lebah madu jenis Apis cerana Fabr. agar petani lebah meningkatkan produksi dari hasil budidaya lebah madu yang telah dilakukan.

2. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat yang bukan petani lebah tentang kelayakan dari usaha budidaya lebah madu jenis Apis cerana Fabr. sehingga dapat mendorong masyarakat agar melakukan usaha budidaya lebah madu.

3. Sebagai bahan acuan bagi penelitian lain yang berkaitan dengan analisis kelayakan suatu usaha.

D. Kerangka Penelitian

Petani lebah madu dalam menjalankan usahanya, petani harus memperhatikan ketersediaan modal dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung diantaranya penggunaan lahan, tenaga kerja, peralatan yang digunakan dan koloni lebah. Karena, pengembalian modal yang dikeluarkan akan dipengaruhi oleh keberhasilan usaha budidaya lebah madu yang dilakukan. Selain itu, dalam usaha budidaya lebah madu, karateristik petani seperti umur, pendidikan, pengalaman usaha budidaya lebah madu dan jumlah tanggungan dapat mempengaruhi tingkat penerimaan yang diperoleh dari usaha budidaya lebah madu tersebut.


(18)

4

Usaha budidaya lebah madu yang dilakukan masyarakat di Dusun Sidomukti menghasilkan produk berupa madu dan koloni. Dalam menjalankan usaha budidaya lebah madu tersebut, petani mengeluarkan biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang dikeluarkaan untuk menghasilkan produk akan menentukan harga jual madu dan koloni lebah madu yang ditawarkan kepada konsumen.

Petani memperoleh hasil dari penjualan dalam bentuk uang namun hal tesebut masih berupa pendapatan kotor yang nantinya akan dikurangi dengan biaya produksi sehingga diperoleh pendapatan bersih petani dari budidaya lebah madu. Usaha lebah madu dikatakan layak atau tidak layak untuk dikembangkan secara finansial dapat dianalisis dengan mengunakan analisis finansial yaitu dengan menghitung R/C Ratio dan BEP (Break Even Point). Jika usaha lebah madu ini sesuai dengan kriteria kelayakan secara finansial maka usaha ini layak untuk dikembangkan.


(19)

5

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran analisis finansial usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr.

Petani Lebah Usaha Budidaya

Lebah Madu.

Analisis Finansial Usaha Budidaya Lebah Madu R/C Ratio

BEP.

Tidak Layak

Harga jual

Biaya Produksi

Layak

Produksi - Madu

- Koloni Lebah.

Total Penerimaan

Usaha menguntungkan dan layak di kembangkan.

Usaha perlu diperbaiki/ditingkatkan. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pendapatan Bersih Faktor Produksi

1. Tenaga kerja 2. Lahan 3. Peralatan 4. Bibit lebah


(20)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lebah Madu

Lebah madu termasuk serangga yang dapat dikembangkan menurut kebutuhan. Lebah madu juga dapat dibagi menjadi paket-paket koloni lebah serta ratu lebah yang dapat diperjual belikan dengan sangat mudah (Murtidjo, 2011).

Lebah merupakan serangga penyerbuk (polinator) tanaman paling penting di alam dibandingkan angin, air, dan serangga lain. Banyak peneliti mengungkapkan terdapat kenaikan produksi tanaman jika sejumlah koloni lebah diletakkan di sekitar lokasi tanaman. Terdapat simbiosis mutualisme antara lebah dan bunga. Bunga menyediakan nektar dan polen bagi lebah, sedangkan lebah membantu penyerbukan tanaman (Rusfidra, 2006).

Apis cerana disebut juga lebah madu Asia. Apis dorsata merupakan spesies lebah madu yang ukuran tubuhnya paling besar dan sering disebut lebah raksasa dan hidup di hutan-hutan. Apis mellifera merupakan jenis lebah Eropa dan mempunyai produksi madu cukup tinggi dan banyak dibudidayakan. Apis florea sering disebut lebah kerdil karena memiliki tubuh yang kecil. Populasi Apis nigrocincta berkembang di Pulau Mindanao dan Sangihe, sedangkan jenis Apis nuluensis


(21)

7

merupakan lebah lokal di Pulau Sulawesi dan Kalimantan (Rusfidra dan Zaituni, 2008).

Apis cerana umumnya dikenal sebagai lebah unduhan, lebah lalat, tawon laler, lebah gula, lebah sirup atau lebah kecil. Lebah ini yang dipelihara dan ada juga yang hidup bebas di alam. Selain bentuknya yang kecil, sifatnya juga sedikit ganas. Produksi madunya tidak begitu banyak sekitar 6-12 kg setiap tahunnya untuk satu koloni lebah (Warisno, 2011).

