3
Dalam pembuatan logo untuk membedakan batik asli Kota Solo dan batik daerah lain, tentunya ada beberapa prinsip yang digunakan, antara lain logo yang
dibuat haruslah sederhana, mudah diingat, bertahan lama meskipun jaman dan pola pikir masyarakat sudah berubah, pembuatan logo harus sesuai dengan
maksud dan makna yang ingin ditampilkan dan logo dapat diaplikasikan ke berbagai media [7].
Pembuatan motif batik kontemporer kota Solo menyertakan beberapa motif lama yang dapat membantu untuk mengenali daerah dan memperkenalkan asal
dari Solo, dan karena tidak ingin melunturkan beberapa filosofi yang sudah terkandung dalam motif lama beserta kepopuleran motif lama yang masih
diminati para pencari batik Solo. Motif klasik Solo yang dipilih ada enam. Motif parang yang bermakna hidup harus dilandasi oleh perjuangan dan selalu hati-hati
tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan agar terhindar dari bencana lahir dan batin. Motif kawung yang bermakna kesuburan, kesucian, umur panjang,
keadilan dan keperkasaan. Selain itu motif ini juga mengandung makna bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya
berlipat ganda. Motif truntum yang berarti mempersatukan atau menjadi satu. Ada
juga yang menggabungkan kata “truntum” dengan kata “tentrem”, yaitu suatu keadaan kejiwaan yang menjadi idaman semua manusia. Motif truntum ini dapat
pula diartikan sebagai cinta yang bersemi kembali. Motif sidomukti ketika digunakan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan, rezeki atau kemakmuran
seperti hidup berkecukupan dan hal baik lainnya. Motif rujak rante atau semen rante bermakna rezeki dapat datang darimana saja, diharapkan yang memakainya
tetap berusaha dan berdoa, semoga Tuhan memberikan rahmatnya. Selain itu makna lain yang terkandung, yaitu setiap wanita memiliki kewajiban untuk
menjaga harkat dan martabat keluarga. Motif mega mendung memiliki arti bahwa kehidupan manusia yang selalu berubah naik dan turun kemudian berkembang
keluar untuk mencari jati diri belajar atau menjalani kehidupan sosial agama yang pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali
kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut naik dan turun pada akhirnya kembali ke asalnya [8]. Selain arti dan filosofi yang terkandung didalam
motif bermakna baik, beberapa motif dipilih sesuai dengan hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Solo.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode kualitatif dengan melakukan wawancara, studi pustaka, dan observasi. Sedangkan strategi
yang digunakan adalah linear strategy. Linear strategy merupakan urutan yang logis pada tahapan yang sederhana dan sudah dipahami komponennya. Strategi
yang digunakan untuk tipe perancangan yang telah berulangkali dilaksanakan. Suatu tahap yang dimulai setelah tahap yang sebelumnya diselesaikan, dan
demikian seterusnya [9]. Tahapan yang telah dilaksanakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
4
Gambar 1 Bagan Penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara
kepada Kepala Bidang Seni Budaya, Sejarah dan Purbakala serta Kepala Bidang Promosi Kerjasama dan Pariwisata yang tergabung dalam Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Solo, wawancara dengan Gunawan Setiawan sebagai pemrakarsa Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo yang diperlukan
untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses membatik dari batik tulis, batik cap, batik printing, hingga tekstil motif batik buatan Tiongkok. Tahap
wawancara ini juga diperlukan untuk melihat seberapa banyak potensi dari kota Solo dan mendapatkan data mengenai kebudayaan dan sejarah yang terkait pada
penelitian.
Pengumpulan data terakhir dilakukan dengan cara observasi langsung ke beberapa pasar tradisional hingga ke industri batik rumahan di kota Solo,
contohnya di pasar Klewer, Beteng Trade Center, dan Pusat Grosir Solo. Pengumpulan data ini untuk mendapatkan data yang valid apakah ikon dalam
motif batik yang akan dirancang sudah ada di kota Solo, mencari data mengenai motif apakah yang sedang digemari dan diminati masyarakat baik domestik
maupun mancanegara dan untuk melihat apakah ada penanda khusus yang dapat membedakan antara batik buatan Solo asli dan dari luar Solo, beserta dapatkah
batik mengkomunikasikan Solo itu sendiri sebagai daerah asal pengrajin batik yang memiliki banyak kebudayaan dan ilmu yang ingin dikenalkan ke masyarakat
luar.
