12
Gambar 7 Sketsa Kolaborasi Ikon dan Motif Klasik menjadi satu Motif Baru di Media Kain
Pada tahap produksi dalam perancangan desain motif batik kontemporer dilakukan dengan bekerjasama dengan pengrajin batik setempat. Berdasarkan
tahap sebelumnya, setelah didapat final desain sketsa yang sudah final dan cocok, maka dari sketsa yang sudah terdapat pada kain selanjutnya masuk dalam proses
produksi. Proses pertama dilakukan dengan mencanting. Tahap mencanting tema Boyolali dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Hasil Setelah Proses Pencantingan
Pada Gambar 8 dapat dilihat hasil dari sketsa yang telah dicanting dengan menggunakan malam atau lilin. Proses selanjutnya setelah pencantingan dengan
malam adalah proses pewarnaan hingga menjadi kain batik siap pakai.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil perancangan logo Batik Solo berupa logogram dengan konsep yang telah dirancang sesuai tahapan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh penerapan logo ke berbagai media dapat dilihat pada Gambar 9.
13
Gambar 9 Pengaplikasian Logo ke Berbagai Media
Dari hasil logo yang telah dirancang, logo dapat diletakkan pada pojok kanan atas pada media cetak seperti langsung ke kain dengan menggunakan
emblem, baliho, MMT, dan billboard. Dengan menggunakan clear area dan contoh logo treatment yang telah diberikan diharapkan penggunaan logo dapat
lebih jelas dan lebih terlihat dalam pengaplikasiannya ke berbagai media dengan ukuran terkecil adalah dua sentimeter. Hail perancangan ikon yang diterapkan
menjadi motif batik berupa selembar kain batik berukuran dua kali satu meter dengan motif yang baru dengan paduan ikon-ikon khas daerah serta beberapa
motif ikon batik klasik. Hasil akhir kain batik dapat dilihat pada Gambar 10.
14
Gambar 10 Hasil Akhir Motif Batik Kontemporer
Dari hasil perancangan motif batik kontemporer Kota Solo, secara motif menggunakan semua unsur alam yang ada di daerah Solo. Warna tema Boyolali
adalah merah muda karena menunjukkan makna damai, manis dan indah. Tema Klaten menggunakan warna ungu untuk menunjukkan kemistisan, kekuatan
spiritual serta keajaiban yang diangkat dari cerita Roro Jonggrang dan melambangkan aspirasi dari Sendratari Ramayana. Warna tema Bengawan Solo
adalah biru untuk menunjukkan sungai , air, dan keharmonisan alam di daerah Bengawan Solo dan sekitarnya. Warna tema Solo Kota adalah hijau untuk
menunjukkan kesuksesan kota Solo yang asri, dan sesuai dengan logo kota Solo yang dominan dengan warna hijau. Beberapa kekurangan mendasar dan pewarna
alam yang digunakan dalam proses pewarnaan menjadikan warna sedikit mengalami perubahan, selain itu beberapa sketsa tertutup oleh warna lain yang
kurang sesuai.
Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan wawancara langsung ke beberapa target audience untuk menilai logo yang dirancang dan pesan yang ingin
disampaikan dari visualisasi desain motif batik yang telah dirancang dapat diterima dan bernilai positif. Penggunaan metode kualitatif dimaksudkan agar
pengujian mendapatkan data valid secara mendalam dan terperinci dari setiap koresponden. Pengujian kualitatif dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama
adalah pengujian logo batik Solo dan yang kedua adalah pengujian motif batik kontemporer.