Hasil desain model pengelolaan budidaya lebah madu menggambarkan bahwa lebah madu jenis Apis cerana merupakan jenis lokal yang memiliki potensi ekologi, ekonomi, dan sosial. Oleh karena itu perlu dikembangkan dengan teknologi lokal yang ramah lingkungan. Hal ini disebabkan trend masyarakat global untuk mengkonsumsi komoditi alami serta ramah lingkungan (Hilmanto, 2010).

B. Budidaya Lebah Madu

Lebah madu (honey bee) adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni. Lebah madu adalah serangga yang paling banyak diketahui dan menjadi perhatian para peneliti. Di dalam satu koloni terdapat seekor lebah ratu (queen) sebagai pemimpin koloni, ratusan lebah jantan (drone) dan puluhan ribu lebah pekerja (worker) (Rusfidra dan Zaituni, 2008).


(22)

8

Keberhasilan usaha lebah madu berkaitan erat dengan pemilihan lokasi yang tepat, adapun syarat-syarat lokasi peternakan lebah madu yang baik adalah sebagai berikut (Apiari Pramuka, 2010):

1. Kaya akan tanaman pakan yang mengandung nektar dan polen 2. Terdapat sumber air bersih

3. Tidak ada angin kencang

4. Terhindar dari polusi udara dan keramaian

5. Ketinggian tempat antara 200-1.000 mdpl dengan suhu 200-300 C 6. Lokasi mudah dijangkau dengan kendaraan.

Budidaya lebah madu ini apabila disadari bahwa hasil produksi lebah madu dapat dijadikan bahan obat-obatan yang bermanfaat bagi kesehatan juga sangat bermanfaat bagi bidang kecantikan. Pembudidayaan lebah madu di hutan juga dijadikan sebagai laboratorium alam yang digunakan sebagai pusat penelitian dan ilmu pengetahuan tentang lebah (Dede, 2000).

C. Analisis Finansial

Suatu kegiatan yang menggunakan modal/faktor produksi diharapkan mendapatkan kemanfaatan setelah suatu jangka waktu tertentu dinamakan proyek. Melalui proyek inilah manusia akan berusaha untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya (Djamin, 1993).


(23)

9

Studi kelayakan adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan pasar, proses produksi dan metode atau teknik yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan tentang suatu investasi. Hal ini penting dilakukan agar modal yang ditanam jelas mempunyai keuntungan (Apiari Pramuka, 2010).

Apabila investasi proyek tersebut dibiayai dari dana pemerintah dalam peningkatan taraf hidup masyarakat, maka titik berat analisisnya berupa analisis ekonomi. Sedangkan bagi proyek yang dibiayai dari dana swasta maka analisis dititik beratkan pada hasil analisa finansial (Djamin, 1993).

Proyek yang mempunyai umur ekonomi dibawah lima tahun, kiranya lebih mudah untuk melakukan perkiraan perhitungan dengan menggunakan undiscounted criterion. Kriteria ini tidak mempersoalkan apa yang diperoleh dikemudian hari, kriteria ini digunakan untuk menganalisis proyek yang mempunyai umur ekonomis dibawah lima tahun dan turn-over capital yang cepat (Djamin, 1993). Analisis untuk proyek dengan umur ekonomis dibawah lima tahun dapat menggunakan rumus R/C Ratio dan BEP. Rumus R/C Ratio (Return Cost Ratio) atau dikenal juga sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost (Chandra, 2011). Penggunaan rumus ini hanya untuk menghitung kelayakan usaha dalam satu kali produksi saja (Puspita, 2011).


(24)

10

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis usaha pembibitan lebah madu di Desa Samura Kabupaten Karo bahwa usaha pembibitan lebah madu di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial karena memiliki nilai R/C > 1 yaitu sebesar 1,0. Upaya yang dilakukan untuk mencapai BEP unit maka pengusaha harus memproduksi bibit lebah madu sebanyak 129 kotak degan harga jual Rp 479.405,30/kotak untuk BEP harga (Chandra, 2011).

Hasil penelitian tentang analisis kelayakan usaha pembuatan mocaf di Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng bahwa dengan R/C ratio sebesar 1,21 menunjukkan bahwa usaha pembuatan minyak kelapa murni ini layak untuk diusahakan. Titik impas harga minyak kelapa murni adalah Rp13.403,08/liter dan titik impas produksinya 2,85 liter. Sementara titik impas harga minyak kelentik adalah Rp 13.456,10/liter dan titik impas produksinya 18,31 liter (Elisabeth, dkk, 2006).


(25)

11

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan Maret sampai bulan April 2012 (Gambar 2).

Gambar 2. Peta lokasi penelitian di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung.

B. Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kuisioner, kalkulator, dan kamera, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terdiri dari anggota Kelompok Karya Tani Sejahtera yang membudidayakan lebah madu di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.


(26)

12

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Produk lebah madu yaitu produk hasil beternak lebah madu yang dimanfaatkan oleh petani lebah berupa madu dan koloni lebah.

2. Pembibitan lebah madu adalah kegiatan memperbanyak koloni lebah madu dari hasil budidaya dan atau dari hasil pemburuan masyarakat. 3. Produksi madu adalah produk madu yang diperoleh dari usaha budidaya

lebah madu dalam satuan kilogram.

4. Koloni lebah madu merupakan kumpulan lebah madu yang diperoleh dari usaha budidaya lebah madu dan atau dari hasil pemburuan masyarakat. 5. Luas lahan adalah lahan yang dimiliki oleh masyarakat yang digunakan

sebagai tempat usaha budidaya lebah madu.

6. Analisis kelayakan usaha budidaya lebah madu adalah suatu upaya untuk mengetahui apakah usaha lebah madu menguntungkan selama periode dua tahun berdasarkan dari umur ekonomis stup/glodok yang digunakan.

D. Jenis Data

Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. 1. Data primer

Data primer merupakan data pokok yang diperlukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Data yang diambil yaitu: a. Data umum rumah tangga mencakup nama, umur, pekerjaan,

pendidikan, dan jumlah anggota keluarga dan mata pencaharian.

b. Potensi ekonomi masyarakat seperti luas lahan, jenis lahan dan jenis usaha yang dimiliki petani.


(27)

13

c. Biaya variabel mencakup seluruh biaya operasional yang habis dipergunakan selama satu kali produksi yang terdiri dari biaya perlengkapan pengemasan, biaya tenaga kerja dan biaya angkutan madu.

d. Biaya tetap mencakup biaya investasi yang dikeluarkan pada awal produksi. Biaya tersebut berupa biaya perlengkapan koloni yang terdiri dari koloni lebah, stup lebah (super), bingkai sarang (frame), pondasi sarang, dan standar/tiang besi. Peralatan kerja yang terdiri dari pengungkit, pisau madu, ekstraktor, tong/drum plastik, alat pertukangan, pakaian kerja, dan sarung tangan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data baku pelengkap untuk mendukung penelitian ini. Data tersebut berupa data monografi desa, data lokasi penelitian antara lain letak geografis, topografi, iklim, dan keadaan ekonomi masyarakat serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

E. Pengambilan Data

1. Data Primer

Pengambilan data primer dilakukan dengan metode:

a. Observasi adalah pengamatan secara langsung objek yang diteliti dengan melihat kondisi lingkungan, meliputi pakan lebah di sekitar tempat budidaya serta pengamatan terhadap seluruh kegiatan peternakan dan pembenihan lebah madu di desa tersebut untuk melihat potensi ekonomi masyarakat.


(28)

14

b. Wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan dengan metode tanya jawab secara langsung terhadap petani lebah madu untuk memperoleh data rumah tangga, potensi ekonomi masyarakat, biaya variabel, dan biaya tetap.

2. Data Sekunder

Pengambilan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka yaitu mengumpulkan semua literatur yang diperlukan dan sesuai dengan penelitian. Selain itu data juga diambil dari instansi terkait seperti dinas kehutanan, kantor kelurahan setempat, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.

F. Penentuan Responden

Penentuan responden petani lebah madu yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode sensus penduduk. Sensus penduduk merupakan salah satu teknik penentuan responden yang dipilih karena jumlah dari populasi yang ada kurang dari 100 orang. Metode ini dipilih karena jumlah populasi anggota kelompok karya tani yang membudidayakan lebah madu sebanyak 23 responden sehingga penentuan responden dilakukan pada seluruh anggota kelompok karya tani yang membudidayakan lebah madu. Menurut Arikunto (2002):

1. Jika subjek > 100 orang, sampel yang diambil 10-15% dari total subjek. 2. Jika subjek < 100 orang, sampel yang diambil keseluruhan dari subjek


(29)

15

G. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan masyarakat di Dusun Sidomukti menggunakan analisis Return Cost Ratio (R/C Ratio) atau dikenal dengan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dan analisis BEP (Break Event Point) atau titik impas produksi dimana pengusaha tidak mengalami kerugian dan tidak juga mengalami keuntungan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis menggunakan R/C Ratio dan BEP selanjutnya akan dijelaskan secara kuantitatif agar lebih mudah untuk disimpulkan dengan tingkat kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga dapat diambil kesimpulan apakah usaha budidaya lebah madu tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam analisis menggunakan R/C Ratio dan BEP yaitu:

a. Harga jual (Py) adalah harga yang ditetapkan oleh petani lebah pada saat penjualan berlangsung yang dihitung dengan satuan untuk koloni Rp/stup atau Rp/glodok dan madu Rp/Kg.

b. Jumlah barang terjual (Y) adalah jumlah unit koloni ataupun madu yang terjual pada tahun 2010-2011.

c. Total penerimaan (R) adalah jumlah total dari penjualan madu ataupun koloni lebah madu yang dikalikan dengan harga jual dan belum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama pengelolaan.