Hasil analisis dari penelitian awal yang dilakukan antara lain, didapat konsep dan ide untuk merancang sebuah logo dan sebuah motif batik kontemporer
khas kota Solo yang masih baru, belum ada, dan dirasa perlu untuk kedepannya bagi kota Solo. Batik yang sedang digemari konsumen yaitu batik yang tidak
terlalu monoton dengan motif dan warna yang bervariatif. Masih banyak konsumen yang susah membedakan antara batik asli Solo dengan batik buatan
Solo apalagi tekstil motif batik keluaran Tiongkok. Bagaimanapun modernnya suatu batik yang dirancang untuk memenuhi selera pasar, batik Solo tidak boleh
meninggalkan akarnya yaitu kebudayaan Jawa beserta filosofi yang terkandung didalamnya.
Solo dengan sebutan “The Capital of Batik” sudah seharusnya menciptakan suatu batik yang dapat lebih digemari konsumen yang juga tidak
dipakai, tetapi batik juga harus dapat menyebarkan informasi mengenai semua kebudayaan dan pengetahuan tentang negara Indonesia ke negara lain. Selembar
kain berharga harus lahir, kain yang membungkus kearifan lokal budaya Solo menjadi kiblat industri kreatif nasional. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian
awal, kesimpulan terakhir yang didapat adalah batik merupakan peluang pertama yang paling didukung oleh para petinggi negara karena termasuk salah satu
industri kreatif yang ada manfaatnya selain dari nilai ekonomi yang mulai
Tahap 1 Pengumpulan Data
Tahap 2 Analisa Data
Tahap 3 Perancangan
Tahap 4 Pengujian
5
dihargai tinggi, tetapi juga memperkenalkan batik sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia khususnya kota Solo.
Proses perancangan dibagi menjadi dua, yaitu proses perancangan logo dan perancangan motif batik kontemporer. Proses pembuatan logo dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Tahap Perancangan Logo Batik Solo
Tahap proses perancangan logo batik Solo, pertama adalah tahap pencarian konsep dan ide. Pada tahap ini dilakukan dengan cara brainstorming. Beberapa
ide yang didapat untuk merancang suatu logo yang dapat digunakan sebagai penanda sebuah batik buatan asli Solo dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Ide Pokok Brainstorming Konsep Pembuatan Logo Batik Solo
Tahapan berikutnya membuat sketsa kasar dan memilih satu diantara beberapa sketsa yang paling sesuai degan konsep yang telah dibuat. Hasil sketsa
yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 4.
Ide Kreatif
Brainstorming Konsep Media
Final Artwork
Sketsa Kasar Logo Digital Digitalisasi Logo
Evaluasi Desain
6
Gambar 4 Pemilihan Thumbnail Logo Batik Solo
Dasar pembuatan logo yang dipilih diambil dari beberapa objek pendukung, yaitu objek gunungan yang berarti simbol kehidupan, tempat atau
rumah yang dapat mengayomi. Selain itu didalam gunungan berarti juga melambangkan seluruh alam semesta beserta isinya yang hidup dengan aman dan
tentram. Bentuk gunungan yang meruncing ke atas dimaksudkan agar manusia hidup menuju yang diatas. Hubungan meruncing dengan konsep adalah
diharapkan kedepannya batik kontemporer asli Solo dapat terus berkembang dan terus melambung tinggi dibanding batik dari daerah lain. Selain itu gunungan
dapat mensimbolkan wayang, karena kota Solo sangat terkenal dengan wayangnya. Objek kumpulan orang seperti huruf
“i” disusun tiga berjajar dan dibuat paling menonjol dibagian tengah dengan maksud kota Solo sebagai kota
penghasil batik pertama dan terdapat pengusaha dan pengrajin batik, dan juga simbol tiga tingkatan seperti rakyat paling depan dan dibelakangnya ada
pemerintah dan perusahaan seturut fungsi logo digunakan. Canting yang merupakan alat untuk memindahkan atau mengambil lilin yang digunakan untuk
membuat batik tulis. Simbol canting dalam perancangan logo batik Solo digunakan sebagai simbol batik. Objek yang terakhir adalah relung atau ukelan
diartikan sebagai relief motif juga digunakan sebagai frame pada logo batik Solo yang juga dapat menyimbolkan sebagai batik dan motifnya.
