perdagangan dan ikut campur dalam politik kerajaan- kerajaan Alfa, 2014.
Pengembangan yang dilakukan penulis terhadap referensi makalah tersebut yaitu menjadikan alur cerita
tersebut ke dalam bentuk animasi yang lebih mudah dipahami dengan mengambil salah satu tema kerajaan yaitu
sejarah kerajaan Sriwijaya
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Sejarah kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan
Sriwijaya merupakan
kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan dengan adanya prasasti kedukan Bukit di
Palembang 682. Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera. Nama
Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta berupa Sri yang artinya bercahaya dan Wijaya berarti
kemenangan sehingga dapat diartikan dengan kemenangan yang bercahaya atau gemilang.
Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada
tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi
Muara Takus Provinsi Riau sekarang. Kerajaan
Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai raja pertama.
Kerajaan Sriwijaya berjaya pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan
maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara,
diantaranya, Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand,
Kamboja, Vietnam,
dan Filipina.
Sriwijaya menjadi pengendali rute perdaganagan lokal yang mengenakaan bea cukai kepadaa setiap
kapal yang lewat. Hal ini karena Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka. Selain itu,
Kerajaan Sriwijaya
juga mengumpulkan
kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan
India. Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan
ketika Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan Cholamandala menyerang dua kali pada tahun 1007
dan 1023 M yang berhasil merebut bandar-bandar kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan dan pelayaran.
Dengan demikian, tujuan dari serangan Kerajaan Cholamandala tidak untuk menjajah melainkan
untuk meruntuhkan armada Sriwijaya. Hal ini menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin
melemah karena para pedagang yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang.
Tidak hanya itu, kekuatan militer Sriwijaya juga semakin
melemah sehingga
banyak daerah
bawahannya yang melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan
Sriwijaya runtuh
pada abad
ke-
13.Permana, 2015
2.2.2. Animasi