(30)

16

d. Total biaya variabel (TVC) adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan sesuai dengan tingkat produksi koloni ataupun produksi madu (biaya operasional).

e. Total biaya tetap (TFC) adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan walaupun tingkat produksi koloni ataupun produksi madu nol (biaya investasi).

f. Total biaya yang dikeluarkan (C) adalah jumlah total yang dikeluarkan selama produksi koloni ataupun produksi madu dengan menjumlahkan total biaya tetap (TFC) dan total biaya variabel (TVC).

g. Total produksi (Q) adalah jumlah total koloni ataupun madu yang diproduksi pada tahun 2010 - 2011.

1. R/C Ratio

Semakin tinggi R/C Ratio maka semakin menguntungkan dan layak suatu usaha (Puspita, 2011). Secara matematika, rumus yang digunakan adalah:

Keterangan :

R = total penerimaan (Rp) C = total biaya produksi (Rp) Py = harga jual barang (Rp/unit) Y = jumlah barang terjual (Unit) TFC = biaya tetap (Rp) TVC = biaya variabel (Rp).

R = Py . Y C = TFC + TVC


(31)

17

Kriteria:

Jika R/C > 1 maka usaha layak untuk dilaksanakan. Jika R/C < 1 maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

2. Break Even Poin (BEP)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost (Chandra, 2011). Secara sederhana, rumus ini dapat dituliskan sebagai berikut:

1. BEP dalam unit produksi.

Rumus ini digunakan untuk menghitung berapa besar BEP produksi, sehingga diketahui berapa jumlah unit yang di produksi agar petani tidak mengalami kerugian dan tidak juga mengalami keuntungan.

Keterangan:

C = total biaya produksi (Rp) Py = harga jual.

2. BEP dalam rupiah.

Rumus ini digunakan untuk menghitung berapa besar BEP harga produk, sehingga diketahui berapa harga jual yang harus ditetapkan agar petani tidak mengalami kerugian dan tidak juga mengalami keuntungan.

Keterangan:

C = total biaya produksi (Rp) Q = total produksi.


(32)

18

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

A.Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur

1. Geografis

Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur terletak pada posisi: 105015' BT—106020'BT dan 4037'LS—5037' LS. Kabupaten Lampung Timur memiliki luas wilayah kurang lebih 5.325,03 Km2 atau sekitar 15% dari total wilayah Provinsi Lampung (total wilayah Lampung seluas 35.376 Km2). Ibukota Kabupaten Lampung Timur berkedudukan di Sukadana. Secara administratif Kabupaten Lampung Timur berbatasan dengan:

-Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rumbia, Seputih Surabaya, dan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, serta Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.

-Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa, Provinsi Banten dan DKI Jakarta.

-Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Ketibung, Palas, dan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.

-Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Metro Raya Kota Metro, serta Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.


(33)

19

2. Topografi

Dari segi tofografi, kabupaten Lampung Timur dapat dibagi menjadi lima daerah, yaitu:

1. Daerah berbukit sampai bergunung terdapat di Kecamatan Jabung, Sukadana, Sekampung Udik, dan Labuhan Maringgai.

2. Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit, dengan kemiringan antara 8% hingga 15% dan ketinggian antara 50200 meter diatas permukaan laut (dpl).

3. Daerah dataran alluvial, mencakup kawasan yang cukup luas meliputi kawasan pantai pada bagian timur dan daerah-daerah sepanjang sungai way Seputih dan Way Pengubuan. Ketinggian kawasan tersebut berkisar antara 25—75 Meter dpl dengan kemiringan 0—3%.

4. Daerah rawa pasang surut disepanjang pantai timur dengan ketinggian 0.5—1 meter dpl.

5. Daerah aliran sungai (DAS) yaitu, Seputih, Sekampung dan Way jepara. 3. Iklim

Iklim Kabupaten Lampung Timur berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu Desember—Juni dengan temperatur rata—rata 24—340C. Curah hujan merata tahunan sebesar 2000—2500 mm. Sedangkan menurut Oldeman (1979), iklim Kabupaten Lampung Timur temasuk tipe C2 dengan jumlah bulan basah 5—6 bulan dan bulan kering 2—3 bulan.