Pada tahap selanjutnya adalah tahap digitalisasi logo beserta perevisiannya. Revisi sebagai evaluasi desain dilakukan oleh orang yang sudah ahli pada bidang
percetakan. Hal mendasar yang dievaluasi adalah garis halus tipis yang dapat menghambat bentuk logo ketika diaplikasikan ke berbagai ukuran, serta warna
logo yang dirasa terlalu gelap untuk masuk kedalam mesin cetak, karena otomatis mesin pencetak akan mencetak warna lebih tua dibanding warna asli, maka chart
warna lebih dibuat muda. Logo sebelum dan sesudah direvisi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Sebelum dan Sesudah Tahap Evaluasi Desain
Hasil final artwork dari logo yang dibuat dan telah direvisi dengan menyesuaikan beberapa bentuk agar didapat logo yang benar. Gambar logo final
dapat dilihat pada Gambar 6.
7
Ide Kreatif
Sketsa Kasar Ikon
Penerapan ke Media Tahap Produksi
Final Artwork
Gambar 6 Final Artwork Logo Batik
Hasil akhir batik Solo menggunakan satu warna komponen utama yaitu warna coklat sogan yang merupakan warna khas dari batik Solo sendiri. Selain itu
penggunaan warna sogan membuat fungsi dari perancangan logo batik Solo lebih mudah dikenali dan lebih mudah dikenal sebagai identitas kota Solo.
Perancangan yang kedua adalah pembuatan ikon kota Solo. Konsep kreatif dari seluruh perancangan ikon kota Solo adalah menghadirkan dan
memperkenalkan budaya khas Solo yang diterapkan dalam bentuk kain batik. Perancangan desain ikon kota Solo diawali dengan melakukan beberapa analisis
terhadap beberapa data yang didapat, langkah yang dilakukan dalam pembuatan ikon, dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Tahap Perancangan Desain Motif Batik Kontemporer Kota Solo
Desain dari beberapa ikon yang telah digabung lalu diilustrasikan menjadi sebuah motif batik kontemporer kedalam beberapa lembar kain berukuran 2x1
meter, sehingga didapat motif baru batik kontemporer dengan menghadirkan segala ciri khas kota Solo melalui ikon-ikon yang dirancang. Pemilihan kain batik
sebagai media utama karena merupakan khas dari kota Solo sendiri, dan Solo merupakan The Capital of Batik itu sendiri.
Proses pembuatan diawali dengan mengambil data bahwa kota Solo dibagi menjadi beberapa kabupaten yang terdiri dari kabupaten Wonogiri, Sragen,
Sukoharjo, Solo Kota, Klaten, Kartasura, dan Boyolali. Hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta menyatakan bahwa Kabupaten
Sragen, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, dan Solo Kota berpotensi untuk dijadikan
8
ide motif dalam perancangan ini. Hal tersebut dilihat dari beberapa kawasan cagar alam dan tempat pariwisata yang paling diminati dan sering dikunjungi. Hal kedua
adalah dilihat dari banyaknya ide yang bisa diambil dengan ciri khas dari beberapa kabupaten tersebut, meliputi sejarah, legenda, ikon tempat wisata, dan
keunggulan di bidang ekonomi.
Ide konsep juga didasarkan pada pernyataan bahwa para desainer yang tergabung dalam APPMI Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia Solo,
memberi informasi bahwa desain motif yang dirancang haruslah menunjukkan keragaman budaya, mulai dari kesenian tradisional, cagar budaya, sisi herritage,
sejarah, sisi romantisme hingga Bengawan Solo [10].
Proses selanjutnya adalah proses brainstorming yaitu pencarian ide yang akhirnya diperoleh beberapa ikon yang dapat dijadikan desain motif baru.
Pengumpulan data untuk brainstorming ini diperoleh dari hasil wawancara dan studi pustaka baik melalui buku maupun online.