Pengujian dilakukan kepada beberapa Usaha Kecil Menengah UKM batik yang ada di Solo, pemerintah kota Solo khususnya Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, dan masyarakat. Pengujian dilakukan juga dengan cara melakukan pameran individu yang diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober 2015 di Kantor
Fakultas FTI UKSW Salatiga dan dalam The Second Satya Wacana Christian University Research Expo bertemakan Health, Agriculture, Nature, Energy,
Industry, and Environtment tanggal 26 hingga 28 Oktober 2015 di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
15
Hasil pengujian yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa hasil, pertama dalam pembuatan logo yang dirancang sudah baik, karena
menggabungkan semua unsur yang berkenaan dengan batik terutama untuk identitas batik Solo. Pewarnaan sogan yang dipilih juga disetujui oleh
koresponden karena menambah nilai kecintaan terhadap kota Solo terhadap logo dan orang awam yang melihat semakin yakin kalau produk yang dibeli asli dari
kota Solo. Bagi masyarakat, pemerintah dan para komunitas batik Solo, logo dapat diterapkan kedepannya agar dapat memastikan perspektif dunia bahwa batik
merupakan kekayaan tradisional Indonesia khususnya yang berasal dari kota Solo dengan memberikan jaminan mutu, kepercayaan konsumen, perlindungan hukum,
dan identitas batik Solo. Para pengrajin batik berharap bila dapat meminimalisasikan pemalsuan produk yang dilakukan oleh negara-negara lain,
karena negara-negara lain biasana yang menerima hasil ekspor tanpa identitas apapun kemudian diberi merk, label dan diakui sebagai milik negara lain. Oleh
karena itu, perancangan logo yang telah dirancang sangat diterima dan sangat mungkin untuk diaplikasikan.
Hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap motif batik kontemporer Solo adalah motif yang dirancang sangat menggambarkan kota Solo dari segi visualnya
sehingga dengan sekali melihat ikon yang terdapat pada motif batik, koresponden dapat melihat identitas kota Solo. Namun dalam segi warna, batik yang dirancang
kurang menggambarkan kota Solo. Kota Solo sudah dikenal sekian tahun dengan batik berwarna sogan, sedangkan batik yang dirancang lebih berwarna cerah
seperti batik Pekalongan dan Batik Madura.
Pengembangan selanjutnya untuk membuat variasi-variasi lain yang dapat dipakai untuk pakaian, karena untuk perancangan ini, batik yang sudah jadi tidak
bisa digunakan selain untuk pajangan, karena bila dipaksakan motif dari kota Solo akan terpotong dan nilai dari ikon Solo yang ingin ditampilkan menjadi hilang.
Kain batik yang sudah dirancangdapat menjadi koleksi bagi para kolektor, karena dilihat dari nilai eksklusifitasnya hanya satu desain dan susah ditiru oleh
kompetitor lain. Motif batik yang dirancang juga banyak digemari koresponden yang datang pada saat pameran. Selain mengetahui ikon yang tergambar dalam
setiap lembar kain, kearifan lokal dan pesan yang ingin ditampilkan juga sudah terwakili dengan beberapa ikon yang diambil dari masing-masing daerah.
Menurut pemerintah, banyak peluang inovasi dalam menciptakan sebuah batik Solo yang berbasis kekayaan budaya, sejarah, daerah kota. Selain dapat
mengenalkan kota Solo ke daerah lain, pembuatan batik sekaligus membanggakan karena banyak generasi muda yang tidak ambil alih dalam pelestarian batik, serta
dapat pula menjadi kegiatan eksplorasi terhadap keunikan ikon untuk kemudian dikembangkan menjadi suatu produk baru dan nilai baru.
Melalui hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap responden maka didapatkan hasil analisis bahwa logo dan motif batik yang dirancang memiliki
fungsi yang bagus dalam perkembangan dunia batik khususnya dalam perekonomian kreatif sekarang. Logo dapat digunakan sebagai penanda oleh para
pengrajin dan pembatik Solo dalam karya yang telah dibuat, sedangkan ikon dan motif baru dapat menambah perspektif orang bahwa batik bukanlah hanya kain,
namun mengandung banyak makna di balik proses pembuatannya. Hal ini sesuai
16
dengan tujuan perancangan yang mau memperkenalkan identitas Solo. Dua kegiatan pameran didokumentasikan pada Gambar 12 berikut.
Gambar 12 Situasi Kedua Pameran
5. Kesimpulan dan Saran