(34)

20

4. Geologi

Wilayah Kabupaten Lampung Timur dapat digolongkan dalam empat jenis struktur geologi, yaitu :

1. Endapan permukaan yang sebagian besar terdapat di sepanjang timur terdiri dari dataran rawa dan pasang surut yang terbentuk mengandung liat marine, endapan sungai dan rawa, serta endapan pasir pantai.

2. Batuan gunung api yang meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten Lampung Timur. Batuan-batuan ini membentuk tanah latasol dan padsolik yang memiliki tingkat kesuburan tanah rendah.

3. Batuan sedimen, sebagian besar terdapat di bagian utara dan selatan wilayah Kabupaten Lampung Timur.

4. Batuan Beku, banyak terdapat di bagian selatan Kabupaten Lampung Timur.

B. Gambaran Umum Desa Buana Sakti

Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Desa Buana Sakti tersebut memiliki luas wilayah 950,18 Ha yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Sungai Way Sekampung. Sebelah Selatan : Sungai Way Kandis. Sebelah Timur : Desa Margototo.

Sebelah Barat : Desa Purwodadi Mekar.

Desa Buana Sakti terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Sidomukti, Dusun Sidomakmur, Dusun Sidoluhur, dan Dusun Sidowaras. Lokasi penelitian


(35)

21

terletak di Dusun Sidomukti dengan luas 164 ha. Dusun Sidomukti saat ini merupakan satu–satunya yang menjalankan usaha budidaya lebah madu dari empat dusun yang ada. Selain itu juga, Dusun Sidomukti merupakan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) di Kabupaten Lampung Timur yang diresmikan pada tahun 2008.

1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 3. Grafik perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 2010/2011.

Jumlah penduduk di Desa Buana Sakti di berdasarkan monografi desa tahun 2010/2011 terdiri dari 2775 jiwa ( 752 KK) dengan jumlah penduduk pria 1389 jiwa dan wanita 1386 jiwa. Hampir semua penduduk desa anaknya menikah diusia muda . Sehingga berdasarkan dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan di Desa Buana Sakti dapat digolongkan tinggi dengan perbandingan antara jumlah wanita dan jumlah pria yang mendekati sama.


(36)

22

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 1.Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Buana Sakti Tahun 2010/2011.

Sumber: Monografi Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 2010/2011.

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa penduduk yang ada di Desa Buana Sakti sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani dengan jumlah 1373 jiwa. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan lingkungan sekitar lokasi penelitian yang didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan palawija sehingga penerimaan yang diperoleh penduduk sebagian besar hanya berasal dari hasil panen pada setiap musim panen yaitu 3—6 bulan setelah penanaman.

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa distribusi penduduk berdasarkan agama di Desa Buana Sakti hampir seluruhnya memeluk agama Islam dengan persentase 99,78% yaitu 2770 jiwa dan sisanya memeluk agama kristen dengan persentase 0,22% yaitu 5 jiwa.

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) 1. 2. 3. 4. 5. Karyawan a. PNS b. ABRI c. Swasta Wiraswasta/Pedagang Tani Pertukangan Buruh Tani Total 8 3 25 45 1373 17 310 1781


(37)

23

4. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Buana Sakti dapat di lihat pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Buana Sakti Tahun 2010/2011.

No. Sarana dan Prasarana Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Taman Kanak – Kanak Sekolah Dasar

Lapangan Sepak Bola Lapangan Volly

Lapangan Bulu Tangkis Jembatan Waduk Sepeda Gerobak Sepeda Motor Mobil Dinas Truk 2 3 2 4 6 2 2 660 17 247 3 2

Sumber: Monografi Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 2010/2011.

Berdasarkan tabel 2 diatas, sarana dan prasarana yang ada di Desa Buana Sakti sudah cukup tersedia untuk mempermudah masyarakat menjalankan aktivitas sehari–hari dan untuk menjalankan usaha budidaya lebah madu dalam kegiatan perburuan lebah dan penjualan madu. Namun untuk kegiatan penjualan stup dan glodok belum ada sarana pengangkutan yang memadai. Hal tersebut terlihat dari jumlah sarana perhubungan mobil/truk yang sedikit.