Pada proses selanjutnya pembuatan sketsa dibagi menjadi empat macam batik, pertama adalah Batik Boyolali. Kabupaten Boyolali terkenal dengan usaha
pengembangan sapi perah dan penggemukan sapi, karena memiliki iklim yang dingin dan cocok untuk pemeliharaan sapi perah dan menjadi lokasi agrowisata
sapi perah. Kawasan desa Tegalrejo, kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali ini terdapat kampung lele yang merupakan usaha kementrian perikanan Indonesia
untuk memenuhi target 2015 sebagai penghasil perikanan terbesar di Asia Tenggara. Pembudidayaan ikan lele di kampung ini dianggap berhasil
memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan baik lokal maupun nasional. Selain itu, terdapat pula beberapa air terjun, waduk dan beberapa wahana air yang ada di
Boyolali.
Ikon gunungan diikutsertakan karena merupakan salah satu kerajinan yang diolah dan dibuat warga sekitar Boyolali selain kerajinan tembaga dan kuningan.
Cengkeh juga merupakan salah satu penghasilan utama yang dipanen masyarakat Boyolali selain tembakau, kopi dan teh. Tugu Adipura Boyolali dan Tugu Sapi
merupakan tugu yang khas dan penanda kota yang diberikan pemerintah terhadap kabupaten Boyolali sebagai kawasan bersih. Tugu ini juga merupakan titik nol
kilometer Boyolali dengan daerah sekitarnya. Tugu ini erat kaitannya dengan sejarah Kabupaten Boyolali sama dengan ikon dakon, yaitu mengenai Legenda
Pandan Arang. Ki Ageng Pandan Arang Bupati semarang abad XVI adalah orang yang memberi nama dan mencetuskan nama Boyolali dari kalimat baya
wis lali wong iki yang dalam bahasa Indonesia artinya sudah lupakah orang ini, Dari kata
“baya wis lali” itu jadilah nama Boyolali. Pada tema kedua adalah batik Bengawan Solo. Tema ini merupakan
penggabungan antara beberapa kabupaten, karena letaknya yang berdampingan. Menurut hasil wawancara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, beberapa tempat
wisata dan beberapa struktur daerah yang dimiliki sama, sehingga beberapa kabupaten dijadikan menjadi satu jenis batik. Tema difokuskan pada tema
Bengawan Solo, karena Bengawan Solo sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan sungai ini mengalir melintasi beberapa kabupaten tersebut dan menjadi
komoditas utama dalam bidang transportasi air. Dalam tema Bengawan Solo ini juga mengambil beberapa data yang terdapat di Kabupaten Sragen dan Sukoharjo
9
yang saling berdekatan. Selain itu, terdapat ikon Kebun Binatang Jurug salah satu wisata yang tidak pernah sepi pengunjung, Museum Sangiran yaitu salah satu
situs arkeologi di Jawa yang menurut UNESCO diakui para ilmuwan dunia untuk mempelajari fosil manusia. Ikon tambahan lainnya adalah Candi Sukuh yaitu
sebuah kompleks candi agama Hindu yang telah di tetapkan UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia tahun 1995. Candi Sukuh terletak di kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca
di Peru. Struktur juga mengingatkan para pengunjung candi akan bentuk piramida di Mesir.
Dalam desain ini juga terdapat pola utama, yaitu ikon Bengawan Solo yang digambarkan seperti aliran gelombang air yang membentuk huruf B. Beberapa
pola lain yang menggambarkan bidang ekonomi masyarakat sekitar Kabupaten Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo adalah dengan hasil kebun dan sawah. Selain
padi dan tebu, teh dan cengkeh merupakan hasil ekspor terbanyak dari daerah ini.
Tema ketiga dari perancangan motif batik diambil dari kabupaten Klaten. Dalam perancangan kali ini difokuskan kepada tiga ikon utama, yaitu Candi
Prambanan, Arca Durga Mahisasuramardini atau Roro Jongrang dan Rama Sinta. Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindhu terbesar di Indonesia. Candi ini
juga termasuk situs warisan dunia dan merupakan salah satu candi termegah di Asia Tenggara. Ikon lain adalah Sendratari Ramayana yang merupakan sebuah
pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog yang diangkat dari cerita Ramayana. Dalam pertunjukan ini dapat dilihat sisi romantisme kota Solo
yang tergambarkan melalui cerita, lagu atau gambang yang dimainkan, gerak penguat ekspresi, dan kostum yang dipakai pemain.