C. Karakteristik Usaha Budidaya Lebah Madu di Dusun Sidomukti

Usaha budidaya lebah madu merupakan usaha pengembangan dan penjualan produk hasil budidaya lebah madu. Usaha budidaya lebah madu di Dusun


(38)

24

Sidomukti dimulai pada tahun 2006 dengan nama Kelompok Karya Tani Sejahtera dan anggota 8 orang. Selanjutnya pada tahun 2007 anggota bertambah menjadi 11 orang. Pada tahun 2008 ada penambahan anggota lagi menjadi 20 orang dan pada tahun 2010 sampai sekarang anggota bertambah menjadi 23 orang. Penambahan anggota tersebut dikarenakan masyarakat mulai tertarik terhadap keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya lebah madu yang dilakukan. Usaha budidaya lebah madu saat ini menghasilkan produk berupa koloni dan madu. Koloni lebah madu tersebut berasal dari jenis Apis cerana Fabr. yang memang populasinya tersebar cukup banyak di Dusun Sidomukti dari pada jenis lebah madu lainnya. Petani lebah di Dusun Sidomukti memiliki posko penangkaran lebah seluas 26 Ha yang merupakan bantuan dari Dinas Kehutanan. Lokasi ini didominasi oleh pohon akasia (Accacia mangium) sebagai pakan lebah dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Selain di posko yang dikelola oleh kelompok, petani lebah juga melakukan penangkaran di sekitar pekarangan rumah dengan jumlah stup atau glodok yang bervariasi.

Sistem budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti menggunakan glodok dan stup sebagai sarang atau rumah buatan untuk lebah madu. Glodok yang digunakan terbuat dari batang pohon kelapa ataupun pohon randu. Selain menggunakan glodok, petani lebah di Dusun Sidomukti sudah mulai menggunakan stup yang merupakan modifikasi dari glodok.


(39)

25

Bibit lebah diperoleh dari berburu, namun hanya sebagian petani lebah saja yang melakukan perburuan koloni sedangkan sebagiaan lainnya hanya menunggu lebah menghampiri glodok atau stup yang telah dipasang.

D.Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan petani dalam melakukan usaha budidaya lebah madu. Adapun karakteristik patani sampel dalam penelitian ini meliputi: tingkat usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, luas kepemilikan lahan, lama usaha, jenis usaha, jumlah stup, dan jumlah glodok.

1. Karakteristik petani sampel berdasarkan umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik petani sampel berdasarkan umur masuk ke dalam kelas umur berkisar 30—64 tahun dengan persentase 100%. Hal ini merupakan hal yang wajar dikarenakan usia tersebut masuk dalam usia produktif manusia untuk bekerja, sedangkan lebih dari 65 tahun ke atas manusia tidak produktif lagi untuk bekerja dikarenakan kondisi kesehatan tubuh yang mulai menurun.

2. Karakteristik petani sampel berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Tabel 3. Karakteristik petani lebah berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga.

Sumber: Monografi Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 2010/2011.

No. Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah Responden Persentasi 1. 2. 3.

0 – 2 3 – 5 6 – 8 Total 5 17 1 23 21,7 % 74 % 4,3 % 100,0 %


(40)

26

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa setiap kepala keluarga petani lebah rata–rata memiliki tanggungan 3–—5 orang dengan persentase 74%. Hal ini akan memberikan pengaruh terhadap penerimaan petani lebah. Karena semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin besar penerimaan yang harus diperoleh petani lebah agar mampu memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya dan semakin banyak juga anggota keluarga yang berperan sebagai tenaga kerja.

3. Karakteristik petani sampel berdasarkan luas kepemilikan lahan Tabel 4. Karakteristik petani lebah berdasarkan luas kepemilikan lahan.

Sumber: Data primer diolah tahun 2012.

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa rata – rata petani lebah memiliki luas lahan <1.00 ha dengan persentase 34,8%. Lahan ini digunakan petani lebah untuk bertani sebagai usaha pokok dan ditanami akasia (Accacia mangium) serta jati (Tectona grandis) sebagai tanaman pagar.

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden Persentasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. <1,00 1,00 – 1,99 2,00 – 2,99 3,00 – 3,99 4,00 – 4,99

>4,99 Total 8 6 4 3 2 0 23 34,8 % 26,1 % 17,4 % 13,0 % 8,7 % 0 % 100,0 %


(41)

27

4. Karakteristik petani sampel berdasarkan pendidikan Tabel 5. Karakteristik petani lebah berdasarkan pendidikan.

No. Pendidikan Jumlah

Responden Persentasi 1. 2. 3. 4. 5. SD SMP SMA STM Tidak Sekolah Total 10 5 4 1 3 23 44 % 21,7 % 17,4 % 4,3 % 13,0 % 100,0 % Sumber: Monografi Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 2010/2011.

Berdasarkan tabel 4 meunjukkan bahwa rata—rata petani sampel adalah tamatan sekolah dasar (SD) dengan perentase 44%. Sedangkan program pendidikan dasar di Indonesia adalah wajib belajar sembilan tahun. Sehingga diketahui bahwa tingkat pendidikan petani lebah di Dusun Sidomukti masih tergolong rendah. Hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir petani lebah dalam melakukan usaha budidaya lebah madu. Faktor ekonomi dan fasilitas sekolah yang ada merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi karena di Desa Buana Sakti hanya terdapat 3 sekolah dasar dan harus menempuh jarak 7 km untuk menemukan SMP dan SMA terdekat.

5. Karakteristik petani sampel berdasarkan lama usaha Tabel 6. Karakteristik petani lebah berdasarkan lama usaha.

No. Lama

Usaha (Tahun) Jumlah Responden Persentasi 1. 2. 3. 4. <1 1 — 2 3 — 4 5 — 6 Total 0 3 4 16 23 0 % 13,04 % 17,39 % 69,57 % 100,0 % Sumber: Data primer diolah tahun 2012.


(42)

28

Usaha budidaya lebah madu yang dilakukan petani lebah di Dusun Sidomukti merupakan pekerjaan sampingan dengan persentase 100% dengan rata–rata lama petani lebah melakukan usaha budidaya lebah madu tersebut sejak tahun 2006 atau sekitar 6 tahun dengan persentase 60,9%. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebah sudah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam usaha budidaya lebah madu.


(43)

49

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. di Dusun Sidomukti menggunakan dua jenis media yaitu glodok dan stup.

2. Berdasarkan umur ekonomis stup dan glodok selama dua tahun maka secara finansial usaha budidaya lebah madu layak dilakukan menggunakan stup dengan nilai R/C Ratio>1 yaitu Rp 1,616 dengan jumlah yang harus diproduksi agar berada pada titik impas sebanyak 75 stup atau Rp 174.807,94 /stup. Sedangkan usaha budidaya lebah madu yang menggunakan glodok nilai R/C Ratio < 1 yaitu Rp 0,869 dengan BEP unit 60 glodok atau Rp 55.696,20/glodok. Karena R/C Ratio < 1 dan BEP harga belum mencapai titik impas, maka glodok kurang layak secara finansial untuk digunakan.

B. Saran

1. Sebaiknya usaha budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti dilakukan dengan menggunakan stup karena lebih layak secara finansial dibanding menggunakan glodok.

2. Perlu dilakukannya pembinaan lanjutan terhadap usaha budidaya lebah madu terkait tentang perkembangbiakan ratu lebah, perawatan dan pemeriksaan, pengetahuan kualitas madu, pasca panen dan diversifikasi produk dalam upaya


(44)

50

meningkatkan pendapatan masyarakat yang bisa dilakukan oleh Universitas Lampung sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Propinsi Lampung.

3. Perlu adanya peningkatan jumlah jenis tanaman berbunga yang memiliki nilai ekonomis sebagai sumber pakan lebah madu yang ditanam pada pekarangan dan kebun milik masyarakat contohnya jenis kaliandra, durian, mangga, rambutan, akasia, dan mahoni untuk meningkatkan produksi madu yang dihasilkan dari usaha budidaya lebah madu jenis Apis cerana Fabr.


(1)

Bibit lebah diperoleh dari berburu, namun hanya sebagian petani lebah saja yang melakukan perburuan koloni sedangkan sebagiaan lainnya hanya menunggu lebah menghampiri glodok atau stup yang telah dipasang.

D.Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan petani dalam melakukan usaha budidaya lebah madu. Adapun karakteristik patani sampel dalam penelitian ini meliputi: tingkat usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, luas kepemilikan lahan, lama usaha, jenis usaha, jumlah stup, dan jumlah glodok.

1. Karakteristik petani sampel berdasarkan umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik petani sampel berdasarkan umur masuk ke dalam kelas umur berkisar 30—64 tahun dengan persentase 100%. Hal ini merupakan hal yang wajar dikarenakan usia tersebut masuk dalam usia produktif manusia untuk bekerja, sedangkan lebih dari 65 tahun ke atas manusia tidak produktif lagi untuk bekerja dikarenakan kondisi kesehatan tubuh yang mulai menurun.

2. Karakteristik petani sampel berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Tabel 3. Karakteristik petani lebah berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga.

Sumber: Monografi Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 2010/2011.

No. Jumlah Tanggungan (Orang)

Jumlah Responden

Persentasi 1.

2. 3.

0 – 2 3 – 5 6 – 8 Total

5 17

1 23

21,7 % 74 % 4,3 % 100,0 %


(2)

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa setiap kepala keluarga petani lebah rata–rata memiliki tanggungan 3–—5 orang dengan persentase 74%. Hal ini akan memberikan pengaruh terhadap penerimaan petani lebah. Karena semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin besar penerimaan yang harus diperoleh petani lebah agar mampu memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya dan semakin banyak juga anggota keluarga yang berperan sebagai tenaga kerja.