Pertunjukan Ramayana ini juga telah meraih PATA Pasific Asean Traffic Assosiation Gold Award sebagai salah satu pertunjukan yang dapat membawa
Indonesia menjadi sumber inspirasi seni ke taraf dunia dan tidak hanya menjadi keuntungan finansial daerah Klaten tetapi juga upaya melestarikan budaya Jawa.
Selain itu sendratari Ramayana juga masuk kedalam buku Guiness World Record sebagai pertunjukan kolosal yang melibatkan banyak pelaku yaitu 230 pelaku.
Selain dari pola-pola yang telah disampaikan ada beberapa ikon atau pola pendukung yaitu salah satunya bunga melati. Klaten berasal dari kata Melati yang
berubah menjadi Mlati, lalu berubah lagi menjadi kata Klati, untuk mempermudah pelafalan kata, ucapan kata Klati dirubah menjadi Klaten.
Dalam tema keempat, ide utama yang diambil adalah Jalan Slamet Riyadi beserta apa yang ada di sepanjang jalan tersebut dan sekitarnya. Khusus tema ini
dirancang seperti sitemap Solo Kota. Jalan Slamet Riyadi adalah salah satu jalan utama di kota Solo. Jalan ini pernah dinobatkan sebagai jalan terpanjang di Asia
Tenggara. Jalan Slamet Riyadi menjadi jalan yang sangat aktif di kota Solo, karena banyak event penting diselenggarakan di jalan ini. Pusat bisnis kota Solo
juga terletak disepanjang jalan Slamet Riyadi. Nama jalan diambil untuk menghormati seseorang bernama Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Riyadi,
seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Solo dan berhasil mengambil alih Jawa Tengah termasuk Ambarawa dan Semarang dalam Agresi Militer
10
pertama melawan Belanda. Objek atau pola kedua yaitu gerbang, buto atau patung penjaga dan bangunan keraton Kasunanan Surakarta.
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah keraton peninggalan Mataram Islam yang menjadi salah satu sejarah kota Surakarta. Tempat ini
merupakan salah satu destinasi wisata para pengunjung yang hendak berwisata ke kota Solo. Bangunan cagar budaya kedua adalah Benteng Vasternburg.
Dahulunya benteng ini digunakan sebagai markas TNI untuk mempertahankan kemerdekaan. Bangunan semasa era kolonial ini disebut sebagai landmark kota
Solo. Kawasan sekitar benteng lebih dikondisikan untuk penyelenggaraaan event- event penting, seperti Solo City Jazz, Festival Wayang Bocah, Solo International
Performing Art, Kreasso. Bagian ketiga adalah Pasar Gede Harjonagoro atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pasar Gede adalah salah satu pasar tertua di kota
Solo. Banyak sejumlah kuliner khas kota Solo dapat dijumpai disana. Tepat di depan Pasar Gede terdapat tugu jam yang terkenal bagi masyarakat kota Solo.
Tugu ini diberikan oleh Paku Buwono X, tugu ini dahulu digunakan sebagai pengaturan lalu lintas persimpangan jalan dan digunakan untuk menunjukan ide
pembangunan kota yang cerdas di era pemerintahan Paku Buwono X.
Ikon keempat yang diambil adalah Gapura Mahkota Solo. Gapura ini juga merupakan landmark baru yang merupakan batas kota berbentuk mahkota dipadu
dengan teknologi modern dan menjadi landmark yang mudah dikenali. Mahkota dipilih karena dalam sebuah kerajaan, mahkota adalah lambang kebesaran seorang
raja.
Dalam perancangan motif tema ini juga mengambil ikon Raja Mala yang dikenal sebagai tokoh dalam jagad pewayangan. Raja Mala yang dimaksudkan
merupakan salah satu benda pusaka milik Keraton Kasunanan kota Solo yang menyimpan sejuta sejarah. Hubungan erat antara patung kepala Raja Mala dan
kota Solo adalah sejarah ketika patung tersebut digunakan menjadi kepala perahu yang difungsikan sebagai armada perang menuju Madura melalui sungai
Bengawan Solo. Ikon kepala Raja Mala sering digunakan menjadi maskot kota Solo.