3. Karakteristik petani sampel berdasarkan luas kepemilikan lahan Tabel 4. Karakteristik petani lebah berdasarkan luas kepemilikan lahan.

Sumber: Data primer diolah tahun 2012.

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa rata – rata petani lebah memiliki luas lahan <1.00 ha dengan persentase 34,8%. Lahan ini digunakan petani lebah untuk bertani sebagai usaha pokok dan ditanami akasia (Accacia mangium) serta jati (Tectona grandis) sebagai tanaman pagar.

No. Luas Lahan

(Ha)

Jumlah Responden

Persentasi 1.

2. 3. 4. 5. 6.

<1,00 1,00 – 1,99 2,00 – 2,99 3,00 – 3,99 4,00 – 4,99

>4,99 Total

8 6 4 3 2 0 23

34,8 % 26,1 % 17,4 % 13,0 % 8,7 %

0 % 100,0 %


(3)

4. Karakteristik petani sampel berdasarkan pendidikan Tabel 5. Karakteristik petani lebah berdasarkan pendidikan.

No. Pendidikan Jumlah

Responden Persentasi 1. 2. 3. 4. 5. SD SMP SMA STM Tidak Sekolah Total 10 5 4 1 3 23 44 % 21,7 % 17,4 % 4,3 % 13,0 % 100,0 % Sumber: Monografi Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 2010/2011.

Berdasarkan tabel 4 meunjukkan bahwa rata—rata petani sampel adalah tamatan sekolah dasar (SD) dengan perentase 44%. Sedangkan program pendidikan dasar di Indonesia adalah wajib belajar sembilan tahun. Sehingga diketahui bahwa tingkat pendidikan petani lebah di Dusun Sidomukti masih tergolong rendah. Hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir petani lebah dalam melakukan usaha budidaya lebah madu. Faktor ekonomi dan fasilitas sekolah yang ada merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi karena di Desa Buana Sakti hanya terdapat 3 sekolah dasar dan harus menempuh jarak 7 km untuk menemukan SMP dan SMA terdekat.

5. Karakteristik petani sampel berdasarkan lama usaha Tabel 6. Karakteristik petani lebah berdasarkan lama usaha.

No. Lama

Usaha (Tahun) Jumlah Responden Persentasi 1. 2. 3. 4. <1 1 — 2 3 — 4 5 — 6 Total 0 3 4 16 23 0 % 13,04 % 17,39 % 69,57 % 100,0 % Sumber: Data primer diolah tahun 2012.


(4)

Usaha budidaya lebah madu yang dilakukan petani lebah di Dusun Sidomukti merupakan pekerjaan sampingan dengan persentase 100% dengan rata–rata lama petani lebah melakukan usaha budidaya lebah madu tersebut sejak tahun 2006 atau sekitar 6 tahun dengan persentase 60,9%. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebah sudah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam usaha budidaya lebah madu.


(5)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Usaha budidaya lebah madu Apis cerana Fabr. di Dusun Sidomukti menggunakan dua jenis media yaitu glodok dan stup.

2. Berdasarkan umur ekonomis stup dan glodok selama dua tahun maka secara finansial usaha budidaya lebah madu layak dilakukan menggunakan stup dengan nilai R/C Ratio>1 yaitu Rp 1,616 dengan jumlah yang harus diproduksi agar berada pada titik impas sebanyak 75 stup atau Rp 174.807,94 /stup. Sedangkan usaha budidaya lebah madu yang menggunakan glodok nilai R/C Ratio < 1 yaitu Rp 0,869 dengan BEP unit 60 glodok atau Rp 55.696,20/glodok. Karena R/C Ratio < 1 dan BEP harga belum mencapai titik impas, maka glodok kurang layak secara finansial untuk digunakan.

B. Saran

1. Sebaiknya usaha budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti dilakukan dengan menggunakan stup karena lebih layak secara finansial dibanding menggunakan glodok.

2. Perlu dilakukannya pembinaan lanjutan terhadap usaha budidaya lebah madu terkait tentang perkembangbiakan ratu lebah, perawatan dan pemeriksaan, pengetahuan kualitas madu, pasca panen dan diversifikasi produk dalam upaya


(6)

meningkatkan pendapatan masyarakat yang bisa dilakukan oleh Universitas Lampung sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Propinsi Lampung.

3. Perlu adanya peningkatan jumlah jenis tanaman berbunga yang memiliki nilai ekonomis sebagai sumber pakan lebah madu yang ditanam pada pekarangan dan kebun milik masyarakat contohnya jenis kaliandra, durian, mangga, rambutan, akasia, dan mahoni untuk meningkatkan produksi madu yang dihasilkan dari usaha budidaya lebah madu jenis Apis cerana Fabr.