Pola ikon berikutnya adalah sebuah cagar budaya kota Solo bernama Lodji Gandrung yang merupakan sebuah bangunan megah bersejarah jaman Kolonial di
kota Solo. Melihat sejarahnya, bangunan yang menjadi ikon kota Solo ini merupakan tempat yang digunakan oleh Sunan Paku Buwono X untuk mewakili
dua budaya dan diperkenalkan ke masyarakat luas. Lodji artinya sebuah rumah yang megah dan mewah, sedangkan kata Gandrung berarti pesta atau dansa.
Dahulu sering diadakan pesta ala Eropa pada akhir pekan. Bagi masyarakat Solo, bangunan Lodji Gandrung dikenal sebagai tempat kediaman atau rumah dinas
walikota Solo dan tempat ini merupakan saksi bisu berbagai peristiwa dimasa lalu.
Ikon lain yang dipakai adalah Tugu Kebangkitan Nasional atau Tugu Lilin yang berada didaerah Laweyan merupakan tugu peringatan hari kebangkitan
nasional yang memiliki sejarah sebagai bentuk atau simbol persatuan negara yang waktu itu masih dibawah pemerintahan penjajah. Bentuk tugu seperti lilin
memiliki arti, yaitu perjuangan akan terus menyala sampai tercapainya kemerdekaan. Dalam peresmian tugu kebangkitan nasional ini, Dr Soetomo
11
mengatakan, „Van Solo begin de vyctory” yang artinya dari Solo, kemenangan
dimulai. Pola tambahan yang diikutsertakan dalam perancangan desain motif tema
Solo Kota ini adalah buah sawo kecik. Sawo kecik merupakan salah satu tumbuhan yang sarat atas sejarah kota Solo sendiri yang sudah terkenal dari jaman
dahulu. Masyarakat Jawa khususnya bagi masyarakat Keraton Solo percaya bahwa pohon sawo kecik dapat membawa kebaikan dan perlindungan. Tidak
heran beberapa pohon ini dapat ditemui di sekitar jalan Slamet Riyadi atau di seputar Keraton Solo.
Dahulu, putri keraton menggunakan buah sawo kecik sebagai pengharum badan. Selain sebagai peneduh dan pengharum, sawo kecik juga digunakan
sebagai simbol pesan sebuah tata nilai pada generasi penerus. Kata sawo kecik juga dapat diartikan menjadi sarwa becik atau serba baik yaitu ketulusan hati
nurani yang mendasari setiap langkah perbuatan manusia. Contoh perubahan dari dokumen visual ke bentuk ikon dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Perubahan Dokumen Visual ke Bentuk Ikon
Setelah tahap pemilihan dan sketsa ikon, tahap selanjutnya pada perancangan desain motif ini adalah mengolah dari ikon tunggal menjadi sketsa
penuh kedalam kain dengan mencampurkan antara ikon pilihan yang telah dibuat dengan motif batik klasik asal kota Solo yang sudah banyak dikenali oleh
masyarakat luas. Penggabungan layout antara ikon baru dengan motif batik klasik dibantu dan didampingi oleh juru gambar batik supaya peletakan antara motif
batik lama dan ikon baru tidak berantakan dan tetap sesuai dengan selera kebanyakan konsumen. Kolaborasi motif dan ikon dapat dilihat pada Gambar 7.
12
Gambar 7 Sketsa Kolaborasi Ikon dan Motif Klasik menjadi satu Motif Baru di Media Kain
Pada tahap produksi dalam perancangan desain motif batik kontemporer dilakukan dengan bekerjasama dengan pengrajin batik setempat. Berdasarkan
tahap sebelumnya, setelah didapat final desain sketsa yang sudah final dan cocok, maka dari sketsa yang sudah terdapat pada kain selanjutnya masuk dalam proses
produksi. Proses pertama dilakukan dengan mencanting. Tahap mencanting tema Boyolali dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Hasil Setelah Proses Pencantingan
Pada Gambar 8 dapat dilihat hasil dari sketsa yang telah dicanting dengan menggunakan malam atau lilin. Proses selanjutnya setelah pencantingan dengan
malam adalah proses pewarnaan hingga menjadi kain batik siap pakai.
4. Hasil dan Pembahasan